Bambu memang banyak sekali fungsinya, disamping untuk alat musik seperti 
seruling, gamelan dll, bambu juga bisa untuk gedek rumah, kaso rumah dll.
Belanda sangat sulit masuk kebali karena benteng bali utara dipenuhi pohon 
bambu sehingga belanda hanya bisa masuk bali di tahun 1906, setelah akal licik 
belanda dengan melempar uang logam perak ke benteng-benteng bambu ini maka 
rakyat bali ramai-ramai menebang pohon bambu tersebut.
Univesitas mulawarman baru baru ini membuat kayu dari bambu sehingga penggunaan 
kayu bisa diperkecil.
Bambu muda yang disebut rebung bisa digunakan untuk sayur, daun bambu dibali 
dipakai membungkus kue.
Daun bambu juga bisa digunakan untuk obat asam urat, kadang didalam bambu ada 
sejenis kristal yang bisa digunakan untuk obat luka.


From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com]
Sent: Thursday, November 23, 2017 1:52 PM
To: Yahoo! Inc. <perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com>; Jaringan Kerja 
Indonesia <jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com>; Gelora 45 
<gelora45@yahoogroups.com>; Sastra Pembebasan 
<sastra-pembeba...@yahoogroups.com>; Yahoo! Inc. 
<nasional-l...@yahoogroups.com>; Yahoo! Inc. <wahana-n...@yahoogroups.com>; 
DISKUSI FORUM HLD <diskusifo...@googlegroups.com>
Subject: [**EXTERNAL**] Fw: [GELORA45] Bambu




----- Pesan yang Diteruskan -----
Dari: kh djie dji...@gmail.com<mailto:dji...@gmail.com> [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>>
Kepada: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>>; 
ureca_...@yahoogroups.com<mailto:ureca_...@yahoogroups.com> 
<ureca_...@yahoogroups.com<mailto:ureca_...@yahoogroups.com>>
Terkirim: Rabu, 22 November 2017 15.36.08 GMT+1
Judul: [GELORA45] Bambu




Ketika Teknologi Bambu Bisa Atasi Banjir dan Tanah Longsor...
ALEK KURNIAWAN
Kompas.com - 22/11/2017, 09:07 WIB


[Bambu digunakan sebagai tanggul untuk mengatasi masalah banjir di Sungai 
Cijangkelok, Kabupaten Kuningan.]
Bambu digunakan sebagai tanggul untuk mengatasi masalah banjir di Sungai 
Cijangkelok, Kabupaten Kuningan.(Alek Kurniawan)

KOMPAS.com - Sudah sejak lama masyarakat di 
KabupatenKuningan<http://indeks.kompas.com/tag/Kuningan> tepatnya di bantaran 
Sungai Cijangkelok di Desa Citenjo merasa khawatir ketika musim hujan datang.

Hal ini diakibatkan oleh bencana banjir<http://indeks.kompas.com/tag/banjir> 
yang kerap melanda daerah tersebut. Salah satu bencana yang masih terkenang 
dalam ingatan warga adalah banjir pada Januari 2017.

“Saya masih ingat waktu itu 22 Januari 2017 pukul 12.00 siang. Hujan turun 
sangat lebat. Pukul 02.00 pagi hujan reda, pukul 04.00 pagi hujan lebat turun 
lagi. Hujan berlangsung 3-4 jam,” ujar petugas Operasi dan Pemeliharaan Daerah 
Aliran Sungai (OP DAS) Cisanggarung, Kuningan, untuk Sungai Cijangkelok, Yayat 
Sudiyatna.

Yayat juga menjelaskan, pada sore harinya, permukaan air sungai mulai meluap 
dan luber sampai ke permukiman warga.

“Air banjir ini mencapai satu meter dan menggenangi tujuh desa. Desa Citenjo 
merupakan yang terparah,” tambah pria yang bekerja memantau proyek 
bioengineering<http://indeks.kompas.com/tag/bioengineering> di bantaran Sungai 
Cijangkelok ini.

Melihat kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) 
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar 
Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung memberikan perhatian khusus terhadap 
Desa Citenjo.

Sebulan berikutnya, yakni pada Februari 2017, dibangunlah tanggul oleh BBWS 
Cimanuk Cisanggarung yang bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk 
mencegah banjir susulan.

Yang dibangun ini bukanlah tanggul pada umumnya, melainkan tanggul yang terbuat 
dari bambu<http://indeks.kompas.com/tag/bambu> dengan metode bioengineering.
[Bambu yang ditanam ini berfungsi untuk menahan air sungai yang meluap dan 
menyebabkan banjir di Desa Citenjo, Kab. Kuningan, Rabu (15/11/2017).]
Bambu yang ditanam ini berfungsi untuk menahan air sungai yang meluap dan 
menyebabkan banjir di Desa Citenjo, Kab. Kuningan, Rabu (15/11/2017).(Alek 
Kurniawan)

Dalam bahasa Indonesia, bioengineering dapat diartikan menjadi rekayasa hayati.

Melansir laman Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin (20/11/2017), rekayasa 
hayati merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan dalam perekayasaan berbasis 
biosistem (gabungan ilmu biologi, lingkungan, dan pertanian) untuk meningkatkan 
efisiensi fungsi dan manfaat biosistem itu sendiri.

Pengaplikasian ilmu rekayasa hayati memang jarang terlihat keberadaannya secara 
kasatmata. Namun ternyata, bidang ilmu tersebut membawa banyak manfaat bagi 
masyarakat.

“Pada Februari 2017, kami menanam bambu sepanjang 300 meter di bantaran Sungai 
Cijangkelok untuk pembuatan tanggul alami. 
Bambu<http://indeks.kompas.com/tag/bambu>kami pilih karena tanaman ini cocok 
dengan unsur tanah di sini dan dapat menahan erosi air sungai yang meluap,” 
kata petugas pembuat komitmen (PPK) OP III BBWS Cimanuk Cisangarung, I Gusti 
Ngurah Antariza.

Selain itu, Antariza juga menjelaskan, metode bioengineering ini dipilih untuk 
mengembalikan fungsi vegetasi lahan sungai dan secara otomatis dapat 
merestorasi agar tanggul sungai kembali hijau.

“Metode ini juga dipakai untuk meminimalkan dana. Proyek yang berjalan selama 3 
bulan ini hanya menghabiskan dana APBN Rp 200 juta,” lanjut Antariza.

Saat ini, proyek bioengineering di Desa Citenjo sudah selesai 100 persen. Bambu 
yang tertanam semakin rapat dan lebat sehingga diharapkan bisa menahan air 
sungai yang meluap.

Menanggulangi tanah longsor<http://indeks.kompas.com/tag/tanah-longsor>

Selain bisa mengatasi masalah banjir di Desa Citenjo, Kabupaten Kuningan, 
ternyata metode bioengineering bambu ini juga digunakan untuk menanggulangi 
tanah longsor di bantaran Sungai Cigora, Desa Bandungsari, Kabupaten 
Brebes<http://indeks.kompas.com/tag/Brebes>.
[Pembangunan tanggul di bantaran Sungai Cigora, Desa Bandungsari, Kabupaten 
Brebes saat dibangun.]
Pembangunan tanggul di bantaran Sungai Cigora, Desa Bandungsari, Kabupaten 
Brebes saat dibangun.(BBWS Cimanuk Cisanggarung)

Pada awal tahun 2017, bantaran sungai yang juga berbatasan dengan jalan 
antar-provinsi ini longsor sehingga jalan yang menghubungkan Provinsi Jawa 
Barat dan Jawa Tengah terputus sementara.

Setelah jalan diperbaiki, BBWS Cimanuk Cisanggarung kembali menerapkan metode 
bioengineering dengan tanaman bambu untuk menahan tanah yang longsor.

“Meski metode yang digunakan sama dengan yang di Kuningan, pembuatan tanggul di 
sini melalui dua tahap. Pertama, pembangunan tanggul tepat di pinggir sungai. 
Kedua, pembuatan tanggul di batas sungai dengan jalan raya,” ujar pelaksana 
teknis PPK OP III BBWS Cimanuk Cisanggarung, Muhammad Cucu Sudiyan.

Untuk tanggul di pinggir sungai, konstruksi yang digunakan adalah pemasangan 
batu dan karung berisi pasir serta penanaman cerucuk bambu di antaranya.

“Kemudian untuk tahap keduanya kami menanam bambu dengan jarak beberapa 
sentimeter. Lalu pada jarak yang kosong tersebut, kami tanami rumput vetiver 
(akar wangi) yang berfungsi untuk mencengkeram tanah sampai kedalaman 3 meter,” 
tambah Sudiyan.

Selain itu, ditanami pula tumbuhan kaliandra yang berguna menyedot air dan 
menahan butir-butir tanah yang tergerus. Terakhir, terdapat tanaman pandan laut 
yang bisa menahan longsoran tanah.
[Bambu yang sudah ditanami pandan laut, rumput vertiver, dan kaliandra 
diharapkan dapat mengatasi tanah longsor di Kabupaten Brebes.]
Bambu yang sudah ditanami pandan laut, rumput vertiver, dan kaliandra 
diharapkan dapat mengatasi tanah longsor di Kabupaten Brebes.(BBWS Cimanuk 
Cisanggarung)

Proyek yang berjalan mulai Februari hingga April 2017 tersebut pun sudah 
dirasakan manfaatnya pada musim hujan ini. Belum ada lagi tanah yang longsor.

Ke depannya, BBWS Cimanuk Cisanggarung menargetkan pembangunan lanjutan 
sepanjang 500 meter di bantaran sungai tersebut sehingga cakupan area yang 
terlindungi semakin banyak.

Ditjen SDA juga berharap bisa menerapkan metode bioengineering bambu ini di 
seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, manfaatnya dapat dirasakan oleh 
semua kalangan masyarakat.

  • [GELORA45] ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
    • Fw: [G... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
    • [GELOR... 'Karma, I Nengah [PT. BI-POS]' ineng...@chevron.com [GELORA45]
      • Re... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]

Kirim email ke