Pandangan Jeffrey Winters, seorang Indosesianist terkemuka berkebangsaan 
AS, yang diutarakan bung Nesare,
dengan jelas mengutarakan fakta sejarah tentang intervensi AS terhadap 
pemerintahan Bung Karno, karena kebijakan pemerintahan Bung Karno waktu itu 
yg ditujukan untuk menegakkan kedaulatan politik dan ekonomi nasional RI, 
dinilai membahayakan kepentingan imperialist AS yg bermaksud menguasai 
sumber bahan mentah melimpah di Indonesia.
 
Sampai sekarang watak agresiv imperialist AS pada dasarnya tidak banyak 
berubah, walau dominasi AS dalam percaturan masalah internasional semakin 
mengalami keruntuhannya dan posisi AS semakin terpencil.
Sehubungan dg hal ini, menarik untuk mencermati wawancara Noam Chomsky di 
euronews.com berikut ini :
 

THE GLOBAL CONVERSATION
<http://www.euronews.com/programs/globalconversation>


Chomsky says US is world's biggest terrorist


By Euronews   <https://twitter.com/euronews> • last updated: 17/04/2015

Selengkapnya copas :  
http://www.euronews.com/2015/04/17/chomsky-says-us-is-world-s-biggest-terrorist
<http://www.euronews.com/2015/04/17/chomsky-says-us-is-world-s-biggest-terrorist>
 
 
 
 
A.H.
 
----------------------------
 
 
-----Original-Nachricht-----
Betreff: RE: [GELORA45] Sri Mulyani: Rp14 Ribu
Datum: 2018-09-03T19:23:43+0200
Von: "'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com>
An: "GELORA45@yahoogroups.com" <GELORA45@yahoogroups.com>
 
 
 



Pertama naik turun suatu mata uang itu tergantung dari negaranya. Untuk 
kasus Venezuela saya yakin itu intervensi asing terutama USA yang takut 
dengan gebrakan Maduro yang sama2 dengan Chavez adalah politikus dari 
partai sosialis Venezuela. Duit yang beredar/outstanding money terutama di 
perbatasan Venezuela dan Columbia berkurang alias hilang. Disinyalir 
duitnya diborong habis oleh pihak tidak dikenal. Ini mengakibatkan 
hiperinflasi, lalu maduro mengeluarkan petro yaitu cryptocurrency kayak 
bitcoin awal tahun ini. Ini bikin trump ngamuk tambah berat sangsi dan 
mengharamkan petro. Turki masalahnya lain. Begitu juga jaman Orla bung 
Karno kena hiperinflasi parah karena ada yang mengganggu. RI jaman 
Orla/bung Karno itu masalah politik. Sekarang RI beda masalahnya ekonomi, 
jadi harus dituntaskan berdasarkan proses ekonomi bukan politik seperti 
jaman Orla.

 

Kalau pengin tahu lebih banyak ttg RI jaman Orla kenapa terjadi 
hiperinflasi, saya cut and paste dari tulisan saya di tionghoa net, Sun 
5/6/2007 6:55 PM :

Dalam kaitannya dengan elite politik saat itu (Parpol, TNI, Bung Karno), 
Jeffrey Winters (JW) juga berpendapat: Perekonomian jaman
Orla ini tidak dapat disangkal sangat sulit. Parah sekali dari sisi 
ekonominya. Dari rentang waktu 1950 - 1966, pemerintah memang
tidak efektif dalam mengelola sisi ekonomi ini (mengelola investasi; 
penciptaan lowongan pekerjaan; meningkatkan produktifitas;
mengontrol inflasi) dll.

Kalau kita melihat lebih jauh kenapa sektor ekonomi ini hancur luluh, mau 
tidak mau kita harus melihat sejarah periode itu - sejarah
non ekonomis yang dapat menjelaskan lebih komprehensif/lengkap mengapa 
ekonomi Indonesia gagal total di jaman Bung Karno itu.

Selanjutnya JW menekankan ada 2 peristiwa penting yang dapat disebut sebagi 
turning point (titik tolak) dalam sejarah Orla: Pemilu
1955 dan Pemilu Daerah 1957. JW melihat periode 1955 keatas penting sekali 
dan yang lebih penting lagi adalah periode 1957 keatas.
Penjelasannya seperti yang dibawah ini:

Pada Pemilu tahun 1955, PKI menang dalam perolehan suara yang cukup 
signifikan. Ternyata PKI sangat popular. PKI mendapat dukungan
akar rumput (grass root) dan terus berkembang. PKI yang popular ini sangat 
mengagetkan Masyumi yang yakin akan memenangkan pemilu
1955 ini dengan mutlak. Tetapi hasilnya Masyumi tidak keluar sebagai 
pemenang mutlak sedangkan PKI masuk dalam 4 besar. Sebelumnya
PKI tidak dapat satu kursipun di parlemen pada Pemilu sebelumnya. PKI dapat 
16% pemilih dan masuk "4 besar" bersama PNI (23%),
Masyumi (22%) dan NU (18%).

Dalam Pemilu Daerah 1957 (ini sejarah yang berusaha dihapus selama Orba), 
PKI sudah jadi parpol paling besar di Jawa. Pemilih PKI di
Jawa itu sudah mencapai 31%. Begitu juga pada Pemilu Daerah 1957 untuk 
memilih anggota DPRD. Pemilu 1957 ini PNI dan NU kehilangan
dukungan yang lari ke PKI. Memang tidak semua propinsi bisa melaksanakan 
Pemilu Daerah karena ada pemberontakan bersenjata. Selain
di Jawa, pemilu daerah hanya bisa dikerjakan di SumSel dan Kalimantan. 
Hasilnya PKI naik jadi partai pertama di Jawa (31% pemilih)
dan suaranya naik di semua propinsi yang sempat bikin Pemilu Daerah.

Hasil Pemilu Daerah 1957 itu membuat kaum elite pada waktu itu, dalam semua 
partai, merasa gentar. Inilah sebabnya Pemilu berikutnya
yang rencananya akan dilakukan tahun 1959/1960 dibatalkan. JW setuju dan 
bilang semua pihak khawatir PKI menang dan menjadi Parpol
nomor 1 yang dapat meraih suara diatas 50% kalau PKI dapat menguasai luar 
daerah (non Jawa). JW melihat kemenangan ini sangat
mungkin terjadi jikalau terjadi koalisi antara PKI dan PNI Sukarno yang 
bersifat permanen. Ini juga yang menyebabkan timbulnya
pemberontakan PRRI/Permesta yang disponsori oleh Amerika yang ketakutan 
dengan Bung Karno sebagai komunis. Belanda yang masih ingin
menguasai Hindia Belanda (Indonesia saat itu) mempengaruhi Amerika dengan 
mengatakan Bung Karno adalah komunis.

Lalu mayoritas para elite politik waktu itu berpaling ke Angkatan Darat 
yang dianggap punya kekuatan untuk membendung PKI. Itu
sebabnya juga prakarsa Angkatan Darat (AD) untuk menjalankan Demokrasi 
Terpimpin itu pilihan yang lebih menguntungkan bagi para
elite waktu itu dan karena itu banyak pendukungnya. Yang akhirnya 
menyebabkan para elite politik waktu itu menobatkan BK sebagai
presiden seumur hidup. Memang bisa dirasakan ketakutan para elite saat itu.

JW juga melihat ketakutan para elit politik ini. Dia berpendapat ketakutan 
elite itu atas kemenangan PKI itu juga terutama karena
takut PKI bisa menang tanpa kekerasan/senjata. Jadi kalau PKI bisa menang 
lewat pemilu yang damai, pendapat bahwa partai komunis
hanya dapat menang dengan senjata dapat dibantah. Kemenangan PKI dalam 
pemilu 1959/1960 yang diperkirakan itu adalah kemenangan
dalam Pemilu yang damai dan demokratis. JW mengingatkan para elite biasanya 
sangat toleran dan suka akan kemenangan lewat jalur
demokrasi Pemilu. Tetapi sayangnya banyak yang masih memanfaatkan dalam 
arti mengontrol jalur demokrasi ini untuk kepentingan
kelompoknya sendiri. Ini dirasakan oleh bangsa Indonesia pada rejim Orba 
yang Pemilunya selalu demokratis tapi yang menang Golkar
terus.

JW juga melihat perkembangan PKI sebagai kekuatan politik di Indonesia dan 
nasionalisasi perusahaan Belanda (yang akhirnya menjadi
BUMN dan resource base untuk TNI) mengirim signal kepada dunia bisnis dan 
pemilik modal bahwa Indonesia adalah lokasi yang berisiko
tinggi. Katanya country risk yang tinggi ini tidak mungkin diatasi dengan 
"solusi teknokrat". Jadi teori pasar, teori strukturisasi
dan teori teori bisnis lainnya tidak dapat memecahkan masalah tersebut krn 
masalah struktural yang terjadi bukan hasil dari
kebijaksanaan (policy) yang kurang baik. Situasi ini adalah hasil 
konstelasi kekuatan politik, di mana salah satu kompetitor (PKI)
makin lama makin kuat karena rakyat memilih alternatif tersebut. Dengan 
kata lain JW mengingatkan pada saat itu kepentingan rakyat
bertentangan dengan kepentingan elite lokal dan internasional. Akibatnya: 
investasi swasta merosot, produksi merosot, peluang
penciptaan lapangan pekerjaan (job creation) merosot, dll. Dan faktor 
krisis ekonomi menjadi faktor tambahan dalam situasi yang
sudah sangat konfliktual (Parpol saling nyari dukungan rakyat).

Jadi kurang bijaksana kalau ada orang yang mau bilang bahwa faktor ekonomi 
adalah faktor penyebab rusaknya perekonomian Indonesia
jaman Bung Karno. JW bilang ekonomi menjadi faktor sekunder. Justru 
perekonomian mengalami krisis karena basis kapitalisme terancam
dengan alasan private property (asset swasta) yang harus aman dalam 
kapitalisme menjadi tidak aman.

Penjelasan lain JW tentang mengapa perekonomian jaman Orla parah adalah 
tidak adanya "musuh bersama" lagi setelah proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sebelumnya semua komponen bangsa Indonesia 
mempunyai musuh yang namanya "Belanda". Begitu juga alasan
ini dapat menjadi pelajaran buat bangsa Indonesia supaya waspada dengan 
"nation bonding" = "musuh bersama" ini.. Seyogyanya walaupun
tidak ada musuh bersama, seluruh komponen bangsa harus siap bersama sama 
membangun bangsanya.

Diskusi dapat bergulir selanjutnya dengan membandingkan data bung Yohannes 
Sulaiman dan data JW.
Bung Yohanes menggunakan tahun 1952 = 100 dan JW menggunakan tahun 1957 = 
100 sebagai basis dalam menghitung cost of living index
tahun berikutnya. Tahun yang dijadikan basis ini mempengaruhi hasil tahun 
selanjutnya. Saya dapat mengerti pendapat JW karena dia
berpendapat 1955 keatas adalah periode yang penting dan terutama 1957 
keatas sebagai "turning point" sejarah Orla dengan memberikan
argumen seperti yang ditulis diatas.

Ini data Yohanes Sulaiman:
1952: 100
1953: 111
1958 (Ali II) 263
1959 (Dekrit) 307
1960: 388
1961: 1,243
1962 (Maret): 1,910

Dan ini data yang dipakai oleh JW:
1957 = 100
1960 = 348
1965 = 36,000
1966 = 150,000

Salam,
nesare

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <gelor...@yahoogroups..com>
Sent: Sunday, September 2, 2018 9:22 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: RE: [GELORA45] Sri Mulyani: Rp14 Ribu

 

 

Saya  juga tertarik dgn. cara apa supaya Rupiah bisa menguat (kalau mata 
uang negara2 lain juga melemah)?? 



---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <
nesare1@... <mailto:nesare1@...> > wrote :

Ente Kutak katiknya hanya naik turunnya rupiah.

Jelas sekali sasaran ente adalah Jokowi nya.

 

Kalau ente memang mau melihat kondisi RI secara keseluruhan ya lain 
komentarnya. Coba gimana pendapat ente supaya rupiah bisa kuat?

 

Lain kan kritik dan sasaran kritiknya?!

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> <
GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >
Sent: Saturday, September 1, 2018 11:40 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Sri Mulyani: Rp14 Ribu

 

 

Sebelum kejauhan mundurnya (20 th) kita lihat saja, 

dengan tercucuk nuruti WB-IMF apa Sri Mulyani masih 

ingat omongannya 3 bulan lalu: "Rp 14 ribu /USD 

hingga 2019".

 

--- sadar@... wrote:

 

Sudah lupa dengan pengalaman menghadapi krisis memasuki tahun 1998? 
Bukankah karena Suharto TETAP nuruti printah AS/IMF, lalu menuruti perintah 
kucurkan BLBI secepatnya itu membuat ekonomi makin terpuruk sampai nyaris 
bankrut tidak tertolong lagi, ... dan dampaknya masih dirasakan sampai 
sekarang setelah lewat 20 tahun!

 

Sunny ambon 於 2/9/2018 5:43 寫道:

 

Kalau rezim neo-Mojopahit baik-baik dan ikut nasehat USA, maka pasti Rupiah 
selalu kuat seperti orang minum  jamu kuat otot paha. kencang.hehehehehe

 

 

 



 


  • Re: [GELORA... b...@yahoo.com [GELORA45]
  • Re: [GELORA... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • Re: [G... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
      • RE... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... b...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... b...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
            • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]
            • ... zeta roza zeta_r...@yahoo.co.uk [GELORA45]
      • Re... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke