Beginilah cara berpikir neolib tentang demokrasi:
penyeragaman. 

Pertama-tama menyeragamkan sistem pergantian
kekuasaan melalui "pemilihan umum". Barang siapa 
tidak punya pemilihan umum harus dicap sebagai 
negara / bangsa yang tidak demokratis. Tidak seragam.

Kedua, keberhasilan  citra penguasa diukur dengan 
pembangunan seperti di negara demokratis lain, 
minimal negara-negara tetangga yang punya jalan tol, 
mol, junk food, serta simbol-simbol ekonomi modern 
macam Versace hingga Starbucks dll. Bukan diukur 
dari keberhasilan memenuhi kebutuhan Rakyat sendiri. 
Persetan dengan kebutuhan orang banyak (demos). 
Ketiga, apabila cukup miskin untuk beli "seragam" itu, berutanglah. 
--- j.gedearka@... wrote:

https://www.antaranews.com/berita/785020/menkeu-sebut-infrastruktur- 
indonesia-masih-tertinggal-dibandingkan-negara-tetangga
 
 
 
    Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 
ketersediaan infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara 
tetangga di Asia Tenggara, meski pembangunannya sudah digencarkan dalam empat 
tahun terakhir.
 
 "Pembangunan infrastruktur tidak mungkin berhenti, karena kita masih harus 
mengejar ketertinggalan di ASEAN terutama ASEAN plus lima," ujarnya saat 
mengisi seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2019 di Jakarta, Selasa.
 
 Sri Mulyani mengatakan polemik terhadap pembangunan infrastruktur seharusnya 
tidak terjadi karena kesenjangan kualitas Indonesia masih terlihat dan 
keberadaan infrastruktur bermanfaat untuk mendukung konektivitas.
 
 "Kalau pergi ke Singapura, Thailand, dan Malaysia, pasti kita merasa masih 
kalah dan tertinggal. Kita lihat terus perbandingannya. Di Bangkok saja 
sekarang mereka punya stasiun sentral yang besar seperti di New York, sedangkan 
kita masih membangun MRT," katanya.
 
 Untuk itu, ia mengatakan pembangunan infrastruktur masih menjadi fokus 
pemerintah untuk mendorong daya saing seiring dengan pengembangan kualitas 
sumber daya manusia melalui pembenahan sistem pendidikan dan pelatihan vokasi.
 
 Sri Mulyani mengatakan pembangunan infrastruktur tersebut tidak hanya 
menggunakan dana dari APBN namun juga melibatkan BUMN maupun swasta melalui 
skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
 
 "Kita sudah mempunyai blue print untuk konektivitas, karena selain APBN, ada 
APBD, KPBU, kita juga menggunakan BUMN plus private sector melalui pinjaman. 
Kita lakukan pembiayaan lebih bervariasi, untuk menyukseskan proyek prioritas 
nasional," katanya.
 
 Hingga saat ini, sebanyak 46 proyek infrastruktur yang masuk daftar Proyek 
Strategis Nasional (PSN) mencakup jalan tol, pembangkit listrik maupun 
penyediaan air minum telah selesai dibangun dengan nilai mencapai Rp159 triliun.
 
 Baca juga: Bank Dunia berikan penjelasan terkait kajian infrastruktur Indonesia
 Baca juga: Presiden resmikan pembangunan Tol Banda Aceh-Sigli
   
Pewarta: Satyagraha
 Editor: Kelik Dewanto

 COPYRIGHT © ANTARA 2019

   

Kirim email ke