ISIS kepanasan, lagi ngisis di Indonesia Pada tanggal Jum, 5 Apr 2019 pukul 20.41 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
> > > > > https://news.detik.com/kolom/d-4498122/terorisme-di-indonesia-pasca-kekalahan-isis?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.152379769.1786929284.1554487192-300418541.1554487192 > > Jumat 05 April 2019, 15:02 WIB > Kolom Terorisme di Indonesia Pasca Kekalahan ISIS > Sugiri yuhuuu - detikNews > <https://connect.detik.com/dashboard/public/jancuoye> > Sugiri yuhuuu <https://connect.detik.com/dashboard/public/jancuoye> > Share *0* > <https://news.detik.com/kolom/d-4498122/terorisme-di-indonesia-pasca-kekalahan-isis?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.152379769.1786929284.1554487192-300418541.1554487192#> > Tweet > > <https://news.detik.com/kolom/d-4498122/terorisme-di-indonesia-pasca-kekalahan-isis?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.152379769.1786929284.1554487192-300418541.1554487192#> > Share > *0* > <https://news.detik.com/kolom/d-4498122/terorisme-di-indonesia-pasca-kekalahan-isis?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.152379769.1786929284.1554487192-300418541.1554487192#> > 0 > komentar > <https://news.detik.com/kolom/d-4498122/terorisme-di-indonesia-pasca-kekalahan-isis?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.152379769.1786929284.1554487192-300418541.1554487192#> > [image: Terorisme di Indonesia Pasca Kekalahan ISIS] Ilustrasi: Tim > Infografis > *Jakarta* - Setelah berhasil menangkap 11 orang yang diduga terlibat > jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Polri kini tengah mengincar > pimpinan kelompok tersebut untuk jaringan Bandung. Menurut pihak Polri, JAD > cabang Bandung diduga ikut terlibat dalam beberapa aksi teror, salah > satunya aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Solo yang menargetkan gereja > dan kantor kepolisian. > > JAD sendiri merupakan bagian dari kelompok JamaahAnsharut Tauhid, sebuah > kelompok pecahan dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dipimpin oleh > Abu BakarBaasyir. KelompokJAD dikabarkan memiliki afiliasi yang kuat dengan > kelompok ISIS di Suriah dan Irak. > > Tentunya fenomena terorisme di Indonesia yang kini begitu marak dilakukan > oleh kelompok JAD sangatlah menarik dicermati. Di Irak, berdasarkan > pernyataan resmi Haider al-Abadi, Perdana Menteri Iraq saat itu pada > Desember 2017, ISIS sudah tumbang. Sementara di Suriah, seperti klaim > Presiden AS Donald Trump beberapa hari silam, ISIS telah dikalahkan dan 100 > persen kawasan yang dikuasai oleh kelompok pimpinan Abu Bakar al Baghdadi > tersebut dapat direbut kembali. > > Tampaknya klaim kemenangan atas ISIS tidak serta merta menghentikan > operasi teror belasan ribu anggotanya yang masih tersisa di Suriah dan > Irak, termasuk di Indonesia. Menurut James Jeffrey, Utusan Khusus AS untuk > Global Koalisi Melawan ISIS, pada pertengahan Maret lalu diperkirakan masih > ada 15.000 hingga 20.000 anggota ISIS yang beroperasi di kedua negara > tersebut melalui pembentukan sel-sel teroris. > > Artinya, tumbang dan melemahnya ISIS di pusat semestinya juga melemahkan > pergerakan para anggota dan simpatisannya di seluruh dunia, termasuk di > Indonesia. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. JAD diperkirakan akan > masih tetap beroperasi dan belum mengindikasikan kelompok tersebut akan > menyerah, seolah mereka tak mengindahkan ancaman hukuman lebih tegas > sebagai konsekuensi hukum atas yang revisi Undang-Undang Terorisme pada Mei > tahun silam. > > Densus sendiri dikabarkan berencana akan melakukan pengejaran mereka di > wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur karena kelompok tersebut diduga akan > merealisasikan aksi terorisme di dua provinsi tersebut. Dan tak menutup > kemungkinan, jaringan JAD juga akan melancarkan aksi terornya di > pulau-pulau lainnya selain pulau Jawa. > > Pastinya kekalahan ISIS di kawasan Timur Tengah akan melemahkan sumber > pendanaan bagi perekrutan dan pengoperasian simpatisan mereka di seluruh > dunia, termasuk juga di Indonesia. Melemahnya aliran pendanaan dari pusat > juga secara implisit sempat diakui oleh JAD yang kini tengah melakukan > penggalangan dana sebelum mengimplementasikan beberapa aksi terornya. > Namun, ideologi-ideologi *takfiri*, Salafi, radikal, dan ekstremis yang > selama ini dijunjung tinggi organisasi tersebut, ibarat bom waktu akan > kembali mewarnai jagat Tanah Air jika masyarakat lengah mengantisipasi > penyebaran pengaruh ideologi-ideologi serupa. > > Ideologi ekstremisme dan radikalisme memang tak akan pernah hilang seratus > persen dari muka bumi. Ideologi tersebut sulit terkikis selama masih ada > masyarakat yang terjebak dan tertarik untuk mempelajari serta > mengaplikasikannya. Ibarat barang dagangan, ideologi tersebut tengah > menunggui calon pembeli yang siap memboyongnya untuk dibagi-bagikan ke > individu-individu lainnya. > > Fenomena tersebut diperparah oleh fakta yang disampaikan Muhammad AS Hikam > dalam bukunya *Deradikalisasi* bahwa negara beserta aparatnya telah > kecolongan dalam mengantisipasi masuknya propaganda ISIS ke Indonesia, > serta kurangnya penyebaran pemahaman Islam yang benar pada masyarakat. Ada > anggapan di kalangan masyarakat bahwa dengan mengadopsi ideologi tersebut, > mereka akan menemukan jalan tuntunan Islam yang benar, dan paling benar, > sehingga tak mengherankan budaya pengkafiran terhadap para individu yang > tidak sepaham dalam pemikiran dan interpretasi akan mewarnai *mindset* > mereka. Dari sinilah, benih-benih terorisme secara perlahan mulai menutupi > logika dan cara berpikir mereka. > > Dalam bayang-bayang kesamaan pemikiran dan cara pandang yang disusupi oleh > ideologi-ideologi impor semisal Salafi dan *takfiri *tersebut, mereka > akhirnya membentuk sebuah kelompok eksklusif yang berupaya mengisolasi diri > mereka dari keramaian masyarakat sekitar. Dengan kecanggihan alat-alat > komunikasi seperti internet, koordinasi dan distribusi informasi semakin > mudah dipraktikkan. Para simpatisan dan anggota yang berkecukupan akan > menyisihkan sebagian hartanya untuk memuluskan operasi mereka. > > Menurut penelitian yang dilakukan oleh Institute for National Security > Studies, setidaknya ada 4% dari total populasi di Indonesia yang mendukung > jaringan ISIS. Meskipun demikian, berdasarkan riset yang sama, dukungan > masyarakat Indonesia ternyata dianggap masih lebih rendah dibandingkan > negara tetangga Malaysia yang mencapai 11,2 %. > > Menurut Farah Pandit, Duta Besar keliling AS untuk komunitas Muslim dunia > yang juga seorang Muslimah yang konon telah mengunjungi 80 negara dalam > upayanya membentuk jaringan Islam moderat, dalam bukunya *How We Win* > menyimpulkan, faktor penentu seorang Muslim menjadi seorang ekstremis dan > radikal adalah apabila dirinya merasa sedang kehilangan jati dirinya. Dia > menjadi pribadi yang termarjinalkan secara sosial dan politik dalam > kehidupan bermasyarakat, sehingga emosi tersebut mendorongnya untuk mencari > jati dirinya yang hilang di "tempat lain". Mereka menjadi orang-orang yang > kurang dirangkul dan dipahami oleh pemerintah dan warga setempat. Dalam > kehidupan berbangsa dan bernegara, mereka ini terabaikan, aspirasi mereka > terlupakan, walaupun secara ekonomi dan status sosial, banyak dari mereka > sebenarnya tak memiliki masalah. > > Kesimpulannya, tugas pemerintah bersama masyarakat dalam menuntaskan > isu-isu terorisme masihlah panjang. Ideologi tersebut tidak bisa dienyahkan > secara total, namun penyebaran pengaruhnya dapat diminimalisasi jika kita > memiliki komitmen yang kuat dalam menciptakan keamanan dan stabilitas di > Tanah Air. > > *Sugiri Nurdin **kandidat Ph.d Politik Timur Tengah di Tehran University* > > > *(mmu/mmu)* > Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca detik, isi dari tulisan di luar > tanggung jawab redaksi. Ingin membuat tulisan kamu sendiri? Klik di sini > <https://news.detik.com/kolom/kirim> sekarang! > > > > > > > >