Ini ide bagus dari pak Untung ini. Memang Kentungan (kentongan) adalah
telah amat lama di pakai untuk suatu tanda, setidaknya di Indonesia
mulai Demak, Mataram, lalu Surakarta, Yogyakarta. Macam-macam kode,
misalnya akan beda untuk tanda: banjir, ada kemalingan, begal,
perampokan, ada lawan mau menyerang, ada perayaan, ada lelayu, kenduri
slamatan di suatu rumah, dll. Di Sempol kampungku, kenduri selamatan
juga pakai kentongan, selain ada yang datang rumah-kerumah untuk
mengundang. Kentongan besar (bedug) untuk tanda di mushola, masjid. 

Tentu tanda musik kentongan ini akan bisa di gunakan untuk tanda
tsunami. Nah kode gempa/tsunami yang mungkin paling canggih di Indonesia
adalah di Pusat Kendala Bahaya Gempa & Tsunami, lantai 3 gedung di BPPT,
Kemayon, JKT itu.  Sepintas saya lihat tgl 7 Januari lalu, tempat ini
sudah berintegrasi dengan tempat-tempat mungkin gempa. Uji coba
dilakukan sewaktu "peringati tsunami Aceh", di lakukan Pelatihan Tsunami
di Padang, akhir tahun lalu : Stimulasi ada gempa dan tsunami di Padang.
Dari pusat ini, di mana seismograf-seismograf (eh geophone-geophone) di
pasang di Indonesia, lalu instrument di pusat ini mencacatnya, lalu beri
kabar ke daerah gempa (Padang), lalu pusat Padang kirim ke mana-mana
daerah pemukiman bahaya (disinilah kentungan mungkin akan berfungsi),
lalu orang lari-lari selamatkan ke daerah aman, daerah berelevasi
tinggi.

Kentongan, ya salah satu perkusi musik ini, berikan amplitudo beberapa
dB (desibel). Pun gempa bervariasi amplitudonya, dari Magnitudo terbesar
(10), hingga kecil-kecil. Berapa gempa (pembunyian perkusi) di Indonesia
perhari ? Mungkin Indonesia dengan sekitar 1500 gempa/hari dengan
magnitudo 4M. Nah untuk magnitudo lebih kecil, misal 1 M, mungkin bisa
sampai 10.000 perhari. Apalagi hingga db yang rendah, serendah bunyi
ketikan di komputer, dan gesekan pena di kertas (hasilkan banyak
filosofi). 

Telah saya dapatkan detil data jumlah tsunami 200 th terakhir di
Indonesia (dari Pak Nanang). Sejak Oktober 2004 telah saya ketahui bahwa
jumlah tsunami pertahun di Indonesia itu, ya naik-turun,
membesar-mengecil. Pereode jumlah maximum ke maximumnya adalah 70 th,
sesuai prediksi Kalender SALAM.      

Ada yang tahu software nyatakan lokasi (X,Y,Z,T) ? 
Data tsunami itu telah ada X,Y,Z,T. Saya mau lihat selama 200 th itu
mana-mana yang membunyikan perkusi orchestra itu di waktu yang mulai th
1800 hingga sekarang. Konsepnya, tsunami berikut akan bisa di ketahui
dari data sejarah, yakni urutan bunyi-bunyi itu. Konsep lain bahwa gempa
yang timbulkan tsunami, adalah di dahului oleh gempa-gempa kecil
sebelumnya. Pun jumlah gempa 4 M dan lebih besar mulai Tsunami Aceh 26
Des 2004 hingga sebulan berikutnya, ikuti pola gempa banyak di bulan
purnama dan bulan mati, serta sedikit di hari-hari lainnya. Siapa tahu
ini akan bisa menurunkan korban-kerugian. 

Pingin buat musik orchestra disebut HARJO BINANGUN "History And
Reduction of Jeopardy effect of Oncoming orchestra in Breaking plate
tectonic (earthquake, tsunami, volcano eruption), Intensive temperature
(global warming-global colling), Nonnormal precipitation( flooding, land
slide, drought), Atmospheric hazard (cyclone, tornado, sea wave,
kebakaran hutan), Numbers bioevolution hazarduses (virus, civilization,
etc) including economy, Global sea level change (land drawnded), and
other Undefined hazardus here made by the four Natural energies. Semua
tadi timbulkan kemungkinan kerugian. Nah untuk global sea level change,
yah tepat di maximum flooding surface siklus 70 th, yakni th
1951-1952,Kalender SALAM, terdapat meluapnya air laut di Belanda. Nah
perubahan itu hanya bebErapa meter, dan ternyata efeknya besar, karena
20 % luas Belanda ada di bawah muka laut, dan hampir 50 % penduduk
Belnda menempati daerah 20 % ini. Dan mungkin efek terbesar dunia oleh
adanya perubahan muka laut pada 100 th terakhir.   

Harjo berarti juga raharjo, slamet, atawa salam juga. Binangun, dari
kata bangun dan sisipan "in", ini berarti membangun. Harjo Binangun ya
usaha membangun ke keslamatan.  Difinisi HARJO sudah lebih mantab,
BINANGUN-nya ya baru awal difinisi.  Eh itu nama kelurahan lahirku ding.

Salam,
Maryanto.

-----Original Message-----
From: M Untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, January 26, 2006 6:06 PM
To: HAGI-Net; iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kentungan


Rekan-2 anggota IAGI dan HAGI,

KENTUNGAN SELAMATKAN RATUSAN NYAWA. Ini adalah judul Laporan di harian
KOMPAS hari ini (26/1). Perlu dibaca. Kentungan ini cara nenek moyang
kita bagaimana menyelamatkan suatu masyarakat  dari suatu bencana. Cara
ini pernah saya sebut atau usulkan dalam suatu forum untuk diterapkan
terhadap tsunami. Walaupun kini peringatkan dini (early warning system)
dengan teknologi canggih harus kita ketahui dan sedapat mungkin kita
terapkan di negeri kita, tetapi hendaklah cara kentungan ini tetap
digunakan di desa-desa dekat pantai yang rawan terhadap tsunami.
Informasi dengan cara canggih mungkin sekali tidak atau sulit mencapai
rakyat kecil, mungkin hanya sampai di bupati dan paling-paling sampai di
camat. Jadi, perlu didesain cara penyelamatan dari bencana yang efektif
dan murah. 

M. Untung



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke