Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI (Kamus Besar 
Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang istilah keilmuan. 
M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut sebagai penyumbang 
istilah-istilah geologi. 
 
Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang peng-Indonesia-an 
istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah tepat. Pak 
Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam bahasa 
Indonesia, baik sebagai padanan dari bahasa Inggris (diterbitkan ITB, 1981), 
maupun sebagai Kamus Ilmu Kebumian (Grasindo, 1994). Bagaimana perkembangan 
terbaru pengistilahan geologi dalam bahasa Indonesia setelah pertengahan tahun 
1990 ? Adakah yang meneruskan usaha yang telah dengan tekun dirintis oleh Pak 
Purbo tersebut ? Barangkali Pak Untung punya info ?
 
Mud volcano pernah diterjemahkan sebagai "poton" oleh Pak Purbo, megambil kata 
asli dari Pulau Timor yang banyak gununglumpurnya.  Tak ada seorang pun yang 
kini menggunakan "poton" tersebut untuk menamai Lusi di Jawa Timur, 
gununglumpur pun sedikit yang memakainya, lebih banyak yang memakai "Lusi mud 
volcano". Ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang lebih senang berbahasa teknis 
dengan istilah aslinya. Adakah yang lebih senang memakai "selut" sebagai ganti 
"ooze","petabah" untuk monadnock", "bintil" untuk "nodule", "surutan cepat" 
untuk "rapid drawdown" ? Saya tak pernah mendengar seorang pun lebih senang 
memakainya. Maka, pengistilahan bahasa Indonesia jelas masih 
harus bersaing dengan kegemaran orang beristilah dengan bahasa aslinya.
 
Saya memperhatikan bahwa peristilahan yang dianggit Pak Purbo kebanyakan hanya 
dipakai oleh publikasi-publikasi keluaran P3G/PSG. Di luar itu, nampak 
keengganan menggunakannya. Entah mengapa. Paling mungkin adalah bahwa mereka 
tidak pernah tahu bahwa istilah-istilah bahasa Indonesia untuk banyak istilah 
teknis geologi itu telah ada. 
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 3:44 PM

> Pak Awang jangan lupa kamus istilah geologi karya MM Purbo-Hadiwidjojo,
banyak membantu peristilahan dalam geologi

Salam Untung Sudarsono
 Pak Taufik,
>  
> "Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang
persenan,
> (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata
> itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman
> dan lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai
padananannya
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).
>  
> Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
> dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
> berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa
> kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari
> sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan
> baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa
> nasional kita. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia
> (Inggris, Arab, Cina, dll.), bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya.
> Meskipun demikian, penuturnya banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita
> cukup penting posisinya. Maka, pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu
> kemutlakan.
>  
> Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya
> sesederhana membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan
> bersungguh-sungguh, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
>  
> Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan
> benar :
>  
> - Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai
> Pustaka, 2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing
> kita akan makna tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana
> kata-kata nonbaku.
>  
> - Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi
> ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup
> praktis untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
>  
> - Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
> Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
> Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua
> buku ini bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam
> bahasa Indonesia dan menerjemahkan istilah asing.
>  
> Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin
> mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas
> buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan
> kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah
> ini.
>  
> - Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar,
> Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya,
> buku ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya -
> 2005 masih saya lihat ada di toko-toko buku).
>  
> - Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin
> buku-buku ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya
> Pak Badudu yang terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang :
>  
> Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
> Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan
> cetakannya)
> Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
>  
> Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai
> penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi
Sendiri" (Anton
> Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia :
> Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta,
> 1990).
>  
> Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di
> sana buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan
> menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita
> pernah mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata
> masih banyak kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa
> Indonesia.
>  
> Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988)
> mengatakan bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia
> karena kita selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita
> kurang berlatih di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang.
>  
> Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam
> seminggu untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menyempatkan untuk
> mempelajarinya di tengah berbagai kesibukan. Kita akan memperhatikan
> hukum-hukum dalam bahasa ketika kita harus menulis sebuah karangan dengan
> bahasa yang baik dan benar, maka semakin banyak kita menulis, akan semakin
> baik ketrampilan kita berbahasa.
>  
> Mari kita terus belajar bahasa Indonesia ! Beli buku-bukunya, pelajari,
> dan terapkan !
>  
> salam,
> awang
>
> --- On Thu, 11/13/08, taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Thursday, November 13, 2008, 8:59 AM
>
> Terima kasih banyak Pak Awang. Uraian yang menarik. Saya merasakan sekali
> kesulitan itu. Mau berbahasa Indonesia yang benar ternyata sulit, apalagi
> berbahasa Inggris yang baik, jauh lebih sulit. Jadinya serba naggung.
> Campur-campur.
> Mungkin Pak Awang punya tip (saya takut keliru dengan "tips")
apa
> yang harus
> kita lakukan dalam belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar itu.
> Mungkin
> punya buku-buku referensi yang bagus dan lengkap?
>
> Terima kasih,
>
>  Taufik Anwar
>
> On Thu, Nov 6, 2008 at 11:40 PM, Awang Satyana
> <[EMAIL PROTECTED]>wrote:
>
>> Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28
Oktober
>> lalu, tepat 80 tahun setelah "Sumpah Pemuda" diikrarkan,
yang
> saya tulis di
>> ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan
>> AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh
> tulisan
>> lain tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang
> harus
>> segera ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada
>> bahasa persatuan kita : bahasa Indonesia.
>>
>> Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun "Sumpah
> Pemuda" (28
>> Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting
>> sejarah bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai
>> perkumpulan
>> daerah bersatu bersumpah "bertanah air satu : Tanah Air
Indonesia,
> berbangsa
>> satu : Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>>
>> Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan
>> tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan
tinggi
> dan
>> setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari
>> dalam
>> berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap
bahasa
>> Indonesia itu mudah. Benarkah ?
>>
>> "Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah
> bahasa
>> Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan
sehari-hari,
>> tetapi bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
>> orang", demikian kutipan dari "Cakrawala Bahasa
Indonesia"
> (Badudu, 1988, PT
>> Gramedia, hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti
>> Yus
>> Badudu saja mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah,
>> maka
>> sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>>
>> Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
>> Yaitu, ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi.
Seseorang
> yang
>> tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur
> akan
>> merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan
umum
>> dalam suatu acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis
>> akan
>> merasa sukar bila ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi,
>> kertas
>> kerja, laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan
> suatu
>> bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap
>> bahasa
>> berlaku hal itu.
>>
>> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif.
Kita
>> yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus
>> sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap
>> bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa
>> tak
>> ada kekurangan pada diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan
> bahasa
>> Indonesia itu dengan baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa
kita
>> tidak membuat kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata
>> dalam
>> kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat
?
>>
>> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia
terus
>> bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan
>> berkembang secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
>> mantap. Walaupun kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari
>> bahasa Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia
> sebab
>> bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau bentukan kata
yang
>> selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut aturan yang
benar.
> Kita
>> tidak akan pernah tahu bahwa itu salah kalau kita tidak lagi belajar
> bahasa
>> Indonesia. Kesalahan berbahasa yang kita anggap benar itu disebut
> "salah
>> kaprah".
>>
>> Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa
>> kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada
>> bentuknya
>> yang benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah,
terlalu
>> banyak penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu
bukanlah
>> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima
>> sebagai
>> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang mantap. Bahasa
yang
> baik
>> ialah bahasa yang mantap, yang bersistem, yang mudah dipelajari.
Bahasa
> yang
>> bersistem adalah bahasa yang mudah dipelajari. Dalam linguistik
>> dijelaskan
>> bahwa kita belajar bahasa dengan membentuk analogi dari bentuk pertama
> yang
>> kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada sistem bahasa itu, akan
>> sangat sukar mempelajari bahasa karena semua harus dihafalkan saja.
>>
>> Sikap kita yang kurang teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa
>> menyebabkan makin tersebarnya bentuk salah kaprah itu. Beberapa salah
> kaprah
>> yang sering ditemui : merubah, mengenyampingkan, dimana, ijin, bersama
>> ini
>> kami kabarkan, pertanggungan jawab, tapi, kenapa, lain kesempatan,
>> kantor
> di
>> mana saya bekerja, itu adalah benar, disebabkan karena, lebih besar
>> dari,
>> berulang kali, para hadirin, pada zaman dahulu kala, kwalitas,
analisa,
>> metoda, prosentase, praktek, hektar, sistim. Semoga kita tahu apa
>> bentuk-bentuk benar dari bentuk-bentuk salah ini.
>>
>> Anton M. Moeliono, seorang tokoh bahasa Indonesia, menulis dalam
> "Politik
>> Bahasa Nasional" (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976,
hal.
> 29),
>> "Bahasa baku perlu memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
> kaidah dan
>> aturan yang tetap. Tetapi kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan
> yang
>> bersistem di bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan
>> berjenis ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna." "Ciri
lain
> yang harus
>> dimiliki oleh bahasa baku yang modern ialah ciri kecendekiaan. Bahasa
>> Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di
> berbagai
>> bidang ilmu, teknologi, dan antarhubungan manusia, tanpa menghilangkan
>> kodrat dan pribadinya."
>>
>> Kita menginginkan dan berusaha menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang
>> lebih tinggi tarafnya daripada sekadar bahasa pergaulan saja. Kita
ingin
>> agar bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmiah. Keinginan kita itu telah
>> kita
>> buktikan. Kita telah berusaha menciptakan istilah yang cukup bagi
>> berbagai
>> bidang ilmu. Kita mencoba meningkatkan swadaya bahasa kita dengan
>> menciptakan bentuk-bentuk baru dari unsur bahasa yang ada. Di
perguruan
>> tinggi, kuliah diberikan dalam bahasa Indonesia. Laporan-laporan
ilmiah
>> seperti kertas kerja, makalah, skripsi, dan disertasi ditulis dalam
> berbagai
>> bidang ilmu ditulis dalam bahasa Indonesia.
>>
>> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia haruslah positif. Artinya, cinta
>> akan
>> bahasa Indonesia haruslah diejawantahkan dengan perbuatan yang nyata.
> Setiap
>> putra dan putri Indonesia haruslah mau berusaha meningkatkan
pengetahuan
> dan
>> keterampilannya berbahasa Indonesia. Kita harus memberikan tempat dan
>> kedudukan yang layak bagi bahasa Indonesia karena ia bahasa nasional
>> kita.
>> Penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia harus lebih tinggi daripada
>> penghargaan kita terhadap bahasa asing yang mana pun.
>>
>> Mari kita terus belajar bahasa Indonesia.
>>
>> salam,
>> awang
>>
>>
>>
>
>
>
>



--------------------------------------------------------------------------------
serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




      

Kirim email ke