Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3 gambar 
yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air di Walikukun, 
Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu mengeluarkan gas dan 
lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).

Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah dataran 
alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang mengalir 
selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah pantai utara 
Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di daerah Tinggian 
Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus dengan Platform 
Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat Low dan di 
Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri kemungkinan 
dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan utara-selatan yang menjadi 
ciri khas pola cekungan di daerah tersebut. Sumur2 yang pernah dibor di sekitar 
daerah ini adalah Cileles-1, Rangkasbitung-1, dan Tangerang-1 di selatan dan 
tenggara daerah "rembesan" gas-lumpur Serang ini. Cileles punya oil/gas show, 
sementara Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 laporannya dry hole saja. Tangerang-1 
(dan Rangkasbitung-1 juga) dibor di daerah yang dianggap tinggian, walaupun 
delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi dari cekungan NWJava Basin. Di 
sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data rembesan 
minyak dari data Belanda (didaptkan waktu survey permukaan Pertamina-Repsol 
tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, besar kemungkinan rembesan2 minyak 
(seperti yang dilaporkan oleh Belanda tersebut) juga menggejala di sekitar 
daerah Tangerang High- Seribu Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: 
SR, maturity, migrasi ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, 
seal dan trapping nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?

Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini nampaknya 
kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan alluvial Ciujung 
Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic yang diakibatkan oleh 
proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan kondisi reduksi,.. dan 
kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone yang mengandung isi BIOGENIC 
GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP di offshore. Di daerah tinggian 
Tanggerang - Seribu Platform ini begitu anda mengebor permukaannya maka dibawah 
alluvial akan anda temukan lempung tebal Formasi Cisubuh yang merupakan batuan 
penutup yang ideal. Masalahnya adalah: seberapa tebal alluvial recent-nya? 
Apakah 30-40 meter sudah habis alluvial Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke 
lempung Cisubuh s/d 70 meter kemudian di 70 meter menembus Gamping Parigi yang 
berisi Gas Biogenic? Kalau memang begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar 
akan terus menerus keluar karena resourcesnya akan jauh lebih besar dari 
sekedar gas rawa endapan alluvial biasa yang dalam 1-2 minggupun kemungkinan 
akan depleted. Apalagi kemungkinan adanya tekanan yang direpresentasikan dengan 
tingginya semburan s/d 15 meter kemudian terjadi intermittent variation dari 
tinggi semburan, kesemuanya mengindikasikan adanya sistim tekanan yang 
kemungkinan lebih besar daripada sekedar tekanan fasa gas di sistim terbuka gas 
rawa alluvial,... itu lebih mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari 
reservoir Parigi.

Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas, bedanya 
adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan ringan 
(terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka sistim 
tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang akan 
bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar tersebut.

Apakah kasus bawah permukaannya sama dengan Lumpur Sidoardjo? Less likely. 
Kalau di luSi, kita berhadapan dengan mud-diapir,... ada lapisan lempung/lumpur 
tekanan tinggi Kalibeng Atas yang terus menerus aktif mengeluarkan lumpur ke 
permukaan. Sementara itu di Serang sini, tidak pernah tercatat analogi Cisubuh 
sebagai overpressure shale yang significant apalagi mud-diapir. Jadi,.. 
kemungkinan lumpur yang keluar merupakan hasil penggerusan dari lempung Cisubuh 
oleh gas dan air yang berasal dari Parigi Formation. Skenario hipotesis ini 
semua masih perlu dibuktikan dengan analisis lumpur (umur, kematangan, 
komposisi dsb), analisis air (asin tidaknya, dsb), dan tentunya analisis gas 
dan batuan lain yg keluar dr semburan (kalau2 memang ada bongkah gamping di 
dalamnya kemungkinan Parigi terlibat).

Apapun penyebabnya, semburan tersebut harus ditutup untuk menyelmatkan 
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Memang masih belum terbayang efeknya akan 
sebesar daerah Banjar Panji, akrena tipenya juga berbeda dan kedalamannya 
berbeda, tetapi bukan berarti kita bisa santai2 saja. TUTUP segera!!! Tentunya 
dengan menggunakan metodologi dan peralatan yang sesuai kaedah2 keteknikan di 
Oil&Gas. Pertamina punya operasi di daerah Bekasi. CNOOC dan BP juga punya 
daerah operasi berdekatan di offshore daerah tersebut. Mudah2an lewat BPMigas - 
ESDM Pusat dan ESDM Provinsi bisa diusahakan untuk membantu masyarakat disana 
segera menangani semburan tersebut dengan menutupnya. Mumpung baru 3 hari.



Lebih cepat ditangani lebih baik. Jangan hanya dijadikan komoditi perdebatan 
politik dan unjuk janji. Yang urusan di Porong saja belum selesai-selesai,.... 
jangan lagilah di Serang ini dijadikan ajang pertunjukan semata. Kasusnya 
mungkin ada kemiripan dengan yang di KalSel 2 tahun yg lalu. Yang jelas, dalam 
hal ini tidak ada E&P Company yang terlibat seperti di Lengowangi (Petrochina), 
SumSel (Pertamina) == yang keduanya berhasil dijinakkan, dan di Porong 
(Lapindo) == yang masih berlangsung ..... Dan yang jelas, gak mungkinlah 
selesai hanya dengan ngejar2 kumpeni yang ngebor air untuk bertanggung-jawab. 
Semua pihak yang concern harus terlibat.



Salam

ADB

=============================================
Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
Hery Winarno - detikNews

Serang - Warga Kampung Astana Agung, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, 
Kabupaten Serang, Banten panik pada Sabtu (20/6/2009) dini hari. Mereka 
dikejutkan dengan semburan lumpur dan gas methan yang muncul tiba-tiba. Tinggi 
semburan lumpur itu sempat mencapai 15 meter.

Salah seorang warga, Ny Laeli Sapuro, saat ditemui detikcom di lokasi semburan, 
Minggu (21/6/2009) menceritakan semburan lumpur dan gas berbau belerang itu 
terjadi pertama kali pada pukul 04.00 WIB Sabtu kemarin. Lumpur berpasir ini 
menyembur sangat tinggi.

"Tinggi semburan bisa lebih dari 15 meter. Dari pohon yang paling tinggi itu, 
semburannya masih di atasnya itu lagi," kata Laeli sambil menunjuk sebuah pohon 
yang tingginya sekitar 10 meter.

Laeli dan keluarganya sempat panik ketika mendengar dan melihat semburan itu. 
Maklum, rumah Laeli hanya berjarak sekitar 8 meter dari lokasi semburan itu.

Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor untuk mencari 
air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang mencapai kedalaman 
100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 meter. Nah, semburan 
lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 meter itu," ujar dia.

Di kampung Laeli, warga sangat sulit untuk mendapatkan air bersih. Untuk 
memperoleh air bersih, maka warga harus mencari sumber air hingga kedalaman 
yang sangat dalam. Bila hanya menggali sumur puluhan meter, maka air yang 
dihasilkan berasa asin.

"Rencananya akan dibuat sumber air bersih untuk warga," kata Ny Laeli. Sumber 
air bersih itu juga akan digunakan untuk Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes) yang 
sedang dibangun di samping lokasi semburan lumpur itu.

Kini, pembangunan Puskesdes pun terganggu karena semburan lumpur tersebut. 
Bahkan, gedung yang sedang dibangun itu juga makin tidak karuan.

(asy/nrl)

Kirim email ke