Pak Rovicky,
 
Kan itu ada ketentuannya per Negara total inject ke udara (ada yang dibolehkan 
dibuang ke udara, tetapi sangat dibatasi) yang diatur oleh UNEP PBB, 
sebagian negara2 bertetangga malah bisa saling bertukar/"membeli"/berunding 
tentang modifikasi atas batas injeksi itu selama total di wilayah tersebut 
tetap sama.
 
Kalau untuk Natuna D Alpha jelas yang mengatur berapa yang diinjeksi ke udara 
dan yang di-reinjeksi ke bawah permukaan adalah Migas dan KLH tetapi mengikuti 
aturan2 internasional.
 
salam,
Awang

--- Pada Sab, 10/4/10, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 11:51 PM


Pak Awang dkk
Berapa % CO2 yang boleh direlease (flared) ke angkasa ? Atau harus zero
(reinject) ?
Siapa yang menentukan angka % CO2 yg bebas direlease ke udara ini ?

Salam

2010/4/10 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

> Pak Taufik,
>
> Tentang cut off CO2 untuk layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya
> ditentukan oleh keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih,
> akan dikembangkan bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas superraksasa
> Natuna D Alpha yang contingent resources-nya (post-drill) mendekati 50 TCFG
> (setelah dipotong 75 % CO2) akan mulai dikembangkan sebab tentu akan tetap
> ekonomis meskipun CO2-nya 75 %. Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani
> CO2 memang perlu diadakan, tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap
> ekonomis.
>
> Berbeda halnya dengan contingent resources (post-drill) penemuan gas di
> Rembang-Blora (Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok
> sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %. Jadi
> tak ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya dikembalikan. Beberapa
> penemuan lainnya di area sekitar Jambi dengan kadar CO2 tinggi masih
> menunggu untuk dikembangkan sebab saat ini keekonomiannya belum baik.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Jum, 9/4/10, OK Taufik <ok.tau...@gmail.com> menulis:
>
>
> Dari: OK Taufik <ok.tau...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM
>
>
> Pak Awang,
> Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep thailand) berani mengembangkan
> lapangan gas dengan kadar CO2 antara 60-70% di Offshore Shongkla-Thailand?,
> seberapa besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di kembangkan,
> sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke negara?..apa ada
> pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran CO2 yang tinggi ini?.
>
> Ok Taufik
>
> 2010/4/9 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
>
> > Irfan,
> >
> > Selamat bergabung di milis IAGI.
> >
> > N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases,
> > yaitu gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
> > propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong
> reserve
> > HC gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
> > jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
> > terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
> > sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya
> > tinggal 53 TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja
> > dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
> > kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex Lundin.
> Banyak
> > lapangan gas dengan CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat
> > fasilitas produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> > lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
> >
> > Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk
> > dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi
> dengan
> > dua sumber : organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan
> magmatic
> > origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka).
> > Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
> > kerogen dan temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
> > berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen
> disertai
> > analisis geologi.
> >
> > Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa
> > berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama
> diagenesis
> > kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> > dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber :
> > degradasi termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan
> sumber
> > magmatic origin atau volkanik (mantle degassing).
> >
> > Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber penyebab
> degradasi
> > termal (termasuk magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak
> > karbonat dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di
> > sekitarnya harus dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan
> perangkap
> > di lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi tua atas
> > karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan menyebabkan efek apa2
> atas
> > pencemaran CO2. Tetapi, intrusi yang terjadi setelah pemerangkapan, itu
> > berbahaya. Demikian juga dengan volkanisme.
> >
> > Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop karbon, dibantu
> > dengan isotop helium pada wilayah2 yang tumpang tindih dengan jalur
> volkanik
> > dan magmatik. Isotop helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
> >
> > Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data gas
> geochemistry
> > yang lengkap dan analisis geologi yang tepat. Semakin tinggi temperatur
> > reservoir, semakin besar kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila
> > terjadi pencemaran olehnya.
> >
> > Untuk informasi lebih lanjut, saya dkk. (Satyana et al., 2007, IPA
> > Proceedings) telah menganalisis dan menginterpretasikan secara regional
> gas
> > geochemistry Indonesia, termasuk genetic gas types HC dan nonHC gasnya.
> >
> > salam,
> > Awang
> >
> > --- Pada Rab, 7/4/10, Irfan Yuliandri <irfan_yulian...@yahoo.com>
> menulis:
> >
> >
> > Dari: Irfan Yuliandri <irfan_yulian...@yahoo.com>
> > Judul: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> > Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> > Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 5:08 PM
> >
> >
> > Bapak-bapak Yth.
> >
> > Perkenalkan saya Irfan Yuliandri - new member di milis IAGI. Saya Alumni
> > Teknik Geofisika ITB angk.2003.
> >
> > Mau bertanya mengenai adanya kandungan nitrogen pada suatu sumur gas,
> > biasanya kehadiran nitrogen tersebut disebabkan oleh apa ? Kebetulan
> > kandungan nitrogennya lumayan banyak sekitar 20%, dan juga ada tambahan
> > kandungan CO2 sebanyak 12%.
> >
> > Pertanyaan berikutnya, apakah kehadiran dikes dan sill dapat
> berkontribusi
> > pada kontaminasi CO2 ?
> >
> > Terima Kasih. Mohon pencerahan Bapak-bapak sekalian.
> >
> > Salam,
> > Irfan
> >
> >
> >
> >
> >
> > __________________________________________________
> > Apakah Anda Yahoo!?
> > Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
> > spam
> > http://id.mail.yahoo.com
> >
>
>
> __________________________________________________
> Apakah Anda Yahoo!?
> Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
> spam
> http://id.mail.yahoo.com
>


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke