Gunungapi bisa terjadi di dua lingkungan: darat dan laut. Gunungapi daratan, 
sebut  saja terrestrial volcanoes sudah biasa kita lihat misalnya gunung2 api 
Kuarter di Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara (jalur Kerinci-Merapi-Rinjani). Kita 
dengan cukup mudah bisa mengenal morfologinya, mempelajarinya dengan detail pun 
tinggal kita daki gunungnya. Bagaimana dengan gunungapi bawahlaut (submarine 
volcanoes) ? Contohnya yang Kuarter pun mungkin susah kita lihat, apalagi yang 
tua misalnya yang berumur Oligo-Miosen. Padahal, saat Sumatra-Jawa-Nusa 
Tenggara masih di kala Oligo-Miosen, wilayah ini punya jalur gunungapi masif 
yang memanjang di sebelah selatannya. Saat itu, belum ada bagian luas 
pulau-pulau ini yang terangkat di atas muka laut. Jalur gunungapi saat itu 
berarti sebagian besar berupa jalur gunungapi bawahlaut seperti yang diduga van 
Bemmelen (1949).  Adakah tubuh gunungapi, paling tidak kerucut sentralnya, 
berumur Oligo-Miosen yang tersingkap utuh seluruhnya
 ? 

Sepuluh hari yang lalu, Jumat 15 Juli 2011, setelah dari hari Seninnya kami 
(saya dan 15 peserta kursus Petroleum Geology of Indonesia - kursus 
diorganisasi HAGI, di Senggigi Lombok) belajar dan berdiskusi tentang geologi 
dan potensi-risiko-status migas seluruh wilayah Indonesia, beberapa dari kami 
mengunjungi pantai Kuta dan Tanjung Aan di Lombok selatan. Sebelum ke kawasan 
pantai, kami mengunjungi sentra kerajinan gerabah di Banyumulek dan tenun di 
Sukarare. Kegiatan ini sekedar mengenalkan pariwisata Lombok, terutama bagi 
yang belum. Karena waktu yang sangat terbatas (sesudah Jumatan), kunjungan di 
setiap tempat tak bisa berlama-lama.

Pantai Kuta dan Tanjung Aan, Lombok selatan, mulai banyak dikenal karena 
keindahan panorama pantainya, juga terkenal karena butiran pasirnya yang 
bulat-bulat berwarna terang atau gelap mirip merica/ lada putih dan lada hitam. 
Pengunjung suka membawa pasir tersebut menggunakan bekas botol plastik air 
mineral. Anak-anak pedagang asongan di kedua pantai pun giat menawarkan jasa 
mengumpulkan pasir tersebut untuk para pengunjung.

Tetapi lebih dari keindahan panorama dan keunikan endapan pasirnya, 
sesungguhnya pantai-pantai ini menyimpan tempat terbaik (di Indonesia, menurut 
hemat saya setelah banyak melihat bandingannya di Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa 
dan Sulawesi) singkapan kompleks gunungapi bawahlaut  "Old Andesites" yang 
pernah terjadi melingkari sisi baratdaya-selatan-tenggara Sundaland pada kala 
Oligo-Miosen. Begitulah tujuan saya membawa beberapa peserta kursus yang 
berminat ke Kuta dan Tanjung Aan, untuk melihat singkapan gunungapi bawahlaut 
yang 'utuh' terangkat ke atas permukaan di Lombok selatan. Perjalanan dari 
Senggigi sekitar 2,5 jam. Bila Oktober 2011 nanti Bandara Internasional Lombok 
(BIL) jadi mulai dioperasikan sesuai rencananya, maka perjalanan ke Kuta dan 
Tanjung Aan hanya sekitar 1/2 jam.

"Old Andesites" pertama kali digagas oleh Verbeek dan Fennema (1896) sebagai 
'Oud Andesiets' dalam sebuah buku magnum opus "Geologische Beschrijving van 
Java en Madoera". Tetapi adalah van Bemmelen dalam buku magnum opus-nya,  "The 
Geology of Indonesia" (1949) yang memopulerkan dan menganalisis Old Andesites 
dengan detail dalam analisis-analisisnya meskipun masih dikemas dalam teori 
geosinklin atau undasi yang dikembangkannya. 

Dalam analisisnya, van Bemmelen (1949) menulis bahwa Old Andesites adalah 
penciri tektonik 'orogenic geanticlinal stage'. Pada tahap ini ada tiga perioda 
pengangkatan: non-volcanic, volcanic, extinct-volcanic. Perioda volkanik 
meletuskan lava 'Pacific' berkomposisi bergradasi dari basa-intermediat-asam. 
Setiap pengangkatan juga disertai oleh naiknya intrusi di inti-inti 
pengangkatan dengan komposisi plutonik intermediat-asam. Tipe Pacific adalah 
salah satu famili magmatik (Pacific kindreds) dari kerabat (suite) 
calk-alkaline. Van Bemmelen (1949) menganalisis evolusi semua wilayah tepi di 
sekeliling landmass Sunda dengan cara seperti itu. Menurut teori geosinklin, 
periode orogenik itu dibagi menjadi lima: pre-orogenic stage, orogenic foredeep 
stage, orogenic geanticlinal stage, late orogenic stage, dan post-orogenic 
stage. 

Dalam bingkai teori tektonik lempeng, kita menganggap volkanisme orogenic 
geanticlinal stage itu sebagai bentuk volkanisme busur kepulauan (volcanic 
island arc) hasil peleburan sebagian (partial melting) penunjaman kerak 
samudera yang menunjam di bawah benua. Wilayah palung, tempat kerak samudera 
awal menunjam, adalah bagian foredeep menurut teori geosinklin. Begitulah, 
karena sekarang kita berpendapat bahwa volkanisme Old Andesites sebagai hasil 
konvergensi antar lempeng pada menjelang akhir Paleogen di sekeliling 
Sundaland, maka semua volkanik Oligo-Miosen (Oligosen Akhir-Miosen Awal) di 
wilayah Sumatra Selatan-Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa-Sulawesi Selatan adalah produk 
Old Andesites. Menurut van Bemmelen (1949), sebagian volkanisme Old Andesites 
merupakan kompleks gunungapi bawahlaut (submarine volcanics).

Singkapan Old Andesites yang terbanyak dipelajari adalah yang tersingkap di 
Jawa, yaitu di kompleks yang sekarang membentuk fisiografi Pegunungan Selatan. 
Salah satunya, di Sukabumi Selatan yang terkenal dengan nama Jampang Series 
pernah saya pelajari cukup detail (1987-1988) sebagai bagian tugas pemetaan 
1:25.000 seluas 100 km2. Kawan-kawan dari geologi UGM, UPN atau jurusan geologi 
di perguruan tinggi lain di Yogyakarta pasti juga sangat mengenal sebagian 
produk Old Andesites ini yang disebut Kebo dan Butak Beds atau Kebo Butak Beds. 
Nama lain di sepanjang Jawa Selatan yang pernah digunakan berbagai peneliti 
untuk menyebut Old Andesites ini adalah antara lain: Cicarucup-Badui Beds di 
Bayah, Breccia Marl Tuff Series di Lukulo, Gabon Volcanics di Banyumas atau 
Serayu Selatan, Jonggrangan di Kulon Progo, Pelang Beds di Gunung Kidul. 
Umurnya bisa sudah mulai dari Eosen seperti di Bayah dan berakhir di Miosen 
Awal, meskipun yang definitif adalah pada
 Oligo-Miosen (Aquitanian). 

Jalur volkanik Oligo-Miosen di sebagian baratdaya Sumatra-selatan Jawa ini 
menerus ke timur melewati Bali selatan, Lombok selatan dan Sumbawa selatan. 
Baik dalam pandangan van Bemmelen (1949) maupun Katili (1974) yang menggunakan 
mekanisme asal yang berbeda (masing-masing berdasarkan teori geosinklin atau 
tektonik lempeng), jalur ini definitif terdapat di wilayah-wilayah tersebut.

Bila di kebanyakan tempat di Jawa, di Pegunungan Selatan, singkapan-singkapan 
Old Andesites terdapat sebagai hasil proses erosi akibat pengangkatan 
Pegunungan Selatan, sehingga berbentuk jendela-jendela singkapan yang langka 
ditemui relatif terhadap luas areanya, maka di Lombok yang terjadi adalah bahwa 
kompleks-kompleks kerucut gunungapi Old Andesites terangkat hampir utuh ke 
permukaan, sehingga memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajarinya. 
Itulah keunikan Kuta Lombok dan Tanjung Aan.

Keistimewaan Lombok selatan menyingkapkan kompleks gunungapi bawahlaut di Kuta 
dan Tanjung Aan telah disampaikan dalam beberapa forum pertemuan ilmiah atau 
jurnal dalam kalangan terbatas atau tak diterbitkan terutama oleh kawan-kawan 
geologist dari Pemda Nusa Tenggara Barat (mis: Pak Heryadi Rachmat, sekarang di 
Museum Geologi Badan Geologi) atau Badan Geologi (Pak Indyo Pratomo) dalam 
bingkai untuk memopulerkannya sebagai daerah tujuan geowisata Lombok di samping 
yang sudah terkenal dari dulu yaitu Gunung Rinjani.  

Saat terbaik untuk mengunjungi kompleks gunungapi bawahlaut ini adalah pada 
saat muka laut surut maksimal karena singkapan berupa bukit-bukit volkanik dan 
lantai lava yang mengalami pengekaran karena pendinginan bisa didekati dan 
dipejari dengan detail. 

Di pantai Kuta-Tanjung Aan, kompleks endapan gunungapi ini tersingkap luas. 
Peta geologi Lembar Lombok skala 1:250.000 (Andi Mangga et al., 1994) 
menyebutkan Formasi Pengulung (Tomp) adalah salah satu dari kompleks endapan 
gunungapi tersebut, yang terdiri atas: breksi, lava dan tuf, berkomposisi  
andesit-basaltik, berinterkalasi dengan lensa-lensa batugamping berumur 
Oligosen Akhir – Miosen Awal, berasal dari lingkungan pengendapan laut dalam 
sampai laut dangkal. 

Di Kuta, terdapat bukit-bukit berbentuk kerucut tersusun atas batuan volkanik 
yang telah mengalami ubahan (alterasi) hidrotermal dan sisa-sisa kegiatan 
gunungapi bawahlaut. Ditemukan retas-retas andesit - basaltik dengan pengekaran 
kolom. Bukit-bukit kerucut ini umumnya di bagian bawah disusun oleh batuan 
volkanik lava atau breksi volkanik yang berselingan dengan tuf sehingga 
menunjukkan perlapisan. Di bagian puncak, bukit disusun oleh batugamping dengan 
beberapa perkembangan morfologi karst.

Di Tanjung Aan, kita akan disuguhi dengan pemandangan bukit-bukit kecil yang 
miskin vegetasi atau telanjang sama sekali tanpa tutupan vegetasi berupa bukit 
batuan yang didominasi batuan volkanik dengan sisipan batugamping di beberapa 
tempat. Bukit-bukit ini adalah tubuh-tubuh gunungapi (volcanic  edifices). Jadi 
di Tanjung Aan ini, secara hampir utuh tersingkap pusat-pusat volkanik  
bawahlaut Oligo-Miosen. Saya belum pernah menemukan hal  yang sama di 
tempat-tempat lain di Sumatra-Jawa-Bali. Di tempat2 itu yang sering saya 
temukan adalah singkapan-singkapan setempat-setempat breksi volkanik, lava atau 
tuf; tubuh gunungapinya sendiri tak pernah saya lihat. 

Bukit volkanik terdekat terletak sekitar 25 meter dari garis pantai yang bisa 
dicapai dengan mudah pada keadaan surut.  Bukit ini berdimensi panjang sekitar 
30 meter, lebar 10 meter, tinggi 10 meter. Mengacu kepada Wohletz & Sheridan 
(1983: Hydrovolcanic explosions II: Evolution of basalt tuff-rings and 
tuff-cones, Amer.  J.  Sci. 283: 385-413), bukit seperti ini bisa digolongkan 
sebagai morfologi gunungapi berbentuk 'cumulus'  yang menunjukkan tubuh 
gunungapi bawahlaut  di lingkungan lautdalam dengan regim energi rendah. Bukit 
ini menunjukkan strato-volcano yang lapisannya disusun oleh perselingan antara 
breksi volkanik dan tuf.  Asal breksi apakah akibat struktur hialoklastik atau 
peperitik mesti dilakukan penelitian lebih detail. Struktur hialoklastik adalah 
struktur yang menunjukkan breksiasi akibat aliran lava masuk ke media air 
kemudian mengalami granulasi atau pemecahan materi (shattering) menjadi 
fragmen-fragmen kecil bersudut mirip breksi.
 Peperitik adalah proses yang menghasilkan peperite, yaitu materi mirip breksi 
di lingkungan sedimentasi marin sebagai hasil percampuran antara lava dengan 
sedimen atau intrusi magma di tempat dangkal ke dalam lingkungan sedimen di 
bawah air.  

Di bagian tengah bukit volkanik cumulate ini terdapat pusat  erupsi (vent, 
kepundan) yang ditunjukkan oleh kolom2 tegak batuan relatif memotong perlapisan 
bukit volkanik. Kepundan gunungapi bawahlaut jarang diketahui dan tersingkap di 
Indonesia, tetapi di kawasan Tanjung Aan ini kita mempunyai singkapan yang 
baik. Sekitar 100 meter dari bukit volkanik yang diamati terdapat bukit 
volkanik dengan ciri morfologi yang sama (submarine volcanic cumulate).

Di lantai sekitar bukit ini pada kawasan yang luas terdapat lava andesit dan 
lava andesit basaltik yang mengalami perekahan-perekahan sistematik berbentuk 
segi empat akibat kontraksi oleh proses pendinginan pada saat lava memasuki 
media air. Rekahan-rekahannya pada umumnya diisi oleh mineralisasi silikat.

Pengenalan morfologi dan karakteristik produk erupsi gunungapi dapat memberikan 
pemahaman terhadap mekanisme erupsinya. Secara umum, geometri gunungapi bawah 
laut mempunyai variasi bentuk dan ukuran. Bagian dasar jenis gunungapi ini 
biasanya berbentuk lingkaran dengan diameter kurang dari satu kilometer sampai 
dengan beberapa kilometer, dengan kemiringan lereng 20-40°, dan puncak relatif 
datar. Secara geometris, biasanya bentukan ini mempunyai pusat erupsi tunggal 
(monogenik), relatif kecil, beberapa dapat juga berkembang menjadi gunungapi 
besar dan muncul ke permukaan sebagai pulau gunungapi. Variasi bentuk dan 
ukurannya bergantung pada mekanisme pertumbuhan dan variasi geometri pipa 
kepundannya, serta proses interaksi antara magma atau lava dengan air laut 
(Wohletz & Sheridan, 1983).

Di tempat lain, Old Andesites Pengulung ini menjemari dengan batuan sedimen 
lautdalam Formasi Kawangan berupa batupasir kuarsaan dan batulempung yang 
bersisipan dengan batugamping kristalin. Kedua formasi tersebut ditindih tak 
selaras oleh batuan gunungapi berupa lava dan breksi yang mengandung retas 
lempeng (sill) dan retas tiang (dike) berkomposisi andesit basaltik. Batuan 
gunungapi dan terobosan ini diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah atau awal 
Miosen Akhir. Retas-retas tersebut menyebabkan Formasi Pengulung mengalami 
alterasi (silisifikasi, kaolinitisasi, serisitisasi dan kloritisasi) dan 
mineralisasi hydrothermal yang dicirikan oleh terdapatnya beberapa urat kuarsa. 
Beberapa urat tersebut dapat diamati di kompleks gunungapi bawahlaut cumulate 
di Tanjung Aan. Lebih lanjut, batuan gunungapi Miosen Tengah ini ditindih 
selaras oleh batugamping kalkarenit Formasi Ekas berumur Miosen Akhir. Formasi 
Ekas tersebar luas di sekitar Ekas, Tanjung Aan dan
 Tanjung Ringgit di ujung tenggara P. Lombok. 

Hubungan antara Old Andesites Formasi Pengulung dengan sedimen lautdalam 
Formasi Kawangan dan batugamping kalkarenit Formasi Ekas sangat mirip dengan 
kondisi di Jawa Selatan, misalnya di Pegunungan Kidul sebelah tenggara 
Yogyakarta tempat Old Andesites Kebo Butak menjemari dan sebagian ditindih oleh 
sedimen lautdalam volkanikan Semilir atau Nglanggran Miosen Awal-Tengah  yang 
ditutupi oleh formasi batugamping Wonosari (Miosen Tengah-Akhir). Di wilayah 
Jampang, Sukabumi selatan pun begitu, tempat Old Andesites Jampang ditutupi 
/menjemari dengan sedimen lautdalam volkanikan Citarum-Cimandiri-Nyalindung dan 
akhirnya oleh batugamping Miosen Tengah Formasi Bojonglopang. Atau di area 
Serayu Selatan tempat Old Andesites Gabon ditutupi sedimen laut dalam Totogan 
dan Waturanda lalu oleh batugamping Karangbolong pada Miosen Tengah. 
Kesebandingan dan hubungan menjemari dengan sedimen lautdalam ini menunjukkan 
bahwa asal Old Andesites sebagian besar merupakan
 submarine volcanics. 

Gunungapi daratan dan gunungapi bawahlaut tentu berbeda pada saat terjadi 
erupsi. Keberadaan kolom air laut akan menyebabkan perbedaannya. Jika terjadi 
erupsi gunungapi bawah laut  pada kedalaman lebih daripada 3000 m di bawah muka 
laut, tekanan hidrostatik kolom air di atasnya cukup untuk menahan letusan yang 
bersifat eksplosif, sehingga yang terjadi hanyalah fragmentasi lava dan 
breksiasi aliran saja melalui mekanisme hialoklastik. 

Demikian, sedikit  cerita tentang satu lagi keistimewaan geologi Indonesia dari 
sekian banyak keistimewaan geologi negeri ini, sayang bila dilewatkan. Menurut 
Pak Indyo Pratomo (Badan Geologi), jejak-jejak erupsi gunungapi bawahlaut yang 
terdapat di kawasan Tanjung Aan – Pantai Kuta, Lombok Selatan ini  cukup 
lengkap, bahkan lebih lengkap daripada lokasi tipe ‘peperite’ yang terdapat di 
Mt. Cruel – Auvergne, Prancis. 

Pantai Kuta dan Tanjung Aan, Lombok indah panoramanya; tetapi lebih indah lagi 
bila kita memahami pengetahuan geologi yang dikandungnya.

Salam,
Awang


--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke