Pak Sugeng, Makam di perkebunan teh Malabar, Pangalengan itu adalah makam Ru. Bosscha (Rudolf Bosscha) yang pada masanya pernah membuat kualitas teh Indonesia diperhitungkan dunia. Dan tentu semua orang tahu, bahwa Bosscha adalah penggagas dan penyandang dana Peneropongan Bintang Bosscha. Tetapi Bosscha bukan hanya teh dan peneropongan bintang, ia adalah warga Belanda teladan, warga terhormat kota Bandung, sekaligus dicintai rakyat kecil.
Kemarin sebelum ke makam Junghuhn juga saya dan rombongan ramai2 mendatangai Observatorium Bosscha, yang tahun depan akan berumur 90 tahun. Sebagai informasi, minat masyarakat melihat Bosscha cukup baik, terlihat dari kunjungan setiap harinya, tetapi saat saya tanyakan bagaimana minat masyarakat atas keseriusan belajar astronomi, dengan menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, dijawab: minimal, sangat minimal. Suatu hal yang kelak akan membahayakan. Jumlah astronom Indonesia bisa semakin menyusut... Berikut sedikit tulisan tentang Bosscha yang saya bagikan juga kepada para peserta, untuk mengenalnya lebih jauh. salam, Awang Tempat pengamatan (observatorium) atau peneropongan bintang yang disebut Observatorium Bosscha telah didirikan Belanda sejak tahun 1923 di ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut, tepat di atas sebuah bukit di punggungan yang terangkat oleh Sesar Lembang. Dilaporkan, bangunan didirikan di atas tanah yang stabil, suhu berkisar 16-22°C dan cuaca cerah 150 malam pertahun. Observatorium Bosscha adalah observatorium pertama di Indonesia dan sampai sekarang pun masih merupakan satu-satunya observatorium besar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Observatorium Bosscha dibangun dari Oktober 1922-Januari 1923, pada zamannya merupakan salah satu dari 17 observatorium di belahan bumi selatan dan merupakan satu-satunya observatorium yang dibangun paling dekat dengan garis khatulistiwa. Observatorium ini didirikan atas perancangan dan pengawasan perkumpulan ahli bintang zaman Belanda, NISV (Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging), dan menamakan observatorium ini sebagai Bosscha-Sterrenwacht (Peneropongan Bintang Bosscha). Bosscha tentu nama orang, mengapa namanya dipakai sebagai nama observatorium? Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928) adalah salah seorang Preangerplanters (pengusaha perkebunan di tanah Priangan) yang banyak bermunculan pada akhir 1800-an ketika Pemerintah Kolonial Belanda menghapus Cultuurstelsel (Tanam Paksa) melalui Undang-Undang Agraria tahun 1870 yang membuka kesempatan luas partisipasi swasta dalam perkebunan. Pada saat itu, bermunculanlah para saudagar-saudagar perkebunan yang kaya raya dan menguasai bermacam-macam perkebunan seperti teh, tebu, kopi, kina, atau tembakau. Salah satu dari mereka yang paling terkenal adalah keluarga Bosscha, pemilik perkebunan teh di lereng Gunung Malabar di Pangalengan, Bandung Selatan. Di samping keluarga Bosscha, masih ada beberapa keluarga lainnya yang berusaha di perkebunan teh. Begitu serius mereka melakukan usaha perkebunan teh, termasuk mendatangkan bibit unggul teh dari Assam, India dan melakukan penelitian dan pengembangan, akhirnya pada awal abad 20, kualitas teh dari Jawa tergolong yang paling tinggi di dunia. Para keluarga saudagar perkebunan teh ini juga ternyata bukan orang-orang yang hanya mencari keuntungan semata. Mereka juga terkenal akan pandangannya yang etis bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat Priangan. Mereka mendirikan sekolah bagi anak pekerja perkebunan dan anak-anak pribumi lainnya. Bahkan seorang pengusaha perkebunan bernama K.F. Holle menerjemahkan buku-buku pelajaran dan cerita dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Sunda untuk menjadi bahan bacaan di sekolah-sekolah rakyat. Ru (Rudolf) Bosscha terlahir dari orang tua pasangan ahli fisika dan kakek seorang ilmuwan yang pernah memrakarsai pendirian peneropongan bintang di negeri Belanda, sehingga meskipun Bosscha seorang pengusaha perkebunan yang sukses, minatnya akan ilmu pengetahuan sangatlah besar. Dengan kepeduliannya akan ilmu pengetahuan dan kekuatan finansialnya sebagai pengusaha sukses maka Bosscha menjadi penggagas dan pendukung dana utama pendirian Observatorium Bosscha. Tidak hanya untuk pengembangan ilmu astronomi, Bosscha pun banyak terlibat dalam berbagai hal, misalnya: mendirikan dan memimpin balai penyelidikan tanaman teh di Pangalengan; merintis penggunaan ukuran metrik (meter, kilometer) menggantikan ukuran lokal (bahu, pal); merintis pendirian perusahaan telefon di Priangan; mendirikan dan mensponsori Jaarbeurs (bursa tahunan, diadakan di Bandung, semacam pertemuan tahunan para pengusaha sekaligus pasar dan hiburan rakyat selama beberapa lama, mirip Jakarta Fair sekarang); ikut mendirikan lembaga kanker; ikut mendirikan THS (Technische Hogeschool, sekarang ITB) dan menjadi dewan penyantunannya; menjadi anggota Volksraad (dewan rakyat, semacam DPR sekarang) di Batavia/Jakarta sekarang; menjadi donatur tetap sejumlah lembaga sosial seperti Leger des Heils (Bala Keselamatan, semacam panti asuhan), Doofstommen Instituut (Lembaga Tuli Bisu), keduanya di Bandung, dan panti perawatan lepra di Jawa Tengah. Begitu banyak yang telah disumbangkan Bosscha bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan rakyat banyak, sehingga pada masanya ia di pihak Belanda pun diangkat sebagai warga kehormatan, dan di sisi rakyat pribumi, ia dicintai. Bosscha-lah, salah satu orang Belanda yang ditangisi rakyat pribumi pada saat kematiannya. Pada masa kini, Observatorium Bosscha telah menjadi UPT (Unit Pelayan Teknis) di bawah Institut Teknologi Bandung (ITB) dan digunakan sebagai tempat: penelitian para ahli astronomi, pendidikan para mahasiswa sarjana-pascasarjana astronomi atau kunjungan masyarakat umum. Observatorium Bosscha dilengkapi dengan tujuh teropong/teleskop optik terdiri atas teleskop-teleskop pemantul (reflektor, menggunakan cermin) dan teleskop-teleskop pembias (refraktor, menggunakan lensa) dengan ukuran diameter-fokus lensa dan kegunaan yang bermacam-macam, misalnya: mengamati bulan, planet, bintang, galaksi atau mengamati objek-objek istimewa yang muncul tidak permanen seperti komet dan supernova (bintang meledak). Di samping teleskop optik, observatorium ini pun mempunyai beberapa ‘teleskop’ radio yang mempunyai piringan-piringan seperti parabola untuk menerima sinyal-sinyal dari benda-benda langit. Dalam melakukan penelitiannya, Observatorium Bosscha tidak jarang bekerja sama dengan negara-negara asing seperti: Amerika Serikat, Jepang, India, Australia atau negara-negara Eropa. Karena dibangun pada zaman kolonialisme Belanda, Observatorium Bosscha memiliki nilai sejarah tertentu, sehingga observatorium ini telah dilindungi Pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya sejak tahun 2004. Tahun 2008, Pemerintah pun telah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital Nasional yang harus diamankan.*** ---------------- --- Pada Rab, 11/1/12, Sugeng Hartono <sugeng.hart...@petrochina.co.id> menulis: > Dari: Sugeng Hartono <sugeng.hart...@petrochina.co.id> > Judul: Re: [iagi-net-l] Mengenang Prof. Charles Hutchison > Kepada: iagi-net@iagi.or.id, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, "Forum > HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Eksplorasi BPMIGAS" > <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> > Tanggal: Rabu, 11 Januari, 2012, 3:29 PM > Pak Awang Yth, > > Trimakasih, kedua tulisan ini sungguh sangat bagus dan > berguna untuk > menambah wawasan dan pengetahuan kita. > Kalau tidak salah di kawasan kantor perkebunan teh di > Pangalengan juga ada > makam "orang penting", tetapi kondisinya jauh lebih bagus. > Ada prasasti > dengan tulisan bahasa Belanda yang kalau tidak salah kira-2 > artinya telah > istirahat dengan tenang.... > Ngomong-2 kan tidak ada larangannya yha kalau kita memohon/ > menghimbau > beliau-2 yang berkantor di Gedung Sate untuk memberi > perhatian/ perawatan > pada makam di Lembang itu atau situs penting lainnya? > > Salam hangat, > Sugeng > > ----- Original Message ----- > From: "Awang Satyana" <awangsaty...@yahoo.com> > To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>; > "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>; > > "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>; > "Eksplorasi BPMIGAS" > <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> > Sent: Wednesday, January 11, 2012 7:57 AM > Subject: [iagi-net-l] Mengenang Prof. Charles Hutchison > > > > Ini tulisan yang ingin saya posting dari tahun lalu, > tetapi belum sempat > > menuliskannya. > > > > Semua yang pernah mengerjakan geologi regional > Indonesia dan SE Asia pasti > > pernah berhubungan dengan karya-karya Charles > Hutchison. Charles Hutchison > > banyak sekali, lebih dari 100, menulis paper tentang > geologi regional dan > > tektonik SE Asia termasuk Indonesia. Dan secara > detail, Hutchison bisa > > disebutkan memegang otoritas paling tinggi atas > pengetahuan geologi NW > > Borneo. > > > > Enam buku telah ditulisnya, salah satunya banyak > dipakai para regional > > geologists Indonesia, yaitu "Geological Evolution of > SE Asia" (Clarendon > > Press, Oxford, 1989). Bukunya yang terakhir ditulisnya > adalah tentang > > wilayah favoritnya, "Geology of North-West Borneo" > (2009), hasil akumulasi > > puluhan tahun pekerjaannya di Kalimantan. > > > > Tanggal 18 Oktober 2011, Charles Hutchison meninggal > dunia, suatu > > kehilangan yang sangat besar bagi geologi dan tektonik > SE Asia. Posisi > > terakhir Charles Hutchison adalah guru besar emeritus > University of > > Malaya. Kehilangan yang besar untuk dunia geologi, > tetapi karya tulisnya > > akan tetap abadi, masih akan menginspirasi para > geologists yang bekerja di > > SE Asia. > > > > Terdapat tiga Magnum Opus tentang geologi dan tektonik > SE Asia yang pernah > > ditulis para tokohnya: (1) van Bemmelen -1949: Geology > of Indonesia, (2) > > Hamilton -1979: Tectonics of the Indonesian Region, > dan (3) > > Hutchison -1989: Geological Evolution of SE Asia. Maka > karya Hutchison > > sesungguhnya adalah karya terakhir tentang tektonik > Indonesia secara > > terintegrasi, dan itu ditulisnya lebih dari 30 tahun > yang lalu. > > > > Robert Hall dan banyak kolega serta mahasiswanya sejak > tahun 1995 banyak > > menulis tentang geologi regional dan tektonik kawasan > SE Asia. Satu buku > > berjudul "Tectonic Evolution of SE Asia" pernah > dikeluarkan group ini > > (1996), tetapi itu bukan buku seperti yang van > Bemmelen, Hamilton atau > > Hutchison tulis, sebab buku yang disunting oleh Robert > Hall dan Derek > > Blundell itu adalah kumpulan paper tentang SE Asia, > sehingga gambaran > > geologi dan tektonik SE Asia secara utuh berdasarkan > satu alur pikir tidak > > ada di dalamnya. Sama dengan Pak Katili pernah > mengeluarkan buku tentang > > tektonik Indonesia pada tahun 1986, tetapi itu > merupakan kumpulan > > paper2nya yang diberikan komentar oleh Prof Tjia. Maka > karya Hutchison > > (1989) adalah karya terakhir yang utuh dalam satu alur > pikir tentang > > geologi dan tektonik SE Asia. > > > > Banyak karya2 Hutchison yang termasuk pertama di > bidangnya yang > > diaplikasikan untuk Indonesia, yang masih > menginspirasi > > penelitian-penelitian selanjutnya. Apa yang menjadi > perhatian Hutchison > > luas, ia banyak menulis tentang volkanologi, ofiolit, > petrotektonik, > > petroleum geology, mineralisasi/metalogenesis, > rekonstruksi tektonik. > > > > Saya cukup banyak mempelajari dan menggunakan > karya-karya tulisnya. > > Tulisannya selalu orisinal, kaya akan detail dan > komprehensif. Itu juga > > yang akan segera tampak begitu membaca bukunya > (Geological Evolution of SE > > Asia). > > > > Sulit menemukan orang-orang seperti Charles Hutchison > yang berdedikasi > > sepenuh waktu kepada ilmu yang dicintainya dan > meninggalkan banyak karya > > tulis buat generasi penerusnya. Selamat jalan Prof. > Charles Hutchison, > > karya-karyamu akan tetap abadi. > > > > Bila jadi, di Pertemuan AAPG Internasional nanti di > Singapura 16-19 > > September, akan digelar paper-paper geologi dan > tektonik regional SE Asia > > (invited papers), untuk mengenang Charles Hutchison, > atau sebuah publikasi > > khusus jurnal internasional akan dipublikasi (dengan > invited articles) > > untuk mengenangnya. > > > > "His passing is a great loss for geology, but he has > left a lasting > > legacy". > > > > Salam, > > Awang > > > > > > > -------------------------------------------------------------------------------- > > PP-IAGI 2011-2014: > > Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, > rovicky[at]gmail.com > > Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com > > > -------------------------------------------------------------------------------- > > Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 > September 2012. > > Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. > Batas akhir pengiriman > > abstrak 28 Februari 2012. > > > -------------------------------------------------------------------------------- > > To unsubscribe, send email to: > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > To subscribe, send email to: > iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > For topics not directly related to Geology, users are > advised to post the > > email to: o...@iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > > No. Rek: 123 0085005314 > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > > Bank BCA KCP. Manara Mulia > > No. Rekening: 255-1088580 > > A/n: Shinta Damayanti > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > > --------------------------------------------------------------------- > > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard > to information > > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or > others. In no event > > shall IAGI or its members be liable for any, including > but not limited to > > direct or indirect damages, or damages of any kind > whatsoever, resulting > > from loss of use, data or profits, arising out of or > in connection with > > the use of any information posted on IAGI mailing > list. > > > --------------------------------------------------------------------- > > > > > > > > “Save a Tree” – Please consider the environment > before printing this > > email. > > > > > > “Save a Tree” – Please consider the environment > before printing this email. > > ==================================================================================================================================================================================== > DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it > ("Message") is intended only for the use of the recipient(s) > named above and may contain confidential information. You > are hereby notified that the taking of any action in > reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, > distribution, printing or copying of this Message or any > part thereof by anyone other than the intended recipient(s) > is strictly prohibited. > If you have received this Message in error, you should > delete this Message immediately and advise the sender by > return e-mail. Opinions, conclusions and other information > in this Message that do not relate to the official business > of PetroChina International Companies In Indonesia or its > Group of Companies shall be understood as neither given nor > endorsed by > PetroChina International Companies In Indonesia or any of > the companies within the Group. > ============================================================================================================================================================== > > -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com -------------------------------------------------------------------------------- Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. -------------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------