Lha itu lho, ahli geologi babakan minyak kan berjubel di IAgi. 
Para pensiunan yang masih tegar kan dpt diminta bekerja kembali sebagai 
"pengabdian" ke negara? 
Keberanian IAgi mengusulkan ke Pertamian/dirjen migas lah yang mungkin ditunggu.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: hotma Sijabat <sijabatho...@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Mon, 25 Mar 2013 07:50:24 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Mundurnya penemuan migas
Pak Minarwan,

Pengaruh "high risk low reward" yg Bapak katakan mgkin ada benarnya. Tapi
utk Gorontalo Basin dari segi penampakan struktur dan estimasi resources
sdh bagus sekali, cukup bahkan sngat menarik, namun ketiadaan satu pun data
sumur membuat wilayah ini tdk laku. Saya melihat sttuktur outer banda arc
jauh lbh rumit, namun tdk pernah sepi peminat, sebab sdh ada discovery di
wilayah ini. Jadi menurut saya company2 besar lbh senang bermain di wilayah
yg pasti2 saja, sisi explorationist nya sdh jauh menurun. Padahal Migas sdh
mmberikan insentif berupa split yg lbh besar dan signature bonus yg paling
minimal.

Mgkin ada baiknya rekan2 melalui IAGI memberikan masukan/respon/evaluasi
kpd Pemerintah terkait blok2 yg ditawarkan mgkin dari sisi packaging atau
hal-hal lain yg luput dari pengamatan Pemerintah, sebab tidak mgkin
Pemerintah bekerja sendiri bukan? Heheheh

Salam,
Hotma Sijabat
 On Mar 24, 2013 10:57 PM, "MINARWAN" <minarw...@gmail.com> wrote:

> Pak Hotma,
>
> Beberapa blok/cekungan frontier yang ditawarkan pemerintah RI tak diambil
> oleh kumpeni migas internasional walau ada data bagus karena ada persepsi
> "high risk low reward" setelah mereka melakukan evaluasi teknis dan diadu
> dengan blok-blok di negara lain. Arena permainan ini bukan hanya terbatas
> pada Indonesia saja, tapi Indonesia akan diadu dengan Afrika Barat/Timur,
> Amerika Selatan, Teluk Meksiko dan Timur Tengah.
>
> Sebagai geosaintis, jika kita ingin menjual blok di wilayah frontier, akan
> lebih mudah menarik perhatian para pengambil keputusan jika mereka bisa
> melihat stuktur besar di penampang seismik dan peta. Perangkap yang besar
> juga membuka peluang hasil estimasi resources tinggi, sehingga bisa
> "dimainkan" untuk masuk ke batas Minimum Economic Field Size. Semai saat
> itu menarik perhatian banyak kumpeni internasional karena struktur-struktur
> yang seksi, model geologi yang relatif lebih "dikenal" dan mungkin juga
> karena relatif dekat dari "fasilitas"/infrastruktur. Gorontalo lebih sulit
> dijual karena betul-betul frontier, tak ada yang tahu stratigrafinya sama
> sekali dan jauh dari fasilitas/infrastuktur. Bahkan untuk mobilisasi deep
> water drilling rig saja mungkin harus berputar-putar entah lewat lengan
> utara atau lengan timur. Semua ini akan masuk ke hitung-hitungan
> keekonomikan hingga akan menaikkan batas MEFS. Untuk kasus seperti ini,
> saya pikir pemerintah tentu bisa melakukan hitung-hitungan kasar berapa
> MEFS, berapa jumlah struktur yang ada, berapa besarnya resources dan
> kemudian membuat term yang pas untuk wilayah yang berbeda sehingga menarik
> bagi kumpeni-kumpeni besar.
>
> Hal lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah menggerakkan semua
> "lembaga" yang memiliki kemampuan riset dan berkepentingan dengan E&P
> nasional untuk bersinergi melakukan studi/evaluasi regional wilayah
> frontier dan pemerintah membekali mereka dengan dana untuk akuisisi data
> baru jika diperlukan. Lembaga yang saya maksud mungkin bisa berupa gabungan
> dari Lemigas, Pertamina, perguruan tinggi dan ahli-ahli independen.
>
> Salam
> Minarwan
>
>
> 2013/3/24 hotma Sijabat <sijabatho...@gmail.com>
>
>> Terima kasih Pak Lutfi,
>>
>> Idealnya memang demikian, yaitu Migas dapat "leluasa" memilih mana yg
>> kelas "TAC" dan "Psc" berdasarkan tingkat kesulitan blok, namun pd
>> kenyataannya hanya perusahaan kelas TAC yg maju utk mengerjakan blok baru,
>> mgkin contohnya adalah di Pambuang Basin.
>>
>> Contoh lain yg enak utk dibahas adalah Gorontalo Basin, kualitas data di
>> lokasi ini sdh sangat bagus, data seismik 2D hasil spek survei sdh sngat
>> memuaskan. Lokasi ini sdh ditawarkan 2x, tidak ada yg minat. Jika begini,
>> apakah msh bsa dikatakan bahwa kualitas data yg menjadi masalah? Idealnya
>> kelas Psc lah yg maju mengelola wilayah ini, namun tidak satu pun yg maju.
>>
>
> --
> - when one teaches, two learn -
> http://www.linkedin.com/in/minarwan
>

Kirim email ke