BDMN lapkeu jelek.....sahamnya naik....
BMRI NPL tinggi......sahamnya naik....
ASII penjualan turun..... sahamnya naik... sebaliknya ketika penjualan mulai naik (semester 2)... sahamnya turun...
PGAS mau divestasi... harga turun... sebentar lagi mungkin akan disebar kabar buruk... harga naik....
( Ini bandar-bandar PGAS rada oneng atau terlalu jenius ya ? ( orang jenius kan kadang terliat rada oneng hehehe... ). Bandar PGAS terbesar itu kan pemerintah, dan pemerintah bilang pengen harga premium untuk hajatan divestasi. Nah kalau target divestasi itu sekitar 3-5 trilyun, masak sih pemerintah ndak mau nyiapin DP sekian ratus milyar dulu buat upgrade harga PGAS? )

Jika FA bilang, berita fundamental bagus secara teoritis akan menaikkan harga saham, faktanya kadang tidak seperti itu.
Jika TA bilang, semua informasi sudah tercakup di harga, faktanya, mungkin bukan cuma informasi, tapi kemauan bandar termasuk juga di antaranya.

Intinya, kemana bandar punya mau, ke situ pula harga akan bergerak. Tapi bandar juga punya keterbatasan, yaitu fakta fundamental perusahaan. Kalau EPS perusahaan terus-menerus naik (consecutively), ndak mungkin harganya terus menerus dibuat turun, bisa-bisa 'berantem' ama bandar lain yang pengen nampung barang...

rgds



On 10/25/06, EKA SUWANDANA <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
TOLOL KALO KITA NGGAK PEDULI FA
 
 
 
ANTM kalau menurut FA bakal 8000-10000 pasti suatu saat bakal kejadian. Di emerging market macam BEJ target FA bakal  terwujud asalkan tidak ada force majeur, dan masih ada high potential growth.
 
Saya selalu dalam membeli saham berdasarkan FA sebagai pertimbangan utama. Seperti kawan kita bilang dimilis ini , Using FA for WHAT YOU BUY! FA pegangan paling akurat, tanpa FA kita bisa jadi impulsive trader (trading berdasarkan nafsu/emosi). Dan utk BEJ pilih saham yg market capnya besar, BUMN, atau perusahaan asing, dan kalo bisa yg dual listing.
Memang di pasar semaju apapun resiko tipu2 Financial Statement masih tetap ada. BUMN kita saja pernah kejadian, contoh tahun 2002 saham INAF, FA-nya kinclong banget, Laksamana Sukardi hampir menjual saham ini ke investor New Zealand. Tapi setelah Direksi berganti akhir 2003, atau awal 2004, baru ketahuan apabila direksi yg lama masih mebukukan Obat2an yg sudah/hampir kadaluarsa lebih dari 6 bulan dalam inventory, sehingga assetnya besar. Ternyata, cara2 seperti ini sepertinya biasa dilakukan oleh INDOFARMA sebelum menjadi perusahaan terbuka (INAF IPO tahun 2001). Jadi tahun 2004, setelahnya INAF rugi bersih, dan sampai sekarang pun harga sahamnya masih mahal. Sayangnya direksi INAF yg dulu masih belum diapa2kan.
 
Indonesia masih masuk sbg underdeveloping country, yg kalau kata BILL CLINTON pemerintah Negara miskin punya penyakit " Government Incapacity", pemerintahnya tidak bisa membangun hubungan positif antara RESULT dan EFFORT, jadi yg ada enterprenuer yg berhasil bukan yg pintar /jenius tapi justru yg punya NYALI. Contoh BUMI, nggak ada yg mengira tahun 2002 , BUMI bisa membeli KPC dan ARUTMIN dari RIO TINTO dan BHP. Masalahnya RIO dan BHP nggak ada nyali/kehabisan akal melawan penambang liar yg dibekingi preman. Jadi dijual murah Cuma 180Jt USD. Tapi setelah BUMI masuk (dgn financial engineering yg canggih), KPC/ARUTMIN bebas penambang liar karena dijagain preman yg lebih kuat. BUMI lebih bernyali! Dan nyaris KPC /ARUTMIN di jual kembali (sudah ditawar 3 billion USD) , Cuma gagal karena masih ada hutang. Di Indonesia bisnis apapun masih bisa untung asalkan ada nyali karena masih underdeveloped.
 
Juga sebetulnya nggak usah khawatir juga invest di BEJ di perusahaan "big cap" swastanya, soalnya kejadian disini justru banyaknya perusahaan TBK yg   dgn susah payah MENGECILKAN laba bersihnya, bukan sebaliknya. Utk yg Swasta lihat manajemennya (saya suka ASTRA groups, BLTA, INDF), sering nggak bagi dividend? (bukan sebesar apa? Dividend gede nggak ada gunanya kalo nggak bisa expand), jangan beli yg sering right issue, atau right issuenya gede sekali dan nggak jelas macam TBLA! Ikutilah RUPS nya.
 
Masalahnya juga dari Government Incapacity terlihat dari kebijakan fiskalnya yg nggak berubah banyak dari jaman merdeka. Di jaman Internet kayak gini where investment is very mobile. PPH badan 30%, dividend kena PPH lagi, bayangkan utk perusahaan TBK , pemilik mayoritas harus merelakan hamper separuh jerih payahnya. Jadi kebanyakan perusahaan yg untung kerjanya cari peluang MENGECILKAN sebisa mungkin labanya (setahu saya baca dari skripsi teman, rata2 pengusaha kecil/menengah punya 3 pembukuan dan mebayar PPH riil rata 15%, kalo pengusaha kecil sih cetek, kalo yg TBK? Bayngkan kalo saja PPH badan bisa turun maximum sampai 20% saja, kuantitas dan kualitas pembayar samakin baik).   Masih bisa lho yg TBK mengecilkan, apalagi perusahaan tambang, wuiih gampang banget, macam FREEPORT, NEWMONT, saya curiga INCO juga demikian, malah salah satu blue chip rokok di BEJ, yg kantor distribusi nya di JL. BY PASS , BANDUNG, saya tahu sekali masih coba mengecilkan pembayaran cukai, soalnya pegawai pajaknya temen sekolah.
 
Jadi seharusnya kalo memang BEJ mau maju, investornya harus nambah. Caranya, yah tambah saja emiten dgn market cap besar. Masih banyak perusahaan swasta berkualitas layak listing contoh: WINGS GROUP, LION GROUP, DJARUM, NESTLE INDONESIA, dll, kabarnya mereka juga ingin listing tapi masih nimbang2 resiko (resiko di palak, bantuan ini itu, sponsor ini itu, dsb). Dgn 300-an emiten, terlalu kecil& nggak bisa dijadikan cerminan ekonomi Indonesia (Indonesia is the largest economy in S.E.ASIA). Payahnya malah TLKMnya yg blue chip? Kalo saja tanpa BUMN yg listing di BEJ, pasar modal udah mati dari kemarin. Sayangnya sekarang utk BUMN yg mau listing harus dibahas di KOMITE PRIVATISASI ( they say to find the best price! Yeah right) yg bikin panjang proses utk go public. Emiten sedikit=investor ritel kecil=fund manager dominate, that is 'I can call' "MARKET INCAPACITY". Di Bandarin, jadi kontribusi utk teori Bandamology-nya si Mbah, Market Incapacity inilah yg bisa dilihat tidak adanya korelasi antara BERITA POSITIF/NEGATIF dgn Harga Saham. Contoh, ingat PTBA di bulan JUNI lalu, ketika di Koran saya baca kalo pemerintah mau tunda PLTU Banko TEngah (negative news)   sampai 2012, saya langsung yakin sahamnya bakal koreksi dan jual di 3500. Tapi yg terjadi besoknya malah naik ke 3800.
 
Karena dibandarin, banyak investor ritel yg rugi (80% mayoritas akumulatif rugi) , korban Bandar dan impulsive trading. Kalo kita nonton Bloomberg TV suka ada iklan Pacific Trader, Si bapak tua bilang "…most trader is losing money, but the brokers try to keep it quite!" Yah betul kebanyakan broker nggak pernah jujur kecuali si broker teman dekat anda, teman sekolah misalnya, pasti ceritanya beda. Kalo jujur mana ada nasabah baru.
 
Saya juga punya pendapat kalo kunci menang di pasar saham adalah jujur kepada diri sendiri, selalu hitung nilai portofolio kita setiap minggu. Kebanyakan penyakit investor kita nggak mau cut loss until it is too late. Saya punya sahabat yg selalu berpromosi masuk ke BEJ, dan kalo ditanya orang selalu ngaku punya portofolio Rp 200 jt. Padahal aslinya itu uang dia yg nyangkut Rp 200jt, nilai sekarang Rp 140jt. Yg nyangkut dibilang investasi, yg untung baru 10% malah dijual, so dari tahun ke tahun dia akumulasi saham nyangkut.
 
Jadi kesimpulan dari pengalaman saya FA paling penting, baru BA utk exit. TA? Please do not be impulsive! Focus on BUMN or invest in people.

 


ANDIK MUSTIKA < [EMAIL PROTECTED]> wrote:
saya di jepang lancar banget internet. jadi olt bej asyik.
ada yang tidak bisa dimanipulasi sbi and oil price, FED bandar tidak main2 dalam hal ini dan ini mudah diprediksi kenapa mikirin bandar, ta, fa dll bikin pusing. makro baik taruh uang makro jelek ambil uang. playing share so simple.

----- Original Message ----
From: boyz <[EMAIL PROTECTED] com.sg>
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, October 24, 2006 12:56:52 PM
Subject: Re: [obrolan-bandar] Pengantar About The Market 2 ( was:Berita ANTM )

ikut nimbrung ya ....

saya rasa ngga ada satupun trading system yg 100& untung trus, tanpa ada
rugi secuilpun

saya kira BUKAN METODEnya yg jadi masalah (mau applying FA saja or TA
saja or techno-fundamental bahkan BANDARMOLOGI) ,
(menurut saya) yg jadi masalah adalah disiplin kita (dalam hal money
management atau kedisiplinan dalam menjalankan our trading rules) dan
disiplin dalam hal tidak berbuat kesalahan yg sama.

dan untuk FORECASTING, PREDICTION atau TERAWANG ....
TIDAK ADA METODE FA atau TA atau BANDARMOLOGI yang 100 % AKURAT dalam
PREDICTING (FORECASTING or TERAWANGING eh TERAWANG) HARGA!

jadi yg ga akurat bukan hanya TA aja pak.
memangnya ada METODE FA yang 100% akurat dalam PREDICTING or FORECASTING
harga / target rebound atau koreksi ???

untuk TA, mr widhie bilang :
1. Harga bisa dimanipulasi
2. Volume bisa dimanipulasi

kalau saya bilang,
bahkan LAPORAN KEUANGAN pun bisa DIMANIPULASI.
bahkan INDIKATOR EKONOMI juga bisa DIMANIPULASI
(khan FA dapet data PER, EPS, blablabla dari LAP KEU)

US aja yg katanya no.1 dalam ketatnya peraturan dan kesohor akan jargon
Good Corporate Governance masih bisa ada kasus macam ENRON & Price
Waterhouse Cooper (saya kira semua udah pada tahu reputasi PWC sebagai
salah satu BIG FIVE AUDITOR)

apalagi di sini pak, semuanya bisa diatur.

contoh PALING GAMPANG aja ... data indikator FOREIGN BUY / SELL di
BEJ... (yg sering dipakai untuk mengetahui berapa banyak ASING buy / sell).
apakah anda kira DATA itu VALID ???

anda coba saja beli / jual saham di broker anda ... lalu anda pesan
untuk pakai ASING ... (walaupun ada bukan pemain asing)... bisa kok.
artinya, walaupun bukan ASING, transaksi anda (atau BANDAR) bisa berubah
WARNA jadi ASING.

begitu juga dg LAP KEU, apakah anda yakin 100% kesahihan data2 di dalamnya?
apakah anda yakin LAPKEU tsb sudah benar2 disajikan secara JUJUR (baik
JUJUR by MORAL term maupun JUJUR dalam LAW term) tanpa ada tendensi
tertentu?

saya kira yg kuliah di jurusan akuntansi (terlebih yg mengambil
konsentrasi di AUDITING) tau SIMPLE-nya manipulasi LAP KEU.
(saya ulang SIMPLE...... . bukan EASY)

apakah anda kira para pembuat LAPKEU disini takut kalau berbuat FRAUD???
memangnya yg memeriksa LAPKEU tsb MALAIKAT or GOD? khan yg memeriksa
hasil jadi LAPKEU tsb MANUSIA juga.

kalau pendapat pribadi saya (ini pendapat pribadi lho) ...
data2 pada KITAB SUCI aja bisa dimanipulasi oleh MANUSIA ...
apalagi data dari BPS, LAP KEU perusahaan, BEJ dll

hehehe ... BEJ githu lho

salam,

EKA SUWANDANA wrote:
>
>
> Saya juga nggak percaya teknikal. Teknikal macem2 teorinya, ada yg
> pegang RSI, Oscillator, Elliot Wave, KD chart, kadang pada masa tertentu
> RSI doank cukup, kadang harus pake elliot, kadang KD chart. Ini di BEJ
> loh, market dgn 70-100 Juta USD transaksi. Semua saham jelasnya jauh
> dari efficient. Di Amerika sendiri Warren Buffet bilang nggak effisien,
> apalagi di sini. Cuma kalo di amerika saham ikut berita positif/negatif.
> Kalo disini lihat PTBA , ketika ada berita bahwa PLTU Banko ditunda 3
> tahun, dinyatakan dalam rapat kabinet bulan JUNI lalu, malah ditarik
> sampai 3800.
>
> Saya makanya percaya Bandarmologi utk BEJ. Makanya saya ikut milis ini,
> bukan AATI. People in the bullish season, just watch what mbah, oentoeng
> say. Beli boleh kapan saja yg berfundamental bagus, tapi keluar/jualan
> lihat ocehan milis ini, si mbah pak oentoeng, pak Busur, dll.
>
>
>
> */Widhie !!! <[EMAIL PROTECTED] com>/* wrote:
>
> Maaf, tulisan saya sebenarnya tidak terkait langsung dengan tulisan
> dibawah, tapi terus terang saya tidak percaya bahwa suatu metode
> analisa teknikal (apapun itu) bisa menebak secara tepat, pada angka
> berapa, harga akan rebound atau koreksi (mentok).
> Kita tahu, market is always right dan analisa teknikal hanya
> melakukan pendekatan matematis (termasuk chart pattern dan
> candlestick) berdasar probabilitas perulangan kejadian di masa lalu.
> Tetapi, market itu sendiri pada bagian besar ditentukan oleh
> gerakan big players (baca : bandar, baik yang berkonotasi negatif
> maupun yang positif ). Jika suatu metode analisa teknikal, atau
> seorang analis (ahli trawang) selalu/sering bisa menebak pada angka
> berapa suatu saham akan rebound atau mentok, maka menurut saya
> kemungkinannya ada dua :
>
> 1. Analis itu mungkin memang mewakili big players, atau menjadi
> corong bagi big players untuk bersuara dengan menggunakan
> metode-metode yang legitimate/logis agar keinginan bandar tercapai
> (positif maupun negatif)
>
> atau
>
> 2. Ada bandar yang mencoba membangun reputasi analis tersebut, agar
> suatu saat bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bandar (baik positif
> maupun negatif).
>
> Adalah suatu "hil yang mustahal" jika big players bertindak semata
> karena saran dari analis teknikal. Yang terjadi adalah big players,
> sebagai penggerak market-lah, yang menentukan analis
> teknikal kudu bicara apa....
>
> Ini sekedar pemikiran logis, dan bukan sedang menunjuk si A atau si
> B mewakili bandar. Pemikiran ini berangkat dari asumsi bahwa semua
> saham bisa dibandari, baik saham ecek-ecek maupun blue chip. Baik
> RAJA atau TLKM bahkan MSFT pun bisa dibandari, asal modalnya
> sepadan. Dengan demikian, ukurannya adalah berapa modal yang
> dimiliki oleh (sekelompok) bandar. Bandar kelas teri cuma bisa
> mainin saham macam RAJA, sementara untuk ngebandarin TLKM perlu
> bandar kelas kakap. Masalahnya, di atas langit kan (selalu) masih
> ada langit, jadi kalaupun modal untuk ngegoyang TLKM buat bandar
> lokal sudah cukup gede, buat bandar international hedge fund mungkin
> masih tergolong receh. Walaupun sama-sama bisa bikin bangkrut, jadi
> korban bandar BTEK dan bandar TLKM 'rasanya beda'. Orang
> bilang, lebih terhormat "ketabrak mercy" ketimbang "ketabrak
> bajaj".... :-D
>
> Kali lain saya akan tulis "About The Market 2 : Teknik Perbandaran" ,
> dimana yang ingin saya sampaikan adalah :
>
> 1. Harga bisa dimanipulasi
> 2. Volume bisa dimanipulasi
>
> Thus, jika dua-duanya bisa dimanipulasi sehingga tidak lebih
> sebagai data sampah, maka dianalisa pakai metode teknikal secanggih
> apapun akan menghasilkan sampah juga (garbage in, garbage out)
>
> rgds
Send instant messages to your online friends http://asia. messenger. yahoo.com




__._,_.___


SPONSORED LINKS
Small business finance Business finance online Business finance training
Business finance course Business finance schools

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke