Dear Permias@,

Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.

Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
Kenapa mereka tidak boleh?

Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
5 Agama Besar saja?

Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...

Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
dilarang (Yang seharusnya tidak kan....). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
ngga usah pakai barongsai etc...

Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.

Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.

seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.

Salam Permias@,

Andrew




On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:

> Pemerintah SARA
>
> Minggu, 14 Februari 1999
> Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara
>
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm
>
> Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
> Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?
>
> Aneh sekali...
>
> --
> Indi
>
> Visit my world: http://pagina.de/indradi
>

Kirim email ke