Bukan semangat lagi,

Berdasarkan keputusan inpres,
masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
sarcasm saya saja)

apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
apa karena itu kebudayaan orang cina?
atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah membantu
dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)

Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.

kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
nambah terusssss....

Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
Ya susah lagi-susah lagi....

Salam Permias@,
Andrew Pattiwael


On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:

> Wah semangat banget....tapi bagus itu...
> Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh....
> Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
> Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
> Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
> mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
> mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
> yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
> Pemilu dan Timtim selesai kali.... 'Kali...
>
> Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
> Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi......
>
>
>
> Andrew G Pattiwael wrote:
>
> > Dear Permias@,
> >
> > Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
> > pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
> > Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
> > hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
> > para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
> > mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
> > dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.
> >
> > Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
> > kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
> > Kenapa mereka tidak boleh?
> >
> > Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
> > Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
> > yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
> > Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
> > bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
> > 5 Agama Besar saja?
> >
> > Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
> > Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...
> >
> > Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
> > dilarang (Yang seharusnya tidak kan....). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
> > tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
> > ngga usah pakai barongsai etc...
> >
> > Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
> > sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
> > Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.
> >
> > Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
> > menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
> > diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
> > ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
> > bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.
> >
> > seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
> > sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.
> >
> > Salam Permias@,
> >
> > Andrew
> >
> > On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:
> >
> > > Pemerintah SARA
> > >
> > > Minggu, 14 Februari 1999
> > > Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara
> > >
> > > http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm
> > >
> > > Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
> > > Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?
> > >
> > > Aneh sekali...
> > >
> > > --
> > > Indi
> > >
> > > Visit my world: http://pagina.de/indradi
> > >
>

Kirim email ke