Tidak pernah ada kata puas dari referendum, pemilu, voting.
Tetapi setidaknya menunjukan suatu keberadaban, bahwa setiap manusia itu
diberikan hak untuk memilih.
Solusi anda memang terkesan sangat tidak manusiawi, seperti pada masa era
gladiator di Roma, yang dimana manusia sudah seperti binatang, diadu dan
siapa yang menang boleh mengambil nyawa lawannya yang kalah.
Bung, jaman ini sudah bukannya jaman "jungle warrior" lagi, seperti kata
teman saya yang melihat kebringasan di sambas lewat hasil foto di
asianweek, "kampungan sekali sih...". saya ngga tau maksud dia berbicara
kampung itu, walau saat mendengar pertama kali saya juga agak tersinggung
karena saya juga dari kampung. Mungkin kata yang lebih tepat lagi
"primitif sekali"
Perang jaman sekarang saja sudah bukan lagi menggunakan kekuatan fisik,
melainkan kekuatan otak. Lihat Amerika, apa berani dia mengirimkan
pasukannya, paling berani juga dia kirim rudal-rudal patriotnya untuk
menghantam musuh. Mungkin perang abad 21 akan mengambil tempat di
internet, dimana penggunaan fisik diminimalkan sekecil mungkin.
Karena itu juga sekarang sedang banyak digalakan penggunaan robot, untuk
menggantikan peran manusia yang begitu rentan terhadap situasi-situasi
yang berhubungan dengan hal-hal yang kritis.
Apagunanya DPR/MPR, parlemen, konggres dan sebagainya dimana para
wakil-wakil rakyat "berjuang" bukan dengan fisik melainkan dengan pikiran
dan perkataan. Buat apa kita kembali lagi ke jaman-jaman bahela yang
memang membutuhkan kekuatan fisik yang dinamis untuk survive di alam yang
penuh dengan persaingan dan mara bahaya.

Saya setuju kalau pemenangnya adalah yang mempunyai keyakinan dan
kepercayaan yang luar biasa.

Sangat disayangkan bagi kita-kita semua yang melihat bahwa hanya fisik
yang bisa menyelesaikan segala persoalan. Buat apa yang DiAtas memberikan
akal budi (otak) kalau tidak digunakan untuk menghindari segala bentuk
kekerasan yang pada akhirnya juga tidak membawa penyelesaian selain
menciptakan dendam kesumat yang berkepanjangan.

Dari solusi anda yang katanya mengumpulkan 100 orang untuk ditarungkan
disuatu arena, saya memperkirakan akan muncul 1000 orang lagi yang merasa
tidak puas dengan hasil yang dicapai oleh ke-100 orang itu, dan
kemungkinan akan muncul lagi 1,000,000 orang lagi yang juga tidak puas
dengan hasil pendahulunya...begitu seterusnya. Akhirnya yang terjadi
adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.








Andrew Pattiwael

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan
> lama....belum tentu semua pihak puas....
>
> Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan
> entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah
> menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana
> kalau saya usul :
>
> Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai
> dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA
> pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan
> di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.
>
> Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh ....
>
> Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya
> kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan
> adil oleh yang menang.
>
> Setuju ???
>
> Terkesan agak jahat....tapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah
> cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.
>
> Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka
> masing-masing....akan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut..... !!!
>
> Kalau cara ini diterima....untuk pro kemerdekaan .... yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA.... :-) Kita lihat saja....berani
> nggak dia berperang ....untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> ..... (siapa ya ???)
>
>
> Hadeer
>
>
> ----------
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
> > Date: 19 April 1999 9:31
> >
>

Kirim email ke