Bung Sitorus,

Komentar anda sangat bagus dan patut kita, sebagai umat kristiani, untuk
menelaah dan menjadikannya bahan koreksi bagi kemajuan kita bersama
sebagai bangsa. Saya sangat terkesima dengan penjelasan anda, sungguh
memang belum pernah saya pikirkan atau memikirkan sampai kesitu.
Memang kalau dipikir-pikir, kemegahan gereja selama ini dan kemewahan
fasilitas yang selama ini diberikan kepada gembala-gembala gereja
(pendeta dan penatua) di beberapa gereja khususnya di Jakarta sebenarnya
(Saya mengambil garis besar gereja-gereja di kota-kota besar)
tidak sesuai dengan ciri-ciri asli Ke-Kristenan yang seharusnya bersifat :
 "Kerendahan Hati", "Kesederhanaan", "menderita", "melawan
hal-hal yang bersifat keduniawian, contoh: kemewahan, melawan hawa nafsu,
dan lain-lain.
Sedangkan para jemaat-jemaat tidak jarang ada yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Bahkan banyak gereja-gereja di pedalaman (Irian-Jaya
contohnya) hanya beralaskan tanah, tanpa kursi, bermimbarkan batu, dan
pendetanya juga kadang tidak makan dalam sehari.
Betapa indahnya memang jika umat kristiani dapat kembali lagi ke
jaman-jaman dimana umat kristen masih bersatu dibawah pimpinan para
rasul-rasul, ketaatan iman tidak diukur dari kemegahan gereja-gereja,
keindahan pakaian para pendeta, atau segala keindahan duniawi lainnya.
Ya...semoga saja, Tuhan kan selalu akan mengingatkan kita bahwa kita
telah mulai jauh dari-NYA, bahwa IA tidak akan meninggalkan kita begitu
saja, bahwa pelajaran yang diberikan-NYA selalu ada makna.
Semoga dengan pelajaran ini, kita diingatkan bahwa masih ada
saudara-saudara lainnya yang hidup berkekurangan, tidak pernah korupsi,
tidak pernah ber-KKN, namun tetap setia dalam menjalani perintah Tuhan.

Tuhan beserta kita,


Andrew Pattiwael



On Sat, 24 Apr 1999, Frarev Sitorus wrote:

> Memang, sampai sekarang tim penyidik sudah menyimpulkan bahwa perampokan
> BCA dengan peledakan Istiqlal berkaitan. Saya berharap pihak berwajib
> dapat mengungkapkannya.
>         Sejak tahun 1996, puluhan kerusuhan merusak tatanan bangsa di
> seluruh tanah air Indonesia. Faktor pemicu kerusuhan kyang merusak ini
> adalah perasaan tertekan masyarakat selama ini, isu dari provokator,
> situasi politik, dan isu SARA ( dikutip dari pembicaraan pak Herlianto).
>         Mulai tingginya rentetan kerusuhan sejak peristiwa Trisakti.
> Sekarang ini peristiwa di Ambon, dan Sambas hingga Timtim. Orang - orang
> yang berani meninggalkan kampung halamannya untuk meningkatkan status
> sosialnya, seperti orang Tionghoa dan Madura, baik dijadikan contoh
> penduduk asli.
>         Kejadian ini sebenarnya harus diselesaikan bukan hanya dengan
> penjagaan ketat terhadap rumah ibadah. Penyelesaian ini juga dengan
> melihat latar belakang kondisi di sekitar gereja. Gereja sering lupa akan
> sekitar nya dengan kondisi lingkungan dan sosial. Bangunan gereja yang
> megah di sekitar pemukiman kumuh, membodohi umatnya dengan mengaitkan
> Tuhan dan berkat/rejeki yang datangnyapun tidak dikehendaki rakyat, dan
> membutakan mata terhadap kondisi rakyat tertindas yang menyedihkan. Belum
> lagi  bahwa menganggap bahwa peristiwa 12 Mei merupakan perbuatan saudara
> muslim, digeneralisir, padahal perbuatan itu juga dilakukan oleh saudara
> yang menganut Kristen. Pemboman Istiqlal juga belum dapat diprediksi
> karena kemungkinan ini perbuatan orang yang kebetulan beragama, agama yang
> ada di Indonesia, atau orang yang bermain dalam kekuatan politik atau
> siapa saja.
>         Hanya, peristiwa - peristiwa yang sudah terjadi ini harus dikaji
> dan menjadi bahan koreksi saudara Kristen, bahwa selama ini gereja yang
> seharusnya garam dan  terang dunia tidak direalisasikan, khususnya di kota
> - kota besar. Banyak isu - isu yang dapat meng-generalisasikan agama Islam
> sebagai dalang penghancuran gereja yang membodohi umat Kristen sendiri
> karena selama ini umat Kristen membodohi diri dengan sikap eksklusifisme
> terhadap lingkungan sekitarnya ( walaupun masih ada yang merakyat). Sikap
> premordialisme terus menghantui saudara Kristen, dimana dibodohi eleh
> kekayaan dan pangkat orang Kristen yang menjadi guru yang membodohi
> mereka. Pak Theo Syafei yang membodohi Kita sebagai Kristiani dengan kata
> - katanya bahwa perbuatan ini dilakukan oleh saudara muslim, padahal tidak
> semua saudara Muslim malah ada orang Kristen juga yang menjadi provokator
> dan kroconya.
>         Biarlah krisis ekonomi, kerusuhan - kerusuhan menjadi bahan
> koreksi bagi saudara Kristen dan saudara Tionghoa yang melupakan tanah air
> tercinta, bukan dengan mencari kambing-hitam dan meninggalkan tanah air
> Indonesia.
>
> peace

Kirim email ke