Mbak Nina,
Iya deh saya ngerti kok. Saya juga tadinya nggak begitu peduli dengan omongan
Pak Dubes yang paling paling begitu begitu juga. cuma masalahnya saya jadi
risih karena ada yang ngomentari kok diingatkan jangan ngomentari. Lagi pula
jaman sekarang ini khan jaman informasi, hidup kita ini sudah serba rumit,
mana mungkin kita harus selalu mendapatkan informasi dari sumber utamanya
terus menerus, itu khan nggak mungkin, sumber sekuler pun nggak apa apa
asalkan memang disajikan paling tidak 80 % kebenarannya. Wartawan aja ada yang
 tidak menyajikan berita 100% obyektif kadang kadang mereka bumbui sana sini.

Seperti yang anda sebutkan ini intern Permias, jadi seharusnya malah pak
Dubesnya berterima kasih dikritik seperti itu. Masih untung loh dikritik
sesama daripada dikrirtik orang lain, khan lebih malu.Lagipula  khan bukan
ngritik pribadi Pak Dubes, melainkan ucapannya sebagai seorang yang dianggap
wakil Indonesia nomor satu.

Lagi pula Mbak Nina, ngriktik Pak Dubes sekarang ini saya anggap fair, sebagai
kontrol sosial terhadap jabatan beliau sendiri. Jangan kita ini merasa takut
mengemukakan pendapat karena dia seorang dubes.Hormat, pasti saja kita masih
hormat terhadap bliau, tetapi tidak berarti kita harus selalu angguk angguk
kepala jika dia bicara.

Justru masih menjabat sebagai dubes itulah saat yang tepat. Jangan seperti
yang kita lakukan terhadap Suharto, sekarang aja dia sudah digulingkan banyak
yang berani sinis kepada dia, sebelumnya, hanya orang orang tertentu saja yang
berani.

Saya yakin (kalau memang Pak Dubesnya berjiwa besar) Pak dubes nggak akan
keberatan dikritik "anak anak"nya sendiri.Sesuai dengan perkataan beliau khan
mengenai keterbukaan dan reformasi, iya nggak mbak Anna (atau Nina?) ???????

Yuni


"Anna F. Poerbonegoro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mbak Yuni,

dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge
pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa
dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan
bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang
berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud
Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?",
ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak
kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya
penanggapan secara harafiah tidak bijaksana.

Nina Poerbonegoro


____________________________________________________________________
Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.

Kirim email ke