Saya cuplik dari Detik.com dibawah :

"...Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif
menciptakan ketenangan, ..."

Komentar :
Dimana logikanya ulama Ambon diminta berperan aktif menciptkan ketenangan ?
Ulama di Ambon adalah pihak minoritas yang sedang tertindas.

Seharusnya ditulis agar ".. para pastor, pendeta dan tokoh masyakarat
menyadarkan masyarakatnya dan menciptakan ketenangan...".

Bagaimanapun, kontrol utama datang dari pihak mayoritas. Seharusnya pihak
mayoritas lah yang melindungi minoritas. Mayoritas lah yang menYayangi dan
mengKasihi minoritas.

Soe
PS :
- Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya
- Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-(

============================================================================
====

Konflik di Ambon 3-5 Oktober 1999
19 Orang Tewas, 13 Rumah Dibakar
Reporter: Hestiana Dharmastuti

detikcom, Jakarta- Konflik berdarah yang pecah lagi di Ambon, 3-5 Oktober
1999 ini, menurut temuan Kontras, telah menewaskan 19 orang. 32 Orang luka
berat, 67 luka ringan. Di samping itu ada 3 rumah ibadah dan 13 rumah
penduduk dibakar.

Koordinator Kontras, Munir, dalam siaran persnya Rabu (6/10/1999) yang
diterima detikcom pada pukul 18.15 wib menyebutkan, konflik berdarah itu
jelas sangat memprihatinkan. Dan semua itu terjadi, tak lepas karena
ketidakmampuan aparat meredam situasi.

Oleh sebab itu, Kontras mendesak Panglima TNI dan Kapolri untuk segera
mengambil langkah-langkah kongrit guna menghentikan konflik di Ambon yang
tak kunjung selesai. "Panglima TNI dan Kapolri juga harus bertanggung jawab
atas keberpihakan aparat yang justru memicu konflik itu berlanjut,"tandas
Munir.

Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif
menciptakan ketenangan, Kontras juga mendesak parpol besar untuk hadir
membicarakan penyelesaian yang komprehensif tentang konflik di Ambon itu.

"Ketidakhadiran parpol tersebut akan menunjukan ketidakpedulian mereka
terhadap tragedi kemanusiaan dan konflik yang semakin luas,"kata Munir.

Untuk diketahui saja, 3-5 Oktober 1999, konflik kembali marak di Ambon.
Konflik itu meluas di kawasan Passo, Batu Merah, Benteng dan Air Salobat.
Tembakan aparat sempat dilepas untuk meredam bentrokan.

Namun, rentetan tembakan justru ada yang nyasar. seorang anak berusia 6
tahun, Yofi Uneputy tewas kena terjang dua peluru yang menembus bagian
kepalanya. Seorang aparat Polri, Letda Ricky juga kea terjang peluru hingga
tewas.

Kapolda Maluku Kolonel Bugis Saman menduga, peluru yang menerjang Ricky
berasal dari penembak mahir. Sebab bidikannya tajam dan mematikan. Aksi
penembak mahir itu dicurigai Bugis sebagai upaya untuk mengadu domba
masyarakat maupun masyarakat dengan aparat keamanan.

Kirim email ke