http://www.sabili.ku.org
Boikot Produk Yahudi
Perjuangan bangsa Palestina masih sangat panjang. Kebiadaban Israel atas
Muslim Palestina masih berlangsung. Kini, Yahudi sudah berani
terang-terangan berbisnis di Indonesia. Djoko Susilo (Fraksi Reformasi)
mengungkap "selingkuh" PT Pindad dengan Israel. Nun jauh di sana, Syeikh Dr.
Yusuf Qardhawi berfatwa: Boikot produk AS dan Yahudi! Bagaimana di sini?
Usai Jum'atan, jamaah shalat Jum'at Masjid Umar bin Khattab, Qatar, pekan
lalu, tak segera beranjak dari masjid. Mereka dengan seksama mendengarkan
fatwa mutakhir Syeikh Dr. Yusuf Qardhawi tentang Palestina. Dialog bersama
Qardhawi, ba'da Jum'atan itu, tak sekadar dukungan terhadap intifadhah
Palestina. Ulama kharismatik yang karya-karyanya jadi rujukan kaum muslimin
itu, juga mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan produk Israel dan
Amerika.
Menurut Qardhawi, salah satu bentuk dukungan konkret bagi perjuangan rakyat
Palestina adalah dengan mengembargo/memboikot total produk Israel dan AS. Ia
berfatwa, "Satu real (mata uang Arab-red) yang Anda keluarkan untuk membeli
produk Israel dan AS, sama dengan satu peluru yang akan merobek tubuh
saudara Anda di Palestina." Selanjutnya, Qardhawi menyatakan keterkejutannya
terhadap sebagian umat Islam yang merasa tidak dapat hidup tanpa produk
Amerika. "Saya terkejut ketika ada sebagian umat Islam mengatakan tidak
mungkin hidup tanpa Pepsi, Coca Cola, Pizza Hut, atau peralatan modern
produk Amerika," kata Qardhawi seperti dikutip eramuslim.com. 
Qardhawi menjelaskan, siapa saja di antara kita yang menganggap enteng
masalah pemboikotan produk AS, dan membayar walaupun cuma satu real untuk
produk tersebut, itu sama saja dengan memberi mereka satu peluru untuk
dipergunakan menembak saudara-saudara kita di Palestina. Qardhawi
mendasarkan fatwanya itu pada kenyataan, betapa besarnya bantuan dana AS
untuk Zionis Israel, belum lagi Kongres AS yang jelas-jelas mendukung Israel
dalam masalah Palestina.
Dalam kaitannya dengan jihad untuk Palestina, kata Qardhawi, Al-Qur'an
menegaskan bahwa jihad yang dimaksud adalah dengan harta dan jiwa. Jika
tidak bisa berjihad dengan jiwa, pilihannya adalah dengan harta. Nah, salah
satu bentuk jihad dengan harta, seru Qardhawi, adalah dengan melakukan
pemboikotan total terhadap semua produk AS dan Israel. 
Di sejumlah negara Timur Tengah, demo-demo anti AS dan Israel, memang, terus
meluas. Selebaran yang berisi seruan boikot ekonomi AS dan Israel, baik
melalui makanan, barang dan perhotelan, di beberapa negara Arab makin
menguat, seiring dengan fatwa ulama yang mengharamkan membeli produk AS dan
Israel. Seruan itu-senada dengan fatwa Qardhawi-bahkan menyebutkan, bahwa
setiap dolar yang digunakan oleh umat Islam untuk membeli barang-barang
produk AS atau Israel, sama dengan satu peluru yang akan merobek-robek
Muslim Palestina. "Dalam hal ini kita semua bertanggung jawab dan harus
memutuskan semua hubungan ekonomi dengan AS dan Israel," demikian antara
lain bunyi seruan itu, sebagaimana dikutip naseej.com. 
Menurut seruan itu, langkah ini-mau tidak mau-harus ditempuh, sebagai sikap
yang jelas untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. "Karenanya,"
demikian seruan itu, "jangan menganggap remeh langkah ini. Mereka itu tidak
paham kecuali dengan bahasa uang. Melalui uanglah kita akan menyakitkan
mereka. Karena itu, kita harus menggunakan uang sebagai senjata." Selebaran
itu tak lupa menyebutkan jenis-jenis makanan dan minuman, restoran, film,
bank, nama-nama hotel yang memiliki hubungan ekonomi dengan AS dan Israel.
Ketua Umum KAMMI, Fitra Arsil, memandang perlunya aksi boikot ini. "Itu
penting. Kita harus mulai berpikir bahwa sumber daya umat Islam yang besar
ini jangan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam, yang justru kemudian mereka
gunakan untuk menghantam Islam," katanya. Untuk itu, lanjut Fitra, fatwa
Qardhawi itu patut kita ikuti. Apalagi, ini yang menarik, ujarnya, Qardhawi
menyatakan imperialisme yang dilakukan Yahudi justru banyak dibiayai oleh
umat Islam. Hal senada disinggung KH Rahmat Abdullah dalam demo tentang
Palestina baru-baru ini. Dalam hal ini, Ketua Majelis Pertimbangan Partai
Keadilan (PK) itu menggugat sekaligus menggugah kesadaran kita. "Sudah jelas
bahwa setiap produk yang mereka bikin itu selalu menghasilkan keuntungan
yang sebagian besar dibelikan peluru untuk menghantam Muslim Palestina,"
cetusnya.
Karena itu, menurut Rahmat, "Saya cuma menggugah kesadaran, apakah perlu
fatwa untuk itu ...." Hanya saja, menurutnya, diperlukan sikap yang memang
permanen. Fatwa tidak keluar lantaran munculnya kasus. "Dalam Risalah
Pergerakan disebutkan: 'Perhatikanlah ekonomi bangsamu, gairahkanlah usaha
mereka. Dan jangan kamu konsumsi makanan kecuali buatan negeri muslim-mu,'"
tuturnya pada SABILI. Itu bukan pesan emosional sesaat, lanjutnya, melainkan
pesan doktrin yang sangat adil, "Karena dari mana kita dapat memodali
pembangunan kita kalau tidak dari hemat kita, sedang mereka memodali kemauan
kita dengan menjajah kita berabad-abad," tegasnya.
Dari negeri jiran Malasyia, PAS-Partai Islam se-Malaysia-di samping
menyerukan jihad ke Palestina, juga mengajak menindaklanjuti seruan boikot
ekonomi AS dan Israel. Tak hanya PAS yang bersuara vokal dan kritis. ABIM
(Angkatan Belia Islam Malaysia) pun menyambut ajakan boikot ekonomi itu.
Presiden ABIM, Ustadz Ahmad Azam Abdurrahman, mengingatkan bahwa Israel dan
AS hanya dapat dilawan dengan kekuatan. "Kekuatan dari berbagai sumber,"
kata Azam. Dan yang paling mungkin saat ini, menurutnya, adalah gerakan
memboikot bisnis yang ada kaitannya dengan Yahudi itu, dan otomatis produk
Amerika pun kena embargo. "Selain memboikot produk Israel, juga memboikot
barang negara-negara yang mendukung rezim Zionis itu," ujarnya pada SABILI
lewat telepon.
Kalau di sejumlah negara Timur Tengah yang gegap gempita dengan aksi boikot
produk AS dan Israel, di Indonesia baru sampai pada tahap pembicaraan. Dalam
diskusi-diskusi yang bertemakan Palestina, hal ini memang disinggung. Hanya
saja umumnya beranggapan, di negeri ini belum ada lembaga yang kredibel
mengeluarkan fatwa untuk masalah Palestina. "Tak ada lembaga ulama yang
cukup kredibel memberikan fatwa untuk persoalanPalestina, khususnya soal
boikot terhadap produk Israel," kata Amang Syafrudin, salah seorang
pembicara diskusi tentang Palestina, di UI, Depok, Jum'at (27/10) lalu. "Ini
tergantung dari keberanian ulama-ulama seperti di NU dan Muhammadiyah,
termasuk yang di partai-partai Islam itu," ujarnya lagi.
Menurut Ketua PP Persis bidang Tarbiyah, M. Abdurrahman, MA, untuk sampai
pada tingkat fatwa, perlu ijtihad, karena masalah ini bersifat internasional
dan menyangkut hukum. Tapi ia setuju ajakan untuk memboikot produk AS dan
Israel. Meski tidak sampai memandang haram minuman dan makanan semacam Coca
Cola dan McDonald's, "Tapi untuk umat Islam, jangan dibelilah!" serunya.
"Dengan kita beli satu sen saja dari mereka, berarti kita ikut nyumbang
mereka," lanjutnya, "dan setiap sen yang kita sumbang dapat digunakan untuk
membunuh bangsa Palestina, juga untuk menekan negara kita." Selanjutnya
dosen Unisba ini menyatakan keprihatinannya, lantaran kita, terutama
pemerintah Indonesia masih memiliki ketergantungan pada AS. Kita masih
dililit utang, sehingga untuk kritis dan vokal terhadap AS sepertinya
kegigit lidah. 
Keperihatinan di atas, masih ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran umat
akan masalah yang satu ini. "Jelas sangat sedikit yang menyadari. Yang
menyadari pun tak sepenuhnya menyetujui adanya fatwa sebagai salah satu
solusi," cetus Amang. Tapi setidaknya, ia melanjutkan, bagi kita yang sudah
memiliki keterkaitan hati dengan Palestina, sudah selayaknya menghindari
produk-produk Yahudi dan Amerika.
Dengan adanya fatwa atau seruan dari Syeikh Qardhawi, paling tidak komunitas
tertentu dari umat ini akan mengikuti seruan itu, karena harus diakui,
seperti dikatakan Ketua HAMMAS, M. Fajar, kita rata-rata masih mengambil
fatwa dari masing-masing kelompok. Sebagian umat, katanya, mengambil
fatwanya Yusuf Qardhawi tadi. "Memang, kita jarang sekali mengambil fatwa
dari Indonesia, sebagian kita mengambil referensi luar, termasuk dari fatwa
Yusuf Qardhawi," ujarnya. Toh menurutnya, apapun ceritanya kita harus
berbuat. Jangan dilihat besar kecilnya, tapi lihat intensitas dan komitmen
perlawanannya. Terbukti, paparnya, ketika sejumlah ormas kepemudaan Islam,
termasuk HAMMAS, secara intens terus menggempur kedubes AS, toh membuahkan
sedikit hasil dengan ciutnya mereka, sehingga merasa perlu menutup
kedutaannya. "Alhamdulillah, cukup berhasil, artinya penutupan kedubes AS
lantaran kerja rutin kita yang intens dengan aksi-aksi," akunya.
Pertanyaannya kemudian, mengapa demo-demo intens di kedubes AS itu tak
diikuti dengan aksi-aksi boikot produk AS dan Israel? Malah sampai ada yang
bertanya, efektifkah tindakan itu? Bagi Ridwan Saidi, jangan bicara
efektivitasnya dulu, tapi kedepankan dulu solidaritasnya. "Dulu orang bakar
mobil Fiat waktu Sidi Mochtar digantung di Tripoli oleh penguasa Itali,"
ungkapnya. Karenanya, menurut Ketua Umum Partai Masyumi baru itu, boikot
terhadap produk AS-Israel yang ada di Indonesia, sebagaimana fatwa Qardhawi,
adalah suatu kemestian. "Mesti dong, di sini kan juga ada jaringan
hotel-hotel yang mereka punya. Begitu pula di bisnis pariwisata, perbankan
.... Soros secara terbuka juga ada di Bentoel dan SCTV," tuturnya.
Memang, pialang kondang George Soros, si Yahudi tengik itu, kini-sejak Gus
Dur berkuasa-sudah terang-terangan berbisnis di Indonesia. Pertama, Soros
masuk grup Rajawali, dengan cara membayarkan utang PT Bentoel dan PT Tresno.
Ia mengambil alih 75% saham PT Bentoel Prima melalui PT Transindo Multi
Prima. Utang senilai 2,14 triliun itu dibayarkan ke BPPN. Jadi, bagi
perokok, terutama yang senang produk rokok Bentoel, secara tak langsung
sudah nyumbang Israel.
Tak berhenti sampai di situ. Soros pun masuk televisi. Sebuah konsorsium
yang dipimpin PT Bhakti Investama Tbk-perusahaan yang 14,5% sahamnya
dikuasai oleh Quantum Fund milik Soros-menggandeng PT Mitrasari Persada,
sebagai pemegang saham mayoritas PT Surya Citra Televisi (SCTV). Utang-utang
televisi swasta itu diambil alih konsorsium ini. Soros pun merambah ke dunia
pariwisata lewat PT Pengembangan Pariwisata Lombok. Sedang di PT Telekomindo
Prima Bhakti-perusahaan yang membawahi bisnis telekomunikasi-Soros mengambil
alih saham 60% operator GSM Exelcomindo dan 89% saham Multisaka. Di bisnis
media-selain di SCTV-perusahaan itu mempunyai saham 30,1 di RCTI dan 20% di
Indonusa. Yang mengagetkan lagi adalah ketika pemerintah berniat melepaskan
sahamnya sebanyak 51% di PT Telkom dan Indosat pada Soros. Untungnya
mendapat penolakan keras dari Dirut PT Telkom-waktu itu-AA Nasution. 
Yang mengejutkan adalah di bisnis senjata. Saat rapat dengar pendapat Komisi
I DPR-RI dengan Panglima TNI dan seluruh Kepala Staf TNI, Selasa (24/10)
lalu, Djoko Susilo (Fraksi Reformasi) mempertanyakan soal kebenaran
"selingkuh" PT Pindad dan TNI Angkatan Darat (AD) dengan pemerintahan Zionis
Israel. Menurut Djoko, yang ditujukan kepada Panglima TNI Laksamana Widodo,
saat komisinya melakukan kunjungan kerja ke Pindad belum lama ini,
didapatkan informasi dari salah satu direksi PT Pindad, bahwa selama
ini-setidaknya sampai 1998-PT Pindad melakukan kerja sama pembuatan senjata
dan amunisi dengan pemerintah Zionis Israel. Bahkan, katanya, sebagaimana
informasi sumber di Pindad tadi, ketika itu setiap TNI AD membeli senjata ke
Pindad harus memperoleh lisensi dahulu dari pemerintah Israel. Menjawab
pertanyaan Djoko Panglima mengaku belum menerima laporan tentang itu.
"Mungkin bisa ditanyakan secara langsung kepada Kepala Staf Angkatan Darat.
Karena Pindad selama ini berkoordinasi dengan AD," katanya.
Sayang, Djoko tak mau menyebut siapa salah seorang direksi di PT Pindad yang
dimaksudnya. Yang jelas, katanya pada SABILI, "Maksud saya mengungkap ini
sebagai suatu peringatan bagi kita semua, bahwa agen-agen Zionis itu sudah
lama masuk dan menyebar ke wilayah Indonesia. Yang lebih berbahaya, justru
agen-agen Zionis Yahudi Melayu banyak berkeliaran di semua level
pemerintahan, legislatif, yudikatif dan lembaga bisnis. Bahkan di BPPN,
konsultan asingnya adalah agen Yahudi," ungkapnya.
Jadi apapun ceritanya, yang jelas Zionis Yahudi sudah mengobok-obok negeri
ini, termasuk dalam bisnis. Delegasi dagang Israel sendiri sudah
menginjakkan kakinya ke bumi Nusantara. Itu terjadi di akhir Desember 1999
dan awal januari 2000 lalu. Akbar Tandjung waktu itu bahkan sempat
menyatakan, jika antara pebisnis Yahudi itu terjadi perjanjian formal dengan
pemerintah Indonesia, berarti pemerintah tidak mengindahkan aspirasi rakyat.
Tapi bagaimana dengan terang-terangannya Soros berbisnis di Indonesia?
Itu baru seorang Soros. Bagaimana pula jaringan bisnis Yahudi lainnya yang
juga mengepung Indonesia? Lihat saja jaringan bisnis multilevel marketing
macam Amway. Jaringan bisnis yang berpusat di Eden, Michigan, AS, itu sudah
jadi rahasia umum bahwa di belakangya adalah Yahudi, sebagaimana dikatakan
Amang Syafrudin. Amway yang menyebar di 87 negara dengan sejumlah cabangnya,
dalam menjalankan roda bisnisnya, bekerja sama dengan Network Twenty-one.
Untuk diketahui, tercatat perusahaan yang saat ini menggalang kerja sama
dengan Amway, di antaranya adalah Astra, Citibank dan Pierre Cardin.
Takutkah Amway kalau produk-produknya diboikot? Jeffry Kusnadi dari Network
Twenty-one,keberatan kalau Amway dikaitkan dengan politik. "Amway tidak
terlalu mengurusi politik, melainkan pure economic, dan setiap anggotanya
tidak pernah mendengar sikap Amway dalam hal politik," akunya. Dan, sejauh
ini, menurutnya, tak pernah ada masalah, kendati ketegangan antara Indonesia
dengan Amerika sudah beberapa kali terjadi.
Tapi begitulah, memang. Sensitivitas umumnya kaum muslimin boleh dibilang
kurang. Ini memang ironis. Meski diberitahu Amway ada hubungannya dengan
Zionis, mereka tetap saja tak peduli. Dalam sebuah pertemuan Amway di
bilangan Senayan, bahkan SABILI pernah menjumpai seorang mantan pejabat di
Depag-suami-istri- terlibat dalam jaringan bisnis Yahudi-Amerika ini. 
Belum lagi di jaringan bisnis makanan dan minuman macam Mc Donald's, Dun Kin
Donut's, KFC, Pizza Hut, Pepsi, Coca Cola, dan sebagainya. Peminat
'fanatik'nya justru orang-orang Islam. Tak heran, Syekh Qardhawi pun
menyatakan keterkejutannya saat mendengar sebagian umat Islam tidak siap
hidup tanpa mengkonsumsi Pepsi, Coca Cola, Pizza Hut, dan sebagainya,
termasuk peralatan modern buatan Amerika. 
Di bidang sosial, Zionis Yahudi juga memainkan "kartu"nya. Mereka membentuk
sebanyak mungkin organisasi-organisasi-yang di atas permukaan bergerak di
bidang sosial. Sebut misalnya, Lions Club dan Rotary Club. Celakanya, banyak
kalangan Islam yang kepincut aktif di organisasi ini, yang di atas
permukaan, memang, tidak menunjukkan keyahudiannya. Kegiatan organisasi ini,
antara lain, mengadakan pertukaran pelajar. Jadi wajar saja, ketika Muslim
Palestina ditembaki, dibantai dan dihabisi, sebagian besar kaum muslimin
sesungguhnya bersikap biasa-biasa saja. 
Ironisnya lagi, kegeraman dan kemarahan umat Islam atas kebiadaban Israel
terhadap bangsa Palestina, ternyata tak diikuti pemerintahan Gus Dur.
Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya (Habibie, Soeharto bahkan Soekarno)
yang mendukung perjuangan bangsa Palestina, Gus Dur malah bilang pada Ketua
Parlemen Palestina, Prof. Dr. Saleem Al-Zanoon, bahwa dalam hal konflik
Palestina-Israel, Indonesia bersikap netral alias tidak memihak. Penyataan
itu membuat Saleem prihatin dan jengkel. Menurutnya, Gus Dur langsung
menyampaikan pernyataan itu pada delegasi Palestina di IPU. Toh, bagi
Saleem, pernyataan Gus Dur itu tak jadi masalah serius, selama rakyat
Indonesia tetap mendukung perjuangan Palestina. Selanjutnya dia mengeritik
keanggotaan Gus Dur di Yayasan Shimon Perez. Padahal, ungkapnya, yayasan
yang didirikan mantan Menlu Israel-dimana Gus Dur juga salah seorang anggota
pendirinya-itu mencari dana dengan cara meminta sumbangan dari semua
komunitas Yahudi di seluruh dunia. "Sebagian dana yang dikumpulkan itu lalu
dipakai untuk membeli senjata bagi para teroris Israel," papar Saleem. Nah,
jelas kan?
Masihkah kita ragu bahwa sebagian keuntungan bisnis Yahudi dan Amerika pun
digunakan untuk membunuhi Muslim Palestina? Benarkah kita tak mampu untuk
tidak mengkonsumsi produk, makanan dan minuman mereka?
Sejumlah ormas kepemudaan Islam seperti HMI, PII, KAMMI dan HAMMAS
menyatakan dukungan terhadap fatwa atau seruan yang dinyatakan Yusuf
Qardhawi. "Saya pikir, itu bagus. Saya sepakat saja, dalam rangka
menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina," tutur Ketua
HMI, Fachruddin. Karena itu, menurutnya, diperlukan langkah-langkah yang
lebih konkret, agar tekanan-tekanan politik umat Islam secara efektif juga
memberikan dampak, bukan sekadar demonstrasi satu-dua hari, tanpa ada tindak
lanjutnya.
Sesungguhnya, kata Ketua umum PII, Abdi Rahmat, ada tidaknya konflik
Palestina-Israel, sebagaimana Rahmat Abdullah, mestinya tetap saja kita tak
mengkonsumsi Mc Donald's, KFC, dan sebagainya. "Karena, dengan mengkonsumsi
itu semua, berarti kita masuk dalam hegemoni mereka," tandasnya. Jadi, bagi
Abdi, bukan hanya lantaran tragedi pembantaian terhadap Muslim Palestina,
lantas kita memboikot mereka. Nah, dengan adanya kebiadaban Israel atas
bangsa Palestina, maka dorongan kita untuk tidak mengkonsumsi produk-produk
mereka, mestinya makin mengental.
Untuk itu, kita tunggu saja aksi-aksi para aktivis Islam itu.



Rudy Swardani
[EMAIL PROTECTED]
http://come.to/rudyswardani
TP ASSEMBLY CONTROL
PT.INDONESIA EPSON INDUSTRY

Kirim email ke