Sanak Ronald nan cadiak dan teliti,
Apo nan sanak katokan itu sebenarna adolah suatu pembuktian bahwa 
di negeri ini tidak hanya pendidikan pancasila saja yang manis 
dikelas tapi amburadul dilapangan. Hal spt ini terjadi juga pada 
pelajaran agama wabilkhusus pelajaran Agama Islam, Pendidikan 
agama Islam itu tidak hanya didapat dari bangku sekolah tapi juga 
dari banyak ustaz yang ceramah di masjid atau madrasah, hasilnya? 
ga' usah saya sebutkan lah tapi kita sudah tahu sama tahukan, 
tidak sedikit guru agama yang punya kelakuan mines.Lantas apa 
kita menyalahkan Islam yang tidak mampu/salah? tentu tidak!
demikian juga dengan Pancasila. Saya tidak mendewakan ataupun
mengagungkan Pancasila tapi untuk negeri ini memang inilah yang
idiologi yang cocok dan juga tidak bertentang dengan ajaran Islam
jika selama ini terjadi penyimpangan, itu tidak lain dari belum
sepenuhnya terhayati dan terlaksananya Pancasila.

Intinya, jika Islam saja ajaran di bumi ini tidak tercermin 
dengan baik apalagi sebuah azaz pancasila yg merupakan serapan
dari ajaran Islam itu sendiri. Dengan kata lain jika mengamalkan 
sebagian dari ajaran Islam yg tertuang dalam Pacasila sudah tidak
mampu ya jangan mimpi untuk mengamalkan ajaran-2 Islam yang 
lainnya dan lebih berat dari yg lima dlm Pancasila. Ini sebuah
realita, istilah Aa Gym kalau yang kecil saja tidak bisa/mampu
mengamalkan ga' usah mimpi untuk mengamalkan yang lebih besar
dan berat.

Jujur saja, di negeri ini baik itu Islam ataupun Pancasila lebih
banyak dijadikan komoditas kepentingan daripada dipentingkan.
Bagi individu ummat Islam memang tidak perlu melandaskan diri 
pada Pancasila, karena jika kita mengamalkan ajaran Islam secara
benar otomatis sudah mengamalkan pancasila.


wassalam,
harman

-----Original Message-----
From: Ronald P. Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 08, 2004 5:23 PM
To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet 
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


assalaamu 'alaikum wr wb
mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek.

Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan.
Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di
kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali.
Puluhan tahun awak dijejali oleh "nilai-nilai luhur" Pancasila, tapi baa
negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah
penataran tuh ?

Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum
dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah
"ketidakadilan" hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ?

sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan
bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari
hari ka hari. 

mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam
labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..).
Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi
Islam itu sendiri.

maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan.

wassalaam,
Ronald
 

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke