Ass, wr, wb.

Ambo dalam soalko indak dapek ikuik berargumentasi dan berkomentar, tapi
ambo cubo juo sato sakaki, sabab pado saat kami membayar Dam samo jo caro
Uda Haji Zul yaitu pado hari Jum'at tgl 23 Januari 2004 atau bertepatan
tgl 1 Dzulhijjah 1424 H  atau 9 hari sebelum hari Nahr Wukuf di Arafah.

Apakah itu tidak syah ?

Kalau tidak syah, banyak sekali orang yang kena, sebab di hari itu selain
jamaah kami Kloter 34 JKS, ado juo ambo caliak rombongan dunsanak kito
dari Padang & Bukik Tinggi dan banyak nan lain.

Dari buku nan ambo baco (mungkin dek sangaik saketek buku nan ambo baco,
jadi pengetahuan ambo tentang ko agak kurang). Booklet nan di bagi dek KSA
nan berjudul : "Petunjuk untuk jama'ah haji dan umrah serta peziarah
masjid Rasul SAW" nan disusun oleh : Sekumpulan Ulama, tentang Dam ko
sangaik saketek dijalehkan, hanyo tatulih : "Bagi yang melakukan haji
Tamattu' atau Qiran, sedangkan ia bukan penduduk Masjid Haram (Mekkah),
wajib baginya membayar dam, yaitu : seekor kambing atau sepertujuh
unta/sapi". Sedangkan hari pelaksanaannyo indak dijalehkan.

Dari buku "Bimbingan Manasik Haji" Depag RI nan kami tarimo, dihalaman 103
tentang tanyo jawek masalah Dam, dimano Dam untuak haji Tamattu' ko
disabuik "Dam Nusuk".
Kapan disembelihnyo dam ko ? Dijawek oleh buku ko : "Hewan dam dapat
disembelih setelah ada amalan haji atau umrah yang dilanggar sehingga bagi
haji tamattu' damnya boleh disembelih setelah melaksanakan umrah".
Tidak disebut tanggal berapa, hanya disebut setelah pelaksanaan haji atau
umrah. Sadangkan kami nan dari Madinah menuju Makkah lansuang umrah,
berarti selesai umrah ini kami boleh menyembelih dam, walau haji belum
kami laksanakan.

Tapi samantangpun baitu, ancak kito batanyo ka nan labiah tahu, apo alasan
dan argumentasinyo. Mungkin dunsanak Rahima atau Alim Ulama lainnyo dari
warga RN ko untuak memperbincangkannyo. Ambo hanyo sato ka nan tahu.

Kok salah nan kami lakukan kemarin, hanyo kapado Tuhan kami sarahkan
permasalahan tu, sebab kami dek ado pembimbing nan lahianyo di kota Makkah
dan beberapo urang pembimbing lainnyo nan mudo2 lulusan sikolah di Cairo.

Ambo sifek manunggu sajo sambia mambaco diskusi tentang dam ko, apo
kongklusi dari diskusi kito ko, Sebab dek Mak H.Zulharbi alah maangkek
masalah ko manjadi topik pembicaraan kito.

Salam maaf ambo ka Mak H.Zulharbi, Mak H.Lembang Alam dan Uda H.Zul.

Wassalam,
M.St.Bangsawan (3 hari lai 47 th).

> Assalamu'alaikum wr.wb.
>
> Terima kasih juga Angku H. Zul Amry. Nampaknya ada 2 buku Manasik Haji
> keluaran DEPAG yang saling bertentangan dalam fatwa manasiknya. Ini harus
> di koreksi lebih jauh, manakah yang "sahih"? dalam buku Manasik Depag
> (fatwa lama, terbitan 1982) keterangan yang saya kutipkan sebelumnya jelas
> menyatakan bahwa waktu membayar "dam" adalah hari "nahr" di Mina, ini
> merupakan "qaul" sahih, sebab umrah yang dilakukan ada kaitannya dengan
> manasik haji yaitu tamattu'. Jadi kalau dam dibayar 4 hari sebelum wuquf,
> dengan dalil karena pelanggaran umrah haji, bagaimana kaitannya dengan
> ibadah haji? Pada hal umrah yang kita lakukan itu adalah umrah berkaitan
> erat dengan manasik haji tamattu' atau Qiran.
> Kalau "fatwa jadid" dalam buku manasik Depag (2003) seperti yang
> dikutipkan Angku H. Zul Amry dibawah ini benar, dari manakah sumbernya
> membolehkan menyembelih "dam" sebelum wukuf di Arafah? Andai kata ini
> terjadi seperti yang dialami Angku H. Zul Amry dan jamaah lainnya,
> membayar dam sebelum wuquf antri lagi, tentu menimbulkan permasalahan baru
> dan ini mesti diluruskan. Akibatnya bisa fatal dan semua kita menanggung
> dosanya. Sheikh Abdul Aziz Bin Baz (almarhum) adalah seorang ulama besar
> dan Ketua Dewan Fatwa  Saudi menyatakan hukumnya haram menyembelih "dam"
> sebelum "wuquf" bagi yang melaksanakan haji tamattu' atau Qiran.
> Dalam Kitab Fiqhus Sunnah karangan Sheikh Dr. Sayed Sabiq, Jilid I
> terbitan Dar Ar-Rayan Litturast, Cairo, halaman 665-671 (naskah asli
> bahasa Arab), dibawah judul "Al-Hadyu", disebutkan dengan jelas bahwa
> waktu "dzabih/menyembelih" terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh.
>
> Imam Syafi'i berpendapat : Waktu menyembelih adalah pada hari Nahr (10
> Zdulhijjah) dan hari Tasyriq (11 s/d 13 Zdulhijjah yaitu setelah Wuquf)
> berdasarkan Hadist Nabi : Wa kulli ayyami at Tasyriq dzabah (artinya : Dan
> selama hari-hari Tasyriq adalah waktu penyembelihan". Ditambahkan oleh
> Imam Syafi'i, apabila lewat waktunya, maka penyembelihan harus di
> qadha.Ini berlaku bagi Hadyu atau dam yang wajib dibayar bagi pelaksana
> Haji "Tamattu' atau Qiran"
>
> Pendapat Imam Ahmad dan Imam Malik menyatakan "waktu penyembelihan, baik
> itu penyembelihan dam (wajib) atau qurban (sunnah) adalah pada hari-hari
> an-Nahr (10 Dzulhijjah) dan Tasyriq (11,12,13 Dzulhijjah). Sedangkan Imam
> Hambali menambahkan bahwa penyembelihan pada waktu itu adalah membayar dam
> "tamattu' dan Qiran".
> Adapun dam nazar, kafarat (denda) dan korban sunnah boleh dibayarkan kapan
> saja waktunya.
> Hadist yang diriwayatkan oleh Abi Salamah bin Abdurrahman, menyatakan
> bahwa : "waktu penyembelihan mulai pada hari nahr sampai kepada akhir
> Dzulhijjah.
>
> Dalam keterangan "hewan dam dapat disembelih setelah ada amalan haji atau
> umrah yang dilanggar sehingga bagi haji tamattu' damnya boleh disembelih
> setelah melaksanakan umrah" .
>
> Mohon kiranya keterangan diatas diperjelas dari mana nara sumbernya, agar
> tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi jamaah haji dan tidak menimbulkan
> saling beda pendapat.
>
> Kesimpulan : Tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa penyembelihan
> "dam" haji Tamattu' dan Qiran itu boleh sebelum Wuquf di Arafah, karena
> masih termasuk katagori ada larangan membunuh binatang di tanah haram
> semasa melaksanakan manasik haji.
>
> Wallahu a'lam bissawwab.
> Wassalam
> ZS Mangkuto
>   -------
>   Assalamualaikum wr.wb:
>
>   Sanak Zulharbi S yang ambo hormati !
>
>   Terima  kasih atas koreksiannya mengenai pemotongan hewan sebagai
> pembayar dam , namun demikian perlu kiranya saya jelaskan kembali bahwa
> apa yang saya tulis juga berdasarkan buku manasik yang diterbitkan oleh
> Depag th 2003 , dimana pada huruf K point 3 halaman 103 dengan jelas
> disebutkan tentang kapan hewan dam boleh disembelih : "hewan dam dapat
> disembelih setelah ada amalan haji atau umrah yang dilanggar sehingga
> bagi haji tamattu' damnya boleh disembelih setelah melaksanakan umrah "
> . Karena yang dilanggar adalah melaksanakan umrah sebelum haji , maka
> tidak ada salahnya kalau pelaksanaan pemotongan hewan dam  sebelum musim
> haji , seperti yang saya sampaikan kemaren bahwa empat hari sebelum
> wukuf tanggal 9 Zulhijjah 1424 H . Dan disaat itu jamaah ( khususnya
> jamaah Indonesia) yang melaksanakan pemotongan hewan dam ramai sekali
> dan harus antri .
>
>
>   Wassalam : zul amry piliang
>
>   --------
>   Pak Haji Zul Amry dan Haji Sutan Lembang Alam
>   Nan Ambo hormati,
>
>   Assalamu'alaikum wr.wb.
>
>   Kami sangat senang membaca laporan perjalanan haji dari H. Sutan Lembang
> Alam dan H. Zul Amry dan ini kisah-kisah yang cukup menarik. Saya dapat
> merasakan selama lebih kurang 20 kali naik haji selama 30 tahun bermukim
> di Timur Tengah.
>   Namun, sedikit koreksi buat H. Zul Amry tentang penyembelihan "hadyu"
> atau disebut juga "dam". Pemotongan "dam" ini hukumnya wajib dan
> waktunya adalah setelah tahalul atau setelah Thawaf Ifadha, tempatnya di
> Mina (Tanah Haram) atau pada hari-hari Tasyri' dan sesudahnya, bukan
> sebelumnya, sekali lagi bukan sebelum wuquf di Arafah...Mohon di teliti
> lagi apakah pelaksanaan "hadyu" atau "dam" bagi jamaah yang mengambil
> tamatu' dilaksanakan sebelum wuquf di Arafah itu dibolehkan? tolong
> dikemukakan dalil qath'i-nya. Sebab, pembaca bisa atau dapat membuat
> kesimpulan yang "keliru". (Mohon dibaca kembali urutan Manasik Haji,
> Depag, tentang apa yang dilakukan di Mina. ...Disebutkan pada point ke-3
> adalah "..memotong dam/qurban, urutannya ketiga sesudah melontar Jumrah
> Aqabah dan bercukur/tahalul awal..." (huruf miring kutipan dari buku
> Manasik Depag). Baca juga buku "Manasikul Haj, Tamattu', Ifrad, Qiran
> oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz . Adapun "dam" yang hukumnya wajib bagi
> jamaah tamatu', bolehkah dibayarkan sebelum wuquf? Barangkali Hj. Rahima
> Rahim dari Al-Kahirah bisa menjelaskannya.
>   Syukran Katsir..
>   Wassalam
>   ZS Mangkuto
>     ----- Original Message -----
>     From: zul amri
>
>     From:  Muhammad Dafiq Saib <[EMAIL PROTECTED]>
>
>     Mak Sutan Lembang Yth :
>
>     Diwaktu pemotongan hadyu ada dua macam , pertama pemotongan hadyu
> pembayar dam , dan kedua pemotongan hadyu untuk korban .
>     Kebetulan saya menyaksikan pemotongan hadyu untuk pembayar dam ,
> karena kita jamaah Indonesia melaksanakan haji tamattuk , dan wajib
> bayar denda atau dam . Dan itu dilaksanakan sebelum waktu haji , waktu
> saya  kemaren lebih kurang empat hari sebelum wukuf , dan mungkin
> tempatnya sama dengan tempat yang Mak Sutan Lembang lihat itu . Kalau
> pelaksanaan pemotongan hadyu diwaktu hari - hari tasyrik berarti hadyu
> korban , dan kebetulan saya tidak ikut berkorban waktu haji kemaren .
>     Demikian tambahan dari ambo .
>
>     Wassaalam : zul amry piliang
>
>      Assalamu'alaikum wr.wb.,
>
>     Lembang Alam
>
>     20. PEMOTONGAN HADYU
>
>     Hari Selasa tanggal 12 Zulhijjah pagi. Pak W memberi
>     ---- di karek disiko
> ____________________________________________________
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
> ____________________________________________________

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke