dunsanak yth , saya punya pengalaman yg lain , dalam struktur masyarakat minang yg masih kuat kekerabatan nya , urang gaek tak selalu di urus oleh anaknya , tapi oleh kaum kerabatnya.
ketika seorang pemuda minang menikah, ia melebur dalam kaum kerabat pihak wanita dan di sana lah lingkungan sosialnya , ketika anaknya telah besar dan pergi merantau , ia tetap di kampuang berada di lingkungan kerabatnya. di hari tua nya ia menjadi orang tua yg dihormati dan didengar pendapatnya . ( bundo kanduang atau ninik mamak , dlsb ) di lingkungan kekerabatan kaum nya tersebut lah pula ia menghabiskan masa tuanya , dan tetap bernilai sampai akhir masa hayatnya. saya punya kesimpulan sementara , sebenarnya dalam pola budaya masyarakat minang telah pula ada suatu fungsi bagi urang urang gaek awak dan mereka tetap dihargai . Namun sayang saat ini pola demikian telah berkurang banyak. Permasalahan yg kita perbincangkan disini ( orang tua tak terurus ) biasanya terjadi pada struktur kekerabatan keluarga yg sudah longgar sebagaimana banyak terjadi pada keluarga minang saat ini. Di kampuang kekerabatan keluarga besar matrilineal sudah mulai meluntur , yah akhirnya ia terbawa pada keluarga anaknya di rantau yg memiliki struktur sosial berlainan. ( mereka hidup pada dunia sosial yg berlainan ) Dalam pola masyarakat kapitalis yg individualis ( nampaknya Indonesia mengarah ke sana ) , sebagaimana banyak terjadi pada masyarakat negara maju , manusia hanya dilihat bagaikan suatu "komoditi" / tenaga kerja , ketika umur 55 atau 60 th , saat pensiun mereka dianggap tak berguna lagi " un employment " . Itulah akibat dari pola hidup hanya untuk sekedar mencari makan , dengan melupakan esensi makna kehidupan yg sebenarnya ( sebagaimana dinyatakan dalam ajaran Islam ) Saya pernah datang ke sebuah pedesaan di daerah Jawa Barat dimana berdiri sebuah pesantren besar , dan di pesantren tsb ada seorang tua yg giat mengajarkan ilmu agama dan berdakwah ke berbagai tempat , ia tinggal di lingkungan rumah dekat pesantren. Anak anaknya sudah pada pergi merantau ke berbagai tempat, istrinya telah lama meninggal, ia tinggal di sana bersama "ikhwan ikhwan" nya yg dari berbagai usia . santri santri di sana , semua dianggapnya anaknya , ustad , kiyai dan masyarakat kampung sekitar , semua adalah keluarga besarnya. Nampak ia begitu bahagia di masa tuanya , melewatkan tiap harinya dg beribadah dan berdakwah , suatu waktu yg penuh makna yg ia lalui sampai meninggalkan dunia yg fana ini. Sebenarnya kalau kita menggunakan pola pikir lain, bahwa hidup manusia ini berguna sejak ia lahir sampai ia meninggal , justru pada saat umur tua tersebut , mereka tetap bernilai tinggi , banyak hal yg bisa diperbuat karena telah banyak pengalaman hidup yg dilaluinya, mereka adalah manusia yg bijaksana tempat bertanya . tapi kita seringkali hanya menyebut mereka ( maaf ) " urang gaek nyinyia " , ( saya kira ini suatu bentuk kedurhakaan tingkat kecil ) at the end , saya melihat nampaknya orang minang memang perlu menata lagi sistim budaya sosialnya dalam kondisi jaman saat ini , dengan menempatkan orang tua pada posisi yg sesuai. dan memperkuat kembali pola sistim sosial kekerabatan disamping pola keluarga inti. sekian tambahan dari ambo wassalam Hendra M Pulau Gaduang "Firnandez Efendy" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: cc: rantau-net-owner@ra Subject: RE: [RantauNet] ortu mandiri - pak boes ntaunet.com 08/27/02 06:57 AM Please respond to rantau-net Dunsanak....yth Ambo pun satuju kalau kito paralu menyiapkan bekal untuak ari tuo nanti...salah satu nyo iyo manabuang. Tapi ado nan labiah paralu...."Bagaimana menyiapkan anak sebagai seorang anak yang shaleh dan nantinya berbakti bagi kedua orang tuanya" Persiapan ini yang mungkin sedikit banyaknya yang kurang mendapat perhatian. Tidaklah mungkin si anak demikian perilakunya kepada kedua orangtuanya kalau si anak tsb dididik dengan benar, diberi sentuhan agama dan akhlak yang baik serta contoh suri tauladan yang baik pula. Apakah kita sebagai orang tua sudah melakukan hal tersebut...? Kembali kepada kisah Oma dan Opa, apakah beliau dari awalnya telah mendidik sianak dengan hal yang baik, dengan agama dan memberikan contoh yang baik pula...? Nah.... sesuatu itu terjadi bersebab dan berakibat... Saya lebih percaya kalau bekal hari tua itu adalah memberikan yang terbaik buat anak....salah satunya adalah memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus.... Dan saya percaya kalau hal tersebut telah kita lakukan, kita akan menuai hasil dengan mendapatkan kasih sayang yang setimpal dari anak kita....semoga Allah mengabulkannya, Amin. wass nandez -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, August 26, 2002 3:42 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [RantauNet] ortu mandiri - pak boes Pak Boes Yth, Saya setuju sekali dengan Apak bahwa memang tidak ada yang bisa diandalkan selain diri kita sendiri dalam hidup ini, apalagi kalau sudah tua, sudah tidak ada lagi yang bisa diberikan kepada keluarga (tapi kok ya sedih betul jadi orang tua kalau begitu????). Teman saya (35 th) yang udah punya anak juga pernah bilang. Katanya dia dari sekarang sudah menabung buat diri dia sendiri untuk bekal hari tua. RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 =============================================== RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================