Dimana sih yang berhasil implementasi hukum potong tangan itu? Arab Saudi? Justru korupsi besar-besaran oleh 5000 orang atas hak 20 jutaan anggota masyarakat lainnya. Silahkan diperiksa siapa yang memegang 95% kekayaan negeri itu, dari segi pendistribusian kesejahteraan justru lebih parah dibanding Ina. Hukum potong tangan akan menyelesaikan masalah itu hanya ilusi sebagian muslim, 1500 tahun lalu bisa efektif, sekarang tentu lain, yang namanya manusia (alam) itu pasti berubah.
Soal negara adalah soal manusia, dimana akal budi manusia yang telah berkembang supaya dipakai dengan sebaik-baiknya. Ketuhanan adalah masalah diri pribadi setiap orang, saya juga sangat percaya pada Tuhan, usaha membuktikan atau menegasikan Tuhan adalah keniscayaan. Masalah kita adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, sudah ribuan tahun pengalaman ummat manusia soal ketuhanan esa ataupun ganda tidak pernah bisa menyelesaikan masalah kemaslahatan masyarakat. Tapi kok masih diulangi kesalahan yang sama. Baso awak kincia-kincia antah dima. Salam SBN ----- Original Message ----- From: "yanto_piboda" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, June 18, 2003 11:44 PM Subject: Re: [RantauNet.Com] Korupsi: Sebab-Musabab Dan Agama Negara ini secara administrasi dan data statistik memang mempunyai umat islam yang terbesar di dunia. Yang jadi pertanyaan apakah ajaran islam itu sudah diterapkan di negara ini gak usah secara explisit tapi cukup secara implisit, jawaban BELUM!!!! Jika saja hukum islam dijalankan setidak-nya untuk korupsi secara logika saya yakin saat itu tingkat korupsi akan turun dratis 100% dengan dasar korupsi adalah mengambil sesuatu yang bukan haknya dan itu adalah mencuri dimana hukumnya menurut islam adalah dipotong tangannya. apalagi kalau di implementasikan dengan pembuktian terbalik untuk kekayaan yang di miliki pejabat. Korupsi akan habis, Insya Allah. Jadi bukan Azas ketuhanannya yang salah kawan....! yang memberi excuse di dunia ini yang ngaco (ikutan kali ya). Atau kalo susah ngelaksanain azas ketuhanan azasnya di ganti aja... tapi ada yang bisa ngebuktiin ga kalau Tuhan itu tidak ada....? (ihh takut!) Wassalam YP (masih percaya kalo Tuhan itu ada) --- In [EMAIL PROTECTED], "SBN" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Sebab muasal ialah karena negara ini berdasarkan ketuhanan yang > maha esa, jadi kalau korupsi bukan hal yang memalukan karena > bisa excuse sama tuhan, bukan sama manusia yang haknya > dikorupsi. > > SBN > > ----- Original Message ----- > From: "Darwin Bahar" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Tuesday, June 17, 2003 4:19 AM > Subject: [RantauNet.Com] Korupsi: Sebab-Musabab Dan Agama > > > > Catatan: > > > > Saya pernah membaca di sebuah milis posting yang isinya lebih kurang: > > "kenapa sih koq MUI meributkan Inul tetapi diam soal korupsi?" > > Sebenarnya jelas, Inul adalah soal lain, dan korupsi soal lain. Tetapi > > merajalelanya korupsi di Republik tercinta dengan penduduk muslim > > terbesar di dunia jelas sebuah "anakronim", jelas ada yang salah dalam > > pemahaman ke-Islaman dan misi kerasulan Muhammad SAW bagi mayoritas > > pemeluk dan pengikut Nabi SAW, termasuk saya tentunya (sabda beliau: > > "tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia"), > > dan tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali ummat sendiri, tidak MUI > > yang semakin tidak jelas "mission"nya. Apalagi dalam Islam sebenarnya > > tidak ada sistem kependetaan. > > > > Dan Nabi SAW sendiri sepanjang hidupnya mencontohkan sikap seorang > > pemimpin yang kehidupannya sangat-sangat bersahaja dan mengecam pejabat > > yang menerima hadiah karena kepejabatannya (sabda beliau: "Kalau kau > > tinggal di rumah ibumu, apakah mereka akan memberikan hadiah kepadamu?") > > > > Saya pikir tulisan Mas Samodra Wibawa di bawah ini yang pernah dikopi di > > Milis Desentralisasi dan saya reposting ke milis ini setelah > > memberitahukan kepada penulisnya, merupakan salah satu upaya ke arah > > itu. > > > > Ada pertanyaan yang mengelitik saya, musyrik adalah dosa terbesar, dan > > tidak ada keraguan mengenai hal ini, "nash"nya jelas. Tetapi dosa kepada > > Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang umumnya mudah > > "diselesaikan", berbeda dengan dosa kepada manusia yang tidak akan > > diampuni Allah SWT sebelum manusia yang kita zalimi memaafkannya. Dan > > tidak ada keraguan pula, bahwa korupsi, dan kebijakan yang menyuburkan > > budaya korupsi: gaji PNS dan sebagian karyawan BUMN/BUMD yang dibiarkan > > rendah, kurangnya pengawasan dan lemahnya penegakan hukum adalah > > penzaliman yang nyata kepada manusia dan kemanusiaan. > > > > Tapi apalah awak ini > > > > Salam, Darwin > > > > > > KORUPSI: SEBAB-MUSABAB DAN AGAMA > > > > Ditulis untuk dan dari forum kajian Islam di Friedrichsfeld Süd, > > Mannheim, 9 Juni 2002 > > > > > > oleh: Samodra Wibawa > > > > > > 1. Pengantar > > > > Jika anda berada di Eropa dan ngobrol dengan orang Eropa, maka anda akan > > merasa bahwa trade mark Indonesai adalah: Islam dan korup. Memang di > > antara 140-an negara, Indonesia dinilai sebagai salah satu negara > > terkorup di dunia. Pejabat dan birokrat kita dicap sebagai tukang > > rampok, pemalak, pemeras, benalu, self seeking dan rent seeker, > > khususnya di hadapan pengusaha baik kecil maupun besar, baik asing > > maupun pribumi. Ini berbeda dengan, konon, birokrat Jepang dan Korea > > Selatan -yang membantu dan mendorong para pengusaha untuk melebarkan > > sayapnya, demi penciptaan lapangan kerja Alias pemakmuran warga negara. > > > > Kenapa bisa Indonesia yang penuh dengan agamawan ini korup, dan tahun > > 1998 bangkrut? Persis seperti VOC di Nusantara yang, setelah hidup 3 > > abad (?), mati karena korupsi yang dilakukan oleh para pengurusnya? > > > > 2. Sebab-musabab > > > > Korupsi dalam tulisan ini didefinisikan sebagai penyalahgunaan wewenang, > > pelanggaran hak warga negara, dan perilaku tidak amanah (bandingkan Q. > > 3: 75-77) yang ditampilkan oleh politisi, pejabat, birokrat dan pegawai > > negeri. Bentuknya bisa pemotongan anggaran, pemerasan, suap, hadiah, > > dll. Kenapa keempat jenis warga negara ini melakukan korupsi? > > > > Jawaban paling mudah adalah: karena uang itu enak dan menggiurkan. > > Jawaban lain yang mudah adalah: karena tidak ada jaminan sosial bagi > > warga negara, sehingga jika mereka nganggur akan mati, sehingga mereka > > harus menumpuk harta sekarang untuk bisa hidup nyaman di masa depan. > > Jawaban yang agak detail: karena mereka mau, mampu dan tak malu > > melakukannya di satu pihak; sempat, tak terkontrol dan tak terhukum di > > pihak lain; serta ada dorongan dari isteri/suami, anak dan keluarga > > besarnya, dari masyarakat, kolega, atasan dan bawahan di pihak yang lain > > lagi. Korupsi jadinya multi aspek, multi aktor, multi dimensional: > > melibatkan nilai dan budaya di satu pihak; ekonomi dan politik dalam > > negeri serta global di pihak lain; serta manjerial di pihak yang lain > > lagi. > > > > Nilai/budaya yang mendorong korupsi misalnya: sikap tidak sportif dan > > tidak gentleman, plinthat-plinthut (bandingkan: "Parto iyo bilang > > mboten"), tidak senang jika orang lain senang, "saluran air harus > > basah", cara berpikir jangka pendek, sempit dan tidak sistemik. Jika > > publik berpandangan bahwa pejabat harus bermobil, maka seorang pejabat > > yang tidak punya mobil akan terdorong untuk korup agar dapat membeli > > mobil untuk dipamerkan kepada khalayak ramai di kampung halaman pada > > waktu Idul Fitri. Jika atasan punya rumah mewah, padahal gajinya tidak > > mungkin mencapai nilai itu, maka para bawahan juga akan berusaha > > mengejar "ketertinggalan" mereka. Jika pembukuan amburadul, pegawai > > keuangan akan dengan gampang bilang "tidak tahu" terhadap tidak > > jelasnya pengeluaran uang. Jika manajemen terpusat di tangan seorang > > pejabat, dia dapat dengan leluasa berkongkalingkong dengan > > bendaharawan/wati. Dst. Jelas, gamblang, masuk akal. Dan dapat diterima? > > > > 3. Agama dan korupsi > > > > Tapi sungguh mengherankan bahwa Departemen Agama termasuk departemen > > yang paling korup, bahwa manajemen haji tidak bersih dari kasak- kusuk. > > Kenapa agamawan mau dan tidak malu melakukan korupsi? Padahal sudah > > jelas, bahwa setiap orang harus bersikap amanah (memenuhi kewajiban, > > memegang tanggungjawab, melaksanakan kepercayaan, Q. 4:58) dan tidak > > boleh melanggar hak orang lain (Q. 7:33). Kenapa mereka tidak takut > > dosa, padahal konon "yang menyuap dan disuap akan masuk neraka"? Kenapa > > agamawan yang politisi, pejabat, birokrat atau pegawai negeri tidak > > berani dan tidak tega menolak bisikan orang, padahal "syetan yang suka > > berbisik-bisik di dalam dada manusia adalah musuh yang paling nyata"? > > > > Jika orang melakukan korupsi karena tidak ada jaminan hidup di masa > > depan, dapatlah dipersoalkan: kenapa mereka takut melarat, padahal Nabi > > Muhammad wafat tanpa meninggalkan warisan apapun dan selama hidupnya > > tidur beralaskan daun kurma? Kenapa para agamawan itu tidak mau hidup > > sederhana (bandingkan Q. 17:26-27)? Siapa pemimpin muslimin saat ini > > yang berpenampilan seperti Mahatma Gandhi, yang berbaju "umrah" dan > > bersandaljepit setiap saat, termasuk ketika menyambut tamu agung? Di > > mana baju umrah para pejabat disimpan? Siapa pewaris para nabi > > (warisathul anbiyaa') saat ini, kalau begitu? Abdurrahman Wahid, Amien > > Rais, Hamzah Haz, Nur Wahid, Bolkiah Brunei, Yasser Arafat, Hassan > > Marokko, Hussein Irak, Husserin Yordania? Siapa berani jawab? > > > > Kenapa para agamawan korupsi juga? Karena korupsi bukan pelanggaran > > berat di mata Allah? Karena perjuangan para nabi adalah (hanyalah?) > > "menegakkan kalimat Allah", meluruskan dan menyempurnakan pemahaman > > manusia tentang Tuhan -juga tentang hidup dan mati? Karena "wa laa > > tamuutunna illaa wa antum muslimuun" (janganlah kamu mati sebelum > > menjadi muslim, kalimat wajib tiap khutbah Jumat) tidak mencakup korupsi > > sebagai salah satu indikator tidak-muslim? Mungkin ya. Bagi agamawan > > korupsi rasanya bukanlah dosa besar. Dosa besar yang tak terampuni > > hanyalah syirik (memperlakukan apa yang bukan Tuhan sebagai Tuhan), > > sedangkan korupsi dan penyelewengan lain adalah dosa kecil, yang dapat > > diampuni. Jika berdosa-besar, ruh seseorang akan berada di neraka > > selamanya, jika berdosa-kecil, ruh seseorang hanya akan dicelup untuk > > sementara di neraka tapi setelah itu akan diangkat ke surga.Mungkin itu > > penjelasannya, sehingga seorang pejabat yang saleh, yang telah berhaji > > lebih dari sekali, akan memilih untuk memotong anggaran proyek, karena > > toh kalau bukan dia pasti akan ada orang lain yang akan melakukannya. > > Daripada dinikmati orang lain, lebih baik diambil sendiri, untuk > > menyumbang masjid dan pondok pesantren. Dan itu dilakukan tanpa hati > > yang nggrenjel (berkidik). > > > > 4. Mengurangi korupsi > > > > Penyebutan tentang sebab-musabab korupsi di atas sudah dengan > > sendirinya memberikan petunjuk tentang cara mengurangi korupsi. Sentuhan > > agama, etika, moral, akhlak atau apalah sebutannya tentunya dapat > > diterapkan terutama pada faktor "mau dan tak malu". Selain itu kita > > (siapapun kita) harus mengupayakan minimalnya kesempatan untuk korupsi, > > memperkuat kontrol kepada empat aktor di atas, menegakkan hukum. > > Pemerintah harus menciptakan sistem jaminan hidup, kesehatan, pekerjaan, > > rumah dan pendidikan bagi semua warga negaranya. Agar orang tidak perlu > > cemas menyongsong masa depannya sehingga terpacu untuk menumpuk harta > > sebanyak- banyaknya hari ini. Pada aras nilai/budaya, misalnya, kita > > harus mengkondisikan agar mereka yang berwenang dapat memilahkan barang > > publik dari barang privat. Pendidikan harus diperluas, agar semua warga > > negara dapat berpikir luas, sistemik dan jangka panjang. Agar pejabat > > tidak perlu khawatir jika keponakannya akan menganggur, karena lowongan > > Jabatan di instansinya diisi orang lain yang lebih berkualitas. > > > > Di sektor politik dan birokrasi masa jabatan pimpinan perlu dibatasi > > hingga dua kali saja, misalnya. Rotasi jabatan perlu diperluas dan > > dipersering. Demokrasi harus dipertahankan dan disempurnakan, jangan > > dikurangi. Mereka yang memegang bedil tidak usah duduk di kursi > > pengambilan kebijakan. Sistem keuangan partai perlu disempurnakan, agar > > lebih transparan dan tidak mendorong politisi mencari dana haram bagi > > kampanye partainya. Penguatan kontrol dapat dilakukan antara lain dengan > > menjadikan pondok pesantren sebagai lembaga corruption watch untuk > > lingkungan terdekatnya: Gontor mengawasi pemerintah Kabupaten Ponorogo, > > Darul Ulum mengawasi Jombang, Krapyak mengawasi Sultan Ngayogyakarto, > > Forum Pengajian Jerman mengawasi KBRI Berlin dan Konjen Frankfurt > > (bandingkan Q. 3:104, 110, 114). Janganlah Mereka malah menciumi tangan > > pejabat, agar diberi hadiah, bantuan dan sebangsanya -padahal itu adalah > > harta publik yang harus dipertanggungjawabkan secara lurus (bandingkan > > Q.3:67). > > > > * > > > > > > > > RantauNet http://www.rantaunet.com > > Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php > > ----------------------------------------------- > > > > Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: > > http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php > > =============================================== > > > > > RantauNet http://www.rantaunet.com > Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php > ----------------------------------------------- > > Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: > http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php > =============================================== RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php ----------------------------------------------- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ================ RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php ----------------------------------------------- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ===============================================