Assalamualaikum w.w. Nanda Boby dan para sanak sa palanta,

Saya merasa posting dari blog lain yang Nanda forward ini adalah telaahan yang 
paling obyektif dan yang paling seimbang yang pernah saya baca dalam RN ini 
tentang akar penyebab timbulnya premanisme ini. Saya ingin tahu, siapakah nama 
penulis tersebut, agar dapat kita ucapkan terima kasih. Telaahan tersebut 
menyimpulkan bahwa ada gejala orang Minang telah meninggalkan.adat dan hanya 
memajang agama, dan tidak mempraktekkannya lagi dalam kehidupan sehari-hari, 
dan bahwa pemerintah daerah tidak dapat memakmurkan masyarakat. Keseluruhan itu 
bersumber dari kencangnya perubahan peradaban.

Sebagai saran keluarnya, sanak penulis blog tersebut mengajak agar orang Ranah 
dan Ranah dan orang Rantau bersama-sama mencari jalan keluarnya.

Saya setuju sepenuhnya dengan si penulis blog yang masih anonim ini. Pandangan 
serta saran yang disampaikan oleh sanak tersebut sangat simpatik dan sangat 
relevan dengan keprihatinan dan usul saya sendiri tentang ABS SBK selama ini, 
dan juga sangat relevan dengan telaahan saya tentang akar masalah Minangkabau 
yang saya sampaikan sejak tahun 2004 yang lalu.

Satu masalah lagi yang perlu kita bahas `dan kita sepakati agar dapat diambil 
tindak lanjut yang efektif, dalam forum mana dan dengan siapa masalah ini akan 
kita bahas, selain berwacana dalam RN ini ? Gebu Minang? Gubernur Sumatera 
Barat ? DPRD Sumatera Barat ? LKAAM ? MUI ? Polda Sumatera Barat? Korem 032 
Wirabraja? Atau kesemuanya itu? 

Secara pribadi saya sangat khawatir terhadap suatu gejala yang sudah mulai 
terlihat di Sumatera Barat -- yang juga dilihat oleh Nanda Nofrins -- yaitu 
sudah terbiasanya kita orang Minang terhadao situasi keterpurukan itu, dan 
dengan tenang saja bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Dalam bahasa 
kerennya ini disebut sebagai suatu 'banalitas'. Bak kata pepatah : "Alah biso 
dek biaso".

Dalam kaitan dengan tugas yang sekarang dibebankan [sebagian] pegiat pariwisata 
di Rantau ke pundak saya, yaitu sebagai Ketua Umum MAPPAS, dan dalam 
hubungannya dengan pesan Dinda Ajoduta agar kita mempersiapkan Sumatera Barat 
sebagai daerah yang layak didatangi para wisatawan -- yang saya namakan sebagai 
'paradigma strategis Ajoduta' -- secara pribadi saya bertanya, apakah tidak 
akan semakin memalukan Minangkabau jika kita mendorong para wisatawan ke 
Sumatera Barat yang masih dalam demikian keadaannya? 

Saya belum dapat menjawab pertanyaan ini dan saya mengharap masukan dari para 
sanak sa palanta pada umumnya dan jajaran MAPPAS pada khususnya. Untuk itu saya 
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. 

Sekiranya terhadap masalah tersebut di atas belum juga diperoleh ketegasan 
kebijakan dan langkah yang konkrit oleh fihak yang berwenang di Ranah sendiri, 
dan menganggap keadaan tersebut sebagai sesuatu hal yang sudah biasa saja, 
dengan sangat menyesal  saya mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari 
tugas`saya di MAPPAS ini. 

Dalam tahun 2008 dan seterusnya, jika diizinkan Allah swt, saya akan lebih 
banyak mencurahkan fikiran dan tenaga untuk menindaklanjuti kegiatan saya 
selama ini dalam Sekretariat Nasional Perlindungan Hak Konstitusional 
Masyarakat Hukum Adat, yang telah dikukuhkan tanggal 10 Desember yang lalu.
Rasanya masih banyak yang dapat saya kerjakan secara bermanfaat dalam LSM baru 
ini.

Wassalam,
Saafroedin Bahar

Boby Lukman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
Saya lagi mengganti lay out blog..lalu browsing ke
blog lain...dan ini hasil dari perjalanan singkat
itu..manarik tuk dibaca dan diinap inapkan...apakah
sudah begini benar nagari kita...

-----------------------------------------
-----------------------------------------

Meninggalkan Adat, Memajang Agama 

Pareman adalah topik yang sedang hangat dibahas di
Palanta Rantaunet beberapa hari ini. Pareman kalau di
tarik akar katanya berasal dari Free Man atau orang
bebas. Bebas dalam artian tidak punya pekerjaan atau
pengangguran, bebas dalam artian dia berhak melakukan
apa saja yang diinginkannya tanpa mengindahkan orang
lain.

Topik ini sesungguhnya menarik karena fenomena
kerajaan preman ini menyebar diseluruh nusantara
bahkan dunia. Disetiap kota yang penduduknya padat
atau pusat perekonomian, pusat keramaian separti
terminal, tempat wisata dan sebagainya corps preman
ini hampir dipastikan selalu ada. Mulai dari tukang
palak, copet, pengutip uang kemanan hingga preman
berdasi.

Premanisme di Sumatra barat mudah terlihat begitu
menginjakkan kaki ke Bandara Internasional Minangkabau
(BIM). Ketika kaki mulai menginjak halaman bandara
detik itu pula agen taksi dan angkutan bandara akan
datang menghampir dan tak jarang terjadi menarik-narik
antara agen bus dan supir taksi dengan calon
penumpang. Tindakan premanisme ini tentu saja
meninggalkan kesan yang menyeramkan terhadap bandara
BIM.

Tindakan premanisme lainnya sering kali kita jumpai di
terminal-terminal besar macam aur kuning bukit tinggi.
Mulai dari agen tiket yang memaksa membeli tiket bus
tertentu hingga tukang angkat barang yang memalak
penumpang dengan menurunkan barang dari bagasi bus
dengan meminta bayaran yang tidak masuk akal.

Sesungguhnya banyak lagi tindakan premanisme di sumbar
yang bisa kita bicarakan. Namun tulisan ringan kali
ini tidak akan membahas fenomena ini lebih lanjut
namun akan memberikan sedikit tinjauan dari sudut
pandang penulis terhadap fenomena ini.

Palanta Rantaunet sebagai milis paling aktif yang
membicarakan keminangan, beranggotakan berbagai macam
latar belakang sosial, pendidikan dan ekonomi yang
berbeda. Tak heran setiap komentar ataupun analisis
sederhana yang muncul lebih bersifat subjektif sesuai
latar belakangnya itu. Namun secara garis besar dapat
dikelompokkan kepada yang pro adat, pro agama, dan
diantara keduanya. 

Bagi yang pro adat maka asal usul premanisme di sumbar
ini lebih disebabkan oleh tidak efektifnya ceramah
agama, pengajian, khutbah yang disampaikan oleh ustad2
yang menguasai agama. Isi atau matan dari pengajian
yang disampikan hampir tidak menyentuh sisi moral dan
akhlak umat. Pengajian yang disampaikan hanya berputar
kepada isu nasional atau hukum agama/fikih saja.

Bagi yang pro agama maka pihak yang paling bertanggung
jawab adalah adat dan budaya minangkabau yang
berisikan ajaran yang mengajarkan orang untuak cadiak,
lipeh, menang sendiri. Tentu saja hal ini di di
perkuat oleh kenyataan para penghulu adat sekarang
yang tidak mempunyai kepemimpinan yang mumpuni bagi
kaumnya. 

Selain dua kelompok itu juga ada yang menyalahkan
pemerintah daerah yang tidak mampu menanggulangi
premanisme yang bersumber dari lemahnya kemampuan
ekonomi masyarakat. Pengangguran adalah penyebab utama
munculnya tindakan premanisme di sumbar.

Sesungguhnya ketiga pendapat itu adalah benar
semuanya. Gejala premanisme ini adalah masalah yang
penuh kompleksitas dan dialami oleh hampir setiap
daerah di indoneisa.

Kalau kita merujuk kepada ajaran adat MInangkabau maka
premanisme atau tukang palak atau cadiak/licik/lipeh
itu adalah sangat bertentangan dengan adat
MInangkabau. Sistem adat MInangkabau berdasarkan atas
keseimbangan antara individu dan masyarakat

Nan rancak diawak, katuju dek urang Sakik diawak sakik
diurang; lamak diawak lamak dek urang Kok mandapek
awak, urang jan maraso kahilangan handaknyo Ajaran
adat MInangkabau inilah yang dinamakan adat sabana
adat, adat nan tak lapuak dek hujan dan tak lakana dek
paneh. Ajaran ini sesuai dengan adagium adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah.

Sehingga kalau kita menilik lebih jauh ajaran adat
minangkabau dan ajaran agama Islam maka tidak ada
pertentangan atau saling menegasikan antara keduanya
khususnya dalam kasus premanisme ini. Aturan beradat
dalam masyarakat banyak sekali atau boleh dikatakan
hampir keseluruhannya telah mengalami asimilasi dengan
ajaran islam.

Nan tuo dimuliakan, nan ketek dikasihi, samo gadang
dipabasokan

Ada prinsip kebersamaan disitu. Seluruh persoalan
bersama yang muncul di masyarakat didasari oleh
prinsip sehina semalu. Meskipun kamanakan si anu yang
berbuat jahat namun semua masyarakat ikut menanggung
malu.

Hati gajah samo dilapah, hati tungau samo dicacah Nan
kayo tampek batenggang, nan cadiak tampek batanyo Nan
tidak samo dicari, nan lai samo dimakan, mandapek samo
balabo, kahilangansamo barugi, sasakik sasanang.

Jadi jelaslah terlihat prinsip kebersamaan, sahino
samalu, hubungan baik sesama manusia mendapatkan
tempat utama dalama adat MInangkabau. Dalam ajaran
Islam sendiri, prinsip kebersamaan, akhlak yang baik
mendapat tempat utama . seperti hadist Nabi yang
mengatakan bahwa “ Sesungguhnya aku di utus ke dunia
ini untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Atau dalam
surat Al Ankabut 45 yang artinya “sesungguhnya sholat
itu mencegah dari perbuatan keji dan Munkar”.

Kalau sudah begitu mengapa premanisme tetap tumbuh
dalam masyarakat yang ditopang penuh oleh adat
Minangkabau yang luhur dan ajaran Islam yang lurus ?
Jawaban mudahnya adalah masyarakat Mnangkabau telah
meninggalkan adat MInangkabau. Petatah petitih
dianggap kuno dan tak terpakai. Sedangkan agama hanya
di jadikan pajangan saja. Seperti alas sembahyang yang
dijemur diatas balkon sebagai pertanda yang punya
rumah adalah Muslim.

Atau kalau mau sedikit berspekulasi maka ajaran adat
dan agama itu tidak berpengaruh. Lihat saja tetangga
singapura yang tak memiliki adat seluhur MInangkabau
dan juga bukan muslim. Penduduk mereka teratur,
disiplin, sejahtera dan selalu menjaga kebersihan.
BUkankah kesemuanya itu intisari ajaran adat
MInangkabau dan Islam ? lalu mengapa masyarakat
MInangkabau yang memiliki kedua-duanya ternyata tidak
bisa berlaku seperti rakyat singapura ? jawaban
mudahnya adalah pemerintah Indonesia dan Sumatra barat
khususnya tidak mampu mengatur kehidupan masyarakat,
tidak mampu mengakkan hukum dan kedisplinan bagi
warganya.

Akhirnya kesemua pembahasan kita bermuara kepada
pembenaran semua opini yang ada di palanta rantaunet.
Premanisme memang penuh kompleksitas dan membutuhkan
pemahaman semua pihak untuk ikut mencarikan jalan
keluar permasalahan ini.

Namun satu hal yang penting untuk disadari. Orang
rantau dan orang ranah itu layaknya sebuah tubuh yang
apabila satu organnya sakit maka organ yang lain akan
merasakan hal yang sama. Sehingga ketika ada hal buruk
yang terjadi maka tidak ada saling mencaci atau
menyalahkan yang bermuara kepada kepicikan. Prinsip
sahino samalu yang ada dalam nilai adat kita musti
dihidupkan kembali.

Bagaimanapun juga preman di ranah dalah korban
berputar kencangnya peradaban. Mereka korban ketidak
adilan sosial. Mereka adalah korban tidak meratanya
pendidikan. Mereka adalah korban kecilnya lapangan
kerja yang tersedia. Mereka adalah korban persaingan
global yang makin memuncak.

Oleh karena itu sebagai korban maka sepantasnyalah
mereka mendapatkan kasih sayang dari kita. Walaupun
tidak dengan memberikan uang atau pekerjaan setidaknya
tetap menganggap mereka sebagai bagian dari kita yang
butuh perolongan dan penyelamatan. Bukan cacian dan
hinaan. Dengan itulah mereka merasa dihargai dan
tentunya harga diri kita juga.
--------------------



       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke