Nald, terima kasih atas tanggapan balik, terharu saya membacanya. 

Kalau ada perbedaan sudut pandang antara kita, saya kira saya kira
wajar-wajar saja, antara lain, karena kita memang datang generasi yang
berbeda. 

Saya lahir dan dibesarkan ketika di Padangpanjang amai-amai yang menutup
rambut di ruang publik jauh lebih sedikit ketimbang yang tidak, sedangkan
sekarang, saya berani "mengadu" Padangpanjang dengan kota manapun di Aceh
:). Bedanya kalau di Aceh dengan qanun, di Padangpanjang secara kultural.
Selebihnya Kota Padangpanjang dari dulu sampai sekarang tetap sangat nyaman
didiami. Malah saya tidak ragu mengatakan bahwa Padangpanjang sekarang
merupakan "Solo" kecil, "kecil" di sini  hanya masalah skala, bukan yang
lainnya. Malah dalam pembinaan koperasi, saya rasa kami lebih maju.

Tentang Presiden Mursi, saya sudah menjelaskan pada email saya menjawab
email nakan Rina Permadi.

Kalau dikotomi "sempit"-"longgar" terasa menganggu, saya mohon maaf, dan
tidak saya akan gunakan lagi di waktu yang akan datang.

Selebihnya saya sangat menghormati tekad Ronald untuk tetap mengadvoksi
pemakaian jilbab bagi perempuan di ranah masyarakat sipil, karena melalui
legislasi nampaknya akan semakin sulit.

Sangenek :), pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan permintaan maaf
saya kepada nakan Anwar yang dua hari belakang ini agak jarang mencogap,
saya ingin mencabut kalimat "kalau kail panjang sejengkal, jangan laut
hendak diduga" yang saya tujukan kepada nakan, dengan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya, karena kalimat tersebut sebenarnya jauh lebih tepat
ditujukan pada diri saya sendiri.

Wabillahi Taufiq wal Hidayah

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Mamak,

St Bandaro Kayo

 

=====

Re: Bls: [R@ntau-Net] (OOT) Jilbab 
Wed Aug 8, 2012 1:55 am (PDT) . Posted by: 
"ronaldppu...@gmail.com" 

Mamanda Darwin,

Terima kasih atas nasehatnya, sebenarnya nakan ingin lanjutkan diskusi ini,
apalagi mengenai pendapat Presiden Mursi dan bagaimana cara berpakaian para
wanita di dalam lingkungan keluarganya.  Apakah ada diantara para wanita
dari keluarga besar Presiden Mursi ini yang berpakaian terbuka aurat ? Kalau
ternyata tidak ada, apakah bisa kita katakan bahwa dia telah berpikiran
"sempit" ? sementara dia juga "longgar" karena telah membebaskan cara para
wanita berpakaian di negaranya ? wanita mana yang dia tuju ? mengingat di
Mesir ada juga kaum minoritas Koptik, dll. Dalam konteks apa dia
menyampaikan statement tersebut ? sebagai Presiden dari negara yang majemuk
kah ? perlu kita kaji lebih lanjut sebelum kita pakai statement dia.

 

Menarik memang mendiskusikan istilah "longgar - sempit" dalam arti harfiah
cara berpakaian wanita dan  istilah "longgar - sempit" dalam arti
mempraktekkan aturan agama.  Mungkin ada kontra arguments nakan yg kurang
pas yg sebenarnya bukan direct to mamak personally tapi lebih kepada
kalangan yg bersikap ngeyel dgn berbagai alasan, sahinggo kesannyo nakan
mamojokkan mamak... hahaha, ndak mungkin lah.

Sorry ya Mak, nakan type tembak langsuang. Tulisan mamak yang nakan kagumi
nakan katokan suko, yang indak satuju, nakan tembak langsuang dalam tataran
berdiskusi :-), dan nakan raso sah-sah sajo.

Nakan teringat akan sebuah cerita lamo ttg seorang ulama Arab Saudi yang
berkunjung ke Indonesia. Ketika beliau mengambil wudhu', beliau berpapasan
dengan beberapa wanita muslim yg juga mengambil wudhu'. Melihat cara
berpakaian para wanita tersebut, ulama tersebut menegur langsung para
pengurus Masjid dengan mengatakan kira-kira seperti ini : "apa kalian tidak
berdakwah kepada kaum wanita kalian ?"

Kita tentu sudah paham dgn istilah "longgar - sempit" dalam berpakaian
wanita. Dalam arti mempraktekkan aturan agama, "longgar - sempit" ini
tentunya harus memiliki batasan - yang dalam hal ini, sebagai muslim kita
harus mengacu kepada tuntunan teks Qur'an dan Hadits (sudah pernah
disampaikan oleh sanak di palanta ini, jadi tidak nakan kutipkan lagi).
Adalah lebih pas kiranya jika kita kemudian mengambil contoh pada pendapat
para ulama tafsir mengenai ini dan tidak hanya pada beberapa gelintir orang
(tokoh) saja. Nakan akan sangat senang jika kemudian ada dunsanak yang bisa
menyampaikan pendapat dari para ulama tafsir yang membolehkan para wanita
muslimah bisa membuka aurat di tempat umum.

Yang nakan kritik adalah pendapat yang menggeneralisir wanita muslimah dgn
hanya mengambil contoh segelintir pada para wanita yg berjilbab tapi
kebetulan berakhlaq buruk. Nakan tersinggung, karena semua wanita baligh di
keluarga nakan berhijab. Kok yang buruknya yg di angkat sebagai contoh ?
bukan yang baiknya ? Sayangnya pendapat seperti ini sudah sangat berkembang
secara meluas di kalangan para wanita kita. Ini menjadi semacam "senjata"
untuk - maaf - istilah nakan : Berkelit. Umumnya alasannya berputar pada dua
hal : "belum siap" dan "banyak yang berjilbab tapi buruk perangai, mendingan
nggak berjilbab tapi berakhlaq mulia". Sekarang dikalangan masyarakat bahkan
muncul istilah yang lebih berbahaya, "tak penting berhijab, yang penting
hati bersih dan dekat kepada Allah". Menjilbabkan hati, istilahnya. Waaaaww,
nakan jadi bingung sendiri, merasa dekat dengan Allah, tapi aurat terbuka.
Mungkin karena ke daif an nakan sehingga nakan tidak bisa memahaminya.

Tapi seperti yang nakan sampaikan sebelumnya, itu adalah pilihan. Yang nakan
diskusikan bukan pilihannya, tapi alasan yang dibuat untuk menentukan
pilihan tersebut.

Ingat kasus pemerkosaan di angkot ? yang kemudian berkembang kepada pro
kontra cara berpakaian wanita di tempat umum ? Dengan bangganya para feminis
kemudian ber-rok mini ria berkampanye di bunderan HI, menyatakan bahwa bukan
pakaian nya yg salah, tapi mata dan hati yang memandang yang salah. Aneh,
kejahilan macam apa ini ?

Kembali kepada istilah "longgar - sempit", apakah karena adanya perintah
syar'i untuk menutup aurat ketika sholat, kemudian kita juga bisa mengatakan
bahwa aturan agama telah bersikap "sempit" ? Nakan berpendapat, aturan
buka-tutup aurat ini telah jelas dan tuntas dgn implementasi pada praktek
sholat. Bahwa aurat harus ditutup. Bagaimana caranya ? terserah, silahkan
sesuaikan dg perkembangan zaman, toh banyak pada designer yg merancang
berbagai model pakaian muslimah. Ini sudah final, dan nakan mengkritik
pendapat yang menghubung-hubungkannya dengan budaya Arab, dengan "keluwesan"
beberapa tokoh, dll.

Sagitu yo Mak, maaf kalau talabiah takurang.

Wassalam,

Ronald - Depok  

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke