Upss... tunggu dulu kanda Syaf Al (juga Pak Ephi), jangan langsung
"ditampilkan" di rubrik Agama website.

Meski ambo setuju pertanyaan Buya JB sangat menarik dan "thought
provoking", tapi seperti ambo sabuik, ambo hanyo sharing sajo, indak
memberi jawaban.
Bialah untuak jawaban ateh pertanyaan Buya JB diberikan oleh para dunsanak
dan mamak-mamak awak di siko nan lebih paham, seperti Ustad Ahmad Ridha,
Pak St. Sinaro, Mak Dafiq St. Lembang Alam, Mak Abraham Ilyas, dll.

Kalau sharing ambo ditampilkan di web, padahal ambo juo akan manulih untuk
rubrik Sastra, nanti menimbulkan "pencitraan" yang tidak konsisten,
hehehe...

Sabanonyo sajak pertanyaan Buya JB muncul di Palanta, ambo hampia langsung
mengomentari, tapi memilih menunggu dulu pencerahan dari yang lain (nan
tampaknyo hanyo Mak Abraham Ilyas yang menanggapi dan sampai kini alun ado
tanggapan dari nan lain). Ambo tertarik menanggapi karena pikiran seperti
yang pernah dirasokan Buya JB ko pernah pulo ambo rasokan terhadap ayat nan
samo soal "air yang hina" ko.

Jadi sabaiaknyo tatok kito tunggu jawaban dari penanggungjawab rubrik Agamo
nan alah awak sepakati basamo, yakni Ustad Ahmad Ridha.

Wass,

ANB


Pada 7 Oktober 2013 16.16, <syaff...@gmail.com> menulis:

> **
> Tanyo buya JB jo penjelasan Dinda Akmal ko sangat menarik ditampilkan dari
> rubrik agama.
>
> Salam
>
> AL/50, Bogor
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
> ------------------------------
> *From: * Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com
> *Date: *Mon, 7 Oct 2013 16:06:32 +0700
> *To: *rantaunet@googlegroups.com<rantaunet@googlegroups.com>
> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [R@ntau-Net] Kejadian kita dari 'air yg hina(mani)?
>
> Assalamu'alaikum Buya JB dan dunsanak Palanta RN nan dirahmati Allah,
> semoga semua dalam keadaan sehat dan bisa menjalankan puasa sunnah
> Zulhijjah 9 hari, yang menurut keempat imam mazhab disepakati memiliki
> begitu banyak keutamaan, bahkan lebih utama dari 6 puasa hari Syawal yang
> tak mendapatkan kesepakatan bulat para imam.
>
> Ambo coba menambahkan jawaban dari Mak Abraham Ilyas, sembari menunggu
> jawaban lain dari para dunsanak terhadap pertanyaan Buya JB yang ambo copas
> ulang sbb:
>
> "Naluri sementara pemikiran JB,*kalau kita berasal dari air yg hina tentu
> air yg hina itu tidak akan memulyakan proses selanjutnya kejadian kita.Ia
> akan selalu menghasilkan 'keturunan' nn hina sampai akhir zaman*. Pemikiran
> berikutnya,*sejauh mana seseorang insan dpt  dipersalahkan atas
> perbuatannya nn penuh dosa jika dikaitkan dgn kejadiaan asalnya itu*?.Dua
> masalah ini n bisa lebih, sangat mengharu biru pikiran JB,nn lhr dari
> kandungan 'air yg hina' itu. *Apa maksud Ilahi menyebutkan kita ciptanNya
> berasal dari air yg hina itu.Bukankah 'proses' adanya air yg hina itu sudah
> melalui pernikahan nn syah*? Kecuali kalau si pelaku yg menghasilkan air
> itu via zina, bolehlah disebut air nn hina namun proses terjadinya air itu
> tetaplah sama."
>
> Upaya *sharing* (bukan jawaban) dari ambo adolah sbb:
>
> 1. Surat 32 *(As Sajdah*) ayat 8 dan Surat 77 (*Al Mursalat*) ayat 20
>  termasuk surat-surat Makkiyah. Berbeda dengan surat-surat Madaniyyah yang
> banyak ayat muhkamat (berisi aturan-aturan hukum dan yurisprudensi),
> ayat-ayat Makkiyah lebih bercirikan pada pemurnian tauhid manusia. Sehingga
> manusia-manusia yang masih sombong, arogan, merasa besar, penting, dengan
> sengaja dibenturkan oleh Allah dengan "shock therapy Qur'ani" seperti ayat
> yang Buya JB kutip.
>
> Kalau kita buat parafrase ayat itu dalam kalimat manusia sehari-hari,
> kira-kira maknanya seperti ini, "Hai kau yang merasa menjadi pemimpin
> kabilah hebat, kau yang merasa saudagar ulung, kau yang merasa penyair
> besar, kau yang selalu merasa paling suci dan paling mengerti agama
> Ibrahim, tahukah dari mana asal kalian? Tidak! Kalian tidak langsung
> menjadi seperti kalian sekarang ini. Kalian berasal dari, tidak lebih dan
> tidak kurang dari, setetes air yang terpancar dari kelamin ayah kalian,
> setetes air yang keluar dari tempat yang sama dengan hadas. Tapi berkat
> kemurahan Allahlah maka apa yang awalnya hina, menjadi baik, bagus, dan
> bermanfaat seperti kalian sekarang."
>
> 2. "Air yang hina" ini adalah kondisi *per se*, sebelum bercampur dengan
> sel telur. Begitu bercampur dengan sel telur perempuan, dalam sebuah ikatan
> pernikahan yang sah, tentu statusnya tidak hina lagi. Untuk itulah Nabi
> mengajarkan bagaimana pasangan muslim sebelum bercampur, lebih dulu
> mengucapkan doa (yang di Indonesia diajarkan oleh petugas-petugas KUA) bagi
> pasangan yang hendak menikah.
>
>
>  بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا
> رَزَقْتَنَا
>
>
> “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan
> jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.”
>
> Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan
> lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak
> akan membahayakannya selama-lamanya.”
>
> Jadi Buya JB benar, status "air yang hina" itu menjadi termuliakan dalam
> sebuah ikatan perkawinan, apalagi jika pasangan suami istri itu menerapkan
> sunnah Nabi ketika akan bercampur dengan berdoa seperti di atas, maka sang
> anak yang akan lahir, yang berasal dari "air yang hina" itu akan tidak
> dibahayakan oleh setan selama-selamanya.
>
> (Masalahnya, masih ingatkah para pasangan muslim untuk lebih dulu berdoa
> seperti tuntunan Nabi ketika di depan mata sudah terpampang kenikmatan dari
> segala kenikmatan dunia? :)
>
> Dengan begitu: pertanyaan Buya JB apakah keturunan yang dihasilkan dari
> "air yang hina" itu akan selalu hina sampai akhir zaman? Jawabannya
> tergantung dua hal:
> (1) Jika percampuran "air yang hina" itu dilakukan secara hina pula (tidak
> dalam ikatan perkawinan), maka tentu saja hasilnya "hina pangkat 2". Jika
> nanti setelah sang anak lahir, dia juga menjauh dari ajaran Allah, maka
> akan menjadi "hina pangkat 3". Tapi jika sang anak (hasil zina kedua orang
> tuanya sekali pun) memegang teguh hukum Allah, maka dosa kehinaan itu hanya
> pada perbuatan ayah-ibunya saja, bukan menjadi "dosa turun temurun" sang
> anak karena Islam tidak mengenal konsep "dosa warisan",
> (2) Namun jika percampuran "air yang hina" dilakukan menurut aturan syar'i
> (menikah lebih dulu, mengikuti sunnah Rasul dalam adab bersetubuh), maka
> tentu saja sang anak tak akan menjadi keturunan yang hina.
>
> 3. Ayat 20 dari surat 77 (*Al Mursalat*) itu dimulai dengan ayat 19 yang
> berbunyi (terjemahan bahasa Indonesia): "Celakakah pada hari itu (kiamat)
> bagi yang mendustakan kebenaran."
>
> Kalau kita baca keseluruhan 50 ayat dalam surat 77 itu ada satu ciri
> spesifik yang sangat menonjol, Buya JB: yakni ayat "Celakakah pada hari
> itu (kiamat) bagi yang mendustakan kebenaran" *DIULANG 10 KALI *oleh
> Allah Swt (ayat 15, 19, 24, 28, 34, 37, 40, 45, 47, 49). Artinya penekanan
> tema itu mencapai 20 % dari keseluruhan surat. Kita tahu bahwa jika sebuah
> ayat sudah diulang sampai 2 kali oleh Allah dengan redaksional yang hampir
> sama -- seperti misalnya 61:2-3 atau 94:5-6 -- itu menunjukkan pentingnya
> tema yang diangkat. Apatah lagi ini diulang sampai 10 kali dan dengan
> susunan kata yang 100% sama!
>
> Sehingga kalau kita ambil contoh yang digunakan Buya JB dari surat 77 ayat
> 20-23, lihatlah bagaimana rangkaian ayat itu* DIBUKA dan DITUTUP *oleh
> ayat 19 dan 24 yang persis sama!
>
> *Al Mursalat 19-24*
>
> ...
> 19. Celakakah pada hari itu (kiamat) bagi yang mendustakan kebenaran
> 20.* Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina (mani).*
> 21. kemudian Kami letakkan ia dalam tempat yang kokoh (rahim).
> 22. sampai waktu yang ditentukan.
> 23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kami) lah sebaik-baik yang
> menentukan.
> 24. Celakakah pada hari itu (kiamat) bagi yang mendustakan kebenaran
> ...
>
> Jadi kalau kita parafrasekan lagi rangkaian kalimat itu dalam bahasa
> sehari-hari, dalam langgam Betawi, "Nih orang si Fulan bin Fulan
> keterlaluan banget. Udah sombong, tukang bo'ong lagi. Songong. Udah
> diajarin ngaji dari orok sama ibu bapaknye, begitu gede kuliah tinggi dan
> jadi bos di kantor, die lupe agame. Sok. Nganggap diri paling hebat.
>  Padahal dulu asalnye juge dari air mani kayak orang lain juge. Masih
> untung die lahir selamet karena emaknya pernah kesrimpet akar pohon
> beringin sampe nyungsep dan ampir keguguran. Tapi dasar si Fulan itu orang
> celake, biar dia tahu cerita kelahiran die itu yang juga diketahui orang
> kampung sini, masih juga sombongnye bujubunengggg...."
>
> 4. Ayat yang sama dalam surat *As Sajdah* ayat 8, menurut ambo punya sisi
> lain yang menarik, terutama jika *As Sajdah *yang terdiri dari 30 ayat
> ini dilihat sebagai satu kesatuan surat utuh di mana pada ayat 15 (lanjutan
> dari dari kisah penciptaan manusia dari ayat 7) adalah merupakan ayat
> sajdah.
>
> Kenapa Surat *As Sajdah* (32) menjadi penting? Karena Nabi biasa membaca
> surat As Sajdah pada shalat Subuh di hari Jumat, pada rakaat pertama.
> Sehingga begitu sampai ayat ke-15 dibacakan, Nabi dan para jamaah akan
> melakukan sujud sajdah/sujud tilawah. Artinya, jika hal itu dilakukan Nabi
> setiap Jumat, maka dalam sebulan, minimal, Nabi mengulangi empat kali
> pembacaan ayat-ayat surat 32 itu, termasuk yang Buya JB kutip.
>
> Pertanyaan lanjutannya, mengapa sujud Sajdah itu begitu penting?
>
> Ini yang sayangnya belum diperhatikan serius oleh kaum muslimin, yakni
> bahwa setiap kali seorang muslim melakukan sujud sajdah, maka setan segera
> menyingkir dan menangis seraya berkata, seperti disabdakan Nabi Saw.
> "Alangkah beruntungnya anak Adam, ketika disuruh bersujud dia bersujud,
> maka surgalah baginya. Sementara ketika aku disuruh bersujud aku
> membangkang, maka nerakalah bagiku."
>
> Jadi seharusnya, kalau kita (dan para imam masjid tiap Subuh) konsisten
> membaca Surat As Sajdah tiap Subuh hari Jumat, maka kita punya kesempatan
> sedikitnya *4 (EMPAT) KALI* dalam sebulan untuk membuat setan menangis.
> Bukankah ini kejadian yang luar biasa? Karena biasanya kalau sudah bertemu
> setan, maka manusialah yang menangis (dan lari lintang pukang).
>
> Kalau rangkaian fadhilah Surat As Sajdah (di mana ayat 8 yang Buya JB
> pertanyakan termasuk di dalamnya) dan ayat/sujud Sajdah kita kombinasikan
> dalam sebuah formulasi kalimat, maka kira-kira redaksinya seperti ini:
> "Kalau kita mau bikin setan nangis dan ngacir terkencing-kencing, biasakan
> membaca ayat sajdah dan melakukan sujud sajdah. Minimal sekali seminggu,
> tiap Subuh hari Jumat."
>
> Semoga kita semua di Palanta ini dimudahkan Allah dalam menghafal Surat As
> Sajdah dan menerapkannya dalam shalat Subuh kita, terutama bagi pada
> dunsanak yang terbiasa menjadi imam shalat rawatib dan selama ini, karena
> satu dan lain hal, belum mencontoh sunnah Nabi pada rakaat 1 di shalat
> Subuh tiap hari Jumat ini.
>
> Allahua'lam.
>
>
> Wass,
>
> ANB
> 45, Cibubur
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Pada 5 Oktober 2013 11.15, Zubir Amin <zubir.a...@rantaunet.org> menulis:
>
>>     Assalamu'alaikum wrwb!
>> Untuak sanak semua.Semoga kita semua di Palanta RN ini diberkahi dgn
>> keluasan ilmu n pemahaman Al-Qur'an oleh Allah swt
>>     Begini, mari bersama JB memperhatikan kandungan 2(dua) ayat masing2
>> QS. 32 ayat 8 nn diterjemahkan sbb: 'Kemudian Dia menjadikan keturunnya
>> dari saripati Air yg Hina(air mani)'.Ayat ini berada dalam rangkuman  ayat2
>> 7-9
>> Surat lain QS. 77 ayat 20 nn diterjemahkan sbb:'Bukankah Kami menciptakan
>> kamu dari Air yg Hina(mani)'.Ayat ini terjalin dgn ayat2 20-23).Lihat
>> Mushaf An Nur,-Al-Qur'an,terjemahan per kata-Mizan.
>>      JB menyadari kekurangan ilmu tafsir re-Al Qur'an,sehing ga terjeman
>> dua ayat tsb spt diatas sangat mengusik jati diri JB sebagai insan ciptaan
>> Allah swt.
>>      Naluri sementara pemikiran JB,kalau kita berasal dari air yg hina
>> tentu air yg hina itu tidak akan memulyakan proses selanjutnya kejadian
>> kita.Ia akan selalu menghasilkan 'keturunan' nn hina sampai akhir zaman.
>>     Pemikiran berikutnya,sejauh mana seseorang insan dpt  dipersalahkan
>> atas perbuatannya nn penuh dosa jika dikaitkan dgn kejadiaan asalnya itu?.
>>      Dua masalah ini n bisa lebih, sangat mengharu biru pikiran JB,nn lhr
>> dari kandungan 'air yg hina' itu.
>>      Apa maksud Ilahi menyebutkan kita ciptanNya berasal dari air yg hina
>> itu.Bukankah 'proses' adanya air yg hina itu sudah melalui pernikahan nn
>> syah? Kecuali kalau si pelaku yg menghasilkan air itu via zina, bolehlah
>> disebut air nn hina namun proses terjadinya air itu tetaplah sama.
>>      Walaupun demikian pemikiran sementara JB,hati ini menjadi tenang dgn
>> kehadi ran QS.95 ayat 4 nn ditrjemahkan sbb:'Sungguh.Ka mi telah
>> menciptakan manusia dalam bentuk nn sebaik-baiknya'.Walaupun kemudian Allah
>> mengembalikan ciptaanya itu ketempat nn serendah-rendahnya.
>>    Sanak palanta,inilah sedikit perasaan 'muskil' nn JB rasokan berkaitan
>> dgn QS.32 ayat 8 n QS.77 ayat 20.
>>    Bagaimana dgn pendapat para sanak RN nn lain?
>>     JB,DtRJ,74thn,di Bonjer,Jak bar.
>> Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>>   1. Email besar dari 200KB;
>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>   3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Grup Google.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke