Terima kasih sanak Ronald, Ahmad Ridha dan Reza atas komentarnya.
Secara umum ambo setuju bahwa tanggung jawab mengajarkan Al Qur'an berada
di pundak orang tua, terutama ayah.
Namun dalam hal ini, kita jangan hanya melihat teks, tapi juga konteks.
Jika kejadian ini terjadi di Daerah Istimewa Jogjakarta, semua orang paham
bahwa Jogja sebagai provinsi tidak punya spirit untuk menegakkan
nilai-nilai syariah meski Sri Sultan Hamengkubuwono, sejak yang pertama
sekali pun, sudah mempunyai gelar mentereng yang antara lain: ….
Khalifatullah Sayyidin Panatagama (penata agama) …

Tetapi karena kejadian ini di Aceh, di mana Islam sudah menjadi makna
intrinsik setiap kali orang menyebut nama daerah itu, maka "Daerah Istimewa
Aceh" dalam pandangan umum adalah juga berarti "Daerah Istimewa Islam
Aceh". Coba saja dicek secara random. Sehingga dalam konteks ini, angka
tidak bisa mengaji yang 82% itu tak bisa dilepaskan dari tidak adanya
afinitas (keterikatan) masyarakat Aceh terhadap status daerahnya sendiri.
Ini kalau kita mau meneroka dari sisi sosial ala sosiologi.

Yang kedua, saat ambo riset novel sejarah "Napoleon dari Tanah Rencong"
beberapa tahun silam (sudah diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, 2013),
salah seorang narasumber ambo adalah Pak X, sarjana hubungan internasional
lulusan FISIP UI yang tinggal di Banda Aceh. Pak X ini putra dari Tuan Y,
seorang tokoh penting dalam sejarah DI/TII Aceh. Tuan Y ini berjuluk
"Gandhi dari Aceh" karena kecerdasan dan ketenangannya dalam menganalisis.

Dalam salah satu wawancara dengan Pak X, lokasi kami di Ulee Kareng,
wilayah ngopi terkenal di Banda Aceh, di mana bertebaran warung-warung kopi
dalam ukuran cukup luas, seperti model gazebo. Kami beberapa kali
membatalkan masuk ke warkop itu karena ada beberapa anak SMA/Aliyah di
dalamnya, bukan mahram, yang secara zahir terlihat seperti anak-anak muda
berpacaran di kota besar.

Akhirnya Pak X memutuskan mengajak saya masuk ke satu warkop yang relatif
lebih sepi, tetapi tetap ada dua pasang pelajar, yang menunjukkan kelakuan
sama seperti rekan-rekan mereka lainnya. Di semua kejadian ini, siswi
perempuan selalu berjilbab, dengan rok panjang.

Pak X berkomentar, "Parah kelakuan anak-anak muda Aceh sekarang ini. Dulu
sebelum tsunami tidak terlalu menyolok begini. Kalau pun ada, sedikit
sekali. Tetapi justru setelah tsunami, mereka lebih berani," katanya. Karena
Pak X sehari-hari tinggal di Banda (mengajar di satu kampus), sulit juga
bagi ambo untuk tidak percaya pada ucapannya.

Kalau kejadian "rendezvous remaja Aceh" itu dilihat secara formal, tentu
yang pertama jadi 'terdakwa' adalah pihak sekolah, para pengelola
pendidikan. Mengapa anak-anak mereka di luar lingkungan sekolah seperti
itu, bukan?

Tetapi dalam konteks makro, kembali lagi hal ini akan bertaut dengan
kenyataan, bahwa status kedaerahan Aceh, sekaligus citra mereka sebagai
salah satu pusat keislaman terkuat di tanah air, ternyata tidak selamanya
berdampingan.

Allahu a'lam.

ANB


Pada 4 Agustus 2015 09.37, muhammad syahreza <muhammadsyahr...@gmail.com>
menulis:

> Assalamu'alaikum wr.wb. Da Akmal
>
>
> Kalau ambo mancaliak koreksi pado seluruh urang tuo di Aceh, karano alah
> banyak anak-anak mereka indak bisa mambaco Al-Qur'an. Bukan karano ateh
> namo "Daerah istimewa". Pendidikan partamo anak-anak ado dalam Rumah urang
> tuo nyo. Sarancak apo pun kebijakan pemerintah, kalau dari masyarakat
> sebagai urang tuo indak ado kepedulian terhadap agamo jo akhlaq anak-anak
> nyo, indak akan berhasil kebijakan pemerintah tu do.
>
> Salam
>
> Reza
>
> 2015-08-04 8:43 GMT+07:00 Ahmad Ridha <ahmad.ri...@gmail.com>:
>
>> Wa'alaykumus salaam warahmatullah, Pak Akmal
>>
>> Saya cenderung melihatnya sebagai kepedulian Rektor Unsyiah terhadap
>> masalah ini. Keluarnya angka 82% menunjukkan adanya kemauan untuk mengukur
>> keadaan diri. Yang penting ialah tindak lanjut terhadap temuan tersebut
>> baik oleh para mahaiswa, keluarga mereka, kampus, dan pemerintah.
>>
>> --
>> Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
>> (l. 1400 H/1980 M)
>>
>> On Aug 4, 2015 8:01 AM, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org>
>> wrote:
>>
>>> Assalamu'alaikum adidunsanak Palanta RN,
>>>> dari provinsi tetangga kito baco:
>>>>
>>>>
>>>> http://aceh.tribunnews.com/2015/07/28/82-mahasiswa-baru-tak-bisa-baca-quran
>>>>
>>>> Ini bukan gosip atau kabar burung karena disebutkan oleh Rektor Univ.
>>>> Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, MEng.
>>>>
>>>> Seperti halnya sebuah ungkapan 'selalu ada dua sisi dari sebuah koin',
>>>> pernyataan ini bisa ditanggapi dengan dua cara:
>>>>
>>>> 1. Tuh lihat, sudah jadi Daerah Istimewa saja dengan dasar penerapan
>>>> syariah yang ketat, kemampuan baca Qur'an generasi muda Aceh begitu
>>>> parahnya, apatah lagi kalau tidak diterapkan status Daerah Istimewa, bukan?
>>>> Bisa-bisa angka buta huruf Qur'an lebih besar lagi dari sekarang.
>>>>
>>>> 2. Tuh lihat, status Daerah Istimewa yang sudah lebih dari separuh abad
>>>> (sejak 1959) disandang Aceh -- wilayah yang juga berjuluk Serambi Mekkah --
>>>> ternyata bahkan gagal pada salah satu sendi terawal: membuat warga muda
>>>> Aceh tak serta merta bisa membaca kitab sucinya sendiri.
>>>>
>>>> Yang mana dari dua pernyataan di atas yang lebih sesuai dengan anggapan
>>>> adidunsanak RN n.a.h.?
>>>>
>>>> Wassalam,
>>>>
>>>> ANB
>>>> 47, Cibubur
>>>>
>>>
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke