Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit.
Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika "PanAm" dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih "Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik!" ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, "Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari..." Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit "Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?" Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --- In rantau...@yahoogroups.com, hanifah daman <iffa...@...> wrote: > > MENANPUNG AIR HUJAN > > Seminggu ini di kotaku > Listrik hidup mati, hidup matiiii > Air ledeng juga enggan mengalir > Entah apa yang jadi penyebabnya > > Kami sudah mulai gelisah > Apa yang akan dikerjakan ? > Tadi malam listrik mati cukup lama > Untung di luar terang bulan > Persediaan air di bak dan di kentongan > Sudah mulai menipis > Nggak cukup untuk mandi > Bagaimana kalau ada yang kebelet ? > > Menjelang jam sepuluh malam > Listrik menyala lagi > Sebelum tidur > Ku periksa lagi kran ledeng > Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka > Biar air bisa mengalir ke bak > Walau kami sedang tidur > Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah > > Tak lama kemudian akupun tertidur > Satu jam kemudian aku tersentak > Di luar ku dengar rintik-rintik hujan > Aku sempat berfikir > Menunggu Ledeng mengalir ? atau > Bangun dan menanmpung air hujan ? > Andaikan ada suamiku > Aku pasti memilih tidur nyenyak > Akhirnya kuputuskan bangun sendirian > > Suasana di luar yang sunyi dan sepi > Serta keinginan punya persediaan air > Membuat rasa takutku hilang > > Ku ambil semua wadah > Yang bisa untuk menampung air > Ku jejer di halaman > Di bawah cucuran atap > Setelah itu aku kembali tidur > Ku dengar hujan semakin lebat > > Jelang tidur > Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api > Hujan yang tak selalu hadir > Sementara tak ada sumber air lain > Ketika hujan datang > Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah > Mereka membuat tangki-tangki > Seperti tangkinya perusahaan minyak > Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki > Pemakaian airpun di buat > Sehemat mungkin > > Beda sekali dengan di kampungku > Air mengalir dari gunung > Tak berhenti sepanjang waktu > Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang > Ketika berkecimpung bersama teman sebaya > Lalu akupun kembali tertidur > > Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang > Kulihat wadah-wadah penampung air > Penuh berisi air > Alhamdulillah kataku > Ada saja kemudahan yang diberikan Allah > > Sesore ini > Air ledeng masih tidak mengalir > Namun kulihat langit yang berawan > Memberikan harapan > Sebentar lagi akan turun hujan > > Ya Allah yang Maha Penyayang > KepadaMu kami memohon > Izinkanlah hujan turun > Biar kami tampung > Untuk berbagai keperluan > Kami juga memohon Ya Allah > Jangan turunkan hujan berlebihan > Yang akan menyebabkan kesengsaraan > > Bengkulu, 8 Mei 2009 > > > Hanifah Damanhuri --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---