Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
puisi "lamersing" dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
ada mizkom dalam "aturan main" nulis puisi bersama tsb. 
 
2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
"in-group feeling" pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada 
komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang 
kontinyu menulis. 
 
3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  "Menampung Air Hujan Bersama" ini 
gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb:
 
a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait 
pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang 
bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). ==> seperti yang 
sudah saya contohkan
 
b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan 
cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan 
lain.
 
4. Bagi saya pribadi, "menampung air hujan bersama" terdengar puitis dan juga 
filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke 
dua. 
 
 
Salam,
r.a.
 
 
MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 

Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak
mau. 
Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa
lalu. 
Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku
cari dan tak perlu harus selalu menanti.  

Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
bak serta kentongan menjadi menipis
Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris  
Kami gelisah 
Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
kerjakan.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
>  --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman <iffa...@yahoo.com> wrote: 
>  From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net]
MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009,
5:13 PM 
>  MENANPUNG AIR HUJAN 
>    
>  Seminggu ini di kotaku 
>  Listrik hidup mati, hidup matiiii 
>  Air ledeng juga enggan mengalir 
>  Entah apa yang jadi penyebabnya 
>    
>  Kami sudah mulai gelisah 
>  Apa yang akan dikerjakan ? 
>  Tadi malam listrik mati cukup lama 
>  Untung di luar terang bulan 
>  Persediaan air di bak dan di kentongan 
>  Sudah mulai menipis 
>  Nggak cukup untuk mandi 
>  Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 
>    
>  Menjelang jam sepuluh malam 
>  Listrik menyala lagi 
>  Sebelum tidur 
>  Ku periksa lagi kran ledeng 
>  Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 
>  Biar air bisa mengalir ke bak 
>  Walau kami sedang tidur 
>  Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 
>    
>  Tak lama kemudian akupun tertidur 
>  Satu jam kemudian aku tersentak 
>  Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 
>  Aku sempat berfikir 
>  Menunggu Ledeng mengalir ? atau 
>  Bangun dan menanmpung air hujan ? 
>  Andaikan ada suamiku 
>  Aku pasti memilih tidur nyenyak 
>  Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 
>    
>  Suasana di luar yang sunyi dan sepi 
>  Serta keinginan punya persediaan air 
>  Membuat rasa takutku hilang 
>    
>  Ku ambil semua wadah 
>  Yang bisa untuk menampung air 
>  Ku jejer di halaman 
>  Di bawah cucuran atap 
>  Setelah itu aku kembali tidur 
>  Ku dengar hujan semakin lebat 
>    
>  Jelang tidur 
>  Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 
>  Hujan yang tak selalu hadir 
>  Sementara tak ada sumber air lain 
>  Ketika hujan datang 
>  Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 
>  Mereka membuat tangki-tangki 
>  Seperti tangkinya perusahaan minyak 
>  Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 
>  Pemakaian airpun di buat 
>  Sehemat mungkin 
>    
>  Beda sekali dengan di kampungku 
>  Air mengalir dari gunung 
>  Tak berhenti sepanjang waktu 
>  Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 
>  Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 
>  Lalu akupun kembali tertidur 
>    
>  Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 
>  Kulihat wadah-wadah penampung air 
>  Penuh berisi air 
>  Alhamdulillah kataku 
>  Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 
>    
>  Sesore ini 
>  Air ledeng masih tidak mengalir 
>  Namun kulihat langit yang berawan 
>  Memberikan harapan 
>  Sebentar lagi akan turun hujan 
>    
>  Ya Allah yang Maha Penyayang 
>  KepadaMu kami memohon 
>  Izinkanlah hujan turun 
>  Biar kami tampung 
>  Untuk berbagai keperluan 
>  Kami juga memohon Ya Allah 
>  Jangan turunkan hujan berlebihan 
>  Yang akan menyebabkan kesengsaraan 
>    
>  Bengkulu, 8 Mei 2009 
>    
>    
>  Hanifah Damanhuri 
> 


      





      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke