wakatu tu untuang hari indak hujan. Sahinggonyo indak takuik kanai aia
kanciang urang-urang nan tagia takanciang di ateh langik. Sabana
badabok darah manantian urang nan tibo. Salain partamo kali basuo,
tantu sajo maarok an pasan kok ka lai sampai. Ruponyo....
Alhamdulillah. Sarawa kotok ranang sa ukuran anak kelas 5 SD sampai
juo ka tangan.

Tapi ado nan lupo ciek. Bukankah wakatu tu Uak Sjarif indak ado lai?

Salam
Dick Tito
Ps . Minggu, JKS


On 5/8/09, sjamsir_sjarif <hamboc...@yahoo.com> wrote:
>
> Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
> ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
> hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
> rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
> kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
> langit.
>
> Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
> hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
> telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
> sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
> di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.
>
>
> Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
> Amerika "PanAm" dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
> larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
> keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966.
>
> Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
> mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
> topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
> kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.
>
> Antaro lain-lain batulih "Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun
> aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik!" ... :)
>
> Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
> saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
> pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
> yang merindukan saya, "Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
> Langik`sari..."
>
> Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
> lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
> ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
> dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
> kepala sambil senyum pahit "Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?"
> Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...
>
> Salam,
> --MakNgah
> Sjamsir Sjarif
> Nan lah Takanciang di Langik :)
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke