Dear Uni Ifah,

Apo pulo tu kompor ngiyiang? 
Hahaa...alun pernah ambo mandanga nyo lai doch. 

Tapi kok lai pakai kompor juo brgkali rancak juo namonyo tuh Ni,....ambo ndak 
ba kompor gai doch.....api sen no dalam sakam.....:..::ahahahaha..... salah ya 
Ni? Maap dach ya Ni, gue bingung nich ngobrolnya kalau kebanyakan pakai gaya 
merendah gini....hahaha...:ahahaha. 

Selamat akhir minggu dan salam utk keluarga. 

Salam,
r.a

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com>

Date: Sat, 9 May 2009 05:44:29 
To: avenzor...@yahoo.com<avenzor...@yahoo.com>
Cc: RantauNet@googlegroups.com<RantauNet@googlegroups.com>
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)




Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak 
nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka 
tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi 
ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan 
tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk 
nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke 
UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami 
tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di 
mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya 
sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga 
ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada 
alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi 
bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang.
 Harap maklum. Salam. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
> Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 
>    
>  1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
> puisi "lamersing" dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
> ada mizkom dalam "aturan main" nulis puisi bersama tsb. 
>    
>  2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
> "in-group feeling" pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
> anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
> mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau 
> ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada 
> yang kontinyu menulis. 
>    
>  3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  "Menampung Air Hujan Bersama" 
> ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: 
>    
>  a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN 
> bait pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan 
> ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). ==> 
> seperti yang sudah saya contohkan 
>    
>  b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya 
> dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis 
> oleh rekan lain. 
>    
>  4. Bagi saya pribadi, "menampung air hujan bersama" terdengar puitis dan 
> juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan 
> bait ke dua. 
>    
>    
>  Salam, 
>  r.a. 
>    
>    
>  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
>  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. 
>  Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
> Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
> Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
> dan tak perlu harus selalu menanti.  
>  Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
> bak serta kentongan menjadi menipis 
>  Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris   
>  Kami gelisah 
>  Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
> kerjakan.   
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>  >  --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman <iffa...@yahoo.com> wrote: >  From: 
> hanifah daman <iffa...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN 
> To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM >  
> MENANPUNG AIR HUJAN >    >  Seminggu ini di kotaku >  Listrik hidup mati, 
> hidup matiiii >  Air ledeng juga enggan mengalir >  Entah apa yang jadi 
> penyebabnya >    >  Kami sudah mulai gelisah >  Apa yang akan dikerjakan ? >  
> Tadi malam listrik mati cukup lama >  Untung di luar terang bulan >  
> Persediaan air di bak dan di kentongan >  Sudah mulai menipis >  Nggak cukup 
> untuk mandi >  Bagaimana kalau ada yang kebelet ? >    >  Menjelang jam 
> sepuluh malam >  Listrik menyala
>  lagi >  Sebelum tidur >  Ku periksa lagi kran ledeng >  Memastikan apa sudah 
> dalam keadaan terbuka >  Biar air bisa mengalir ke bak >  Walau kami sedang 
> tidur >  Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah >    >  Tak lama 
> kemudian akupun tertidur >  Satu jam kemudian aku tersentak >  Di luar ku 
> dengar rintik-rintik hujan >  Aku sempat berfikir >  Menunggu Ledeng mengalir 
> ? atau >  Bangun dan menanmpung air hujan ? >  Andaikan ada suamiku >  Aku 
> pasti memilih tidur nyenyak >  Akhirnya kuputuskan bangun sendirian >    >  
> Suasana di luar yang sunyi dan sepi >  Serta keinginan punya persediaan air 
> >  Membuat rasa takutku hilang >    >  Ku ambil semua wadah >  Yang bisa
>  untuk menampung air >  Ku jejer di halaman >  Di bawah cucuran atap >  
> Setelah itu aku kembali tidur >  Ku dengar hujan semakin lebat >    >  Jelang 
> tidur >  Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api >  Hujan yang tak selalu 
> hadir >  Sementara tak ada sumber air lain >  Ketika hujan datang >  Air 
> hujan tak dibiarkan kembali ke tanah >  Mereka membuat tangki-tangki >  
> Seperti tangkinya perusahaan minyak >  Air hujan tersebut di alirkan masuk ke 
> tangki >  Pemakaian airpun di buat >  Sehemat mungkin >    >  Beda sekali 
> dengan di kampungku >  Air mengalir dari gunung >  Tak berhenti sepanjang 
> waktu >  Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang >  Ketika berkecimpung 
> bersama teman sebaya
>  >  Lalu akupun kembali tertidur >    >  Aku terbangun ketika azan subuh 
> berkumandang >  Kulihat wadah-wadah penampung air >  Penuh berisi air >  
> Alhamdulillah kataku >  Ada saja kemudahan yang diberikan Allah >    >  
> Sesore ini >  Air ledeng masih tidak mengalir >  Namun kulihat langit yang 
> berawan >  Memberikan harapan >  Sebentar lagi akan turun hujan >    >  Ya 
> Allah yang Maha Penyayang >  KepadaMu kami memohon >  Izinkanlah hujan turun 
> >  Biar kami tampung >  Untuk berbagai keperluan >  Kami juga memohon Ya 
> Allah >  Jangan turunkan hujan berlebihan >  Yang akan menyebabkan 
> kesengsaraan >    >  Bengkulu, 8 Mei 2009 >   
>  >    >  Hanifah Damanhuri >       
> 


      



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke