Assalaamu'alaikum sanak,

Buku ini tentu sangat menarik bagi saya yang berniat mau menghabiskan hari
tua di kampung sambil tetap memberi manfaat bagi nagari indah di tepi
pantai, Nagari Gasan Gadang, Kabupaten Pariaman. Hampir semua usia saya
hidup dan besar dirantau. Tidak pernah bersekolah dan tinggal di kampung.
Jadi bab bab awal tulisan IJP menjadi modal dan informasi berharga bagi
saya.

Bermetamorfosanya IJP dari intelektual menjadi politisi memang menjadi yang
yang menarik sendiri. Memang terasa menyedihkan IJP masuk dengan idealisme
ingin memberi warna kepada dunia perpolitikan Indonesia. Tapi dia nampaknya
harus lempar handuk untuk itu. Dia tidak bisa mengalahkan pragmatisme yang
sudah mengakar didunia barunya itu.

IJP bagi saya adalah "the right man on the right place, but in the wong
time" Dia sepi sendiri dikerumunan manusia.

Sedikit koreksi waktu IJP mengutip "adaik manurun, sarak mandaki". Rasanya
IJP salah mengartikan yang dia maksud itu adat yang mulai kabur. Padahal
maksudnya, adat menurun dari gunung/darek menuju pesisir, sementara agama
mendaki naik kedarat dibawa oleh para pendatang (CMIIW)

(terima kasih IJP telah memberi saya buku itu dengan atografnya sekalian.
Dan tidak mau dibayar dengan $$..he..he...)




2010/4/8 Nofend Marola <nof...@gmail.com>

>  -----Original Message-----
> From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
> Behalf Of Indra J Piliang
> Sent: Thursday, April 08, 2010 8:19 PM
> To: RantauNet; Koran Digital; KSM UI; S-2 UI; West Sumatera; Suma UI; KIM;
> KIA; Aceh Kita; IASCF
> Subject: [...@ntau-net] www.beritajatim.com
>
>
>
>
> http://beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2010-04-08/60977/Cita-Cita_Saya_Masuk_Penjara,_Mati_Muda,_dan_Bersalaman_dengan_Soeharto
>
> ~~"Mengalir Meniti Ombak" & "Bouraq-Singa Kontra Garuda".~~
>
>
>
> *Indra J. Piliang tentang Buku 'Mengalir Meniti Ombak' (1)*
> *Cita-Cita Saya Masuk Penjara, Mati Muda, dan Bersalaman dengan Soeharto *
>
> Top of Form
>
> [image: http://beritajatim.com/berita/brt965823733.jpg]
>
>
>
> Bottom of Form
>
> Kamis, 08 April 2010 19:40:13 WIB
> Reporter : Oryza A. Wirawan
>
> *Jember (beritajatim.com)* - Sejarah hanya untuk para pemenang. Agaknya
> diktum itu tak berlaku bagi seorang Indra Jaya Piliang. Politisi cum
> intelektual muda Partai Golkar itu justru mendokumentasikan tiga
> kekalahannya dalam berpolitik dalam buku setebal 568 halaman berjudul
> Mengalir Meniti Ombak: Memoar Kritis Tiga Kekalahan.
>
> Beritajatim.com mewawancarai Indra Piliang seputar bukunya., dan diturunkan
> secara bersambung.
>
> *Anda menulis tentang kekalahan, bukan keberhasilan dalam berpolitik.
> Sebenarnya apa yang Anda ingin sampaikan kepada khalayak tentang
> kekalahan-kekalahan itu?
>
> *Itu hanya pintu masuk. Sebetulnya yang ingin saya katakan adalah bahwa
> yang kalah dalam politik jauh lebih banyak dari yang menang. Dalam ketiga
> kekalahan yang saya ceritakan, sebetulnya yang kalah adalah Partai Golkar,
> JK-Wiranto dan Yuddy Chrisnandi. Saya menjadi bagian dari kekalahan itu.
> Tetapi apakah seluruhnya saya kalah? Tidak sama sekali.
>
> Buktinya perolehan suara pribadi saya jauh lebih besar dari beberapa
> politisi di Sumbar 2 yang duduk di DPR RI sekarang, elektabilitas JK-Wiranto
> meningkat dari 3% menjadi 12 %, lalu Yuddy Chrisnandi menjadi ikon
> pemberitaan media massa berpengaruh. Kekalahan sebagai angle saja untuk
> menunjukkan banyak hal yang justru belum diketahui publik. Kalau hanya soal
> tiga kekalahan, cukup saya menulis 3-4 halaman, kan? Nyatanya keseluruhan
> buku ini mencapai 591 halaman.
>
> *Dari semua peristiwa yang Anda ceritakan di buku itu, peristiwa mana yang
> menurut Anda paling berpengaruh dan mengubah sosok seorang Indra Jaya
> Piliang?
> *
> Beragam kejadian di kampung halaman saya. Kekecewaan-kekecewaan saya atas
> bahan bacaan selama ini tentang Minangkabau yang melahirkan banyak sekali
> intelektual mumpuni.
>
> Saya terperosok ke lubang yang saya gali sendiri. Sebenarnya, kalau hanya
> mau menang, saya bisa menerima tawaran PDI Perjuangan, lalu mencalonkan diri
> di salah satu daerah di pulau Jawa. Tetapi saya tidak mau. Saya sadar,
> ternyata saya sudah terlalu jauh terbang dari ranah saya. Bayangkan, saya
> sekolah sejak TK sampai S-2 sudah 20 tahun lebih! Sementara, orang-orang di
> kampung saya semakin jarang sekolah, bahkan untuk tamat sekolah dasar
> sekalipun.
>
> Dalam banyak pembicaraan di kampung bersama tim saya, saya menyebutnya
> dengan istilah “bunuh diri kelas”. Saya membunuh kelas sosial saya untuk
> menjadi bagian dari masyarakat saya dengan beragam tingkat pemikiran,
> tatanan sosial, stratifikasi sosial, ekonomi dan lain-lain. Saya harus
> menyesuaikan rasionalitas saya dengan takhayul dan mitos yang masih banyak
> di kampung. Saya kira, itulah kelahiran baru buat saya, selama delapan bulan
> di kampung atau daerah pemilihan saya.
>
> Kalau fase pilpres dan Munas, karena hanya mengandalkan perdebatan dan
> media, saya kira tidak mengubah apa-apa. Malah, saya merasa jauh lebih bodoh
> dari IJP yang dikenal publik sebelumnya.
>
> *Mana bab favorit Anda dalam buku ini?*
>
> Bab 1, Bab 2 dan Bab 3 dan Bab 5. [catatan redaksi: bab 1 berjudul Anak
> yang Mengalir, bab 2 berjudul Masa-Masa Indah di Sekolah, bab 3 berjudul We
> Are The Yellow Jacket, bab 5 berjudul Delapan Tahun yang Hangat]
>
> Ada jarak yang tercipta. Saya seperti melakukan ziarah ke masa lalu saya.
> Ziarah yang membutuhkan energi, kehandalan ingatan dan kemauan untuk berkata
> dan menulis sejujur-jujurnya. Bagi yang sudah membaca, mereka anggap sedang
> membaca sebuah “novel politik”. Hahahaha...
>
> Mereka pikir, mana mungkin seorang IJP pernah berjualan es waktu SD,
> berdagang sate padang, atau menjadi office boy setelah tamat kuliah di
> Apartemen Rasuna. Saya juga masih ingat, di kampus dulu juga orang  tidak
> percaya bahwa saya anak seorang PNS yang kemudian menjadi petani. Mereka
> pikir, saya anak seorang jenderal, karena “berani”. Bagaimana mau takut,
> kalau tiga cita-cita saya waktu mahasiswa adalah mati muda, masuk penjara
> dan bersalaman dengan Soeharto. Hahahaha...
>
> Kalau bertemu dengan beberapa kawan yang sudah membaca sekarang, saya
> selalu ditanya hal-hal yang mereka anggap tidak mungkin. Sama tidak
> mungkinnya seorang office boy masuk CSIS atau anak HMI masuk CSIS atau
> setelah masuk CSIS, adik-adik HMI menganggap : “Ada Jesuit baru di CSIS, dia
> banyak menulis”.
>
> Bahkan kalangan Katolik juga menyangka saya Katolik “yang berbeda dengan
> Katolik lain di CSIS, karena bisa bicara soal rakyat”. Ya, bagi saya, banyak
> keajaiban dalam hidup saya, termasuk bisa masuk UI. Saya mensyukurinya.
> Tetapi, seperti yang saya tulis dalam buku, justru banyak kesempatan yang
> saya buang dengan sikap tanpa penyesalan, termasuk tawaran beasiswa
> pendidikan ke Amerika Serikat. Mana ada anak CSIS yang tidak sekolah di luar
> negeri, kecuali saya. Dan mana ada kamus menolak beasiswa luar negeri di
> kalangan mahasiswa dan sarjana baru? Hahahaha...
>
> *Kekalahan mana yang paling menyakitkan bagi Anda?*
>
> Kekalahan mendukung Yuddy (Chrisnandi). Bagi saya, mendukung Yuddy adalah
> bagian dari kontestasi biasa untuk mengatakan bahwa Partai Golkar menganut
> paham demokrasi. Sejak awal, gagasan mendukung Yuddy bagi saya adalah
> menggelegarkan Munas PG di media massa.
>
> Kami memiliki kedekatan dengan pers selama pilpres. Sebelum Munas, PG
> dianggap sebagai ayam sayur yang kalah dengan konflik tajam yang bisa
> membelah partai. Nah, saya katakan kepada tim kandidat lain bahwa Munas PG
> adalah momentum untuk menunjukkan kebesaran PG. Untuk itu, harus dibuat
> seheboh mungkin, tetapi berbeda dengan persoalan hidup-mati dalam pileg dan
> pilpres.
>
> Kenyataannya? Saya menemukan musuh yang lebih banyak di dalam PG, ketika
> mendukung Yuddy. Mereka bahkan mengancam saya secara fisik. Ini sudah tidak
> waras lagi, menurut saya.
>
> *Kekalahan paling membanggakan?*
>
> Ketika kekalahan itu, tentunya. Saya tetap bangga telah menunjukkan
> sika-sikap politik yang bisa “base on textbook”. Saya tapaki setiap
> prosesnya dengan baik. Saya pamit di Universitas Paramadina di hadapan
> 200-an orang tanggal 6 Agustus 2008. Saya mencantumkan rekening dana
> kampanye di milis-milis. Saya menyatakan secara terbuka lewat press release
> tentang beragam hal. Saya bahkan membela Pak Wiranto, sesuatu yang tidak
> pernah terpikirkan sepanjang hidup saya, dan saya juga membela JK.
>
> Padahal, saya tidak mengenal keduanya sebelum pilpres. Mengenal dalam
> artian berdiskusi dengan santai. Saya juga sudah tunjukkan no heart feeling
> dengan siapapun. Dana kampanye saya saja berasal dari beragam tokoh partai
> politik. Teman-teman saya berasal dari seluruh partai politik. Lihat saja
> testimoninya, hanya Partai Demokrat yang tidak sempat dimintai, karena
> mereka kan pemenang, hahaha. *[wir]*
>
>
>
> --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat
> lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan
> keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>



-- 
Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
gelar Bagindo, suku Mandahiliang,
lahir 17 Agustus 1947.
Nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman. rantau: Deli, Jakarta, USA.
sekarang Sterling, Virginia-USA
------------------------------------------------------------
"Jauhilah buruk sangka, mematai matai, suka membicarakan/mendengar kejelekan
orang, dengki dan membenci. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara (HR
Bukhari-Muslim)

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.

<<image001.jpg>>

Kirim email ke