[Keuangan] Re: Syarat Presiden Mengarah ke Armida Alisyahbana

2010-05-09 Terurut Topik irmec
Wah, alm. pak Iskandar Alisjahbana bisa tersenyum jika AA ini.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, dyahanggitasari 
dyahanggitas...@... wrote:

 07/05/2010 - 10:37
 
 Pengganti Sri Mulyani
 Syarat Presiden Mengarah ke Armida Alisyahbana
 
 INILAH.COM, Jakarta - Siapa pengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani masih 
 digodok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun Presiden sudah memberikan 
 beberapa syarat yang mengarah ke Kepala Badan Perencanaan Pembangunan 
 Nasional (Bappenas).
 
 Kasak-kasak kusuk di Bappenas mengungkapkan bahwa syarat yang pernah 
 dilontarkan Presiden SBY ketika menerima pengunduran dir Sri Mulyani, yang 
 akan menjabat sebagai salah satu Direktur Pelaksana Bank Dunia, tertuju ke 
 Armida.
 




[Keuangan] Re: Manajemen VS kasus century.

2010-03-02 Terurut Topik irmec
PDCA jalan dengan asumsi bhw variables relatif known, time horizon decision 
relatif long, dan outcomes relatif predictable. Kasus century bukan kasus yg 
biasa, penanganannya jg mesti ngak biasa. 

Tapi, aku pgn respond dgn cara yg lain. Beberapa saat yg lalu, aku baca report 
menarik ttg. seorang perwira marinir Inggris, yg bertugas di kapal perusak 
Gloucester, yg saat itu ditugaskan dalam operasi Desert Storm (kuwait) thn 
1991. Kapal tsb fungsinya memonitor dan melindungi armada2 laut Sekutu yg ada 
di pelabuhan Ash Shuaybah. 

Tgl 24 Feb 1991, sang perwira sedang bertugas jam 5 pagi, ketika dia lihat ada 
blip tak terindentifikasi di radar. Tiba2 membuat dia ada perasaan lain. Ini 
teman atau lawan (missil musuh). Blip terbaca dalam frequensi dimana pesawat 
A-6 Amrik biasanya muncul jg ketika kembali ke kapal induk.  Sialnya, para 
pilot yg pulang sering mematikan sistem identifikasi di pesawatnya untuk 
menghindari misil Irak.

Menurut prosedur masih ada satu cara lagi untuk mengidentifikasi apakah itu 
lawan atau teman. Tapi scara itu pun tidak mungkin lakukan lagi. APalagi waktu 
sangat mepet, sementara benda yg terlihat diradar bergerak semakin cepat. 

AKhirnya sang perwira tsb, Michael Riley, memutuskan untuk memerintahkan 
menembakkan misil Sea Dart ke arah benda misterius tsb. Benda tersebut runtuh 
300 meter dari kapal USS MIssouri. Temankah atau lawan? TRErnyata benda tsb 
memang misil Silkworm milik Irak.

Apa yg membuat Riley bisa benar? Dia sendiri ngak bisa menerangkan. 

-Enda 

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb naza...@... wrote:

 Dalam ilmu manajemen, dikenal empat proses, yaitu: planning,  doing, 
 controlling, actuating (PDCA)
 1.Dalam tahap planning, biasanya dilakukan penganggaran dan penentuan 
 program dan sistim kerja, sasaran.
 2.Tahap Doing, biasanya menjalankan program-program tersebut sekaligus 
 mengalokasikan anggaran
 3.Controlling, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan (doing) apakah 
 sesuai atau terjadi penyimpangan dari planning.
 4.Actuating, mengambil feedback dari proses controlling dan membuat 
 planning baru (perbaikan).
 
 Pada kasus century, 
 Tahap 1, planning di susun oleh legislatif atas persetujuan DPR, 
 Lalu tahap 2 doing, legislatif melaksanakan program-program tersebut dan 
 alokasi anggaran.
 Tahap 3 controlling dilakukan oleh DPR atas proses dan hasil kerja legislatif
 Tahap 4 Actuating, DPR memberi penilaian dan rekomendasi atas kinerja 
 legislative tahap 1 sampai dengan tahap 2 berdasarkan tahap 3.
 Nb: * pada dasarnya, legislatif juga (selayak dan biasanya) melakukan PDCA 
 ini.
 Nah berarti, DPR hanya memiliki wewenang pada tahap 2 (doing/pelaksanaan). 
 Adapun pada tahap planning (pengambilan kebijakan) itu tanggung jawab 
 legislatif dan DPR.
 Kontrol Bisa berupa: 
 1.Planing A kok yang dikerjakan B (ada unsur kesengajaan)
 2.Paling A kok yang dilakukan A+a (ada kesalah pahaman prosedur)
 3.Palnning A dan yang dilakukan A tetapi kok tidak sesuai sasaran 
 (objek/sasaran memiliki kendala unforecaseable)
 Bagai mana? Ada yang tidak setuju, atau mau menambahi?
 
 Salam
 Nazar
 On: Tebo-Jambi





[Keuangan] Re: Manajemen VS kasus century.

2010-03-02 Terurut Topik irmec
Hi jg,

Nah, itu point pertama postingku; dlm situasi yg tidak normal, sukses/tidaknya 
suatu keputusan yg diambil, hanya bisa dilihat dari probabilitas. Tidak 
certain. Ketika Hank Paulson mengambil keputusan untuk menyelamatkan Bear 
Stearns, dia jg cuma berharap bhw keputusan tersebut benar. (benar sih..meski 
cuma beberapa hari doang). ketika dia jg mengambil keputusan untuk tidak 
menyelamatkan Lehman, dia tentu jg berharap benar. Ternyata salah. Begitu jg 
ketika SMI  Boediono mengambil keputusan untuk menyelamatkan Century, 
terkandung jg unsur probabilitas (ngak enak dibilang gambling). Tapi keputusan 
tsb efektif.

Nah, pertanyaan bung Bayu, ada jawabannya. Sesudah kejadian tsb, Riley 
diperiksa termasuk oleh para ahli. Riley sendiri bilang ngak tahu kenapa dia 
bisa tahu bhw dia harus mengambil keputusan yg benar. Cuma ada perasaan 
takut yg muncul ketika dia memperhatikan blip di radar. Pertanyaannya tentu, 
mengapa rasa takut tsb muncul.

Setelah analisa beberapa lama. Ternyata meskipun blip misil dan blip A6 di 
frequensi yg sama dalam radar, tapi ternyata ada sedikit perbedaan dalam 
timing. Nah, ini bawa aku pada point ke 2 ku. Hanya, dan hanya org yg 
involved dgn masalah tsb yg akan tumbuh hubungan emosionalnya. Jd para pengamat 
akan susah tumbuh emosi. Para ahli neuro bilang dopamine prediction.

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bayu Wirawan bayu.wira...@... 
wrote:

 Hi,
 
 cerita di bawah mengingatkan pada buku blink tulisan dari malcolm gladwell.
 
 cuma, repotnya adalah, bagaimana kita bisa tahu keputusan yang diambil
 adalah benar? (dalam kasus di bawah, terbukti benda terbangnya adalah
 misil musuh).
 
 
 regards,
 bayu




Re: [Keuangan] Kemandirian

2010-02-22 Terurut Topik irmec
Bung Oka,

Yg bikin aku curious bukan masalah utang..Tapi kalau lihat memo tsb..yg muncul 
ialah permainan psikologis untuk menekan US supaya tidak intervensi. 

We know you and Russia are the only nations in position to supply such a 
number quickly and we want American equipment.
...In making this request we are not (rpt not) asking your opinion

Rasanya bargaining tsb sudah agak sulit dilakukan oleh Indonesia dijaman 
sekarang. 

BTW, sebenarnya memo tsb aku dapat dari tulisan yg dikirim oleh penulisnya 
(kini assisten professor di Colorado), Suzanne Moon, tentang teknologi transfer 
yg terjadi di era pasca kemerdekaan.  Jdlnya provoking, Takeoff or 
Self-Sufficiency? Ideologies of Development in Indonesia, 1957-1961.

Jika baca artikel tsb kelihatan bhw isu mandiri lebih merupakan isu politis 
daripada isu ekonomi. 

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Oka Widana o...@... wrote:

 Knapa penasarang, bung?
 
 Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang 
 bahkan dianjurkan oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah 
 langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? 
 Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana?
 
 Atau ada view lain.:)
 
 
 Oka
 
 
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 -Original Message-
 From: irmec ir...@...
 Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: [Keuangan] Kemandirian
 
 Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU 
 jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International 
 Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya 
 permohonan pinjaman untuk membeli traktor land development project. 
 
 Yg menarik isinya berbunyi sbb: The [Indonesian] cabinet, in its efforts to 
 increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands 
 into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend 
 and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on 
 credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply 
 such a number quickly and we want American equipment. In making this request 
 we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the 
 program-details such as exact plan application, technical help and financing 
 can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we 
 are prepared to take risks and even material losses in embarking on this 
 program-But embark upon it we will, with or without your help.
 
 Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah politisnya daripada sekedar bantuan. 
 Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-))
 
 Cheers
 Enda
 
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[Keuangan] Re: Fw: [TSM] panser tni

2010-01-14 Terurut Topik irmec
Aku jd tertarik jg dgn topik ini...Dan, sesungguhnya aku merasa memang budaya 
industri susah tumbuh di Indonesia. 

Yg terjadi ialah seringnya tarik menarik antara kepentingan jangka pendek vs 
jangka panjang. Misalnya, industrialisasi di industri rokok,  konsekuensi ialah 
PHK massal; yg tentu implikasinya bisa jd politik. 

Ada contoh lain. Dua bulan lalu, aku duduk makan bareng seorang bekas menteri 
(yg rasanya relatif bersih). Dia cerita pengalaman pengadaan kapal feri di 
jaman dia masih menjadi pejabat eselon 1 di Dephub. Setiap tahun, dia 
mengajukan proposal 4 feri ke BAPPENAS, tiap tahun dia ngak pernah dengar 
berita. Sampai 4 thn kemudian, pak Harto pidato pentingnya feri untuk menolong 
saudara2 kita di Ind. Timur. Apa yg terjadi kemudian? Sore hari dia di telf 
Bappenas disuruh kirim proposal lagi. Ngak lama kemudian datang 9 feri. Point 
disini ialah sering terjadinya politics lah yg menentukan bukan 
needs/market.

Kemudian aku tanya ttg. kelanjutan nasib disain dari kereta disel dari PT INKA 
[Sebelum krismon 1998, PT INKA sedang disain dan merencanakan membuat kereta 
disel]. Kan kita ngak punya duit saat krismon, kebetulan Jepang menawarkannya 
kereta bekas. Gratis, Indonesia cuma perlu keluarin duit untuk transport. Jd 
proyek tsb stop. Kini, Indoensia punya duit, entah gimana lagi proyek. Rasanya 
ngak kedengaran lagi. 

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Oka Widana o...@... wrote:

 Saya forward dari komunitas seolah-olah tentara sebelah (saya juga member 
 disitu :D).
 
 Sekedar membuka gagasan terkait FTA, bahwa (a) kita sebenarnya mampu (b) 
 apakah industri pertahanan kita akan perlakukan sama dg produk lain? Go 
 global? (c) keberpihakan, bagaimana cara melakukannya?.
 
 Oka




[Keuangan] Re: Mengerti Risiko Sistemik

2010-01-11 Terurut Topik irmec
wah complexity article...:-))

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Salam,
 Tulisan Roby Mohamad berjudul 'Mengerti Risiko Sistemik' di Kompas hari ini 
 http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/02433696/mengerti.risiko.sistemik,
  



Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] REFRESH... apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd s

2009-12-30 Terurut Topik irmec
Berapa persen yah opini berubah sesudah data-data baru bermunculan. Aku rada 
skeptis bhw terjadi proses pembelajaran. Terlebih lagi, karena para pengamatpun 
sulitnya untuk belajar. Mereka stick sama opini awalnya - paradigma sulit 
dirubah. Sulitnya lagi, media suka dgn kondisi seperti itu, malah membesarkan 
(seperti kutulis di 
http://m.thejakartapost.com/news/2006/02/27/can-expert-advice-be-trusted.html )

Akhirnya, kalau ditulis dalama kalimat matematik, maka opini = value + fakta. 
Ini dua tipe klaim yg berbeda (pakai modelnya filosofer Stephen Toulmin). Value 
sgt subjectif, yg lebih objectif ialah facta (karena bisa diverifikasi). 
Susahnya, value bermain dalam tataran emosional, yg sgt berperan dalam 
effectiveness dari suatu retorika. Sebagai penonton yg baik, sebaiknya kita 
memfokuskan pada fakta, sebelum value kita masuk untuk membentuk opini milik 
kita pribadi. Meskipun tentu sulit.

Salam,
Enda 
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Lalu bisakah kita berharap pada Pansus? keyakinan saya TIDAK. Alasannya, 
 mayoritas adalah fraksi pendukung pemerintah yg bisa jadi hanya akan 
 memperbaharui deal-deal politik lagi. Tapi apakah Pansus mubazir? rasanya 
 tidak. Dari pemeriksaan beberapa pejabat BI saja kita tahu betapa buruknya 
 sistem pengawasan dan pola pertanggungjawaban yg ada. Ini penting bagi 
 pembelajaran ke depan. Saya kira kita juga harus jujur, bahwa ada kesalahan 
 mendasar di lembaga yg hampir tak pernah tersentuh ini, padahal mengurus 
 pengawasan uang yg luar biasa besar dan menentukan nasib bangsa. 
 
 Politikus bisa jadi tak becus dan kita boleh skeptis akan ini, tapi lembaga 
 politik dan proses politik formal tetap harus dikawal dg tekun dan sabar, 
 agar ada pembelajaran yg baik bagi bangsa ini ke depan.
 
 Saya setuju kita harus jujur, dan termasuk juga misalnya, mengapa jawaban 
 Marsilam dan Presiden berbeda soal kehadiran Marsilam di rapat KSSK? siapa yg 
 benar dlm hal ini? Kenapa perlu dua pendapat, ada apa? Apakah ini juga bukan 
 sebuah tindakan dan strategi politik?
 
 Masalah ini sudah kadung masuk ke sebuah keruwetan, tapi biar waktu yg akan 
 menjawabnya.
 
 salam




Re: Bls: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] REFRESH... apa yg mereka katakan ttg CENTURY

2009-12-30 Terurut Topik irmec
Bung Prastowo,

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:
 kita belajar dan mengubah cara pandang itu sendiri. Saya menulis sebelumnya 
 dlm konteks 'public reason' bukan secara khusus merujuk pada pengamat/ahli. 
 Bahwa nalar publik memiliki logika dan jalan berpikir sendiri, yg seringkali 
 berada di luar arus utama yg didominasi elite.

Menurutku, persepsi public hampir selalu dibentuk oleh elite. Mungkin dari 
kacamata ekonomi fenomena relatif mudah untuk diterangkan. Public nyaris tidak 
bisa langsung merasakan konsekuensi melihat  benefits/kerugian sebagai dampak 
terhadap policy. Yg langsung melihat hal tsb ialah elite  (persisnya 
sekelompok elite); dan inilah yg membentuk opini publik. Sekali opini tsb 
terbentuk, maka sulit untuk merubahnya; karena merubahnya butuh effort (untuk 
menganalisis dan verifikasi data). Apa untungnya untuk public melakukan kerja 
intelektual tsb. Yg kemudian muncul ialah mencari pembenaran dari opini yg 
telah terbentuk. { para neuroscientist memahami ini sebagai hasil kerja 
DOPAMINE ). 


 
 Sebelum ke sana, elitisme itu gejala wajar, ada di mana-mana, baik politik 
 maupun agama, ataupun di komunitas akademik. Yang diperlukan bukan menghapus 
 elit (ini mustahil, bahkan di Partai Komunis yg konon egaliter saja ada 
 elite2nya) melainkan menetapkan batas-batasnya. Ini yg - sekali lagi saya 
 sebut - menjadi keprihatinan kita soal salah kaprah cara memandang demokrasi. 
 Kita ini surplus demokrasi tapi defisit politik, dalam arti perbincangan dan 
 praktik soal tata nilai dalam kehidupan bersama.


 
Aku ngak bilang bhw elitisme tsb ngak wajar. Elitisme mulai dari jaman  batu 
kali terbentuk. AKu kini cenderung berpikir bhw bukan freedom yg natural, tapi 
minjem istilah Nietze, yg universal ialah the will of power. Yg menjadi 
masalah ialah kecanduan massa terhadap elite - yg dibentuk oleh media -, 
sehingga masyarakat jd sulit berpikir sendiri.  


 Lalu saya masuk ke soal tata nilai (value). Memang subjektif, tapi tak melulu 
 subjektif, nyatanya ada deliberasi dan konsensus. Kita berangkat dari beragam 
 nilai partikular tapi toh masih bisa sepakat bicara soal konsensus NKRI dan 
 mau kita bawa ke mana negara ini. Yang jadi soal adalah ketersediaan ruang 
 publik, agar jangan sampai diambil pasar dan negara sepenuhnya. Dan saya kira 
 kita belum lupa bahwa bangsa ini belajar meski sekaligus mudah lupa. 
 Reformasi menghasilkan banyak lembaga2 baru yg bermanfaat, misalnya MK,Komisi 
 Yudisial,KPK,KPPU,dan lainnya, yang menjadi kepanjangan tangan dari kontrol 
 publik thd kekuasaan. Belum ideal, tapi jelas ada kemajuan berarti. Kebebasan 
 pers jelas mengalami kemajuan, dan Koalisi Civil Society yg mendorong revisi 
 UU KIP dan UU Kerahasiaan Negara saya kira cukup efektif. Nalar Publik 
 lainnya tercermin dlm gerakan fesbuker, juga aksi koin keadilan, dll. Kita 
 masih bisa menyepakati satu nilai bersama (yg dlm batas
  tertentu bisa dikatakan objektif), misal soal keadilan.
 

Balik lagi ke rumus Opini = fakta + value. Facts and value (judgement) adalah 2 
tipe claim, satu tipe claim lain ialah policy. Hampir semua opini yg beredar 
dan ditawarkan berasal dari tipe policy. Bhw terjadi global warming (ini 
contoh) adalah fakta; tapi value masing2 membuat policy jd beragam. Ambil 
contoh lagi, keadilan masuk lagi dalam tipe claim lagi (minjem lagi istilah 
Toulmin), yaitu definition. Meski keadilan hampir semua org setuju, tapi 
bagaimana mendefinisikannya. Apakah semua pelari yg berlomba harus sampai pada 
garis finish yg sama pada waktu yg sama; atau tiap pelari berangkat dari garis 
start yg sama; atau jarak tempuh yg sama; yg didefinisikan sbg adil? Kembali 
lagi, definisi dan value adalah sesuatu yg sering subjective, dan sering 
ditentukan oleh para elite.


Mungkin segitu dulu.

Salam,
Enda



Re: Bls: [Keuangan] Sekali lagi, soal Century

2009-12-22 Terurut Topik irmec
Hari ini, aku sempet lihat pansus Century memeriksa pak Boediono. Aku pikir 
titik berangkat polemik tsb akan lebih mudah jika kita bisa setuju atau tidak, 
perekonomian kita sedang krisis atau tidak. Ketika krisis, betapapun kecil bisa 
jadi sistemik {sebaliknya yg besar bisa jg tidak punya implikasi yg sistemik). 
Jika kita sudah sepakat, maka semua langkah apapun yg dilakukan oleh para 
pengambil keputusan tinggal lihat resultnya saja, apakah berhasil mengatasi 
krisis (paling kurang menglokalisir krisisnya)

Aku mungkin analogikan kondisi Dewan Gubernur BI saat itu seperti pilot pesawat 
yg masuk turbulensi, dan salah satu engines memperlihatkan trouble. Ketika pswt 
tersebut kemudian akhirnya bisa landing, itu sgt tergantung judgment dari 
pilot. Para pilot sering bilang decision making is about doing the right thing 
at the right time. In other words, learning and putting to practice good 
judgment, which is the ability to decide what is right, good, and practical. 
Bukan lagi lihat speed, thrust, wind velocity, etc.

Kalau definisi krisis belum sepakat, maka yah...rasanya pansus going to 
nowhere...seperti jg kita..

Salam,
Enda


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Kalau itu biar jadi urusan yang di Senayan sanalah. Saya hanya bertanya 
 sejauh pernah didiskusikan di sini, bagaimana mungkin dan bisa, para pejabat 
 di periode rezim yang sama, di posisi yg sama, dg mekanisme dan teori yg sama 
 menyimpulkan hal yang berbeda soal sistemik- non sistemik ini? Lalu bagaimana 
 pula antarlembaga negara memiliki pandangan berbeda soal uang negara atau 
 bukan uang negara?
 
 Kalau soal coleng-mencoleng, mungkin saja ini sedang disusun sebuah kisah 
 menangkap pencoleng, tapi memakai stategi sekali merengkuh dayung dua tiga 
 pulau terlampaui, politik dapet, hukum juga dapet, bukannya yg sedang 
 memproses juga penco**ng. Atau jangan2 dari skenario sistemik ini pencolengan 
 lebih mudah dilakukan, lebih rapi. Tapi saya tidak mau suuzon, itu biar jadi 
 urusan parlemen, polisi, jekso, dan KPK.
 
 Seriusnya: sistemik-non sistemik dan uang negara-bukan uang negara ini 
 implikasinya besar, baik kelembagaan maupun hukum, karena kepada siapa lagi 
 kita akan percaya ketika otoritas ternyata berbeda-beda?
 
 salam




Re: Bls: [Keuangan] Sekali lagi, soal Century

2009-12-22 Terurut Topik irmec
Bung Oka,

Rasanya pernah didiskusikan di milist ini bhw ada dua issu yg terkait dng kasus 
Cnetury. Pertama keputusan untuk bail-out; dan isu kedua, jumlah talangan. Isu 
kedua adalah konsekuensi dari isu pertama. Dan, melihat sidang pansus tadi pagi 
sampai siang (aku ngak pernah lihat yg kemarin2), rasanya masih seputar isu 
pertama - meskipun suka masuk jg ke sana. 

Betul bhw ada/tidaknya krisis tidak gampang.Tapi kalau itu saja sulit untuk 
mencari kesamaan, policy2 yg dibuat oleh BI dan pemerintah saat itu menjadi sgt 
debatable. Pemerintah -dlm kasus ini BI dan KSSK - tentu melihat dari 
antisipasi terhadap dampaknya terhadap krisis. Sementara yg dipakai oleh 
politisi (dan jg orang luar) ialah ukuran2 normatif dalam kondisi normal. 
Yah..kan sulit nyambung dong...

Sekarang, jika pada isu pertama, ada kesepakatan ada/tidaknya krisis, maka kita 
bisa moving ke isu kedua..[yg bisa jd lebih rentan dgn menyesulupnya 
penumpang2 gelap].

Meskipun aku agak pesimis, tapi aku masih berharap anggota Pansus benar2 ingin 
mengurai fakta, bukan melulu untuk kepentingan politik mereka atau partai mereka



Salam,
Enda


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, oka.widana o...@... wrote:

 Mas Enda,
 
 Kali ini saya yang ngak sepakat dengan Anda. Mencari kesepakatan, apakah
 pada saat itu situasi krisis atau tidak, tak akan pernah terjadi. Dikalangan
 para profesional saja berbeda-beda, apalagi kalo kita berharap kesepakatan
 dikalangan politikus (atau malah lebih mudah dikalangan politikus, selama
 kepentingan mereka bisa diakomodasi?).
 
  
 
 Kebijakan yang sudah diambil tidak bisa dihakimi, selama pejabat yang
 mengambil kebijakan itu secara hukum (undang2 yang berlaku) memiliki
 kewenangan untuk itu dan  formalitas proses pengambilan keputusan telah
 ditempuh. Seperti anda bilang, keputusan Pilot pada situasi turbulensi, ya
 tidak bisa digangu gugat.  Nah, situasi turbulensi udara mudah dikenali
 kerena indikatornya bersifat pasti dan terukur, agak berbeda dengan
 tubulensi ekonomi. Akan tetapi kalo analaginya kita rubah sedikit, pilot
 mengantisipasi turbulensi dirute perjalanan, dia kemudian berbelok mengambil
 rute alternative, eh malah (sorry just contoh) nabrak gunungkita tetap
 tak bisa menghakimi judgment pilot... Apakah benar situasi tubulensi pasti
 terjadi? Apakah instrumen dan radar sudah benar cara membacanya, apakah tak
 ada kerusakan?.saya kira sama, KKSK pada saat itu hanya mengantisipasi
 tubelensi ekonomi... IMHO mau sampai kapanpun ngak pernah ketemu kesepakatan
 apakah ada turbulensi ekonomi itu...apalagi diperdebatkan apatah bail
 out Century akan menghasilkan perbankan yang lebih kuat atau tidak:D =D
 
  
 
 Saya lebih setuju kalo DPR dan Pemerintah mestinya memastikan bahwa
 keputusan itu tak ada vested interest apapuntak ada penumpang
 gelap...tak ada partai, anggota DPR, pegawai BI, Menteri, Keluarga Pejabat
 yang diuntungkan secara tak patutpintu masuknya jelas kok yaitu UU No.
 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 (UU Anti Korupsi).
 
 Pasal 2, disebutkan:   Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
 perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
 dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
 .. atau 
 
 Pasal 3 disebutkan : Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
 sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
 kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
 dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
 ...
 
  
 
 Nah kalo tindak pidana korupsi berhasil diidentifikasiimplikasi
 politiknya terserah DPR lah... tapi kalo tidak ya sudah berhenti sampai
 disini. Saya cuma kuatir jangan sampai dimasa yang akan datang, para pejabat
 yang seharusnya mengambil keputusan, jadi takut di pnasuskan malah
 akhirnya berabe untuk kita semua 




Bls: [Keuangan] Re: Chatib Basri: Jangan Pertaruhkan Perekonomian Indonesia

2009-12-22 Terurut Topik irmec
Kalau jaman Italian Renaissance yg diambil, maka agak banyak kesamaan yg 
ironis. 

Konflik politik dan sosial saat itu, dipicu oleh aristokrat (Ghibelline) - yg 
cenderung pro terhadap penguasa), dan pengusaha dan banker (Guelf_ - yg 
cenderung pro paus). Mungkin pertikaian jaman Revolusi Amerika, seperti 
Jefferson vs Hamilton (agraris vs industrialist/merchant). Rasanya konflik 
diantara dua kelas inipun rasanya masih ada di indonesia.

Kalau sering diklaim bhw pengusaha org yg ngak main politik, rasanya naif jg. 
Bhkan konflik inipun kelihatan banget di Florence. Pendiri dinasti Medici 
sendiri (Cosimo) adalah banker terkaya di Florence - mungkin di Eropa. Dia 
mulai masuk politik karena saingan (Albizzi - yg Ghibelline) berusaha 
menyingkirkan mereka. Cosimo jd belajar bhw punya duit belum tentu aman, mesti 
punya power. Sehingga dia mulai gerilya politik, akhirnya bisa menggulingkan 
Albizzi. 

Satu yg hebat dari Cosimo - aku lupa apa dia pernah jd Signoria - seolah2 dia 
ngak ada dalam lingkaran puasa; pdhal dia berhasil memanipulasi sistem 
demokrasi sehingga dialah mastermind dari setiap keputusan di Florence. 
Caranya? Cosimo org yg rendah hati, dan sgt royal. Harta pribadi digelontorkan 
untuk membuat dia dicintai oleh mayoritas rakyatnya dan para intelektual. [btw 
kok aku jd ingat satu tulisan Why did Indonesia Prosper Under a Crooked Ruler 
and Tanzania Stay Poor Under An Honest One?]

Salvanarola muncul ketika Medici sudah tidak mampu lagi mempertahankan ekonomi 
seperti itu. Florence diserang. Rakyat jd bingung. Kehilangan pengan. Dan, 
seperti dimanapun, ini menjadi rentan terhadap fundamentalisme. Dan, masuklah 
moralist dan apocalipstik seperti Salvanarola.

Florence lupa bhw salah satu pendahulu Medici (Bruni) meletakkan fondasi 
humanisme 

Ah...cukup dulu deh.

Salam,
Enda
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, freeasb1rds lubec...@... 
wrote:

 Benar mas Ari Condro. Jadi jangan gampang percaya ya sama kekuasaan [politik 
  para politisi]
 Ingat nasihat Don Tommasino kepada Don Corleone : my word is final. Politics 
 and crime, they are the same thing...
 :-)
  
 peace,
 lubeck.
  
 *real power can not be given.it must be taken. [godfather pt 3]*
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote:
 
  mas lubeck yuridis,
  
  lucu juga sih memang kisah perpolitikan di florence/firenze ini.  apalagi
  kalau ingan savoranola, yg imam biara malah pernah merebut kekuasaan dari
  keluarga medici.
  
  *bayangin noordin m top merebut kekuasaan dan berkuasa penuh *




[Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja

2009-12-21 Terurut Topik irmec
Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 

Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.

kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 

Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
dgn back-upnya.

Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. ketika 
aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus berat, 
SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
kataku...Tapi...

Cheers
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, oka.widana o...@... wrote:

 Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
 tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat  kabar, thanks to
 mobile internet =D.
 
  
 
 Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
 dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
 kata2nya yang membuat saya terbahak,Kita itu ibarat orang nekat yang sudah
 tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung
 kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
 demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
 ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya
 
  
 
 IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
 demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
 belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting
 adalah leadership dari leader yang punya  visi kemajuan bangsa ini, bukan
 kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
 punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
 pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
 
  
 
 Oka Widana




[Keuangan] Re: Energi Arus Laut

2009-12-08 Terurut Topik irmec
Alm mertua dari bu Armida sudah tiga tahun lalu membangun turbin PLTArus. Tapi 
kata beliau - alm. Prof. Iskandar Alisjahbana - itu bukan untuk skala besar. 

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, dfaj21 dfa...@... wrote:

 http://www.detikfinance.com/read/2009/11/16/113441/1242408/4/energi-arus-laut-alternatif-baru-bahan-bakar-listrik
 
 Armida menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk 



Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-07 Terurut Topik irmec
Pertama, aku harus meluruskan dulu. Tukang rokok yg aku sebutkan punya pegawai 
1, mbok penjual makanan punya tiga pelayan. Paling kurang kalau definisi 
kapitalis Marx, baik tukang rokok maupun mbok sudah kapitalis.

Adam Smith di Wealth of Nation berhasil membuktikan bhw self interest 
individual dapat membawa kebaikan bagi masyarakat banyak, lwt mekanisme pasar. 
Tapi di bukunya yg lain (Moral Sentiments), ia bilang How selfish soever man 
may be supposed, there are evidently some principles in his nature, which 
interest him in the fortune of others. 

Bukti2 baru,  membuktikan bhw Smith ternyata benar. Manusia ngak sepenuhnya 
mengejar self interestnya. bhkan secara ilmiah, biochemical ternyata 
memperlihatkan bhw ada hormon dalam otak, yg namanya oxytocin, yg punya peran 
menghasilkan perasaan saling percaya, dan kerjasama.

paradoxnya, pembenaran thesis Smith, punya konsekuensi ialah self interest 
individual ngak akan pernah membawa kebaikan, karena individu ngak benar2 
berjuang untuk self interestnya. 

Namun disisi rain asumsi sosialis jg ngak tepat jg. Terlalu naif. Ini bawa kita 
pada masalah berikutnya (konsekuensinya), yaitu peran pasar dan pemerintah. 
Tapi segitu aja dulu ah.

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Mencoba ikut memberi pandangan.
 Hemat saya, baik kapitalisme dan sosialisme keliru jika hanya mengasumsikan 
 bahwa:
 1. Manusia itu hanya self-interested, karena benar bahwa self-interest adalah 
 salah satu watak kodrati manusia, tetapi pastilah self-interest itu bukan 
 keseluruhan watak manusia.
 2. Mula-mula manusia itu sebuah kolektivitas, karena dengan demikian 
 individualitas direduksi dan hanya menjadi sarana bagi sebuah tujuan bersama.
 
 Baik kapitalisme dan sosialisme seringkali terjebak dalam dua ekstrem itu, 
 dan ini kadang lebih dikarenakan tegangan ideologi. Kita di sini sebenarnya 
 tak terlalu terwarisi tegangan ideologi ini, tetapi kadang sosialisme 
 (termasuk komunisme ) lalu relevan dlm kritik thd praktik kolonialisme, yang 
 kebetulan para kapitalis.
 
 Individualitas dan sosialitas adalah dua aspek kodrati dari sebuah 
 kemanusiaan. Jatuh pada salah satu hanyalah sebuah kekeliruan. Saya pribadi 
 merefleksikan bahwa tugas kita adalah:
 1. Bagaimana merawat kebebasan individual tanpa jatuh dalam individualisme ( 
 termasuk individualisme metodologis ). 
 2. Bagaimana menyuntikkan' ( imposing ) sosialitas dalam praktik bisnis, 
 termasuk sosialitas laba, sosialitas hubungan majikan-buruh, dlsb.Bahwa tak 
 semua ranah bisa dijadikan pasar dan mekanismenya tansaksional.
 
 Melihat betapa besar dan kuatnya pertarungan ideologi ini di Barat, akibat 
 globalisasi, kadang kita ( dan khususnya saya pribadi ) sering jatuh dalam 
 salah satu ekstrem. Tapi saya kira definisi bahwa tukang rokok dan mbok di 
 warung itu  kapitalis kurang tepat , per definisi karena di sana tidak ada 
 akumulasi modal dan kontrol atas alat2 produksi secara privat.
 
 Saya kira pemikiran Smith mewakili keresahan Anda. Ia bertolak dari fakta 
 empirik ( commercial society ), merefleksikannya dan memikirkan apa yang 
 mungkin dari yg faktual ini. Ibaratnya, ia mengkritik faktualitas dg 
 keterlibatan.
 Saya pernah elaborasi pemikiran Smith itu di sini 
 http://indoprogress.blogspot.com/2009/09/teka-teki-das-adam-smith-problem.html
 
 demikian pendapat saya. terima kasih.
 salam,
 
 
 pras




Re: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-06 Terurut Topik irmec
Paling kurang kalau dilihat dari jumlah nominalnya, mereka yg agamanya 
kapitalis, malah yg paling jor2an. Org2 yg seperti Rockefeller, Stanford, Bill 
Gates, Warren Buffet, ngeluarin duit untuk charity sama cepetnya seperti mereka 
mendapatkannya. Meskipun tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka. 





Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-06 Terurut Topik irmec
Bung, 

Coba anda lihat, apa yg aku tulis:
dilihat dari jumlah nominalnya
tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka

Kalau bung tanya dibanding apa jor2an, aku kasih lah Rockefeller, kalau 
Stanford, kan lihat aja Stanford, kalau Buffet, dan Gates kan masih banyak data 
anyar.

- Rockefeller (and the foundation named after him) donated more than $530 
million to charitable causes—a fortune then, a far greater fortune in today's 
dollars. The University of Chicago alone got $35 million. Through his 
Rockefeller Sanitary Commission, he helped eradicate hookworm disease in the 
South, what one historian called the germ of laziness,

- John D. Jr. would devote his life to philanthropic and civic causes, giving 
away another $400 million

Kalau mungkin balik ke jaman Middle Ages, lihat saja Medici family (banker, yg 
rekonsiliasi ketakutan karena praktek bunga duit dgn kontribusinya untuk 
pembangunan gedung dan seni2 gereja)

AKhirnya, aku ngak lagi menghakimi apa mereka tulus atau ngak. Pointku 
sebenarnya ialah kapitalis bukan berarti ngak bisa beramal/berdonasi.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller 
 terhadap suku2 asli di sana?
 
 salam




Re: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-05 Terurut Topik irmec
Aku jd tertarik jg comment. Menurutku semua pemikiran/konsep selalu merupakan 
respond terhadap tantangan jaman dan waktu. Jd, ada assumsi yg melandasi konsep 
tsb.

Asumsi2 dasar ekonomi kapitalis, sosialis rasanya sudah jelas. Yg rasanya belum 
jelas ialah ekebenarnya apa sih asumsi2 ekonomi Pancasila?

Pertanyaan berikutnya tentu, seberapa penting sebenarnya asumsi tsb dibawa 
dalam tahap operasional. [Aku sendiri pernah schock baca paper lama dari Milton 
Friedman The Methodology of Positive Economics, yg kurang lebih bilang bhw 
unrealistics assumsi dalam teori ekonomi tidaklah penting, selama teori tsb 
menghasilkan prediksi yg benar]. 

Apakah teori sdh jd agama?

Salam,
Enda 




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-19 Terurut Topik irmec
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote:

 Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan 
 neuroscience ini. 
 

Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua scientist, 
dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kalau mau jujur, semua hal 
kita harus ragukan dulu, sebelum yakin. Descartes bilang cogito, ergo sum. 
NGak ada teori yg waterprof, apalgi di bidang social science. Erwin 
Schrödinger bilang The mistakes of the great, promulgated along with the 
discoveries of their genius, are apt to work havoc. Ironisnya, kenapa org 
skeptis itu malah memperkuat temuan di neuroscience tsb. 


 Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang 
 rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap 
 objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka pendirian/believenya 
 juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut teori Memilih/choice, 
 orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu yang nilainya tinggi, dan 
 tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). Jika seseorang menganggap objek 
 A tidak begitu penting, maka tingkat selektif rasional juga rendah. Mengingat 
 adanya indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan 
 parlemen, maka tingkat selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti 
 pilihan dijatuhkan dengan asal-asalan. 
 
 O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang berkompeten. 
 Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih memang mampu 
 menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di 
 implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. 
 Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan 
 masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, sda 
 dan modal bangsa ini?  Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan 
 pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai 
 the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa di 
 daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang berkualifikasi. 
 

Aku lagi ngak permasalahkan hal yg normatif, yg kutulis ialah apa yg terjadi 
(mekanisme prosesing informasi di otak, sehingga membuat keputusan). 



[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-17 Terurut Topik irmec
Bung Nazar,

Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik 
sendiri, yah?

Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah independen. 
Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka independen dalam menyoblos. Ada 
hal hakiki yg para penebar duit lupa, yaitu masyarakat bukan milih melulu 
karena duitnya. Ada hal yg mendasar (berdasarkan riset2 yg dilakukan oleh para 
cognitive scientist dan neuroscientist). 

Aku ilustasikan yah..Misal dari 70 jt penduduk pemilih. Mungkin hanya 10-20 % 
pemilih yg benar2 fanatik. Sementara sisanya adalah swing voters. Apa yg 
membuat 20% jg fanatik pada partainya masing2 adalah kesusaikan identitas. 
Sekali identitas/emosional tsb terbangun, susah untuk dirubah (ini menjelaskan 
teori Anis Baswedan bhw pemilih yg memilih partai berdasarkan agama kalaupun 
pindah pasti partai agama, sementara yg nasionalis ke nasionalis). 

Apa yg dilakukan oleh stratego politik di kampanye bukan merebut konstituen 
fanatik. Contoh, betapapun fakta yg dikasih oleh partai X ttg lawannya, mereka 
yg sulit memindahkan pilihannya. Yg seharusnya digarap ialah 80% swing voters. 
Apa yg harus dilakukan simple jg, ialah membangun emosi  swing voters. Uang 
salah satu cara, tapi ada cara yg lebih ampuh (paling kurang menurut para 
cognitive scientist dan neuroscientist).

Enda 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote:

 Ah jadi gatal juga untuk beropini.
 
 Berbicara tentang emosional,
 Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif 
 orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. 
 
 Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, 
 keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg TIDAK 
 SANTUN?
 
 Coba bandingkan dengan  Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. 
 Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih 
 SANTUN?
 
 Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. Politik 
 persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah naifnya jika 
 cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti masyarakat 
 tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif doktrin itu 
 dilakukan
 
 Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual barang 
 dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita serahkan kepada 
 pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, kode etik itu tidak 
 begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di capai, yaitu 
 keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada pikiran sosial, 
 itu akan menjebak bisnis kita.
 Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, sementara 
 masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus berpikiran 
 untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan.
 
 Salam




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-17 Terurut Topik irmec
Aku ngak ngomong lho bhw neuroscience menulis obatnya. Tapi apa yg reveal 
dari banyak studi di bidang cognitive dan neuroscience tsb memperlihatkan bhw 
kata dan ekspersi bahasa adalah salah satu obat. Dan, mungkin satu2nya, obat 
yg kita kenal ada dipasar saat ini [itu kenapa aku bilang KITA sudah tahu]. Itu 
jg kenapa aku bilang dlm posting awalku (ke bung Poltak), bhw tanpa sadar 
(intuitively), para politisi (dan jg marketer, creative writer, dlsb) sudah 
tahu.

Pertanyaannya tentu gimana menggunakan kata dan eksperisi bhs sehingga 
membangkitkan emosi positif? Nah silahkan jawab sendiri, supaya anda bisa 
memperkaya knowledge anda. 



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, lubec...@... wrote:

 Maaf bung Enda,
 Jgn menggunakan kata KITA.Krn pemahaman dan pengalaman anda tdk mewakili 
 pengalaman saya..:-)
 
 [jika neuroscience yg kata anda memiliki obat penggunaan bahasa/words, 
 hemat saya sih itu tdk memperkaya knowledge saya pribadi.Tanpa perlu tahu 
 neuroscience pun, saya sadar bhw kata-kata punya kekuatan dan hegemoni dlm 
 menggerakan emosi--spt membaca  syair puisi atau lirik lagu]
 
 Peace,
 Lubeck 
 Sent from my FakePlasticTrees�
 powered by IDIOTEQUE �




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-17 Terurut Topik irmec
Pertama, aku harus meluruskan dulu. Aku ngak pernah nulis teori cognitive dan 
neuro. Apa yg kutulis ialah hasil riset di bidang tsb. 

Selanjutnya, ada beberapa perbedaan antara pengambilan keputusan, karena 
setting pengambil keputusannya berbeda. Antara produk dan jasa saja berbeda, 
begitu jg antara produk   berbentuk, dan produk finansial. Dua faktor yg paling 
menentukan ialah kekompletan informasi dan waktu. 

Namun, mekanisme prosessingnya sama. informasi yg masuk ke dlm otak, selalu 
emosi dulu yg main, jika lolos maka masuk ke prefrontal cortex - organ yg 
menganalis secara logika. 

Menjawab pertanyaan anda, silahkan anda coba exercise sendiri dulu, apa 
informasi saya bisa lolos amygdala anda.
 

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote:

 Ini menarik.
 Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku 
 memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? 
 Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan 
 tetap 10-20%? 




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-16 Terurut Topik irmec
Aku lihat lagi, rupanya ada salah tulisan yg sgt mengganggu

tertulis :

...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw political 
science lebih banyak merupakan pilihan emosional,

seharusnya 

...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw POLITICAL 
DECISION lebih banyak merupakan pilihan emosional


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, irmec ir...@... wrote:

 Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan 
 dalam konteks decision making. 




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik irmec
Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan 
dalam konteks decision making. 

Salah riset terbaru terbaru dari neuroscience di bidang pengambilan keputusan, 
memperlihqtakan bhw political science lebih banyak merupakan pilihan emosional 
[bukan artiaan jelek lho. Emosi membuat manusia menjadi manusia]. katanya 
karena ada input masuk pertama ke otak dan ketemu dgn gumpalan berbentuk kenari 
di bagian limbic otak. Gumpalan tsb berfungsi mengatur emosi. Dan ketika 
informasi masuk yg sifatnya berlawan dgn nilai/belief yg kita percaya. 
Simplenya, informasi difilter dulu oleh emosi. Mekanisme yg terjadi banyak 
menjelaskan kenapa org sulit berubah, dan mengapa tokoh2 politik dgn jargon2 
simple lebih diminati. 

Kulihat2 neuroscience sgt menjanjikan, dan rasanya bisa merubah banyak cara 
pandang kita dalam memahami suatu fenomena. Jg di bidang ilmu ekonomi, dimana 
masing sering digunakan asumsi manusia sbg mahluk yg rasional. 

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ignace I. Worang 
ignacewor...@... wrote:

 Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau
 irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual
 dimana politik ini akan dijalankan.  Contohnya seperti yang anda katakan
 bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang
 tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak
 termobilisasi.  Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya
 bebas saja.
 




[Keuangan] Fallacy dan janji politik

2009-03-14 Terurut Topik irmec
Seperti kotak pandora, demokrasi memberi banyak banget ruang publik untuk 
bicara, tapi membuka ruang juga untuk lahirnya para demagog atau sekedar janji 
manis tapi sering kosong. 

Ribuan tahun lalu, Plato sedemikian jengkelnya sama org2 yg membuat gurunya, 
Socrates, dihukum mati, sehingga dia langsung meng-generalisasi sophist 
sebagai jelek. Satu ciri khas sophist, yaitu mereka munggut bayaran dari para 
murid. Di jaman sekarang sophist adalah guru dan expert profesional di bidang 
komunikasi masa. Mereka adalah expert dalam rhetoric, kemampuan untuk persuasif 
yg membetot pesona masa. Menurut salah satu sophist, Protagoras, selalu ada dua 
sisi terhadap satu sisi. Oh, ya, Protagoras, bukan saja jadi bapak debat, tapi 
jd bapak probabilitik. 

Mungkin ini yg bikin Plato jengkel terhadap sophist. Untuk Plato, sophist 
membuat masa menjadi kaum relativis, yg membuat jadi malas mencari kebenaran yg 
hakiki.

Tapi, Aristoteles, murid dari Plato sendiri, paham bahwa rhetoric adalah tools. 
Baik buruknya tergantung siapa yg gunakan. Kemampuan rhetoric itu jg berkembang 
ratusan tahun kemudian di republik lain, Romawi {selain jg kemampuan untuk 
money politics. Org Romawi suka nyinyir bahwa org2 bertoga putih -para senator- 
harus kaya untuk tiga hal. Kembaliin uang yg ditabur selama kampanye, uang 
untuk nyongok kalau dia ditanggkap, dan uang pensiun]. 

Rhetoric jg salah satu ilmu dasar di masa awal universitas modern. Masuk dalam 
tiga kategori (trivium), selain logic, dan grammar; sebelum mahasiswa ngambil 
mata kuliah yg advance (quadrium). Dasar pemikirannya ialah, betapapun 
advancenya seseorang, sulit untuk berguna kalau ngak bisa mempengaruhi publik. 

Tapi, perhatikan, bahwa keindahan bicara harus dipadukan dng logic. Jd bagus 
tidaknya, harus dilihat jg dari logis tidaknya. Dan, terlalu sulit sesungguhnya 
bagi kita untuk lihat betapa seringnya caleg, media masa, so called experts 
berbuat tidak logis. Ok , aku lebih sering menggunakan kata fallacy. Pun, 
ketika mereka  memainkan angka atau statistic dalam statement mereka. 

Wiston Churchill pernah bilang Democracy is the worst form of government, 
except for all those other forms that have been tried from time to time. Jd, 
sah-sah saja para politisi untuk buat janji2, termasuk janji yg fallacious; 
namun, silahkan jg untuk spotting fallacious mereka, sehingga logika rakyat 
tidak diperkosa.

Salam, 
Enda



[Keuangan] Iskandar Alisjahbana: Evolusi, Adam Smith, dan Peradaban Masyarakat (intro)

2008-12-30 Terurut Topik irmec
Satu berkas surat setebal dua halaman yg terlipat di ujung meja kerja,
membuat membuat saya menghentikan kegiatan bersih-bersih akhir tahun
2008. Ditujukan kepada  Almighty Entrepreuner Bill Gates, ketika
sang pendiri Microsoft datang berkunjung tahun lalu di Indonesia;
surat tersebut diserahkannya kepada salah seorang menteri untuk
diteruskan kepada Bill Gates. Apakah sang menteri benar-benar
menyerahkannya pada Gates, wallahualam. Surat tersebut membongkar lagi
kenangan dengan sang penulis surat tersebut, yaitu pak Iskandar
Alisjahbana, yang telah meninggalkan dunia ini pada bulan Desember 2008.


Pak Is – nama yang saya pakai untuk menyapa bekas mantan rektor ITB
periode 1977-1978 – adalah teman diskusi yang sangat menyenangkan.
Antara saya dan beliau terpisah oleh satu generasi. Beliau hampir 40
tahun lebih tua daripada saya. Lebih dari 5 tahun, kami berdiskusi dan
berdebat, tidak pernah saya rasakan bahwa umur sebagai sekat.Jangankan
umur, latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi pun bukan masalah. 

Suatu kali, saya ditelfon untuk datang kerumahnya di Bandung. Ketika
sampai disana, beliau ternyata sedang ada di pekarangan samping rumah
sedang bercakap-cakap dengan seorang anak muda. Ayo ikut. Kita lagi
berdiskusi tentang evolusi, Nda, ajak beliau. Hampir satu jam kami
berdiskusi, ketika beliau kemudian memperkenalkan bahwa anak muda
tersebut adalah salah satu tukang kebunnya! Satu hal lain yang membuat
saya tertarik dalam berdiskusi ialah pak Is tidak pernah berusaha
meng-ajust materi dalam bahasa yang menyenangkan publik. Dia
sepertinya tidak perduli apakah publik pendengar mengerti dengan apa
yang diutaraknnya. Semua diutarakan dengan gaya bahasa ilmiahnya.
Mungkin ini suatu kelemahan beliau. Namun, saya lebih melihatnya
implisit adalah bentuk egaliterisme.

Kejujuran adalah salah satu hal lain yang menonjol dalam diri beliau.
Beberapa kali, pak Is bercerita tentang sepak terjangnya dalam
membesarkan perusahaan-perusahaannya sewaktu jaman Orde Baru, termasuk
praktekkolutif yang terpaksa harus dilakukannya. Beliau sendiri
mengakui itu hal tersebut salah. Tapi, berapa banyak tokoh terhormat
yang berani mengakui dirinya pernah berbuat salah?

Tentu ada yang paling menawan dalam diri beliau adalah pemikirannya.
Publik pada umumnya mungkin melihat beliau sebagai soerang pelaku atau
promotor techo-entrepreuner, atau kecintaannya pada beragam inovasi
technologi. Tapi, itu hanya permukaan. Karena semua yg terlihat itu
-paling kurang dalam pemahaman saya - punya suatu makna filosofi yg
dalam. Bahkan beliau seirng bilang, kita ini filosofer.

[bersambung]



[Keuangan] Re: Model Matematika

2008-11-26 Terurut Topik irmec
Tertarik jg, boleh. Boleh saya beri deskripsi lebih jauh problem
statementnya, dan apa yg mau dimodelkan. Dan sedalam apa model yg
diinginkan? Jawabannya, mungkin perlu beberapa hari, karena besok mau
pergi sampai minggu depan (Senin)

Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Theatmodjo Ls
[EMAIL PROTECTED] wrote:

  ada yang bisa bantu
 saya akan membuat model matematika 
 
 soalnya mengenai hedge
 
 nilai USD dalam laporan keuangan akan menghasilkan translation rugi
laba unrealized
 dan net outflow hedge akan menghasilkan nilai sebaliknya 
 disini hanya terdapat 2 fakto 
 
 y=ao + B1x1 + B2x2 + E
 
 x1 translasi 
 x2 hedge MTM
 
 apakah ada masukan lainnya
 thanks




[Keuangan] Lesson from the past: Government Bailouts: A U.S. Tradition Dating to Hamilton

2008-09-23 Terurut Topik irmec
If you would like an empirical law of government behavior, it is that
in a panic or threatened financial collapse, governments intervene --
every government, every party, every country, every time. (A.J. Pollock)

Mungkin ada gunanya belajar dari masa lalu, seperti yg tertulis di WSJ
http://online.wsj.com/article_email/SB122186662036058787-lMyQjAxMDI4MjIxMDgyNjA2Wj.html

Salam,
ENda
--
Government Bailouts: A U.S. Tradition Dating to Hamilton
Michael M. Phillips


The bubble pops. Lenders freeze. Depositors lose faith. Panic spreads.
And the government steps in because nobody else will.

Today it is Treasury Secretary Henry Paulson and Federal Reserve
Chairman Ben Bernanke putting together the rescue package for a
financial system rocked by falling home prices and a wave of defaults
on subprime mortgages.

But a short walk through U.S. history demonstrates the point made by
Alex J. Pollock of the American Enterprise Institute: If you would
like an empirical law of government behavior, it is that in a panic or
threatened financial collapse, governments intervene -- every
government, every party, every country, every time.
The Panic of 1792

The nation's first president was in his first term when the U.S. ran
into its first financial panic.

In 1791, the federal government assumed obligations that such states
as Massachusetts and South Carolina owed from the Revolutionary War,
part of a larger deal that included moving the national capital from
New York to Philadelphia to Washington. Taking on the states'
obligations added about $18 million to a total U.S. domestic debt of
$65 million -- debt securities that proved attractive to financial
speculators.

Savings and Loan Crisis

It used to be that savings-and-loan associations were staid
institutions that stuck to home loans and lured savings-account
depositors with blankets and toasters. But during the 1980s, the
industry expanded wildly into commercial real-estate lending, spurred
by deregulation and poor regulation, according to Mr. Blinder.

The business model worked as long as the SLs made more money on their
loans than they had to pay for deposits. But the model broke down when
interest rates rose, and the institutions found themselves paying more
for deposits than they earned from fixed-rate loans in their portfolios.

In addition, said Mr. Blinder, they went into a lot of what could
only be called stupid real-estate investments.

From 1986 through 1995, about half of the 3,234 SLs in the U.S.
closed, leaving federal insurers stuck with tens of billions of
dollars in bad loans. In 1989, after eight months of debate, Congress
created the Resolution Trust Corp. to make depositors whole,
investigate allegations of wrongdoing and deal with the husks of the
SL industry.

At the time, skeptics warned that government was reaching too far into
the marketplace, and predicted darkly the RTC would be saddled with
bad assets for generations.

Indeed, the government ended up owning shopping centers, homes and
resorts, along with an odd collection of assets put up as collateral
for SL loans, including Picasso and Warhol paintings, a 30-horse
merry-go-round, a Colonial-era whiskey distillery, a drawstring made
from Martha Washington's gown and 800 units of semen from a registered
Brahma bull.

By the time the SL cleanup was over, it had cost U.S. taxpayers about
$124 billion in non-inflation-adjusted dollars, according to FDIC
research. Mr. Davison, the FDIC historian, wrote in a 2006 journal
article: Perhaps a measure of the RTC's success is that little more
than a decade after it closed, this agency that provoked so much
debate is now largely forgotten.



Re: [Keuangan] Fw: Nonton Bung Poltak Hotradero

2008-08-05 Terurut Topik irmec
Bung Poltak,

Apa ada pres atau capres Indonesia yg punya keinginan
mengeffisiensikan departement (dalam ukuran pegawai). Aku pikir, tidak. 

Aku pernah punya pengalaman lihat satu institusi (negara) baru yg
lahir di Indonesia. Dalam suatu diskusi pribadi dgn salah satu
petinggi disitu, aku bilang gimana nih kiatnya supaya ukuran tetap
kecil. Dia bilang,  ngak akan, malah harus digedein secepat2nya.

AKu akhirnya pikir sendiri, dan sampai pada kesimpulan. Dia bener.
Kenapa? Karena dgn ukuran yg besar, suatu departement/institusi jd
malah sulit dibubarkan. Semakin kecil semakin gampang. Pegawai adalah
kekuatan massa dari parpol departement. Efisien atau enggak, pasti
ngak dipikirin oleh petinggi department. 

Mungkin pola perekrutan PNS massa depan harus dipolling, baru
didistribusikan. 

Barangkali,

Salam,
Enda

 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
 hotradero@ wrote:
 
  At 12:08 PM 8/3/2008, you wrote:
  
  Contoh sederhana yang saya ajukan dalam acara tsb. adalah bagaimana
  Depdiknas punya 200 ribu orang lebih pegawai non-guru. Apa iya kita
  perlu sebanyak itu - sementara banyak BUMN bisa beroperasi di seluruh
  Indonesia - hanya dengan sepersepuluh angka itu.
  




[Keuangan] Menghitung PTKP (penghasilan tidak kena pajak)

2008-05-28 Terurut Topik irmec
Kawan2,

Aku ingin tanya apa ada model yg dipakai untuk menghitung PTKP yg
digunakan oleh ditjen pajak? Darimana angka 13 jt (kalau ngak salah)?

Terimakasih sebelumnya.

Salam,
Enda



Re: [Keuangan] Kapitalisme-Laissez-Faire

2008-05-28 Terurut Topik irmec
Asal muasalnya karena subsidi tsb lsg ke rakyat, tapi ke PERTAMINA
(paling kurang kalau mengacu Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No 22
Tahun 2001. Ngak tahu UU baru -2005).

Subsidi BBM adalah aliran dana dari Pemerintah ke PERTAMINA.
Pendapatan minyak, di sisi lain, adalah aliran dana dari
penjualan minyak mentah (crude oil) milik Pemerintah, yang
diterimakan ke rekening Departemen Keuangan. Kedua hal tersebut,
adalah dua jenis bisnis yang terpisah, meskipun sebagian besar
kegiatannya, yaitu penjualan minyak mentah dan penyediaan BBM
dilakukan oleh PERTAMINA.

Jd politisi menggunakan kelemahan akutansi APBN untuk mencari
popularitas.

Salam,
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mike harnett
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 pak,., maksud saya,., gimana sih hitung2nya pak Kwik asalnya dan
reasoningnya?
 kok beda banget ya dg versi mba Ani??
 
 nah,. bedanya dmn yah,., ada yg bs jelaskan?,.,
 
 kok,.,. bisa2xnya harga BBM itu 0,.,. kayaknya pak kwik tdk
menjelaskan seperti itu,., (atau memang saya yg kurang info lengkapnya
dr Kwik)..
 
 
 nah yg benernya gmn tuh,. sehingga harus menaikkan BBM sebesar 28.7%?
 
 
 
 (karena rasa2nyam, kalo dijelaskan mekanisme hitungannya,.,
mahasiswa tentu akan berpikir logis,.,. dan tidak main asal demo..,
tanpa mengetahui akar masalah kenaikan tsbt),.,
 
 
 thx kalo ada yg mau menjelaskan,.,..




[Keuangan] Re: Greenspan

2007-09-18 Terurut Topik irmec
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sedikit info:
 
 Dua pengamatan tentang omongan Greenspan dari Frankfurt:
 
 1. Krisis mortgage belum keliatan dasarnya. Krisis ini masih akan
 berkepanjangan.


Beberapa minggu lalu, kubaca di Kanada Greenspan bilang 'I don't
think that the [housing] boom came from a 1 per cent Fed funds rate or
from the Fed's easing. It came from the collapse of the Berlin Wall.. 

Hm..kalau di system yg berosilasi biasanya muncul karena ada variable
yg tiba2 nambah dadakan (fungsi STEP), rasanya invention of the Q-Tip
adalah fungsi STEP itu saat ini.

-enda-



[Keuangan] Re: Cara berantas korupsi?

2007-09-05 Terurut Topik irmec
Hehehe. Apa ada yah King Philosopher gini? Aku cuma tahu satu yg
beneran. Marcus Aerelius. 

Tp kalau aku baca dan denger sih, semua perubahan dimana power menjadi
terbagi ke banyak, bukan beneran datang dari filosofer, tapi dari
praktisi. Pericles, Solon, para tuan tanah di Inggris  Amerika
Serikat, Coluccio Salutati  Leonardo Bruni, (indonesia kali, Sjahrir
 Bung Hatta) bukan filosofer perse, meskipun pastilah mereka punya
filosofi tertentu. Dan, ini pikiran yg pragmatis, karena mereka tahu
diri. Yg dijaga ialah nothing in excess. KALIhehee


Salam,
ENda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apa yg kurasa missing di pemberantasan  reformasi ialah pemecahan
 power yg sudah terkristalisasi. Aku coba bandingin dgn apa yg
 dilakukan Solon dan Pericles di jaman dulu, terus wkt di jaman Magna
 Charta di Inggris, renaissance di Florence (Italia), dan revolusi di
 China. Selama power belum disperse ke banyak orang, aku pesimis bhw
 akan ada hasil positif yg sustainable.
 
 
 Maksud saudara Enda - kita perlu King-Philosopher?  :)





Re: [Keuangan] Prospek masa depan dengan bersekolah

2007-09-04 Terurut Topik irmec
Kata sekolah diturunkan dari bhs Latin, skola. Yg artinya, bukan
tempat belajar lho, tapi tempat bersantai2 (leisure). Karena memang
waktu sekolah muncul di Yunani dulu, yg pergi sekolah ialah org banyak
duit {kalau diukur dgn nilai duit jaman Yunani kuno, pergi ke
akademinya Plato, atau kesekolah para sophists di Yunani, sama dgn
uang kuliah di Harvard jaman sekarang).

Tapi, emang org saat itu pergi kesekolah bukan sesuatu yg sifatnya
vocational (pekerjaan). tapi dlm bersantai2, keluar pemikiran baru.
Belakang, sekolah jadi tempat belajar untuk jd tukang/vocational (jd
rohaniawan, jd lawyer, dan jd dokter). Baru sesudah edict dari
Charlemagne, gereja2 bikin sekolah lagi seperti jaman Yunani. 

Simplenya, aku ingin bilang, mengharapkan sekolah sbg tempat belajar
dari guru untuk dapat ilmu sebenarnya terlalu optimis. Apalagi di
jaman sekarang (dimana kita bisa belajar lwt buku2 yg bertebaran di
internet. kalau di anggap ilmu= pengetahuan). 

Apa yg didapat dari sekolah di jaman sekarang menurutku jauh lebih
pada network. Dgn lebih banyak bersekolah, lebih banyak lagi network
yg didapat. Dgn network, opportunity muncul. Begitu jg kalau kita
tengok sejarah perusahaan, banyak yg muncul dari network yg dibangun
(mungkin lebih pasnya, terbangun) ketika sekolah (bukan knowledge
perse nya)/

Tapi itu baru satu sisi, disisi lain, network jg bisa muncul dari
persentuhan2 dgn orang lain dlm asosiasi (itu comparable dgn guilds
jaman abad pertengahan di Italia - dimana menguasai ekonomi). Kalau
ingin jadi pengusaha ngumpullah dgn pengusaha (jgn lupa ada akademisi
yg pengusaha; ada pengusaha yg akademik). 

Kalau inget matematika sederhana SD. Ada yg namanya irisan. A iris B
iris Csemakin banyak kita berinteraksi semakin banyak kemungkinan
(bisnis atau pun non bisnis) yg muncul. Ketika irisan A lebih banyak
yg berhasil, ketika itu jg yg lain berusaha masuk ke group A. Sampai
disini rasanya ngak terlalu jelek; tapi mulai jadi jelek ketika A
menjd membesar, sehingga exclude yg lainya. 

COba aja lihat fenomena, betapa lulusan universitas A dominan di satu
instansi/perusahaan atau satu bidang usaha. Sementara universitas B di
instansi lain. Untukku makanya birokrat, sebisa mungkin bukan org
universitas. 


Salam,
Enda





Re: [Keuangan] Inilah Realita SDM kita... Hidup Departemen Pendudukan!

2007-07-11 Terurut Topik irmec
Bung Sang,

ketika Thomas Alva Edison mencanangkan untuk mengembangkan bola lampu
listrik pijar, para investor berbaris di depan rumahnya di Menlo Park.
Lampunya jg udah ada pasarnya (di pasang di kapal pesiar milik
jutawan). [Lampu listrik ditemukan oleh Humpry Davy (1809).
Bola lampu listrik? Telah pula ditemukan oleh Henry Woodward and
Matthew Evans, empat tahun sebelum Edison (1879)]

Tp emang ngak selamanya demand side jd driver kesuksesan. Ambil contoh
phonograph didesain oleh Thomas Alva Edison, sebagai mesin perekam
pesan dan dipasarkan untuk menggantikan fungsi penulis steno di
pengadilan atau di rapat-rapat. Beberapa orang ternyata menjualnya
dengan lebih sukses sebagai mesin untuk reproduksi musik. Perlu waktu
tahunan sampai Edison menerima kenyataan ini.

Kalau demand side selalu menentukan sebeneranya ada pasar utnuk obat
HIV, kanker, obat biar umur kita ratusan, dlsb. Problem  masalah
dunia yg akut sudah merupakan pasar yg siap menyerap. 

Kupikir demand  supply ngak ada artinya jika ngak ada ENTREPREUNER,
yg jadi jembatan untuk dua hal ini. Sekrg kita mungkin bisa berefleksi
mengapa Techno-entrepreuners kita sedikit?

Salah satu kecurigaanku sebenarnya pernah kutulis di KONTAN akan
lemahnya masalah ini, yaitu ... powerful bureaucracy, supported by
tradition and the education system that promoted orthodox thinking.


Salam
Enda
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Wawan Taufiq Nasich 
 --- Sang [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  saya kira ekonomi bukan digerakkan oleh konsumsi
  saja pada awalnya...
  ada waktu-waktu dimana penemuan dan kreativitas
  menjadi sebuah booming
  pemasaran... masih ingat ketika alva edison
  menciptakan lampu pijar..
  saya kira saat itu belum ada permintaan, tetapi
  lebih pada tekad kuat
  dari karakter seorang edison menyumbangkan karya
  dibidang
  kemanusiaan... dan boom... penjualan melesat dan
  memunculkan demand...
  yaitu penerangan jalam, rumah tangga dll...
  
  kemudian kita tentu ingat kisah ford meneguhkan diri
  mengkreasikan
  mobil 4 tak, saya kita bukan tersebab permintaan dan
  konsumsi, tetapi
  lebih pada karakter ford dalam hal pembaruan dan
  inovasi kearah yg
  lebih baik... ini memicu adanya permintaan tinggi
  dan memang
  terbukti.. ford is the king of automotive...
  
  hampir industri besar saat ini dipicu oleh pembaruan
  terus menerus dan
  menciptakan trend dan citra... barulah ada
  permintaan... 
  
  saya kira kartu kredit adalah salah satu contoh
  produk kreatif dalam
  hal membangkitkan semangat konsumsi kaum borjuis...
  tidak ada
  permintaan akan kartu pada awalnya, tetapi lebih
  pada sebuah peluang
  memanfaatkan momentum untuk mempermudah orang
  belanja apapun dgn hanya
  bermodal sebuah kartu magnetis... dan muncullah
  produk itu yaitu kartu
  tipis yg gampang diselip dalam dompet... ini adalah
  kepiawaian membaca
  peluang, bukan tersebab permintaan... dan sekarang
  malahan muncullah
  berbagai varian creditcard yg ditawarkan berbagai
  bank dan bank
  memunculkan citra dgn segala cara, baik lewat iklan
  maupun dgn
  mencegat, merayu, membujuk orang diperempatan sudut
  supermarket oleh
  cewe-cowo suruhan dari kapitalist-kapitalist bank
  komersial, dgn
  tujuan meniptakan komsumsi, bukan tersebab adanya
  permintaan kita
  serasa dipaksa bukan?!
  
  Dan disini masaalah utamanya, kita tidak dibina
  karakter semacam ini
  sejak kita punya seragam putih merah, hingga putih
  abu-abau dan bebas
  diperguruan tinggi.. kita adalah type-type manusia
  dgn karakter tulis
  baca bukan karakter manusia dgn tujuan bertekad
  memperbarui cara kita
  hidup ini kelemahan yg amat sangat fatal bagi
  masa depan kita...
  
  
  Sang




Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Terurut Topik irmec
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Enda,
 
 Kalau memang issue-nya adalah soal PENINGKATAN keamanan -- ini menjadi
 menarik.  Karena kita harus ada trade off.  (dan karena ekonomi adalah
 masalah trade off -- maka hal ini seharusnya juga menjadi masalah
 ekonomi).  Tapi di mana batas ekonomisasi rasa aman dan nyaman?
 
 Contohnya: Supaya lancar dalam perjalanan di mobil kita selalu
 menyediakan satu ban cadangan.  Tapi kita tahu persis bahwa ban mobil
 kita ada empat.  Bisa saja kan yang bocor lebih dari satu dalam satu
 waktu?  Apakah itu berarti kita harus bawa dua ban cadangan?  atau
 malah empat ban cadangan?  (efisiensi bahan bakar kendaraan kita pasti
 melorot drastis akibat tambahan beban-beban ini)
 
 Atau lebih radikal lagi -- bagaimana kalau mengembangkan ban yang
 tahan bocor...?  Sekalipun harga ban itu 20 kali lebih mahal daripada
 ban biasa?
 
 Tapi apakah yang begini harus juga diwajibkan oleh pemerintah?
 Apa bukan malah berarti menyodorkan diri pada monster jelek dan dungu
 bernama birokrasi?  Birokrasi, seperti biasa akan menghadirkan lebih
 banyak masalah baru - ketimbang menuntaskan masalah asal...
 
 

Bung Poltak,

Sebenarnya proses design pesawat ( juga alat2 transport lain) dan
pengembangannya sudah dilakukan dgn banyak memperhitungkan faktor
keamanan. Beban mesti dikalikan dgn safety factor, beberapa critical
equipment pake redudant, dlsb. Semuanya harus comply dgn regulasi FAA.
 Dan, industri pesawat sgt konservatif dalam hal safety (suatu hal yg
bagus). 

Jd kalau FAA, manufaktur, ngak protes misalnya satu maskapai
memperbanyak jumlah penumpang, dng memperbanyak seat (MENGURANGI
kenyaman), sebenarnya ngak ada problem yg serius. 

Dalam kasus Adam Air, dan maskapai yg menawarkan tikt murah, menurutku
OK2 aja. Yg harus diperhatiin ialah maintenance  regulasi tiap kali
terbang (yg udah disepakati - yg ujung2nya jg sering berhubungan dgn
keamanan). Aku ngak pake kata nyaman, lho...soalnya ada harga ada
kenyamanan. YG ngak bisa ditawar sebenarnya ialah keamanan. Ini bukan
semata bagi penumpang, juga bayangkan msalnya kecelakaan di medan, yg
nimpa penduduk di daratan. 

AKu ngak harap bhw pemerintah ngatur tarif bawah lagi. tapi jelas
safety harus prioritas. Jd regulasi safety harus dipisah dari bisnis.
Kecelakaan ngak selama datang karena part besar (misalnya, space
shuttle NASA yg meledak itu gara2 simple part ring karet O di motor
solid rocket. 

Kasus ini sudah muncul beberapa kali sebelumnya (15 dari 25 misi
terbang), tapi dianggap sebagai acceptable. sialnya ketika penerbangan
tersebut (1986) terjadi, pas lagi ada angin geser yg keras yg
menyebabkan terjadinya bending yang acceptable pada sambungan2 motor
solid rocket tsb. Akibatnya, yah..booom.. [kecelakaan tsb jg
menunjukkan bhw human error ngak selalu terjadi di pesawat, tapi di
kantor..]

Akhirnya menurutku, kecelakaan2 tsb banyak disebabkan lebih pada
faktor human error di darat; misalnya tingkat kelelahan pilot,
mengabaikan maintenance. 

Cheer
Enda




Re: [Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-02 Terurut Topik irmec
Ketika aku reply email mas Christ ttg. trust society, yg aku lagi 
respond sebenarnya contoh yg dipakai untuk menggambarkan ketidak-
adaannya trust di masyarakat kita. 

Masalah trust ialah masalah evolusi suatu masyarakat. Dan, ngak tahu 
apa itu human nature bhw manusia cenderung serakah, konsep trust itu 
lebih sering ngak jalan dalam skala yg gede. 

Rasanya aku pernah cerita ttg. evolusi perdagangan Eropa di abad 
pertengahan. Saat itu didominasi oleh Maghribi (kata prof. Avner 
Greif dari Stanford; pedagang ini org Yahudi yang beragama Islam). 
Dari Yahudi, mereka megang prinsip all israel is responsible for 
every member. Dari Islam, mereka paham ttg. konsep umma (ibu?). Apa 
yg terjadi ialah kontrol sosial diantara mereka. Setiap ada yg 
curang, langsung berita menyebar, dan yg curang lsg diisolasi oleh 
komunitas ini. 

Saat itu, muncul juga pedagang2 Genoa. Mereka cenderung lebih 
individualistik. Akibatnya, tidak sedikit yg curang. (Ingat dong 
cerita Shakespeare ttg. pedagang Venesia?). 

Anehnya, akhirnya Maghribi kalah bersaing dgn Genoa. Kenapa? Karena 
semakin complex  luas cakupan perdagangang, semkain sulit melakukan 
kontrol sosial. Sementara itu para pedagang2 Genoa yg 
sudah berpengalaman makan/dimakan mulai bikin mekanisme 
kesepakatan hukum. Dan, ini menjadikan mereka lebih mampu 
beradaptasi dgn dunia baru, ketika perdagangan meluas. 

Akhirnya, menurutku, trust jalan dalam skala yg kecil (itu mungkin 
bisa menjelaskan kredit tanpa anggunan M. Yunus di Bangladesh), tapi 
sulit jalan dalam skala gede. Apalagi negara. Aplg dgn track record 
dimana pemerintah lebih sering abuse kepercayaan rakyat.


Cheer


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Saya sepakat bila ada yang bilang no trust society memang happen 
di
 negeri kita.
 
 Sistem ekonomi emamng kompleks dan saling interdependensi.  
Persoalan
 diatas adalah contoh klasik ayam dan telur, belum lagi jika kita 
kaitkan
 dengan pertumbuhan ekonomi, demokrasi bla bla...  Saya pernah 
tulis dalam
 salah satu Editorial AKI di millis ini (yang sekarang sedang 
vakum), bahwa
 setau TEROBOSAN BESAR harus  melalui terobosan kecil.  Sayang bagi 
politisi
 terobosan kecil tidak menarik, karena level of leverage yang 
ditimbulkan
 tak akan significant. Makanya kalopun cuma terobosan kecil di buat
 seakan-akan menjadi besar (dibesar-besarkan), sehingga malah gagal 
di tahap
 pra implementasi. Contoh nya ketika ada ide untuk membuat semacam 
asuransi
 bagi pekerja yang mengcover selain kecelakan, kematian juga 
mengcover
 unemployment, kesehatan dll gagal di tahap wacana. Apa salah 
salah,
 ya... asuransi pekerja mungkin termsuk katagori TEROBOSAN BESAR. 
Wah kalo
 gitu kita memang ngak qualified melakukan tindakan 
apapun
 
 
 Oka Widana
 5237788, 5237999 ext. 1827




Re: [Keuangan] Memindahkan Ibu Kota : Solusi paling andal mengatasi masalah banj

2007-02-13 Terurut Topik irmec
Bung HOk An,

Buku yg mana yg anda maksud? Machiavelli nulis 3 buku. The Prince,
Discourses on the First Ten Books of Titus Livius, dan The History of
Florence and the Affairs of Italy.

Buku yg ketiga ditulis  memang buku remsi sejarah, dan dibuat atas
order dari Cardinal Giulio de'Medici (yg kemudian jadi Paus Clement
VII). Dan, buku itu. Itu emang kerjaan susah..karena dia harus nulis
ttg. republik dari perspektif pro medici. 

Tp kalau buku the Prince itu ditulis berdasarkan korespondensinya
(ketika dalam pengasingan di San Casciano), dgn temannya Francesco
Vettori. 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Endha,
 
 Setahu saya Machiavelli tulis bukunya dalam dibawah represi.
 Mungkin keadaannya mirip waktu Orde Baru.
 Buku itu ditulis se-olah2 sebagai buku pelajaran untuk anak2 raja,
 tetapi sesungguhnya ditujukan kepada masyarakat umum untuk membeberkan
 budaya politik Romawi dan Vatikan. Buku2nya berisi hal2 yang tidak
 tercantum tetapi mungkin tidak sulit disimak oleh penduduk setempat
 waktu itu. Buku2nya dilarang, tetapi dia dihormati warga Florens.
 
 Machiavelli sering dimengerti sepotong2 dan disalah gunakan.
 
 Mungkin istilah jahat ekstrapolasi yang kurang kena.
 Yang lebih tepat adalah untuk kepentingan umum, keputusan yang keras
 tetapi pendek dan mungkin membuat rakyat marah bisa dibenarkan.
 
 Ketegangan antara sistem etika dengan ekonomi dan politik saat ini
 berada dalam keadaan akut artinya semua sistem etika internasional lagi
 sakit bukan hanya yang sistem kita. Sebabnya antara lain adalah
 extrapolasi dari ajaran2 Machiacelli untuk kepentingan2 sempit.
 
 Salam
 Hok An




[Keuangan] Re: Memindahkan Ibu Kota : Solusi paling andal mengatasi masalah banj

2007-02-08 Terurut Topik irmec
Bung Hok An,

Bahkan banditpun, aku pikir ngak suka dengan terjadinya banjir. Banjir
hanya buang opportunities. Jd kesalahan ngak bisa melulu dilemparkan
ke salah satu pihak.

Aku pikir konsep pemda resmi vs pemda bayangan itu konsep yg absurd.
Siapa sih pemda resmi? Ok ada gubernur, ada camat, wakil camat, dlsb.
Tapi jangan lupa mereka juga individu, yg sering langsung atau tidak
langsung terkoneksi dgn salah satu member dari pemda bayangan. Siapa
sih pemda bayangan?  Preman? Balik lagi preman kan individu, ygn yg
sering langsung atau tidak langsung terkoneksi dgn salah satu member
dari pemda resmi. Ini termasuk saya, dan siapapun yg tinggal dan
berinteraksi dalam masyarakat. Jikapun memang ada organisasi tanpa
bentuk yg nama pemda bayangan, apa yg membuat mereka lebih powerful
ketimbang yg resmi?.

Pointku, ngak ada yg nama pemda resmi dan bayangan. Yg ada adalah
individu yg punya plan dan design masing2 ttg. masa depannya. Jd ada
jutaan plan dan design. Tiap kita adalah designer.  Apa purpose? 

Banyak biologis bilang purpose tiap orang pada hakekatnya ialah
berkembang biak, dan caranya lewat sex. Gimana dgn invidu (dlm konteks
sosial)? Purposenya yah kita tahu untuk berkembang biak
kesejahteraannya, dan caranya lewat kerjanya -apa pun bentuk. Dan
itu pasti dimaksimalisasi. 

APa yg kucoba rekonstruksi ialah pemda bayangan termasuk kita sendiri,
bukan hanya penjahat. Seseorang yg ngurus paspor misalnya. Pengen
buru2, tapi birokrasi lambat? Apa yg dibuat, mungkin dia kasih uang
pelicin. dst,dst ..kita tahu cerita itu semua. 

Apa yg membuat kita memilih untuk masuk member dalam pemda bayangan?
yah karena nilai yg dibawanya relatif lebih menguntungkan kita. [aku
ngak bilang lebih baik lho, tapi lebih menguntungkan]. 


Akhirnya, aku mau pake analogi main kartu antar 2 orang. Pemerintah
ibarat punya kartu bagus semua. Si bajingan kartu jeblok semua.
Pemerintah tahu bhw posisinya lebih diatas angin dibanding si bajingan
(wong di jumlah kartu cuma 52) Sekarang apa yg akan si bajingan
lakukan? Kalau saya bajingan, maka saya akan ajak org lain untuk
ikutan main. Pemain nambah2, nambah, sehingga si pemerintah lebih
sulit nebak kartu saya. 

Sekarang, kita tahu kondisinya beda. Si bad guy lebih banyak punya
kartu bagus ketimbang si good guys. Apa yg dilakukan si good guy 
harus dilakukan ialah seperti juga diatas. Dgn kata lain, si good guy
harus ngajak org lain. Sehingga permainan jadi lebih unpredictable
bagi siapapu, smabil berharap bhw itu akan sampai pada yg dicita2kan.
Dlm social konteks, kita bisa bilang, memberdayakan masyarakat
(meskipun akau lebih suka istilah menyerahkan kontrol pada orang banyak).

Cheer
Enda



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya rasa designer dari Jakarta ada dua. Yang satu yang resmi dibawah
 DKI konkretnya a.l. dinas tata kota.
 Yang kedua tidak resmi, negara bayangan - kalau di Turki istilahnya deep
 state, kita belum punya istilah yang pas - yang merupakan koalisi dari
 kekuatan2 yang benar2 berkuasa di Jakarta. Sebab itu proyek2 besar
 muncul melompati administrasi resmi.
 Dipihak lain masyarakat memperkuat aspek ini, karena terpaksa cari jalan
 pintas dan membayar administrasi resmi dibawah meja.
 Pada saat diperlukan ternyata apa yang namanya administrasi negara bisa
 menghilang begitu saja dan baru muncul dengan iming2 yang mahal.
 
 Kerusakan akibat banjir ditaksir saat ini Rp. 4 triliun. Apa tidak
 terlalu rendah? Yang tinggal didaerah banjir setiap 5 tahun sekali punah
 harta miliknya. Sistem ini melestarikan kemiskinan. Daerah yang kena
 diduga sedikitnya 70% dari wilayah kota. Taksiran diatas apa tidak harus
 dikali sepuluh? Berapa banyak barang2 budaya yang hancur?
 Apa ada kota besar lain yang boros begitu? Politik banjir Jakarta, jelas
 menggambarkan budaya tua yang siklis dan biasa membakar barang2 budaya
 sesudah ritual selesai. Dengan kata lain sistem ini menghambat akumulasi
 modal. Contoh tata kota yang berair sudah dikenal lama. Yang kurang cuma
 kemauan untuk melaksanakannya, sebab dana DKI termasuk besar. Ini akan
 terus begitu, kalau negara resmi belum berhasil menggusur negara gelap.
 
 Salam
 Hok An




[Keuangan] Re: Memindahkan Ibu Kota : Solusi paling andal mengatasi masalah banj

2007-02-07 Terurut Topik irmec
Sorry aku revisi posting sebelumnya.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, irmec [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Hayek, pernah nuli made the idea of evolution a commonplace in the
 social sciences of the nineteenth century long before Darwin. Lama,
 aku baru ngeh kemudian interplay antara evolusinya Darwin dgn
society. 
 
Seharus

Hayek, pernah nulis A nineteenthcentury social theorist who needed
Darwin to teach him the idea of evolution was not worth his salt



[Keuangan] Re: Tulisan Edmund Phelps: Dynamic Capitalism

2006-10-13 Terurut Topik irmec
Bung Poltak,

Kalau aku ngobrol dgn para pemilik warung, atau usaha kecil, rasanya
mereka ngak pusing dgn siapa pemerintah. Banyak (aku ngak mau
generalisasi bhw semua) benar2 mandiri {sebenarnya udah putus harapan
terhdp pemerintah. Mereka trial dan error; untuk survive.  {ini
rasanya bisa menjelaskan kenapa banyak money politic sewaktu pemilu
bukan hal besar bagi mereka. Wong milih siapa aja sama kok..;-)).

Lain halnya kalau ngomong udah sama pengusaha menengah/besar, dan
intelektual.. Wah disini kelihatan sekali betapa besarnya harapan
mereka terhadp pemerintah.. [apa ada yah evidences yg buktiin bhw
pemerintah Indonesia pernah punya peran besar untuk meningkatkan
kemakmuran?]

Disini aku jd bingung kalau baca koran/media, lho rasanya jd beda
bunyi. Di media banyak disebutkan rakyat kecil berharap banyak dari
pemerintah... dimana salahnya nih..:-)). 



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hallo Bung Enda,
 
 Kalau mengikutkan desain asli kapitalisme - memang ide tersebut adalah
 bertujuan bagi orang biasa yang ingin naik kelas, baik secara ekonomi
 maupun secara politik.
 
 Schumpeter mengkaitkanya dengan semangat untuk mengalahkan kaum
 aristrokrat.  Max Weber mengkaitkannya dengan paham pembebasan manusia
 akan nasib dan kodrat (yang ia sebut spirit protestanisme yang nggak
 harus protestan juga (contoh ethos kerja di Asia Timur), sementara
 Hernando de Soto menggambarkan ideologi ini sebagai pemberdayaan kaum
 marginal.  Bagi Deng Xiao Ping -- kapitalisme adalah untuk meringankan
 beban negara (to be rich is glorious).
 
 Di sisi lain, sosialisme kalau ingin ditilik dari dalil Marx -
 adalah sebuah usaha ilmiah untuk memproyeksikan perjalanan dan nasib
 modal.  Dan pendekatan yang diperkenalkan Marx inilah yang menjadi
 ciri khas sosialisme - yaitu deterministik... Dan untuk bisa konsisten
 bersifat deterministik dalam ilmu sosial - maka seseorang harus
 mengasumsikan bahwa masa depan berlangsung linier...
 
 Mengatakan kapitalisme di tingkat individual adalah berdasarkan
 mekanisme trial-and-error - saya rasa ada benarnya -- karena perubahan
 akibat kapitalisme tumbuh dari individu lalu meluas ke masyarakat.
 
 Trial dan error yang dilakukan di level individu - tentu lebih rendah
 mudharat-nya ketimbang kalau dilakukan oleh negara (bisa bikin amblas
 sekian juta orang kalau ternyata hasilnya error...)
 
 Tentu saja untuk setiap dorongan dari orang yang ingin naik kelas --
 ada golongan yang melakukan resistensi karena tidak ingin tinggal
 kelas.  Dan banyak penggagas gerakan anti-kapitalisme justru biasanya
 berasal dari golongan-golongan yang merasa terancam status kelasnya...
 





=
Moto: Email Kritik atau dikritiki?!? Hari gini, siapa Takut! 
-
FYI: Join Milis AKI di www.Friendster.com, caranya tinggal add email address 
[EMAIL PROTECTED] di bagian User Search. Anda bisa melihat profile Members, 
biodata dan komentar2 dari teman2 mereka.
-
Setting Milis AKI :

Digest: [EMAIL PROTECTED]
Normal: [EMAIL PROTECTED]

Untuk meminta bantuan, pertanyaan, perkenalan email kirim ke:
[EMAIL PROTECTED]

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/