Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Ulasan Pak Dikky cukup menari. Saya hanya ingin mengomentari perihal outsourcing yg ckup mengundang antipati di negeri ini, kebetulan saya juga bekerja di perusahaan yang mulai gemar melakukan outsourcing pada beberapa sub departement dalam beberapa tahun terakhir ini. Dimana tren ini mulai membuat gerah para pekerja sektor terkena imbas. Mencermati tren saat ini, saya setuju dg pendapat pak Dikky bahwa perusahaan yg tdk meng-antispasi kopetensi bisnis yang dijalankan akan tergilas karena in efisiency dan salah satu jalan keluarnya ya outsourcing. sedangkan dari sisi si pekerja diperusahaan tsb, jelas tidak menguntungkan, padahal bila kita bepikiran lebih luas, dengan tataran seperti itu akan sama saja bagi komunitas suatu daerah karena dengan berdiri nya perusahaan outsourcing maka tenaga kerja yang tdk terserap disektor industri tsb akan terserap oleh sektor outsourcing. CMIIW, rgds, zulfitra On 4/30/08, Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=view id=90Itemid=78 Prinsip bisnis Ajim Premji, SUNGGUH LUAR BIASA!! DZ No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 [Non-text portions of this message have been removed] =
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Skill dalam arti bisa menghasilkan tidak linier dengan degree yang dipunya dan menurut saya didapat bukan dari bangku sekolah. Jadi biaya sekolah relatif sangat mahal dibanding hasil yang didapat. SPP gratis untuk pendidikan yang ada sekarang ini hanyalah pemborosan. Sebaiknya lebih dikembangkan pendidikan kejuruan formil/non formil disesuaikan dengan arah pengembangan lapangan usaha ke depan. === On 5/6/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya bisa membaca concern anda. Dan itu juga concern saya. Bargain kita rendah karena skill kita pun rendah. When you only have peanuts - you can only get monkey. Akar masalahnya terletak pada pendidikan dan ongkos-nya yang terlalu mahal. Bukan dalam bentuk material seperti pembayaran SPP -- tetapi terkait materinya yang bersifat indoktrinasi, pendekatan top-bottom, penciptaan ketergantungan, kurikulum yang berjejal-jejal tapi tak berguna, tidak adanya independensi, tidak adanya penghargaan terhadap inisiatif dan kreatifitas. Sekolah kita lebih mirip pabrik ketimbang ruang belajar. Murid dicetak - bukannya ditumbuhkan. Orang Indonesia menghabiskan sedemikian banyak waktu dan pikiran - hanya untuk belajar banyak hal yang kemudian tidak berarti apa-apa bagi orang yang mempelajarinya. Buang-buang waktu. Buang-buang pikiran. Buang-buang uang. (Dan akhirnya tetap saja tidak kompetitif). Ada yang berani membantah? Kalau mengikuti apa yang pernah dikerjakan Paolo Freire - bahwa orang bisa membaca menulis dan berhitung sederhana hanya dalam hitungan 6 bulan -- maka jelas terasa bahwa pendidikan di Indonesia secara sengaja disulit-sulitkan... Dan ketika kemudian ada orang yang merasa solusi-nya adalah dengan menggratiskan SPP -- saya melihatnya seperti orang sakit paru-paru diberi obat panu Apakah pemerintah peduli? Tentu saja tidak. Dan itu sebabnya mengapa saya tidak pernah bisa mempercayakan diri pada lembaga bernama pemerintah. [Non-text portions of this message have been removed]
Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 08:14 PM 5/2/2008, you wrote: May day kemarin diisi dengan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing. Jika azim premji dianggap raja outsourcing, dan etika bisnisnya tinggi, saya jadi bertanya tanya, perjuangan kaum buruh itu gak dianggap sama sekali ya oleh kang premji. Lalu bisnis yg beretikanya dimana ? H... Apakah memang ada sesuatu yang secara inheren benar-benar salah dengan melakukan outsourcing? Bukankah dengan melakukan outsourcing suatu negara bisa lebih berkonsentrasi pada suatu bidang ? Bukankah dengan melakukan outsourcing bisa diperoleh harga produk yang jauh lebih kompetitif dan lebih terjangkau? Bukankah hal tersebut baik bagi konsumen? Atau ada yang salah dengan pendapat tersebut?
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Tidak ada yang salah dengan outsourcing dalam tatanan yang P'Poltak katakan tetapi outsource yang ditolak dalam may day kemarin adalah model outsource tenaga kerja di Indonesia yang tidak berpihak pada pekerja dan tidak menurunkan biaya tenaga kerja. On 5/5/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: H... Apakah memang ada sesuatu yang secara inheren benar-benar salah dengan melakukan outsourcing? Bukankah dengan melakukan outsourcing suatu negara bisa lebih berkonsentrasi pada suatu bidang ? Bukankah dengan melakukan outsourcing bisa diperoleh harga produk yang jauh lebih kompetitif dan lebih terjangkau? Bukankah hal tersebut baik bagi konsumen? Atau ada yang salah dengan pendapat tersebut? At 08:14 PM 5/2/2008, you wrote: May day kemarin diisi dengan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing. Jika azim premji dianggap raja outsourcing, dan etika bisnisnya tinggi, saya jadi bertanya tanya, perjuangan kaum buruh itu gak dianggap sama sekali ya oleh kang premji. Lalu bisnis yg beretikanya dimana ? [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Terimakasih atas supportnya pak Wibi, dan atas komentar menarik Pak Ari. Saya pernah membaca buku tentang Amazon, salah satu hal yang membuat Amazon dikagumi dan dicintai adalah kemampuannya dalam mengumpulkan banyak sekali resensi tentang buku-buku di dunia. Amazon adalah gudang resensi buku, dan amazingly, Amazon hanya pengumpul, pengguna net lah yang secara sukarela mengirimkan resensi mereka tentang buku untuk dibagi ke seluruh warga dunia. Masalah Amazon mendapat keuntungan karena hal itu, itu rejekinya Amazon, tapi yang pasti, pengguna internet diberi banyak sekali manfaat tanpa harus membeli buku. Tentunya buat kita2 yang pengin tahu banyak buku, membaca resensi buku sangat bermanfaat dan efisien. Komentar pak Ari sangat menarik. Outsourcing model Indonesia sekarang sangat dibenci oleh para buruh. Di amerika pun orang-orang India dan perusahaan outsourcing india sangat dibenci. Kalau cina sudah mencuri pekerjaan blue collar (pegawai pabrik) dari amerika dengan adanya pabrik2 di cina, sekarang orang india merampok pekerjaan para white collar (pegawai kantoran) dengan berkembangnya bisnis outsourcing di india. (ngomong2 orang keuangan pasti lebih suka outsourcing, bayarnya simple, lebih irit, dan risiko lebih kecil :P) Membenci dan memboikot bukan jalan keluar. Yang paling baik adalah memahami bahwa tatanan bisnis dan ekonomi dunia sedang berubah. Dan ia tengah mengarah kepada efisiensi dan new business rule. Bagi siapapun, negara manapun, termasuk Indonesia, yang tidak cermat dan mengantisipasi perubahan, pasti nanti nya hanya menjadi korban. Terkait outsourcing di Indonesia, menurut pendapat saya, yang salah bukan metode/strategi outsourcingnya. Outsourcing merupakan strategi bisnis yang sangat efektif untuk mencapai efisiensi dan fokus bagi perusahaan. Saat ini perusahaan ingin fokus kepada core competencenya. Kegiatan yang bukan core competence akan diserahkan kepada pihak ketiga yang sering kita sebut outsourcing. Dengan cara outsourcinglah perusahaan lebih fokus dan akhirnya lebih efisien dan lebih baik dalam bersaing. Outsourcing digemari perusahaan2 dunia dan Indonesia karena hal tersebut. Fakta hitung2nya sudah jelas dan menguntungkan. Di Indonesia yang salah adalah ketidakmampuan perusahaan outsourcing dan para pekerja outsourcing dalam menciptakan nilai tambah. Perusahaan outsourcing gagal menciptakan nilai tambah sehingga ia mengandalkan upah murah sebagai cara mendapatkan profit. Akibatnya pekerja lah yang terus ditekan dan ditekan, baik dengan sistem kontrak maupun gaji mepet umr. Perusahaan outsourcing juga gagal mendapatkan pekerjaan/kontrak yang lebih baik karena mengandalkan persaingan harga antar sesama perusahaan outsourcing. Bukan kelebihan dan pelayanan yang diutamakan, tapi mana yang lebih murah, yang menang. Selain itu, perusahaan outsourcing masih saja fokus pada pekerjaan level bawah, seperti security, cleaning service, staf marketing, teller. Padahal di India, tidak hanya pekerjaan level bawah yang bisa didapatkan. Programming yang melibatkan insinyur2 berpendidikan tinggi juga dikerjakan di India. Teknologi tinggi juga dibundle sedemikian rupa sehingga mampu mengangkat nilai kontrak outsourcing oleh perusahaan di india. Memang upah buruh di india murah, namun india mampu menciptakan nilai tambah lain yaitu lewat teknologi canggih. Kita melihat sekarang, insinyur india sangat maju perkembangannya baik dalam dunia IT, elektronik, mesin, bahkan nuklir (tapi gak ada outsourcing nuklir lho :P). Jadi terkait MAY DAY kemarin, jangan benci outsourcingnya, tapi ayo perbaiki manajemen bisnis dan pengembangan bisnis outsourcing agar bisnis outsourcing bukan hanya bisnis pembantu (security dll) tapi juga merupakan bisnis bernilai tambah tinggi berwawasan teknologi dan berjiwa pancasila, yiihaaa. Mohon pendapat rekan2. www.dikkyzulfikar.com Now with dual languages From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wibi Widagdo Prod. Sent: 04 Mei 2008 18:54 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika iya Pak Dikky, saya sepakat dengan Anda.. Malah saya sangat berterimakasih kepada Anda, sudah dituliskan resensi singkatnya.. Jadi bingung, kok ada ya yang mengira Anda berpromosi.. atas dasar apa juga coba.. Terus berkarya ya Pak.. bagi2 info menariknya.. =) sukses selalu Pak Dikky.. 2008/5/4 Dikky Zulfikar HYPERLINK mailto:dikkyz%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: Duh maaf sekali. Saya hanya pembaca buku, asli. BUKAN pemilik penerbitan, pegawai, teman penulis, maupun menantu Azim Premji. Banyak sekali kaidah bisnis dan kepemimpinan di buku tersebut. Hanya share saja siapa tahu bermanfaat. Apalagi yang ditekankan dlm buku salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Sedih euy dibilang tidak beretika, menipu, dan iklan (elus dada). DZ www.dikkyzulfikar.com --dipotong oleh moderator. kepada member AKI harap
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 02:55 PM 5/5/2008, you wrote: Tidak ada yang salah dengan outsourcing dalam tatanan yang P'Poltak katakan tetapi outsource yang ditolak dalam may day kemarin adalah model outsource tenaga kerja di Indonesia yang tidak berpihak pada pekerja dan tidak menurunkan biaya tenaga kerja. Menarik sekali. Tidak berpihaknya seperti apa? Ini term yang sangat 'karet', dan lebih sering menjurus ke arah politik. Illustrasi di bawah mungkin menarik: Hong Kong adalah salah satu tempat di dunia yang tidak memiliki skema UMR (Upah Minimum). Siapapun bisa menggaji siapapun dengan upah sebesar (atau sekecil) apapun. Tetapi ternyata sepanjang tahun 1960-1980 -- upah buruh terendah di Hong Kong ternyata secara riil naik 8 kali lipat. Mungkin orang bisa berpendapat bahwa skema kerja di Hong Kong tidak berpihak pada pekerja -- TETAPI fakta yang terjadi menunjukkan bahwa upah riil (berarti telah diadjust terhadap inflasi) buruh terendah -- ternyata meningkat signifikan. Bagaimana ini?
RE: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Mas Dicky, terima kasih sudah berbagi informasi dengan kita... :) -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Dikky Zulfikar Sent: 04 Mei 2008 10:37 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika Duh maaf sekali. Saya hanya pembaca buku, asli. BUKAN pemilik penerbitan, pegawai, teman penulis, maupun menantu Azim Premji. Banyak sekali kaidah bisnis dan kepemimpinan di buku tersebut. Hanya share saja siapa tahu bermanfaat. Apalagi yang ditekankan dlm buku salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Sedih euy dibilang tidak beretika, menipu, dan iklan (elus dada). DZ www.dikkyzulfikar.com From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wibi Widagdo Prod. Sent: 02 Mei 2008 18:32 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika menurut saya sih netral ya.. sah2 saja orang mengupas buku yg dibaca, dan sambil promosi sekalipun.. kalo merasa tertipu, anggap saja sebagai spam.. menurut saya lagi.. kalo saya sih menganggap sebagai informasi. Gak usah repot2 baca bukunya, udah ada kilasannya.. 2008/5/2 arianro pantun daud HYPERLINK mailto:arianro.pd%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: Mohon kalau posting beretika sedikit. Jangan menipu seakan-akan membahas suatu topik padahal promosi buku. Silakan rekan-rekan nilai sendiri. rgds, Arianro On 4/30/08, Dikky Zulfikar HYPERLINK mailto:dikkyz%40gmail.com[EMAIL PROTECTED] dikkyz%40gmail.com wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comhttp://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulf ikar .com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
ah..abang, kok lihatnya dari satu sisi doang, nggak biasanya. sekedar info aja neh. pekerja outsourcing itu umumnya lebih inferior dibanding pekerja tetap. mereka kebanyakan dari badan hukum cv atau perusahaan perorangan yg mayoritas ngemplang dari kewajiban2 kpd pekerjanya, mis. gaji dibawah umr, tdk diikutkan program jamsostek, dsb. dengan itu persh. outsourcing berani menawar pd harga yg rendah pada kegiatan yg dioutsourcekan oleh persh.2 besar. benar sekali perusahaan yg melakukan outsourcing akan lebih efisien dan efektif, namun itu tdk lebih dari pengalihan beban saja ke pekerja outsourcing. hal mana yg ditentang pekerja pd mayday kemaren. cmiiw ---Original Message--- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, May 05, 2008 14:03:39 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika At 08:14 PM 5/2/2008, you wrote: May day kemarin diisi dengan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing. Jika azim premji dianggap raja outsourcing, dan etika bisnisnya tinggi, saya jadi bertanya tanya, perjuangan kaum buruh itu gak dianggap sama sekali ya oleh kang premji. Lalu bisnis yg beretikanya dimana ? H... Apakah memang ada sesuatu yang secara inheren benar-benar salah dengan melakukan outsourcing? Bukankah dengan melakukan outsourcing suatu negara bisa lebih berkonsentrasi pada suatu bidang ? Bukankah dengan melakukan outsourcing bisa diperoleh harga produk yang jauh lebih kompetitif dan lebih terjangkau? Bukankah hal tersebut baik bagi konsumen? Atau ada yang salah dengan pendapat tersebut? Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Links | Database | Polls | Calendar = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity a.. 7New Members b.. 1New Links Visit Your Group Moderator Central Yahoo! Groups Join and receive produce updates. Ads on Yahoo! a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13obag17s/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1209978333/L=/B=hUtrBkJe5tQ-/J=1209971133256012/A=3848643/R=0/SIG=131q47hek/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8816 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 02:53 PM 5/5/2008, you wrote: ah..abang, kok lihatnya dari satu sisi doang, nggak biasanya. sekedar info aja neh. pekerja outsourcing itu umumnya lebih inferior dibanding pekerja tetap. mereka kebanyakan dari badan hukum cv atau perusahaan perorangan yg mayoritas ngemplang dari kewajiban2 kpd pekerjanya, mis. gaji dibawah umr, tdk diikutkan program jamsostek, dsb. dengan itu persh. outsourcing berani menawar pd harga yg rendah pada kegiatan yg dioutsourcekan oleh persh.2 besar. benar sekali perusahaan yg melakukan outsourcing akan lebih efisien dan efektif, namun itu tdk lebih dari pengalihan beban saja ke pekerja outsourcing. hal mana yg ditentang pekerja pd mayday kemaren. cmiiw Saya coba lihat dari sisi lain: Mana lebih baik: gaji kecil atau jadi pengangguran? Esensi dari upah kerja adalah tanggung jawab. Semakin besar upahnya semakin besar tanggung jawabnya. Upah kecil ya berarti tanggung jawab pun kecil. Tidak ada upah - tentu tidak ada tanggung jawab. Bila terjadi distorsi - di mana upah tidak sebanding dengan tanggung jawab -- maka lowongan atas pekerjaan seperti itu akan punah. Tidak akan ada yang berminat. Mana ada sih orang yang mau mensubsidi perusahaan tempat kerjanya? Nah, kalau seseorang merasa upahnya tidak mencukupi -- tentu itu berarti ia harus berani mengambil tanggung jawab lebih besar. Dan sering kali tanggung jawab lebih besar hanya bisa diperoleh bila terdapat skill yang lebih tinggi. Kalau orang tersebut mau berinvestasi untuk memperoleh skill yang lebih tinggi -- maka terbuka kesempatan baginya untuk mengambil tanggung jawab lebih besar - sehingga bisa beroleh upah lebih besar. Sekarang kita coba balik - melihat dari sisi perusahaan. Bagi setiap perusahaan budget untuk membayar upah selalu terbatas. Pilihan mereka biasanya: - Menggaji kecil tapi merekrut lebih banyak pegawai - Menggaji lebih besar tapi merekrut lebih sedikit pegawai - Menggaji lebih besar dan merekrut lebih banyak pegawai TETAPI mengurangi belanja modal (mis. mesin) - Menggaji lebih kecil - tetapi belanja modal lebih besar - sehingga output lebih besar - Menggaji lebih kecil, belanja modal tetap - tapi melakukan training - sehingga skill meningkat dan output lebih besar. Nah bila kita melihat dari faktor-faktor di atas, maka satu-satunya yang menjadi justifikasi gaji seseorang di mata perusahaan adalah SEBERAPA BESAR PRODUKTIVITAS pegawai tersebut. Maka jelas bahwa besar nominal gaji menjadi tidak relevan. Yang relevan adalah produktivitas. Itu yang dijual (oleh pegawai), dan itu yang dibeli (oleh perusahaan). Hubungan antara pegawai dan perusahaan adalah hubungan transaksional. Perusahaan membeli waktu, tenaga, dan pikiran pegawai berdasarkan harga (upah) yang kemudian menentukan harga jual produk. Kalau memang produk yang dijual harganya murah -- ya tidak heran kalau terdapat limit yang rendah atas upah. Jadi jelas ada spektrum yang lebih luas ketimbang hanya sekadar bicara besaran nominal atas sesuatu yang bernama upah.
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Saya senang gabung di milis ini.. apalagi Moderatornya (Pak Oka), sangat bijak dalam menyelesaikan konflik.. =) sukses terus milis AKI.. On 5/5/08, Mohamad zulkifli [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih atas Book review nya, saya dari dulu ingin membaca buku biography business men yang berbusiness memakai Ethic. Once again Thanks Wassalam Mohamad Zulkifli Oka Widana [EMAIL PROTECTED] oka.widana%40indosat.net.id wrote: Dear Member, Mungkin lebih baik, jika memang pak Dikki sudah membaca bukunya, dijawab saja beberapa concern atau pertanyaan dari anggota lainnya, misalnya masalah etika yg justru jadi heading atau judulnya.. Di millis ini memang ada ketentuan ketat mengenai iklan dan promosi. Wajar saja bila ada satu posting tersinyalir sebagai iklan terselubung, pasti ada member yg bereaksi. Saya harap justru dijadikan opportunity untuk berdiskusi lebih jauh, sehingga kesan jualan akan hilang dengan sendirinya, bukan sekedar tuduh menuduh atau menangkis tuduhan. Oka Widana Mod -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com] On Behalf Of Wibi Widagdo Prod. Sent: Sunday, May 04, 2008 6:54 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika iya Pak Dikky, saya sepakat dengan Anda.. Malah saya sangat berterimakasih kepada Anda, sudah dituliskan resensi singkatnya.. Jadi bingung, kok ada ya yang mengira Anda berpromosi.. atas dasar apa juga coba.. Terus berkarya ya Pak.. bagi2 info menariknya.. =) sukses selalu Pak Dikky.. 2008/5/4 Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] mailto:dikkyz%40gmail.comdikkyz%2540gmail.com com: Duh maaf sekali. Saya hanya pembaca buku, asli. BUKAN pemilik penerbitan, pegawai, teman penulis, maupun menantu Azim Premji. Banyak sekali kaidah bisnis dan kepemimpinan di buku tersebut. Hanya share saja siapa tahu bermanfaat. Apalagi yang ditekankan dlm buku salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Sedih euy dibilang tidak beretika, menipu, dan iklan (elus dada). DZ www.dikkyzulfikar.com . http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=2274641/grpspId=1705043695/m sgId=33082/stime=1209913972/nc1=5170408/nc2=4836041/nc3=3848644 [Non-text portions of this message have been removed] - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed] -- regards, Wibi Arie Rismanto 022-91181425 0812 241 4438 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
ahselalu pilihan yg beraroma kapitalisme sejati. secara teori premis abang tidak ada sedikitpun yg salah. saya melihatnya juga dari dimensi yg lain, tentang suply demand tenaga kerja, terutama tenaga kerja kurang terdidik yg mendominasi pasar tenaga kerja di indonesia. kondisi ini tercium tajam oleh tangan2 kapitalisme berbasis biaya yang selalu tidak dapat mengukur norma2 kemanusiaan. dalam hal ini perlu peran pemerintah selaku pelindung warga negara untuk mencegah eksploitasi2 yg terjadi. bahkan dengan cara2 yg demokratis pula telah disepakati adanya parameter umr, perlindungan jamsostek, dsb, yg dlm realitanya hanya menjadi sekedarnya saja. namun inilah realita yg terjadi pd kapitalisme di indonesia, liar, krn pemerintah ambigu antara kepentingan politis dan kepentingan perlindungan pada warga negaranya. selalu begitu, dan akan selalu begitu. selalu yang lemah yang akan kalah. cmiiw ---Original Message--- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, May 05, 2008 16:58:46 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika Saya coba lihat dari sisi lain: Mana lebih baik: gaji kecil atau jadi pengangguran? Esensi dari upah kerja adalah tanggung jawab. Semakin besar upahnya semakin besar tanggung jawabnya. Upah kecil ya berarti tanggung jawab pun kecil. Tidak ada upah - tentu tidak ada tanggung jawab. Bila terjadi distorsi - di mana upah tidak sebanding dengan tanggung jawab -- maka lowongan atas pekerjaan seperti itu akan punah. Tidak akan ada yang berminat. Mana ada sih orang yang mau mensubsidi perusahaan tempat kerjanya? Nah, kalau seseorang merasa upahnya tidak mencukupi -- tentu itu berarti ia harus berani mengambil tanggung jawab lebih besar. Dan sering kali tanggung jawab lebih besar hanya bisa diperoleh bila terdapat skill yang lebih tinggi. Kalau orang tersebut mau berinvestasi untuk memperoleh skill yang lebih tinggi -- maka terbuka kesempatan baginya untuk mengambil tanggung jawab lebih besar - sehingga bisa beroleh upah lebih besar. Sekarang kita coba balik - melihat dari sisi perusahaan. Bagi setiap perusahaan budget untuk membayar upah selalu terbatas. Pilihan mereka biasanya: - Menggaji kecil tapi merekrut lebih banyak pegawai - Menggaji lebih besar tapi merekrut lebih sedikit pegawai - Menggaji lebih besar dan merekrut lebih banyak pegawai TETAPI mengurangi belanja modal (mis. mesin) - Menggaji lebih kecil - tetapi belanja modal lebih besar - sehingga output lebih besar - Menggaji lebih kecil, belanja modal tetap - tapi melakukan training - sehingga skill meningkat dan output lebih besar. Nah bila kita melihat dari faktor-faktor di atas, maka satu-satunya yang menjadi justifikasi gaji seseorang di mata perusahaan adalah SEBERAPA BESAR PRODUKTIVITAS pegawai tersebut. Maka jelas bahwa besar nominal gaji menjadi tidak relevan. Yang relevan adalah produktivitas. Itu yang dijual (oleh pegawai), dan itu yang dibeli (oleh perusahaan). Hubungan antara pegawai dan perusahaan adalah hubungan transaksional. Perusahaan membeli waktu, tenaga, dan pikiran pegawai berdasarkan harga (upah) yang kemudian menentukan harga jual produk. Kalau memang produk yang dijual harganya murah -- ya tidak heran kalau terdapat limit yang rendah atas upah. Jadi jelas ada spektrum yang lebih luas ketimbang hanya sekadar bicara besaran nominal atas sesuatu yang bernama upah. Messages in this topic (5) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Links | Database | Polls | Calendar = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity a.. 7New Members b.. 1New Links Visit Your Group New business? a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13o4n882m/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1209988854/L=/B=_VziC0LaX9c-/J=1209981654365822/A=3848640/R=0/SIG=131an6mds/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_10896 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Gaji kecil atau jadi pengangguran? Ini sulit dijawab generalis, karena perlakuan tiap orang akan berbeda. Kalau saya sendiri, pada titik tertentu saya akan pilih jadi pengangguran tetapi banyak orang saya lihat memilih jadi pegawai. Sering terjadi distosi antara upah dan tanggung jawab. Contoh: seorang sales harus mencari customer dengan gaji UMR tetapi dalam upayanya sales tsb harus memiliki kendaraan, telepon dan biaya tlp yang ditanggung sendiri, dst. Yang saya lihat seorang pegawai outsource tidak mendapatkan tanggung jawab lebih besar karena tidak memiliki jenjang karir. Dan bagaimana seorang memiliki dana untuk diinvestasikan utk mendapatkan skill lebih tinggi kalau utk biaya hidup sehari-hari sudah kurang. Nasib mereka akan berubah kalau mereka keluar dari tempatnya bekerja dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pilihan perusahaan dalam mengelola budget memang akan selalu seperti itu. Tetapi adalah tidak layak bila perusahaan jasa hanya menganggarkan biaya pegawai hanya 1 s.d. 10%. Untuk pegawai outsourcing produktivitas mereka sudah dihitung dengan fix rate tidak peduli terhadap growth yang mereka hasilkan. Dan biaya yang dibayarkan perusahaan kepada agent outsourcing jauh lebih besar dari upah yang diterima pegawai outsourcing tersebut. Menjawab email Bapak sebelumnya, Hongkong dan Indonesia berbeda. Tingkat pengangguran di Hongkong hanya 4% sedangkan di Indonesia 16%, sehingga di Indonesia bargain pegawai Indonesia lebih rendah dibanding Hongkong. On 5/5/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya coba lihat dari sisi lain: Mana lebih baik: gaji kecil atau jadi pengangguran? Esensi dari upah kerja adalah tanggung jawab. Semakin besar upahnya semakin besar tanggung jawabnya. Upah kecil ya berarti tanggung jawab pun kecil. Tidak ada upah - tentu tidak ada tanggung jawab. Bila terjadi distorsi - di mana upah tidak sebanding dengan tanggung jawab -- maka lowongan atas pekerjaan seperti itu akan punah. Tidak akan ada yang berminat. Mana ada sih orang yang mau mensubsidi perusahaan tempat kerjanya? Nah, kalau seseorang merasa upahnya tidak mencukupi -- tentu itu berarti ia harus berani mengambil tanggung jawab lebih besar. Dan sering kali tanggung jawab lebih besar hanya bisa diperoleh bila terdapat skill yang lebih tinggi. Kalau orang tersebut mau berinvestasi untuk memperoleh skill yang lebih tinggi -- maka terbuka kesempatan baginya untuk mengambil tanggung jawab lebih besar - sehingga bisa beroleh upah lebih besar. Sekarang kita coba balik - melihat dari sisi perusahaan. Bagi setiap perusahaan budget untuk membayar upah selalu terbatas. Pilihan mereka biasanya: - Menggaji kecil tapi merekrut lebih banyak pegawai - Menggaji lebih besar tapi merekrut lebih sedikit pegawai - Menggaji lebih besar dan merekrut lebih banyak pegawai TETAPI mengurangi belanja modal (mis. mesin) - Menggaji lebih kecil - tetapi belanja modal lebih besar - sehingga output lebih besar - Menggaji lebih kecil, belanja modal tetap - tapi melakukan training - sehingga skill meningkat dan output lebih besar. Nah bila kita melihat dari faktor-faktor di atas, maka satu-satunya yang menjadi justifikasi gaji seseorang di mata perusahaan adalah SEBERAPA BESAR PRODUKTIVITAS pegawai tersebut. Maka jelas bahwa besar nominal gaji menjadi tidak relevan. Yang relevan adalah produktivitas. Itu yang dijual (oleh pegawai), dan itu yang dibeli (oleh perusahaan). Hubungan antara pegawai dan perusahaan adalah hubungan transaksional. Perusahaan membeli waktu, tenaga, dan pikiran pegawai berdasarkan harga (upah) yang kemudian menentukan harga jual produk. Kalau memang produk yang dijual harganya murah -- ya tidak heran kalau terdapat limit yang rendah atas upah. Jadi jelas ada spektrum yang lebih luas ketimbang hanya sekadar bicara besaran nominal atas sesuatu yang bernama upah. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 08:51 AM 5/6/2008, you wrote: ahselalu pilihan yg beraroma kapitalisme sejati. maksud anda? Semua yang saya tulis adalah konsekuensi dari mekanisme yang anda bisa pelajari pada studi ekonomi mikro. Ini soal supply-demand, marginal utility, serta konsekuensi dari constraint pada demand dan supply. Setahu saya tidak ada faktor ideologi dalam studi ekonomi mikro. Kecuali kalau anda berpikir bahwa SEMUA studi ekonomi beraroma kapitalisme. Tetapi tentu saja itu persepsi pribadi anda sendiri. secara teori premis abang tidak ada sedikitpun yg salah. saya melihatnya juga dari dimensi yg lain, tentang suply demand tenaga kerja, terutama tenaga kerja kurang terdidik yg mendominasi pasar tenaga kerja di indonesia. kondisi ini tercium tajam oleh tangan2 kapitalisme berbasis biaya yang selalu tidak dapat mengukur norma2 kemanusiaan. Bila tidak ada yang salah - mungkin itu berarti hal yang paling mendekati kenyataan. Nah sekarang tinggal kita periksa, apakah kita berhadapan dengan kenyataan atau imajinasi? Apa yang bisa kita lakukan? Karena anda sudah kepalang bicara soal kapitalisme - saya mau tanya sedikit, menurut anda Apa sih kapitalisme itu? dalam hal ini perlu peran pemerintah selaku pelindung warga negara untuk mencegah eksploitasi2 yg terjadi. bahkan dengan cara2 yg demokratis pula telah disepakati adanya parameter umr, perlindungan jamsostek, dsb, yg dlm realitanya hanya menjadi sekedarnya saja. namun inilah realita yg terjadi pd kapitalisme di indonesia, liar, krn pemerintah ambigu antara kepentingan politis dan kepentingan perlindungan pada warga negaranya. selalu begitu, dan akan selalu begitu. selalu yang lemah yang akan kalah. cmiiw Poin yang menarik. Bila menurut anda yang lemah akan kalah -- lalu apa yang terjadi bila yang kuat yang kalah? Ataukah sebenarnya esensi kuat dan menang adalah satu kesatuan sementara lemah dan kalah adalah satu kesatuan yang lain? (bila memang demikian, maka kalimat terakhir anda menjadi tidak berarti) Atau jangan-jangan kuat dan lemah serta menang dan kalah semuanya irrelevan? (Bukankah kemampuan adaptasi yang menentukan siapa yang bisa tetap eksis dan siapa yang punah?)
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 08:50 AM 5/6/2008, you wrote: Menjawab email Bapak sebelumnya, Hongkong dan Indonesia berbeda. Tingkat pengangguran di Hongkong hanya 4% sedangkan di Indonesia 16%, sehingga di Indonesia bargain pegawai Indonesia lebih rendah dibanding Hongkong. Tingkat pengangguran Hong Kong SAAT INI memang 4%. Tetapi coba kita lihat apa yang terjadi setelah usai Perang Dunia II, ketika pulau karang yang rajin dilanda topan ini dibanjiri oleh jutaan pengungsi dari China. Kebanyakan dari pengungsi ini adalah petani yang tidak punya ketrampilan apa-apa. Bisa anda bayangkan apa yang bisa dilakukan petani di pulau karang... Sedemikian miskinnya Hong Kong di akhir PD II, sampai-sampai Inggris membiarkan pulau itu mengurus dirinya sendiri untuk segala hal kecuali soal pengadilan... (dan karena Inggris sedang sibuk membenahi ekonominya sendiri) Boleh dikata tahun 1950-an tingkat pengangguran Hong Kong jauh lebih tinggi daripada tempat manapun yang ada di Indonesia baik di masa lalu ataupun masa kini. Nah sekarang yang tentu perlu kita pikirkan adalah apa yang telah dikerjakan Hong Kong sehingga tingkat penanggurannya SAAT INI cuma 4% - sementara kesejahteraan masyarakatnya meningkat tajam. (Pengangguran dan Kesejahteraan - keduanya sama penting. Negara-negara komunis bisa punya angka pengangguran nol persen, tapi tingkat kesejahteraannya payah). Mungkin dengan mempelajari apa yang DULU dikerjakan Hong Kong (setidaknya pada periode 1960-1980) - kita bisa berharap SUATU SAAT NANTI tingkat pengangguran di Indonesia bisa cuma 4% dan kesejahteraan buruh terendahnya bisa naik berlipat delapan... Nggak salah kan kalau kita belajar dari contoh sukses? NB: Saya ingat cerita bahwa dulu tahun 1960-an orang-orang Filipina mendatangkan pembantu dari Hong Kong untuk bekerja di Filipina. Namun sejak tahun 1990-an keadaannya jadi berbalik, orang Filipina lah yang saat ini banyak bekerja di Hong Kong sebagai pembantu rumah tangga. Setiap hari Minggu pagi di sekitar sekitar Wan Chai anda bisa melihat bagaimana kawasan tersebut menjadi kawasan berbahasa Tagalog...
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Singkatnya begini. Saya setuju dengan paparannya. Yang concern saya adalah outsourcing di Indonesia yang menurut saya dikondisikan istead kebutuhan yang memanfaatkan bargain power pekerja di Indonesia yang rendah dikaitkan dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Contoh sukses hongkong tentu boleh kita ikuti, namun untuk itu kita harus berlaku seperti Hongkong. == On 5/6/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: Tingkat pengangguran Hong Kong SAAT INI memang 4%. Tetapi coba kita lihat apa yang terjadi setelah usai Perang Dunia II, ketika pulau karang yang rajin dilanda topan ini dibanjiri oleh jutaan pengungsi dari China. Kebanyakan dari pengungsi ini adalah petani yang tidak punya ketrampilan apa-apa. Bisa anda bayangkan apa yang bisa dilakukan petani di pulau karang... Sedemikian miskinnya Hong Kong di akhir PD II, sampai-sampai Inggris membiarkan pulau itu mengurus dirinya sendiri untuk segala hal kecuali soal pengadilan... (dan karena Inggris sedang sibuk membenahi ekonominya sendiri) Boleh dikata tahun 1950-an tingkat pengangguran Hong Kong jauh lebih tinggi daripada tempat manapun yang ada di Indonesia baik di masa lalu ataupun masa kini. Nah sekarang yang tentu perlu kita pikirkan adalah apa yang telah dikerjakan Hong Kong sehingga tingkat penanggurannya SAAT INI cuma 4% - sementara kesejahteraan masyarakatnya meningkat tajam. (Pengangguran dan Kesejahteraan - keduanya sama penting. Negara-negara komunis bisa punya angka pengangguran nol persen, tapi tingkat kesejahteraannya payah). Mungkin dengan mempelajari apa yang DULU dikerjakan Hong Kong (setidaknya pada periode 1960-1980) - kita bisa berharap SUATU SAAT NANTI tingkat pengangguran di Indonesia bisa cuma 4% dan kesejahteraan buruh terendahnya bisa naik berlipat delapan... Nggak salah kan kalau kita belajar dari contoh sukses [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
At 11:56 AM 5/6/2008, you wrote: Singkatnya begini. Saya setuju dengan paparannya. Yang concern saya adalah outsourcing di Indonesia yang menurut saya dikondisikan istead kebutuhan yang memanfaatkan bargain power pekerja di Indonesia yang rendah dikaitkan dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Saya bisa membaca concern anda. Dan itu juga concern saya. Bargain kita rendah karena skill kita pun rendah. When you only have peanuts - you can only get monkey. Akar masalahnya terletak pada pendidikan dan ongkos-nya yang terlalu mahal. Bukan dalam bentuk material seperti pembayaran SPP -- tetapi terkait materinya yang bersifat indoktrinasi, pendekatan top-bottom, penciptaan ketergantungan, kurikulum yang berjejal-jejal tapi tak berguna, tidak adanya independensi, tidak adanya penghargaan terhadap inisiatif dan kreatifitas. Sekolah kita lebih mirip pabrik ketimbang ruang belajar. Murid dicetak - bukannya ditumbuhkan. Orang Indonesia menghabiskan sedemikian banyak waktu dan pikiran - hanya untuk belajar banyak hal yang kemudian tidak berarti apa-apa bagi orang yang mempelajarinya. Buang-buang waktu. Buang-buang pikiran. Buang-buang uang. (Dan akhirnya tetap saja tidak kompetitif). Ada yang berani membantah? Kalau mengikuti apa yang pernah dikerjakan Paolo Freire - bahwa orang bisa membaca menulis dan berhitung sederhana hanya dalam hitungan 6 bulan -- maka jelas terasa bahwa pendidikan di Indonesia secara sengaja disulit-sulitkan... Dan ketika kemudian ada orang yang merasa solusi-nya adalah dengan menggratiskan SPP -- saya melihatnya seperti orang sakit paru-paru diberi obat panu Apakah pemerintah peduli? Tentu saja tidak. Dan itu sebabnya mengapa saya tidak pernah bisa mempercayakan diri pada lembaga bernama pemerintah.
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
May day kemarin diisi dengan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing. Jika azim premji dianggap raja outsourcing, dan etika bisnisnya tinggi, saya jadi bertanya tanya, perjuangan kaum buruh itu gak dianggap sama sekali ya oleh kang premji. Lalu bisnis yg beretikanya dimana ? Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Wibi Widagdo Prod. [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 2 May 2008 18:31:53 To:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika menurut saya sih netral ya.. sah2 saja orang mengupas buku yg dibaca, dan sambil promosi sekalipun.. kalo merasa tertipu, anggap saja sebagai spam.. menurut saya lagi.. kalo saya sih menganggap sebagai informasi. Gak usah repot2 baca bukunya, udah ada kilasannya.. 2008/5/2 arianro pantun daud [EMAIL PROTECTED] mailto:arianro.pd%40gmail.com com: Mohon kalau posting beretika sedikit. Jangan menipu seakan-akan membahas suatu topik padahal promosi buku. Silakan rekan-rekan nilai sendiri. rgds, Arianro On 4/30/08, Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] mailto:dikkyz%40gmail.com com dikkyz%40gmail.com wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzul http://www.dikkyzulfikar.com fikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzul http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contentamp;task=viewamp;id=90amp;I fikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78 http
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
iya Pak Dikky, saya sepakat dengan Anda.. Malah saya sangat berterimakasih kepada Anda, sudah dituliskan resensi singkatnya.. Jadi bingung, kok ada ya yang mengira Anda berpromosi.. atas dasar apa juga coba.. Terus berkarya ya Pak.. bagi2 info menariknya.. =) sukses selalu Pak Dikky.. 2008/5/4 Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED]: Duh maaf sekali. Saya hanya pembaca buku, asli. BUKAN pemilik penerbitan, pegawai, teman penulis, maupun menantu Azim Premji. Banyak sekali kaidah bisnis dan kepemimpinan di buku tersebut. Hanya share saja siapa tahu bermanfaat. Apalagi yang ditekankan dlm buku salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Sedih euy dibilang tidak beretika, menipu, dan iklan (elus dada). DZ www.dikkyzulfikar.com --dipotong oleh moderator. kepada member AKI harap memeriksa ulang postingannya masing-masing sebelum dikirimkan, yakni untuk untuk menghilangkan bagian yang tidak perlu agar tidak terlalu panjang. tks--
RE: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Dear Member, Mungkin lebih baik, jika memang pak Dikki sudah membaca bukunya, dijawab saja beberapa concern atau pertanyaan dari anggota lainnya, misalnya masalah etika yg justru jadi heading atau judulnya.. Di millis ini memang ada ketentuan ketat mengenai iklan dan promosi. Wajar saja bila ada satu posting tersinyalir sebagai iklan terselubung, pasti ada member yg bereaksi. Saya harap justru dijadikan opportunity untuk berdiskusi lebih jauh, sehingga kesan jualan akan hilang dengan sendirinya, bukan sekedar tuduh menuduh atau menangkis tuduhan. Oka Widana Mod -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wibi Widagdo Prod. Sent: Sunday, May 04, 2008 6:54 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika iya Pak Dikky, saya sepakat dengan Anda.. Malah saya sangat berterimakasih kepada Anda, sudah dituliskan resensi singkatnya.. Jadi bingung, kok ada ya yang mengira Anda berpromosi.. atas dasar apa juga coba.. Terus berkarya ya Pak.. bagi2 info menariknya.. =) sukses selalu Pak Dikky.. 2008/5/4 Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] mailto:dikkyz%40gmail.com com: Duh maaf sekali. Saya hanya pembaca buku, asli. BUKAN pemilik penerbitan, pegawai, teman penulis, maupun menantu Azim Premji. Banyak sekali kaidah bisnis dan kepemimpinan di buku tersebut. Hanya share saja siapa tahu bermanfaat. Apalagi yang ditekankan dlm buku salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Sedih euy dibilang tidak beretika, menipu, dan iklan (elus dada). DZ www.dikkyzulfikar.com . http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=2274641/grpspId=1705043695/m sgId=33082/stime=1209913972/nc1=5170408/nc2=4836041/nc3=3848644 [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=view id=90Itemid=78 Prinsip bisnis Ajim Premji, SUNGGUH LUAR BIASA!! DZ No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 [Non-text portions of this message have been removed] = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group,
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Mohon kalau posting beretika sedikit. Jangan menipu seakan-akan membahas suatu topik padahal promosi buku. Silakan rekan-rekan nilai sendiri. rgds, Arianro On 4/30/08, Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=view id=90Itemid=78 Prinsip bisnis Ajim Premji, SUNGGUH LUAR BIASA!! DZ
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
menurut saya sih netral ya.. sah2 saja orang mengupas buku yg dibaca, dan sambil promosi sekalipun.. kalo merasa tertipu, anggap saja sebagai spam.. menurut saya lagi.. kalo saya sih menganggap sebagai informasi. Gak usah repot2 baca bukunya, udah ada kilasannya.. 2008/5/2 arianro pantun daud [EMAIL PROTECTED]: Mohon kalau posting beretika sedikit. Jangan menipu seakan-akan membahas suatu topik padahal promosi buku. Silakan rekan-rekan nilai sendiri. rgds, Arianro On 4/30/08, Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] dikkyz%40gmail.com wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78 http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=view id=90Itemid=78 Prinsip bisnis Ajim Premji, SUNGGUH LUAR BIASA!! DZ -- regards, wibi arie rismanto 022-91181425 0812 241 4438 [Non-text portions of this message have been removed]