[bali] ATHEIS

2007-10-18 Terurut Topik Asana Viebeke Lengkong
ATHEIS
Catatan Pinggir Goenawan Mohammad

Majalah Tempo Edisi. 23/XXXII/ 30 Juli - 05 Agustus 2007

Agama akan tetap bertahan dalam hidup manusia, tapi layakkah ia dibela?

Christopher Hitchens baru-baru ini menarik perhatian ketika bukunya terbit 
dengan judul God Is Not Great: Religion Poisons Everything. Penulis Inggris 
ini-yang yakin bahwa Tuhan tidak akbar dan bahwa agama adalah racun-tak 
bersuara sendirian di awal abad ke-21 ini. Di tahun 2004 terbit The End of 
Faith, oleh Sam Harris, yang tahun lalu mempertegas posisinya dengan menyerang 
agama Kristen dalam Letter to a Christian Nation. Yang juga terkenal adalah 
karya Richard Dawkins, seorang pakar biologi, The God Delusion, yang mengutip 
satu kalimat pengarang lain: Bila seseorang menderita waham, gejala itu akan 
disebut gila. Bil a banyak orang menderita waham, gejala itu akan disebut 
agama.

Saya belum khatam membaca buku-buku itu, tapi saya telah merasa setengah 
terusik, tersinggung, berdebar-debar, terangsang berpikir, tapi juga gembira. 
Baiklah saya jelaskan kenapa saya gembira: kini datang beberapa orang atheis 
yang sangat fasih dengan argumen yang seperti pisau bedah. Dengan analisa yang 
tajam mereka menyerang semua agama, tanpa kecuali, di zaman ketika iman 
dikibarkan dengan rasa ketakutan, dan rasa ketakutan dengan segera diubah jadi 
kebencian. Dunia tak bertambah damai karenanya. Maka siapa tahu memang dunia 
menantikan Hitchens, Harris, dan Dawkins. Siapa tahu para atheis inilah yang 
akan membuat kalangan agama mengalihkan fokus mereka dan kemudian berhenti 
bermusuhan.

Apalagi ada benarnya ketika Christopher Hitchens bicara tentang iman dan rasa 
aman. Sepekan sebelum 11 September 2001, hari yang bersejarah itu, ia ditanya 
dalam sebuah wawancara radio: Bayangkan Anda berada di sebuah kota asing di 
waktu senjakala, dan sejumlah besar orang datang ke arah Anda. Akan lebih 
merasa amankah Anda, atau justru merasa kurang aman, bila Anda tahu orang-orang 
itu baru selesai berkumpul untuk berdoa?

Hitchens, yang pernah berada di Belfast, Beirut, Bombay, Beograd, Bethlehem, 
dan Baghdad, menjawab, Kurang aman.

Ia tak bicara dari khayal. Ia telah menyaksikan permusuhan antara orang Katolik 
dan Protestan di Ulster; Islam dan Kristen di Beirut dan Bethlehem; orang 
Katolik Kroasia dan orang Gereja Ortodoks Serbia dan orang Islam di bekas 
Yugoslavia; orang Sunni dan Syiah di Baghdad. Beribu-ribu orang tewas dan cacat 
dan telantar.

Maka bagi Hitchens, agama adalah sebuah pengganda besar, an enormous 
multiplier, kecurigaan dan kebencian antarpuak.

Tapi menarik bahwa Hitchens tak menyatakan agama sebagai sumber sikap negatif 
itu.

Dalam hal ini ia berbeda dari Sam Harris. Bagi Harris, konflik antara umat 
Katolik dan Protestan yang berdarah di Irlandia-yang bermula baru di abad 
ke-17-bersumber pada teks Alkitab, tak ada hubungannya dengan politik 
pertanahan di wilayah kekuasaan Inggris masa itu. Harris tak melihat endapan 
sejarah dalam tiap tafsir atas akidah-dan dalam hal ini ia mirip seorang 
fundamentalis Kristen atau Islam. Pandangannya yang menampik sejarah akan bisa 
mengatakan bahwa doktrin Quran itulah yang membuat sejumlah orang menghancurkan 
Menara Kembar New York dan membunuh hampir 3.000 manusia pada 11 September 
2001. Harris tak akan melihat bahwa hari itu Islam identik dengan amarah 
karena ada kepahitan kolonialisme di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, dan 
kekalahan dunia Arab di Palestina.

Dari sini, memang ada benarnya apologi yang terkenal itu: bukan agamanya yang 
salah, melainkan manusianya.

Tapi persoalan tak selesai di situ. Orang-orang atheis semacam Hitchens akan 
bertanya: Jika faktor manusia yang menyebabkan keburukan tumbuh dalam suatu 
umat, berarti tak ada peran agama dalam memperbaiki umat itu. Jika demikian, 
jika akidah ditentukan oleh sejarah, dan bukan sebaliknya, apa guna agama bagi 
perbaikan dunia?

Mungkin sebuah nol. Bahkan melihat begitu banyak pembunuhan dilakukan atas nama 
agama hari-hari ini, orang memang mudah sampai kepada atheisme
Hitchens dan kesimpulannya: agama meracuni segala hal.

Tapi kita dapat juga sampai pada kesimpulan yang lain: jangan-jangan agama 
memang tak punya peran bagi perbaikan dunia. Perannya memang bisa lain sama 
sekali-terutama bila dilihat dari awal lahirnya agama-agama.

Dalam ceramahnya yang diselenggarakan oleh MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura) 
bulan Juni yang lalu, Karen Armstrong mengatakan sesuatu yang
tak lazim: agama lahir dari sikap jeri (recoil) atas kekerasan. Juga Islam, 
yang kini tak urung dihubungkan dengan bom bunuh diri, konflik berdarah di 
Irak, Afganistan, dan Pakistan. Agama ini hadir sebagai pembangun perdamaian di 
sekitar Mekah, di tengah suku-suku Arab yang saling galak.

Tapi mungkin juga Karen Armstrong bisa menelusurinya lebih jauh: jika agama 
memang lahir dari rasa jeri akan kekerasan, rasa jeri itu bertaut dengan 
kesadaran akan ketakberdayaan. Agama sebab itu tak merasa kuasa untuk 
memperbaiki dunia; ia 

[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme

2007-10-18 Terurut Topik nimade widiasari
Terima kasih pak Wiryana dan juga tentunya Gunawan
Muhamad, sejak saya kuliah saya sering berpikir
seperti ini, banyak hal yang membuat saya gelisah
karena manusia senang sekali Menuhankan agama

Suksma'

Widi


--- Asana Viebeke Lengkong [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana
 sangat mencerahkan dengan arahan cara berpikir yang
 bisa menjadi 'essence' (makna).
 
 Kalau P Ngurah  agak sedikit 'pro' Taliban
 dengan memakai aliran 'hindu' (namanya pa ya?
 fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat orang
 pengen berantem tidak bisa menjadi arahan
 berpikir 'what's next' dan tidak ada dasar untuk
 dapat di uji, tapi lebih mengandung perasaan dendam
 dengan menggunakan pengetahuan sejarah Veda.  Saya
 minta maaf secara tulus tapi ini juga pendapat saya
 secara terbuka, karena saya menganut azas
 'keseimbangan' jadi saya berpikir suara militant pun
 harus kita dengar tidak mengurangi rasa hormat
 kepada P Ngurah, ini pendapat terbuka sekali ya dan
 tentunya saya tetap mengasihi P Ngurah sebagai
 manusia... sama dengan saya (kalau mau marah dengan
 saya di Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P
 Ngurah).
 
 Untuk Mas Tjahjo,
 
 Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk
 membaca, people pada dasarnya 'incredible' thinkers
 termasuk yang atheis ya.  Kabar saya baik saja,
 seminggu ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja
 koperasi (dalam bentuk micro-finance/loan)di Br.
 Kiadan, Plaga, Badung Utara; luar biasa sekali
 masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka
 untuk membentuk koperasi pertanian utuk meningkatkan
 qualitas hidup mereka.  Lalu kemarin ke Butiyang
 share sepatu sekolah untuk 75 anak SD disana
 sekalian rembug tentang mekanisme micro finance
 ternak sapi sebagai salah satu upaya 'income
 generating' juga; sekalian evaluasi tentang jalan
 setapak yang sudah jadi; dan bicara soal kebutuhan
 'cubang'.  Sempat juga interaktif di RRI Buleleng
 dengan P Wis; yang isinya orang komplen tentang
 kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa sekarang
 sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan
 pemerintah tetapi sebaliknya kita cari jalan untuk
 bermitra dan kalau memang kita mau masuk kedalam
 sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah
 partai Lokal untuk mengimbangi 'kekuasaan' partai
 besar di pusat hehehe tapi saya bukan orang
 politik hanya melihat dari fokus interhuman
 relation
 
 Salam,
 
 vieb
   - Original Message - 
   From: made wiryana 
   To: bali@lp3b.or.id 
   Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM
   Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme
 
 
   Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah,
   Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi
 manusia.
   Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida
 Sang Hyang Widhi Wasa.
   Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia
 yang diberikan Hyang Widhi pada kita, saya merasa
 yakin saya harus berjuang dengan eksistensi saya
 untuk menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam
 agama kita /kitab suci kita tidak ada doktrin untuk
 melenyapkan penganut lain (setahu saya) kecuali
 Adharma, barangkali karena agama hindu yang kita
 percaya sebagai agama tertua saat diwahyukan belum
 terpengaruh/bias karena belum ada agama lain saat
 itu. Namun marilah jangan diperpanjang diskusi
 tentang agama dalam milis ini (nanti dimarahin pak
 moderator).
   Kita fokus pada eksistensi manusia.
   Dengan menyadari eksistensi, semoga kita
 menggunakan eksitensi itu untuk menuju jalan
 pencerahan umat manusia yang heterogen dengan
 menebar kasih dan kedamaian, bukan memanfaatkan
 eksistensi yang dimiliki untuk menebar pertentangan
 dan teror.
   Damai di hati, di dunia dan damai selalu
 
   Salam
 
   Ambara, Gede Ngurah (KPC)
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Meng-generalisasi semua agama demikian
 sebenarnya kurang tepat..
 Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun
 (Abrahamik: Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin
 pertentangan ini memang sering terjadi 
 Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah
 ada ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para
 penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang
 Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu,
 Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini
 tidak pernah terjadi…
 Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha
 menolak Veda,  tidak dianggap musuh oleh umat Hindu,
 dalam kitab Hindu malah disebutkan Buddha adalah
 salah satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah
 Rama dan Krisnha)…
 
 Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung
 Buddha yang besar-besar (raksasa), yang merupakan
 warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok
 Taliban….
 Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai,
 dan tidak pernah berinteraksi dengan kelompok
 Taliban….
 Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam
 melalui yoga dan meditasi…
 
 Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam,
 Yahudi) punya juga aliran yang lebih menyempurnakan
 manusia ke-dalam batin dan bukan ekspansif dan
 

[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme

2007-10-18 Terurut Topik Asana Viebeke Lengkong
Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana sangat mencerahkan dengan 
arahan cara berpikir yang bisa menjadi 'essence' (makna).

Kalau P Ngurah  agak sedikit 'pro' Taliban dengan memakai aliran 'hindu' 
(namanya pa ya? fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat orang pengen 
berantem tidak bisa menjadi arahan berpikir 'what's next' dan tidak ada 
dasar untuk dapat di uji, tapi lebih mengandung perasaan dendam dengan 
menggunakan pengetahuan sejarah Veda.  Saya minta maaf secara tulus tapi ini 
juga pendapat saya secara terbuka, karena saya menganut azas 'keseimbangan' 
jadi saya berpikir suara militant pun harus kita dengar tidak mengurangi 
rasa hormat kepada P Ngurah, ini pendapat terbuka sekali ya dan tentunya saya 
tetap mengasihi P Ngurah sebagai manusia... sama dengan saya (kalau mau marah 
dengan saya di Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P Ngurah).

Untuk Mas Tjahjo,

Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk membaca, people pada dasarnya 
'incredible' thinkers termasuk yang atheis ya.  Kabar saya baik saja, seminggu 
ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja koperasi (dalam bentuk 
micro-finance/loan)di Br. Kiadan, Plaga, Badung Utara; luar biasa sekali 
masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka untuk membentuk koperasi 
pertanian utuk meningkatkan qualitas hidup mereka.  Lalu kemarin ke Butiyang 
share sepatu sekolah untuk 75 anak SD disana sekalian rembug tentang mekanisme 
micro finance ternak sapi sebagai salah satu upaya 'income generating' juga; 
sekalian evaluasi tentang jalan setapak yang sudah jadi; dan bicara soal 
kebutuhan 'cubang'.  Sempat juga interaktif di RRI Buleleng dengan P Wis; yang 
isinya orang komplen tentang kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa 
sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan pemerintah tetapi 
sebaliknya kita cari jalan untuk bermitra dan kalau memang kita mau masuk 
kedalam sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah partai Lokal untuk 
mengimbangi 'kekuasaan' partai besar di pusat hehehe tapi saya bukan orang 
politik hanya melihat dari fokus interhuman relation

Salam,

vieb
  - Original Message - 
  From: made wiryana 
  To: bali@lp3b.or.id 
  Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM
  Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme


  Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah,
  Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi manusia.
  Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
  Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia yang diberikan Hyang Widhi 
pada kita, saya merasa yakin saya harus berjuang dengan eksistensi saya untuk 
menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam agama kita /kitab suci kita tidak 
ada doktrin untuk melenyapkan penganut lain (setahu saya) kecuali Adharma, 
barangkali karena agama hindu yang kita percaya sebagai agama tertua saat 
diwahyukan belum terpengaruh/bias karena belum ada agama lain saat itu. Namun 
marilah jangan diperpanjang diskusi tentang agama dalam milis ini (nanti 
dimarahin pak moderator).
  Kita fokus pada eksistensi manusia.
  Dengan menyadari eksistensi, semoga kita menggunakan eksitensi itu untuk 
menuju jalan pencerahan umat manusia yang heterogen dengan menebar kasih dan 
kedamaian, bukan memanfaatkan eksistensi yang dimiliki untuk menebar 
pertentangan dan teror.
  Damai di hati, di dunia dan damai selalu

  Salam

  Ambara, Gede Ngurah (KPC) [EMAIL PROTECTED] wrote:
Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat..
Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi, 
Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi 
Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum 
Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang 
Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai 
berdarah-darah ini tidak pernah terjadi…
Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda,  tidak dianggap 
musuh oleh umat Hindu, dalam kitab Hindu malah disebutkan Buddha adalah salah 
satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah Rama dan Krisnha)…

Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung Buddha yang besar-besar 
(raksasa), yang merupakan warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok Taliban….
Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai, dan tidak pernah 
berinteraksi dengan kelompok Taliban….
Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam melalui yoga dan meditasi…

Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam, Yahudi) punya juga aliran 
yang lebih menyempurnakan manusia ke-dalam batin dan bukan ekspansif dan 
external ..
Misalnya para penekun Tasawuf dan Sufi dari kalangan Islam, dan juga 
ordo-ordo meditative gereja tertentu yang lebih mencari pencerahan ke-dalam 
jiwa….
Cuma masalahnya yang sekarang lebih menonjol adalah aspek-aspek External, 
expansif dan kekerasannya..mungkin karena mass-media yang tidak seimbang, 
selalu menampilkan hal-hal 

[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme

2007-10-18 Terurut Topik Ambara, Gede Ngurah (KPC)
Berarti secara tidak langsung Mbak Asana menuduh saya militant
Hindu..wah sampai sejauh ini tuduhannya...apalagi disamakan dengan
Taliban..gawat benar...

Saya sangat sering mengutip Veda bukan berarti saya militant, tapi
karena saya penganut Veda...dan selama ini saya bicara tentang fakta,
dan tidak pernah ada benci atau dendam di kata-kata saya..saya juga
mengasihi Mbak Asana dan yang lain-lain..jadi mohon salah persepsi ini
diluruskan...seolah-olah Mbak Asana yang paling Alim dan paling baik
disini...dan saya yang paling militant begitu maksudnya? 

 

 

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Asana Viebeke Lengkong
Sent: Friday, October 19, 2007 12:30 PM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: Balasan: Eksistesialisme

 

Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana sangat mencerahkan
dengan arahan cara berpikir yang bisa menjadi 'essence' (makna).

 

Kalau P Ngurah  agak sedikit 'pro' Taliban dengan memakai aliran
'hindu' (namanya pa ya? fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat
orang pengen berantem tidak bisa menjadi arahan berpikir 'what's
next' dan tidak ada dasar untuk dapat di uji, tapi lebih mengandung
perasaan dendam dengan menggunakan pengetahuan sejarah Veda.  Saya minta
maaf secara tulus tapi ini juga pendapat saya secara terbuka, karena
saya menganut azas 'keseimbangan' jadi saya berpikir suara militant pun
harus kita dengar tidak mengurangi rasa hormat kepada P Ngurah, ini
pendapat terbuka sekali ya dan tentunya saya tetap mengasihi P Ngurah
sebagai manusia... sama dengan saya (kalau mau marah dengan saya di
Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P Ngurah).

 

Untuk Mas Tjahjo,

 

Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk membaca, people pada
dasarnya 'incredible' thinkers termasuk yang atheis ya.  Kabar saya baik
saja, seminggu ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja koperasi
(dalam bentuk micro-finance/loan)di Br. Kiadan, Plaga, Badung Utara;
luar biasa sekali masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka
untuk membentuk koperasi pertanian utuk meningkatkan qualitas hidup
mereka.  Lalu kemarin ke Butiyang share sepatu sekolah untuk 75 anak SD
disana sekalian rembug tentang mekanisme micro finance ternak sapi
sebagai salah satu upaya 'income generating' juga; sekalian evaluasi
tentang jalan setapak yang sudah jadi; dan bicara soal kebutuhan
'cubang'.  Sempat juga interaktif di RRI Buleleng dengan P Wis; yang
isinya orang komplen tentang kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa
sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan pemerintah
tetapi sebaliknya kita cari jalan untuk bermitra dan kalau memang kita
mau masuk kedalam sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah partai
Lokal untuk mengimbangi 'kekuasaan' partai besar di pusat hehehe tapi
saya bukan orang politik hanya melihat dari fokus interhuman
relation

 

Salam,

 

vieb

- Original Message - 

From: made wiryana mailto:[EMAIL PROTECTED]  

To: bali@lp3b.or.id 

Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM

Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme

 

Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah,

Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi manusia.

Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.

Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia yang diberikan
Hyang Widhi pada kita, saya merasa yakin saya harus berjuang dengan
eksistensi saya untuk menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam agama
kita /kitab suci kita tidak ada doktrin untuk melenyapkan penganut lain
(setahu saya) kecuali Adharma, barangkali karena agama hindu yang kita
percaya sebagai agama tertua saat diwahyukan belum terpengaruh/bias
karena belum ada agama lain saat itu. Namun marilah jangan diperpanjang
diskusi tentang agama dalam milis ini (nanti dimarahin pak moderator).

Kita fokus pada eksistensi manusia.

Dengan menyadari eksistensi, semoga kita menggunakan eksitensi
itu untuk menuju jalan pencerahan umat manusia yang heterogen dengan
menebar kasih dan kedamaian, bukan memanfaatkan eksistensi yang dimiliki
untuk menebar pertentangan dan teror.

Damai di hati, di dunia dan damai selalu

 

Salam

Ambara, Gede Ngurah (KPC) [EMAIL PROTECTED] wrote:

Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang
tepat..

Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik:
Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering
terjadi 

Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada
ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun
yang tidak setuju (menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk
Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah
terjadi...

Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak
Veda,  tidak dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam 

[bali] Re: [SustainUS-Discussion] Bali Policy on Wiki and ready for your review!

2007-10-18 Terurut Topik CHPStar
Thank you Yochi, and I inform this important mission to the right society from 
Bali.
   
  Regards, Tjahjo-

Yochi Zakai [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Dear SustainUS members,

As many of you know, SustainUS will be sending a delegation of youth to the 
United Nations Framework Convention on Climate Change, 13th Conference of the 
Parties in Bali, Indonesia from December 1-14, 2007.  Through the Agent of 
Change program, SustainUS members are currently drafting policy points to be 
presented to the United Nations. 

There are a team of 21 dedicated youth developing these  recommendations, but 
they need your help reviewing policy! The documents can be found on our new 
Wiki - the Sustainabliki! Please make comments on grammar, spelling, and 
content. 

http://wiki.sustainus.org/index.cgi/PolicyDocuments

If you'd like to make a comment on the documents, just create a login for 
yourself (anyone can create a log in at 
http://wiki. sustainus.org/index.cgi/UserPreferences) and put your suggestions 
a the end of the document.  Please make comments on the Bali policy points by 
the end of the day on Sunday 10/28. We will be incorporating your  comments 
into the final document to the best of our ability.

Questions about the policy development process should be directed to [EMAIL 
PROTECTED] or [EMAIL PROTECTED] or [EMAIL PROTECTED]  Questions about the wiki 
can come to me at: [EMAIL PROTECTED]

Sustainable Love,

Yochi

www.sustainus.org 

-- Forwarded message --
From: Stephanie Kwan  [EMAIL PROTECTED]
Date: Oct 18, 2007 4:06 PM
Subject: Policy key points on Wiki ready for review!
To: Yochi Zakai [EMAIL PROTECTED]
Cc: Dominic MacCormack  [EMAIL PROTECTED], Matthew Maiorana [EMAIL 
PROTECTED], Juan Hoffmaister  [EMAIL PROTECTED]

  Yochi,
   
  Dominic just posted the policy key points on the wiki: 
http://www.wiki.sustainus.org/index.cgi/PolicyDocuments#preview .  SustainUS 
members can login, click on each COP13 topic, and edit the key points posted 
under each topic from now until the end of Sunday, 10/21, after which we will 
take the edits down from the wiki and incorporate comments accordingly.  These 
key points are being elaborated in our upcoming policy briefings, which will be 
posted on the wiki on October 28.  I'll send another email to you as the 28th 
approaches regarding the editing timeline on the wiki for the briefings. 
   
  Let me know if you have any questions!
   
  Thanks,
  Steph
  

__._,_.___   Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new 
topic 
  Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar 
  PLEASE NOTE: The SustainUS Discussion listserve is open to a wide range of 
postings for discussion by members. Listserve postings do not necessarily 
represent the views of SustainUS and SustainUS does not endorse all 
issues/events advocated by individual members on this list.  www.SustainUS.org 
   
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe 

Visit Your Group 
  Y! Messenger
  Group get-together
  Host a free online
  conference on IM.

Yahoo! Groups
  Join a Health
   Fitness Group
  or create your own.

HDTV Support
  The official Samsung
  Y! Group for HDTVs
  and devices.



  .

 
__,_._,___ 


  Back-up email for: [EMAIL PROTECTED]



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[bali] Eksistesialisme

2007-10-18 Terurut Topik Ambara, Gede Ngurah (KPC)
Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat..

Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi,
Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi 

Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum
Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju
(menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb,
pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah terjadi...

Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda,  tidak
dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam kitab Hindu malah disebutkan
Buddha adalah salah satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah Rama
dan Krisnha)...

 

Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung Buddha yang besar-besar
(raksasa), yang merupakan warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok
Taliban

Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai, dan tidak pernah
berinteraksi dengan kelompok Taliban

Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam melalui yoga dan
meditasi...

 

Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam, Yahudi) punya juga
aliran yang lebih menyempurnakan manusia ke-dalam batin dan bukan
ekspansif dan external ..

Misalnya para penekun Tasawuf dan Sufi dari kalangan Islam, dan juga
ordo-ordo meditative gereja tertentu yang lebih mencari pencerahan
ke-dalam jiwa

Cuma masalahnya yang sekarang lebih menonjol adalah aspek-aspek
External, expansif dan kekerasannya..mungkin karena mass-media yang
tidak seimbang, selalu menampilkan hal-hal yang buruk/kekerasan, dan
jarang sekali meliput hal-hal tentang kebaikan, kedamaian, kasih sayang
dsb...

 

Saya tidak melihat Atheistik, agnotisme dll, sebagai jawaban/alternatif
atas, kekisruhan antar umat beragama dewasa ini, di setiap agama ada
ajaran untuk proses kontemplatif, meditative, melihat kedalam batin, ke
pencerahan jiwa, dan bukan hanya sekedar aksi kekuatan, pamer, expansif,
yang lebih bersifat external...

 

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of made wiryana
Sent: Friday, October 19, 2007 8:44 AM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Eksistesialisme

 

Diskusi seperti ini sangat bagus jika dimunculkan.

Diperlukan toleransi dan kejujuran intelektual tanpa bias oleh

fanatisme sempit tentang agama tertentu.

 

Ternyata filsafat eksistensialisme memang benar adanya.

Sangat lama saya berpikir hal yang sama seperti ditulis mbak vieb.

Pikiran ini timbul dengan adanya pertanyaan dalam diri saya

 

1. Jika Tuhan maha segalanya, mengapa tidak dengan ke-maha-annya
menyatukan manusia untuk tidak saling menyakiti?

2. Jika yang disebut Tuhan segala agama sama, mengapa dalam akidahnya
sering bertentangan agama satu dengan yang lainnya?

3. Jika akidah diturunkan Tuhan mengapa sejarah sering mempengaruhi
akidah?

 

Begitulalah pertanyaan yang sering timbul dalam benak saya.

Akhirnya saya menemukan (menurut saya) dalam filsafat eksistensialisme,
ternyata manusia memiliki eksistensi dalam dirinya yang mandiri dan
tidak dipengaruhi oleh apapun selain apa yang ada dalam benaknya.

 

Jika benaknya menginginkan sesuatu dan tekad bulat untuk mencapai
sesuatu tentu dengan segala cara dijalankan untuk mencapai sesuatu itu.

 

Jika dibenaknya menginginkan kedamaian dan tidak saling menyakiti, orang
atheispun yang mungkin tidak kenal agama akan berbuat kebajikan bahkan
melebihi orang yang beragama. Begitu sebaliknya jika dibenak orang ingin
menguasai sesuatu untuk dirinya/kelompoknya, akidah apapun akan
diinjak-injak bahkan dicari pembenarannya dalam agamanya untuk mencapai
sesuatu itu.

 

Jadi Eksistensi pikiran manusialah yang menentukan apa yang terjadi
dalam kehidupannya. Ingat perang dan saling menyakiti telah terjadi
sejak manusia diciptakan, kemudian mengenal agama, sampai saat ini.

 

Yang diperlukan saat ini adalah eksistensi pikiran manusia yang saling
mengasihi, apa yang ada dalam dirimu adalah sbagian dari diriku,
begitupun apa yang ada dalam diriku sebagian adalah milikmu (kamu adalah
aku, aku adalah kamu) lupakan akidah-akidah aku adalah aku kamu adalah
kamu, kamu dan aku berbeda.

Smoga pencerahan akan datang dari segala penjuru dan menyinari semua
mahluk di dunia ini.

 

Salam

Wiryana

 

  



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di
Yahoo! Answers
http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http:/id.answers.yahoo.com/




[bali] Eksistesialisme

2007-10-18 Terurut Topik made wiryana
Diskusi seperti ini sangat bagus jika dimunculkan.
  Diperlukan toleransi dan kejujuran intelektual tanpa bias oleh
  fanatisme sempit tentang agama tertentu.
   
  Ternyata filsafat eksistensialisme memang benar adanya.
  Sangat lama saya berpikir hal yang sama seperti ditulis mbak vieb.
  Pikiran ini timbul dengan adanya pertanyaan dalam diri saya
   
  1. Jika Tuhan maha segalanya, mengapa tidak dengan ke-maha-annya menyatukan 
manusia untuk tidak saling menyakiti?
  2. Jika yang disebut Tuhan segala agama sama, mengapa dalam akidahnya sering 
bertentangan agama satu dengan yang lainnya?
  3. Jika akidah diturunkan Tuhan mengapa sejarah sering mempengaruhi akidah?
   
  Begitulalah pertanyaan yang sering timbul dalam benak saya.
  Akhirnya saya menemukan (menurut saya) dalam filsafat eksistensialisme, 
ternyata manusia memiliki eksistensi dalam dirinya yang mandiri dan tidak 
dipengaruhi oleh apapun selain apa yang ada dalam benaknya.
   
  Jika benaknya menginginkan sesuatu dan tekad bulat untuk mencapai sesuatu 
tentu dengan segala cara dijalankan untuk mencapai sesuatu itu.
   
  Jika dibenaknya menginginkan kedamaian dan tidak saling menyakiti, orang 
atheispun yang mungkin tidak kenal agama akan berbuat kebajikan bahkan melebihi 
orang yang beragama. Begitu sebaliknya jika dibenak orang ingin menguasai 
sesuatu untuk dirinya/kelompoknya, akidah apapun akan diinjak-injak bahkan 
dicari pembenarannya dalam agamanya untuk mencapai sesuatu itu.
   
  Jadi Eksistensi pikiran manusialah yang menentukan apa yang terjadi dalam 
kehidupannya. Ingat perang dan saling menyakiti telah terjadi sejak manusia 
diciptakan, kemudian mengenal agama, sampai saat ini.
   
  Yang diperlukan saat ini adalah eksistensi pikiran manusia yang saling 
mengasihi, apa yang ada dalam dirimu adalah sbagian dari diriku, begitupun apa 
yang ada dalam diriku sebagian adalah milikmu (kamu adalah aku, aku adalah 
kamu) lupakan akidah-akidah aku adalah aku kamu adalah kamu, kamu dan aku 
berbeda.
  Smoga pencerahan akan datang dari segala penjuru dan menyinari semua mahluk 
di dunia ini.
   
  Salam
  Wiryana



   
-
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers