[bali] ATHEIS
ATHEIS Catatan Pinggir Goenawan Mohammad Majalah Tempo Edisi. 23/XXXII/ 30 Juli - 05 Agustus 2007 Agama akan tetap bertahan dalam hidup manusia, tapi layakkah ia dibela? Christopher Hitchens baru-baru ini menarik perhatian ketika bukunya terbit dengan judul God Is Not Great: Religion Poisons Everything. Penulis Inggris ini-yang yakin bahwa Tuhan tidak akbar dan bahwa agama adalah racun-tak bersuara sendirian di awal abad ke-21 ini. Di tahun 2004 terbit The End of Faith, oleh Sam Harris, yang tahun lalu mempertegas posisinya dengan menyerang agama Kristen dalam Letter to a Christian Nation. Yang juga terkenal adalah karya Richard Dawkins, seorang pakar biologi, The God Delusion, yang mengutip satu kalimat pengarang lain: Bila seseorang menderita waham, gejala itu akan disebut gila. Bil a banyak orang menderita waham, gejala itu akan disebut agama. Saya belum khatam membaca buku-buku itu, tapi saya telah merasa setengah terusik, tersinggung, berdebar-debar, terangsang berpikir, tapi juga gembira. Baiklah saya jelaskan kenapa saya gembira: kini datang beberapa orang atheis yang sangat fasih dengan argumen yang seperti pisau bedah. Dengan analisa yang tajam mereka menyerang semua agama, tanpa kecuali, di zaman ketika iman dikibarkan dengan rasa ketakutan, dan rasa ketakutan dengan segera diubah jadi kebencian. Dunia tak bertambah damai karenanya. Maka siapa tahu memang dunia menantikan Hitchens, Harris, dan Dawkins. Siapa tahu para atheis inilah yang akan membuat kalangan agama mengalihkan fokus mereka dan kemudian berhenti bermusuhan. Apalagi ada benarnya ketika Christopher Hitchens bicara tentang iman dan rasa aman. Sepekan sebelum 11 September 2001, hari yang bersejarah itu, ia ditanya dalam sebuah wawancara radio: Bayangkan Anda berada di sebuah kota asing di waktu senjakala, dan sejumlah besar orang datang ke arah Anda. Akan lebih merasa amankah Anda, atau justru merasa kurang aman, bila Anda tahu orang-orang itu baru selesai berkumpul untuk berdoa? Hitchens, yang pernah berada di Belfast, Beirut, Bombay, Beograd, Bethlehem, dan Baghdad, menjawab, Kurang aman. Ia tak bicara dari khayal. Ia telah menyaksikan permusuhan antara orang Katolik dan Protestan di Ulster; Islam dan Kristen di Beirut dan Bethlehem; orang Katolik Kroasia dan orang Gereja Ortodoks Serbia dan orang Islam di bekas Yugoslavia; orang Sunni dan Syiah di Baghdad. Beribu-ribu orang tewas dan cacat dan telantar. Maka bagi Hitchens, agama adalah sebuah pengganda besar, an enormous multiplier, kecurigaan dan kebencian antarpuak. Tapi menarik bahwa Hitchens tak menyatakan agama sebagai sumber sikap negatif itu. Dalam hal ini ia berbeda dari Sam Harris. Bagi Harris, konflik antara umat Katolik dan Protestan yang berdarah di Irlandia-yang bermula baru di abad ke-17-bersumber pada teks Alkitab, tak ada hubungannya dengan politik pertanahan di wilayah kekuasaan Inggris masa itu. Harris tak melihat endapan sejarah dalam tiap tafsir atas akidah-dan dalam hal ini ia mirip seorang fundamentalis Kristen atau Islam. Pandangannya yang menampik sejarah akan bisa mengatakan bahwa doktrin Quran itulah yang membuat sejumlah orang menghancurkan Menara Kembar New York dan membunuh hampir 3.000 manusia pada 11 September 2001. Harris tak akan melihat bahwa hari itu Islam identik dengan amarah karena ada kepahitan kolonialisme di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, dan kekalahan dunia Arab di Palestina. Dari sini, memang ada benarnya apologi yang terkenal itu: bukan agamanya yang salah, melainkan manusianya. Tapi persoalan tak selesai di situ. Orang-orang atheis semacam Hitchens akan bertanya: Jika faktor manusia yang menyebabkan keburukan tumbuh dalam suatu umat, berarti tak ada peran agama dalam memperbaiki umat itu. Jika demikian, jika akidah ditentukan oleh sejarah, dan bukan sebaliknya, apa guna agama bagi perbaikan dunia? Mungkin sebuah nol. Bahkan melihat begitu banyak pembunuhan dilakukan atas nama agama hari-hari ini, orang memang mudah sampai kepada atheisme Hitchens dan kesimpulannya: agama meracuni segala hal. Tapi kita dapat juga sampai pada kesimpulan yang lain: jangan-jangan agama memang tak punya peran bagi perbaikan dunia. Perannya memang bisa lain sama sekali-terutama bila dilihat dari awal lahirnya agama-agama. Dalam ceramahnya yang diselenggarakan oleh MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura) bulan Juni yang lalu, Karen Armstrong mengatakan sesuatu yang tak lazim: agama lahir dari sikap jeri (recoil) atas kekerasan. Juga Islam, yang kini tak urung dihubungkan dengan bom bunuh diri, konflik berdarah di Irak, Afganistan, dan Pakistan. Agama ini hadir sebagai pembangun perdamaian di sekitar Mekah, di tengah suku-suku Arab yang saling galak. Tapi mungkin juga Karen Armstrong bisa menelusurinya lebih jauh: jika agama memang lahir dari rasa jeri akan kekerasan, rasa jeri itu bertaut dengan kesadaran akan ketakberdayaan. Agama sebab itu tak merasa kuasa untuk memperbaiki dunia; ia
[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme
Terima kasih pak Wiryana dan juga tentunya Gunawan Muhamad, sejak saya kuliah saya sering berpikir seperti ini, banyak hal yang membuat saya gelisah karena manusia senang sekali Menuhankan agama Suksma' Widi --- Asana Viebeke Lengkong [EMAIL PROTECTED] wrote: Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana sangat mencerahkan dengan arahan cara berpikir yang bisa menjadi 'essence' (makna). Kalau P Ngurah agak sedikit 'pro' Taliban dengan memakai aliran 'hindu' (namanya pa ya? fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat orang pengen berantem tidak bisa menjadi arahan berpikir 'what's next' dan tidak ada dasar untuk dapat di uji, tapi lebih mengandung perasaan dendam dengan menggunakan pengetahuan sejarah Veda. Saya minta maaf secara tulus tapi ini juga pendapat saya secara terbuka, karena saya menganut azas 'keseimbangan' jadi saya berpikir suara militant pun harus kita dengar tidak mengurangi rasa hormat kepada P Ngurah, ini pendapat terbuka sekali ya dan tentunya saya tetap mengasihi P Ngurah sebagai manusia... sama dengan saya (kalau mau marah dengan saya di Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P Ngurah). Untuk Mas Tjahjo, Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk membaca, people pada dasarnya 'incredible' thinkers termasuk yang atheis ya. Kabar saya baik saja, seminggu ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja koperasi (dalam bentuk micro-finance/loan)di Br. Kiadan, Plaga, Badung Utara; luar biasa sekali masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka untuk membentuk koperasi pertanian utuk meningkatkan qualitas hidup mereka. Lalu kemarin ke Butiyang share sepatu sekolah untuk 75 anak SD disana sekalian rembug tentang mekanisme micro finance ternak sapi sebagai salah satu upaya 'income generating' juga; sekalian evaluasi tentang jalan setapak yang sudah jadi; dan bicara soal kebutuhan 'cubang'. Sempat juga interaktif di RRI Buleleng dengan P Wis; yang isinya orang komplen tentang kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan pemerintah tetapi sebaliknya kita cari jalan untuk bermitra dan kalau memang kita mau masuk kedalam sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah partai Lokal untuk mengimbangi 'kekuasaan' partai besar di pusat hehehe tapi saya bukan orang politik hanya melihat dari fokus interhuman relation Salam, vieb - Original Message - From: made wiryana To: bali@lp3b.or.id Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah, Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi manusia. Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia yang diberikan Hyang Widhi pada kita, saya merasa yakin saya harus berjuang dengan eksistensi saya untuk menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam agama kita /kitab suci kita tidak ada doktrin untuk melenyapkan penganut lain (setahu saya) kecuali Adharma, barangkali karena agama hindu yang kita percaya sebagai agama tertua saat diwahyukan belum terpengaruh/bias karena belum ada agama lain saat itu. Namun marilah jangan diperpanjang diskusi tentang agama dalam milis ini (nanti dimarahin pak moderator). Kita fokus pada eksistensi manusia. Dengan menyadari eksistensi, semoga kita menggunakan eksitensi itu untuk menuju jalan pencerahan umat manusia yang heterogen dengan menebar kasih dan kedamaian, bukan memanfaatkan eksistensi yang dimiliki untuk menebar pertentangan dan teror. Damai di hati, di dunia dan damai selalu Salam Ambara, Gede Ngurah (KPC) [EMAIL PROTECTED] wrote: Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat.. Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah terjadi⦠Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda, tidak dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam kitab Hindu malah disebutkan Buddha adalah salah satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah Rama dan Krisnha)⦠Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung Buddha yang besar-besar (raksasa), yang merupakan warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok Talibanâ¦. Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai, dan tidak pernah berinteraksi dengan kelompok Talibanâ¦. Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam melalui yoga dan meditasi⦠Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam, Yahudi) punya juga aliran yang lebih menyempurnakan manusia ke-dalam batin dan bukan ekspansif dan
[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme
Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana sangat mencerahkan dengan arahan cara berpikir yang bisa menjadi 'essence' (makna). Kalau P Ngurah agak sedikit 'pro' Taliban dengan memakai aliran 'hindu' (namanya pa ya? fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat orang pengen berantem tidak bisa menjadi arahan berpikir 'what's next' dan tidak ada dasar untuk dapat di uji, tapi lebih mengandung perasaan dendam dengan menggunakan pengetahuan sejarah Veda. Saya minta maaf secara tulus tapi ini juga pendapat saya secara terbuka, karena saya menganut azas 'keseimbangan' jadi saya berpikir suara militant pun harus kita dengar tidak mengurangi rasa hormat kepada P Ngurah, ini pendapat terbuka sekali ya dan tentunya saya tetap mengasihi P Ngurah sebagai manusia... sama dengan saya (kalau mau marah dengan saya di Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P Ngurah). Untuk Mas Tjahjo, Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk membaca, people pada dasarnya 'incredible' thinkers termasuk yang atheis ya. Kabar saya baik saja, seminggu ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja koperasi (dalam bentuk micro-finance/loan)di Br. Kiadan, Plaga, Badung Utara; luar biasa sekali masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka untuk membentuk koperasi pertanian utuk meningkatkan qualitas hidup mereka. Lalu kemarin ke Butiyang share sepatu sekolah untuk 75 anak SD disana sekalian rembug tentang mekanisme micro finance ternak sapi sebagai salah satu upaya 'income generating' juga; sekalian evaluasi tentang jalan setapak yang sudah jadi; dan bicara soal kebutuhan 'cubang'. Sempat juga interaktif di RRI Buleleng dengan P Wis; yang isinya orang komplen tentang kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan pemerintah tetapi sebaliknya kita cari jalan untuk bermitra dan kalau memang kita mau masuk kedalam sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah partai Lokal untuk mengimbangi 'kekuasaan' partai besar di pusat hehehe tapi saya bukan orang politik hanya melihat dari fokus interhuman relation Salam, vieb - Original Message - From: made wiryana To: bali@lp3b.or.id Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah, Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi manusia. Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia yang diberikan Hyang Widhi pada kita, saya merasa yakin saya harus berjuang dengan eksistensi saya untuk menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam agama kita /kitab suci kita tidak ada doktrin untuk melenyapkan penganut lain (setahu saya) kecuali Adharma, barangkali karena agama hindu yang kita percaya sebagai agama tertua saat diwahyukan belum terpengaruh/bias karena belum ada agama lain saat itu. Namun marilah jangan diperpanjang diskusi tentang agama dalam milis ini (nanti dimarahin pak moderator). Kita fokus pada eksistensi manusia. Dengan menyadari eksistensi, semoga kita menggunakan eksitensi itu untuk menuju jalan pencerahan umat manusia yang heterogen dengan menebar kasih dan kedamaian, bukan memanfaatkan eksistensi yang dimiliki untuk menebar pertentangan dan teror. Damai di hati, di dunia dan damai selalu Salam Ambara, Gede Ngurah (KPC) [EMAIL PROTECTED] wrote: Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat.. Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah terjadi… Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda, tidak dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam kitab Hindu malah disebutkan Buddha adalah salah satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah Rama dan Krisnha)… Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung Buddha yang besar-besar (raksasa), yang merupakan warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok Taliban…. Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai, dan tidak pernah berinteraksi dengan kelompok Taliban…. Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam melalui yoga dan meditasi… Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam, Yahudi) punya juga aliran yang lebih menyempurnakan manusia ke-dalam batin dan bukan ekspansif dan external .. Misalnya para penekun Tasawuf dan Sufi dari kalangan Islam, dan juga ordo-ordo meditative gereja tertentu yang lebih mencari pencerahan ke-dalam jiwa…. Cuma masalahnya yang sekarang lebih menonjol adalah aspek-aspek External, expansif dan kekerasannya..mungkin karena mass-media yang tidak seimbang, selalu menampilkan hal-hal
[bali] Re: Balasan: Eksistesialisme
Berarti secara tidak langsung Mbak Asana menuduh saya militant Hindu..wah sampai sejauh ini tuduhannya...apalagi disamakan dengan Taliban..gawat benar... Saya sangat sering mengutip Veda bukan berarti saya militant, tapi karena saya penganut Veda...dan selama ini saya bicara tentang fakta, dan tidak pernah ada benci atau dendam di kata-kata saya..saya juga mengasihi Mbak Asana dan yang lain-lain..jadi mohon salah persepsi ini diluruskan...seolah-olah Mbak Asana yang paling Alim dan paling baik disini...dan saya yang paling militant begitu maksudnya? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Asana Viebeke Lengkong Sent: Friday, October 19, 2007 12:30 PM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: Balasan: Eksistesialisme Senang sekali lo baca tulisan dari P Made Wiryana sangat mencerahkan dengan arahan cara berpikir yang bisa menjadi 'essence' (makna). Kalau P Ngurah agak sedikit 'pro' Taliban dengan memakai aliran 'hindu' (namanya pa ya? fanatism mungkin) hehehehe... menjurus ke buat orang pengen berantem tidak bisa menjadi arahan berpikir 'what's next' dan tidak ada dasar untuk dapat di uji, tapi lebih mengandung perasaan dendam dengan menggunakan pengetahuan sejarah Veda. Saya minta maaf secara tulus tapi ini juga pendapat saya secara terbuka, karena saya menganut azas 'keseimbangan' jadi saya berpikir suara militant pun harus kita dengar tidak mengurangi rasa hormat kepada P Ngurah, ini pendapat terbuka sekali ya dan tentunya saya tetap mengasihi P Ngurah sebagai manusia... sama dengan saya (kalau mau marah dengan saya di Japri aja ya, saya terima sekali marah nya P Ngurah). Untuk Mas Tjahjo, Banyak yang menarik kalau kita punya waktu untuk membaca, people pada dasarnya 'incredible' thinkers termasuk yang atheis ya. Kabar saya baik saja, seminggu ini agak 'crowded' menyerahkan modal kerja koperasi (dalam bentuk micro-finance/loan)di Br. Kiadan, Plaga, Badung Utara; luar biasa sekali masyarakat disana bagaimana 'determination' mereka untuk membentuk koperasi pertanian utuk meningkatkan qualitas hidup mereka. Lalu kemarin ke Butiyang share sepatu sekolah untuk 75 anak SD disana sekalian rembug tentang mekanisme micro finance ternak sapi sebagai salah satu upaya 'income generating' juga; sekalian evaluasi tentang jalan setapak yang sudah jadi; dan bicara soal kebutuhan 'cubang'. Sempat juga interaktif di RRI Buleleng dengan P Wis; yang isinya orang komplen tentang kinerja pemerintah; saya berpendapat bahwa sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyerang/melawan pemerintah tetapi sebaliknya kita cari jalan untuk bermitra dan kalau memang kita mau masuk kedalam sistem ya buat partai saja seperti di Aceh buah partai Lokal untuk mengimbangi 'kekuasaan' partai besar di pusat hehehe tapi saya bukan orang politik hanya melihat dari fokus interhuman relation Salam, vieb - Original Message - From: made wiryana mailto:[EMAIL PROTECTED] To: bali@lp3b.or.id Sent: Friday, October 19, 2007 10:54 AM Subject: [bali] Balasan: Eksistesialisme Terima KAsih atas tanggapan Pak Ngurah, Saya hanya lebih menfokuskan pada eksitensi manusia. Dan saya juga tidak meragukan keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Malah dengan menyadari akan eksistensi manusia yang diberikan Hyang Widhi pada kita, saya merasa yakin saya harus berjuang dengan eksistensi saya untuk menuju kearahNya. Dan saya bersyukur dalam agama kita /kitab suci kita tidak ada doktrin untuk melenyapkan penganut lain (setahu saya) kecuali Adharma, barangkali karena agama hindu yang kita percaya sebagai agama tertua saat diwahyukan belum terpengaruh/bias karena belum ada agama lain saat itu. Namun marilah jangan diperpanjang diskusi tentang agama dalam milis ini (nanti dimarahin pak moderator). Kita fokus pada eksistensi manusia. Dengan menyadari eksistensi, semoga kita menggunakan eksitensi itu untuk menuju jalan pencerahan umat manusia yang heterogen dengan menebar kasih dan kedamaian, bukan memanfaatkan eksistensi yang dimiliki untuk menebar pertentangan dan teror. Damai di hati, di dunia dan damai selalu Salam Ambara, Gede Ngurah (KPC) [EMAIL PROTECTED] wrote: Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat.. Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah terjadi... Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda, tidak dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam
[bali] Re: [SustainUS-Discussion] Bali Policy on Wiki and ready for your review!
Thank you Yochi, and I inform this important mission to the right society from Bali. Regards, Tjahjo- Yochi Zakai [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear SustainUS members, As many of you know, SustainUS will be sending a delegation of youth to the United Nations Framework Convention on Climate Change, 13th Conference of the Parties in Bali, Indonesia from December 1-14, 2007. Through the Agent of Change program, SustainUS members are currently drafting policy points to be presented to the United Nations. There are a team of 21 dedicated youth developing these recommendations, but they need your help reviewing policy! The documents can be found on our new Wiki - the Sustainabliki! Please make comments on grammar, spelling, and content. http://wiki.sustainus.org/index.cgi/PolicyDocuments If you'd like to make a comment on the documents, just create a login for yourself (anyone can create a log in at http://wiki. sustainus.org/index.cgi/UserPreferences) and put your suggestions a the end of the document. Please make comments on the Bali policy points by the end of the day on Sunday 10/28. We will be incorporating your comments into the final document to the best of our ability. Questions about the policy development process should be directed to [EMAIL PROTECTED] or [EMAIL PROTECTED] or [EMAIL PROTECTED] Questions about the wiki can come to me at: [EMAIL PROTECTED] Sustainable Love, Yochi www.sustainus.org -- Forwarded message -- From: Stephanie Kwan [EMAIL PROTECTED] Date: Oct 18, 2007 4:06 PM Subject: Policy key points on Wiki ready for review! To: Yochi Zakai [EMAIL PROTECTED] Cc: Dominic MacCormack [EMAIL PROTECTED], Matthew Maiorana [EMAIL PROTECTED], Juan Hoffmaister [EMAIL PROTECTED] Yochi, Dominic just posted the policy key points on the wiki: http://www.wiki.sustainus.org/index.cgi/PolicyDocuments#preview . SustainUS members can login, click on each COP13 topic, and edit the key points posted under each topic from now until the end of Sunday, 10/21, after which we will take the edits down from the wiki and incorporate comments accordingly. These key points are being elaborated in our upcoming policy briefings, which will be posted on the wiki on October 28. I'll send another email to you as the 28th approaches regarding the editing timeline on the wiki for the briefings. Let me know if you have any questions! Thanks, Steph __._,_.___ Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar PLEASE NOTE: The SustainUS Discussion listserve is open to a wide range of postings for discussion by members. Listserve postings do not necessarily represent the views of SustainUS and SustainUS does not endorse all issues/events advocated by individual members on this list. www.SustainUS.org Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Visit Your Group Y! Messenger Group get-together Host a free online conference on IM. Yahoo! Groups Join a Health Fitness Group or create your own. HDTV Support The official Samsung Y! Group for HDTVs and devices. . __,_._,___ Back-up email for: [EMAIL PROTECTED] __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[bali] Eksistesialisme
Meng-generalisasi semua agama demikian sebenarnya kurang tepat.. Dalam sejarah agama-agama dari satu rumpun (Abrahamik: Semitik: Yahudi, Kristen, Islam) mungkin pertentangan ini memang sering terjadi Tapi dalam sejarah agama-agama Timur yang telah ada ribuan tahun sebelum Agama Semitik muncul : para penganut Veda, ataupun yang tidak setuju (menentang Veda) : seperti Buddha, Jain, termasuk Kongfucu, Tao, dsb, pertentangan sampai berdarah-darah ini tidak pernah terjadi... Buddha sebagai pembaharu Hindu, dimana Buddha menolak Veda, tidak dianggap musuh oleh umat Hindu, dalam kitab Hindu malah disebutkan Buddha adalah salah satu dari Avatara, yaitu Avatara ke-9 (Setelah Rama dan Krisnha)... Sangat menyedihkan sekali melihat patung-patung Buddha yang besar-besar (raksasa), yang merupakan warisan sejarah dunia, di-bom oleh Kelompok Taliban Padahal para pengikut Buddha adalah cinta damai, dan tidak pernah berinteraksi dengan kelompok Taliban Agama-agama Timur lebih introspeksi ke-dalam melalui yoga dan meditasi... Sebenarnya agama-agama Semitik (Kristen, Islam, Yahudi) punya juga aliran yang lebih menyempurnakan manusia ke-dalam batin dan bukan ekspansif dan external .. Misalnya para penekun Tasawuf dan Sufi dari kalangan Islam, dan juga ordo-ordo meditative gereja tertentu yang lebih mencari pencerahan ke-dalam jiwa Cuma masalahnya yang sekarang lebih menonjol adalah aspek-aspek External, expansif dan kekerasannya..mungkin karena mass-media yang tidak seimbang, selalu menampilkan hal-hal yang buruk/kekerasan, dan jarang sekali meliput hal-hal tentang kebaikan, kedamaian, kasih sayang dsb... Saya tidak melihat Atheistik, agnotisme dll, sebagai jawaban/alternatif atas, kekisruhan antar umat beragama dewasa ini, di setiap agama ada ajaran untuk proses kontemplatif, meditative, melihat kedalam batin, ke pencerahan jiwa, dan bukan hanya sekedar aksi kekuatan, pamer, expansif, yang lebih bersifat external... -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of made wiryana Sent: Friday, October 19, 2007 8:44 AM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Eksistesialisme Diskusi seperti ini sangat bagus jika dimunculkan. Diperlukan toleransi dan kejujuran intelektual tanpa bias oleh fanatisme sempit tentang agama tertentu. Ternyata filsafat eksistensialisme memang benar adanya. Sangat lama saya berpikir hal yang sama seperti ditulis mbak vieb. Pikiran ini timbul dengan adanya pertanyaan dalam diri saya 1. Jika Tuhan maha segalanya, mengapa tidak dengan ke-maha-annya menyatukan manusia untuk tidak saling menyakiti? 2. Jika yang disebut Tuhan segala agama sama, mengapa dalam akidahnya sering bertentangan agama satu dengan yang lainnya? 3. Jika akidah diturunkan Tuhan mengapa sejarah sering mempengaruhi akidah? Begitulalah pertanyaan yang sering timbul dalam benak saya. Akhirnya saya menemukan (menurut saya) dalam filsafat eksistensialisme, ternyata manusia memiliki eksistensi dalam dirinya yang mandiri dan tidak dipengaruhi oleh apapun selain apa yang ada dalam benaknya. Jika benaknya menginginkan sesuatu dan tekad bulat untuk mencapai sesuatu tentu dengan segala cara dijalankan untuk mencapai sesuatu itu. Jika dibenaknya menginginkan kedamaian dan tidak saling menyakiti, orang atheispun yang mungkin tidak kenal agama akan berbuat kebajikan bahkan melebihi orang yang beragama. Begitu sebaliknya jika dibenak orang ingin menguasai sesuatu untuk dirinya/kelompoknya, akidah apapun akan diinjak-injak bahkan dicari pembenarannya dalam agamanya untuk mencapai sesuatu itu. Jadi Eksistensi pikiran manusialah yang menentukan apa yang terjadi dalam kehidupannya. Ingat perang dan saling menyakiti telah terjadi sejak manusia diciptakan, kemudian mengenal agama, sampai saat ini. Yang diperlukan saat ini adalah eksistensi pikiran manusia yang saling mengasihi, apa yang ada dalam dirimu adalah sbagian dari diriku, begitupun apa yang ada dalam diriku sebagian adalah milikmu (kamu adalah aku, aku adalah kamu) lupakan akidah-akidah aku adalah aku kamu adalah kamu, kamu dan aku berbeda. Smoga pencerahan akan datang dari segala penjuru dan menyinari semua mahluk di dunia ini. Salam Wiryana Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http:/id.answers.yahoo.com/
[bali] Eksistesialisme
Diskusi seperti ini sangat bagus jika dimunculkan. Diperlukan toleransi dan kejujuran intelektual tanpa bias oleh fanatisme sempit tentang agama tertentu. Ternyata filsafat eksistensialisme memang benar adanya. Sangat lama saya berpikir hal yang sama seperti ditulis mbak vieb. Pikiran ini timbul dengan adanya pertanyaan dalam diri saya 1. Jika Tuhan maha segalanya, mengapa tidak dengan ke-maha-annya menyatukan manusia untuk tidak saling menyakiti? 2. Jika yang disebut Tuhan segala agama sama, mengapa dalam akidahnya sering bertentangan agama satu dengan yang lainnya? 3. Jika akidah diturunkan Tuhan mengapa sejarah sering mempengaruhi akidah? Begitulalah pertanyaan yang sering timbul dalam benak saya. Akhirnya saya menemukan (menurut saya) dalam filsafat eksistensialisme, ternyata manusia memiliki eksistensi dalam dirinya yang mandiri dan tidak dipengaruhi oleh apapun selain apa yang ada dalam benaknya. Jika benaknya menginginkan sesuatu dan tekad bulat untuk mencapai sesuatu tentu dengan segala cara dijalankan untuk mencapai sesuatu itu. Jika dibenaknya menginginkan kedamaian dan tidak saling menyakiti, orang atheispun yang mungkin tidak kenal agama akan berbuat kebajikan bahkan melebihi orang yang beragama. Begitu sebaliknya jika dibenak orang ingin menguasai sesuatu untuk dirinya/kelompoknya, akidah apapun akan diinjak-injak bahkan dicari pembenarannya dalam agamanya untuk mencapai sesuatu itu. Jadi Eksistensi pikiran manusialah yang menentukan apa yang terjadi dalam kehidupannya. Ingat perang dan saling menyakiti telah terjadi sejak manusia diciptakan, kemudian mengenal agama, sampai saat ini. Yang diperlukan saat ini adalah eksistensi pikiran manusia yang saling mengasihi, apa yang ada dalam dirimu adalah sbagian dari diriku, begitupun apa yang ada dalam diriku sebagian adalah milikmu (kamu adalah aku, aku adalah kamu) lupakan akidah-akidah aku adalah aku kamu adalah kamu, kamu dan aku berbeda. Smoga pencerahan akan datang dari segala penjuru dan menyinari semua mahluk di dunia ini. Salam Wiryana - Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers