[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Jerami dan Ilalang Kering di Pekarangan Istana (7 bag)
Detik-detik Proklamasi. Hormat Bendera Kenaikan Harga, Diiringi Dentuman Meriam Tabung Gas 17 Kali! Hiduplah Indonesia Raya.. Indonesia, Tanah Airku, Tanah Tumpas Rakyatku (ulangi!!) Indonesia, Tanah Airku, Rampas Tanah Rakyatnya (ulangi!!) Indonesia, Tanah Airku, Lumpur Hisap Rakyatnya lanjutkan... (Indonesia Raya Versi Istana Buto) kalian pikir mereka sekedar orang-orangan sawah, jerami dan ilalang kering sejatinya seperti batu yang menggenggam luka, seperti asa yang mendaku batu kulit legam rakyat pekerja, sesungguhnya padas batu karang itu “ dan di atas batu karang ini, ...keadilan sejati akan tegak” silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/07/dan-di-atas-batu-karang-ini-keadilan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] MULYANI VS MARSINAH
Apa hubungannya dengan Mulyani? Marsinah adalah buruh, komoditi yang menjadi jantung pertumbuhan kapitalisme. Mulyani adalah ekonom borjuis yang mengesahkan sistem itu. Rumit, tetapi ringkasnya, 17 tahun setelah kematian Marsinah, 12 tahun kediktatoran Orde Baru yang mengeksekusinya sudah tumbang, tetapi sistem ekonomi kapitalis yang mengeksploitasinya bergerak semakin progresif. Krisis ekonomi 1997, resep-resep neoliberal penyelesaiannya, aneka macam konflik, dan ekspansi kapital secara besar-besaran telah melipatgandakan surplus tenaga kerja, yang dapat digunakan untuk re-ekspansi kapital secara tiba-tiba dan cepat. Itulah faktor-faktor yang melanggengkan penghisapan. Tentang Mulyani, berita tentangnya melimpah-ruah akhir-akhir ini. Dialah generasi baru ekonom pelanjut dan penganjur ekonomi kapitalis Orde Baru. Dia dibela mati-matian dalam menghadapi partai-partai politik oportunis di parlemen dalam kasus ‘Bank Century’. Sebagai sosok yang digambarkan bersih dan sukses dalam reformasi birokrasi, Mulyani dibela pasar. Penunjukkannya sebagai salah satu direktur pelaksana Bank Dunia, mengundang reaksi negatif pasar di Jakarta. Di negeri, di mana korupsi, kolusi, dan nepotisme begitu merajalela – tercatat sebagai salah satu negeri terkorup di dunia – dukungan terhadap Mulyani bisa dipahami, kendati bukan di situ duduk perkaranya. Dipetik dari artikel Anto Sangaji “Dari pada Mulyani lebih baik Marsinah” di IndoPROGRESS.blogspot.com selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/analisa-ekonomi-politik-dari-pada.html baca juga Peringatan Marsinah 8 Mei 2010 : Pemerintah Minta Maaf atas Kematian Marsinah? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/peringatan-marsinah-2010-pemerintah.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Deklarasi Cochabamba, Bolivia : Konferensi Rakyat Dunia tentang Iklim
Pengantar Lebih dari 35.000 delegasi dari kalangan gerakan sosial dan organisasi dari 140 negara, terlibat dalam perhelatan “World People’s Conference on Climate Change and the Rights of Mother Earth yang berlangsung di Cochabamba, Bolivia dari tanggal 19-22 April 2010. Konferensi ini bisa berlangsung diantaranya karena adanya inisiatif yang kuat dari Presiden Bolivia Evo Morales. Konferensi Rakyat tentang Perubahan Iklim juga berhasil merumuskan kesepakatan atau Deklarasi Peoples Agreement on Climate Change and the Right of Mother Earth dan Proposal Universal Declaration on the Rights of Mother Earth. Terobosan pentingnya adalah diadopsinya paradigma kedaulatan bumi dan atau hak asasi (ibu) bumi – Mother Earth bersanding dengan kedaulatan rakyat dan atau hak asasi manusia sebagai jawaban penting untuk menjawab persoalan krisis iklim global sebagai krisis peradaban. Sebelum dan sepanjang konferensi para intelektual organik dan aktivis gerakan rakyat baik melalui pertemuan tatap muka maupun online dalam 17 Working Groups telah berhasil menyelesaikan pembahasan tema-tema : Structural causes; Harmony with Nature; Mother Earth Rights; Referendum; Climate Justice Tribunal; Climate Migrants; Indigenous Peoples; Climate Debt; Shared Vision; Kyoto Protocol; Adaptation; Financing; Technology Transfer; Forest; Dangers of Carbon Market; Action Strategies; Agriculture and food sovereignty Nampaknya Konferensi Rakyat ini akan menjadi sama fenomenalnya dengan Forum Sosial Dunia yang inisiatif dimulai dari kota Porto Alegre di Brazilia sebagai forum tandingan atau alternatif Forum Ekonomi Dunia sebagai gerakan perlawanan terhadap globalisasi kapitalisme neoliberal. Kali ini gerakan mondial ini - Gerakan Rakyat Mondial untuk IBU BUMI di mulai dari sebuah kota di Bolivia. Di dalam deklarasi atau People Agreement disampaikan bahwa Konferensi kedua akan diselenggarakan pada tahun 2011 sebagai bagian dari proses pembangunan Gerakan Rakyat Mondial untuk IBU BUMI dan sebagai reaksi atas hasil Konferensi Perubahan Iklim PBB yang akan diselenggarakan akhir tahun 2010 di Cancun Mexico. Bravo Morales!!! Bravo Chochabamba Bravo, Gerakan Rakyat Baca selengkapnya : PEOPLES AGREEMENT - World People’s Conference on Climate Change and the Rights of Mother Earth http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/deklarasi-chochabamba-bolivia-tentang.html Proposal Universal Declaration of the Rights of Mother Earth http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/deklarasi-chochabamba-bolivia-proposal.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Human Right Watch ttg Pasal Pencemaran Nama Baik
Gugatan pencemaran nama baik merupakan senjata ampuh bagi orang-orang yang ingin membungkam kritik di Indonesia. Seharusnya pemerintah memberikan dukungan kepada para pengungkap fakta dan menjamin kebebasan terhadap mereka yang mengemukakan pendapat secara damai, bukan malah menghukumnya. Elaine Pearson, wakil direktur Asia untuk Human Rights Watch Cabut Undang-undang yang dapat Mempidanakan Kritik! selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/laporan-human-right-watch-tentang-ham.html Sumber : http://www.hrw.org/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kekerasan, Wajah Pengurus Negara dalam Politik Ruang
Pernyataan Sikap Kekerasan, Wajah Pengurus Negara dalam Politik Ruang Kasus yang terjadi di Koja Tanjung Priok Jakarta Utara (Rabu, 14 April 2010), merupakan satu dari sekian banyak peristiwa kekerasan yang terjadi di Indonesia dengan berbagai politik kepentingannya. Sebelum peristiwa yang terjadi di Priok, berbagai kasus penggusuran dengan menggunakan kekerasan kerap terjadi di berbagai kota di Indonesia, dan korbannya kebanyakan adalah orang-orang miskin yang selama ini tidak memiliki akses dan control terhadap ruang hidupnya (ruang ekonomi, ruang social maupun ruang budaya) masyarakat dengan mengatasnamakan penataan ruang. Politik tata ruang di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta sarat dengan pertarungan kepentingan. Selama ini penataan ruang di Indonesia didominasi oleh kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kepentingan rakyat lainnya, apalagi kalau bukan kepentingan yang memiliki kekuatan baik secara ekonomi yang diwakili oleh pemilik modal maupun kekuatan politik yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah melalui alat-alat kekuasannya seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Belakangan di banyak tempat dalam kasus penertiban dan penggusuran permukiman dan tempat mencari makan warga miskin, Satpol PP menjadi aktor utama dan menampilkan watak dan prilaku yang bercorak militeristik. Penataan ruang, seharusnya juga dapat memenuhi rasa keadilan bagi semua orang, khususnya bagi kelompok rentan yang selama ini tidak memiliki akses dan kontrol yang cukup terhadap proses pembangunan perkotaan. Penataan ruang kota saat ini masih diskriminatif bagi kelompok rentan seperti kelompok miskin kota. Politik penataan ruang tidak memberikan penghormatan (to respect), perlindungan (to protect) dan pemenuhan (to fullfil) terhadap ruang hidup warga negaranya, orang-orang miskin yang selama ini telah memberikan subsidi kepada negara melalui cara bertahan hidup mereka dengan bekerja di sektor informal seperti menjadi pedagang asongan, pengamen dan lain-lain yang sesungguhnya sedang membantu pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Kekerasan dan premanisme bahkan tidak dibenarkan dengan alasan apapun, karena ketika kekerasan digunakan sebagai pemegang kendali dalam pengelolaan kota, maka jarak antara pengurus negara dan rakyat yang mengalami krisis akan semakin jauh, bahkan berada di ruang yang saling berbeda. Melihat Fakta-Fakta tersebut, Sarekat Hijau Indonesia menyatakan sikap sebagai berikut: Negara menghentikan praktek-praktek kekerasan dan tindakan diskriminatif dalam politik penataan ruangnya Menjamin terpenuhinya hak-hak warga negara atas ruang hidupnya secara ekonomi, politik, social dan budaya yang mengedepankan demokrasi dan hak asasi manusia Membubarkan Satuan Polisi Pamong Praja yang selama ini selama ini hanya menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan dan pemilik modal Contact person: 1. Koesnadi Wirasapoetra (Sekretaris Jendral) : 081288044608 2. Khalisah Khalid (Biro Politik & Ekonomi): 0813 111 87498 PIMPINAN PUSAT SAREKAT HIJAU INDONESIA Jl. Jatipadang Raya No. 5 Rt. 004 Rw. 03 Kel. Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp/Fax +62217806692. Mobile Phone: 081288044608 e-mail ; sarekathijauindone...@gmail.com. Web: www.sarekathijauindonesia.org [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rezim SBY = Rezim Orba; Mei Bulan Perlawanan Rakyat
Melalui spirit “Mei Bulan Perlawanan” kami mengajak seluruh rakyat Indonesia bersatu di dalam Front Oposisi Rakyat Indonesia untuk menyelamatkan Indonesia dari tujuh setan otoritarian yang mengabdi pada kepentingan neoliberal. Mari selamatkan Indonesia dari tujuh setan otoritarian. Mari selamatkan Indonesia dari perdagangan dan investasi bebas. Mari selamatkan kekayaan alam Indonesia dari krisis ekologi. Mari selamatkan Indonesia dari krisis korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Mari selamatkan buruh, petani dan nelayan dan perempuan dari krisis. Saatnya rakyat bangkit untuk mengambil alih alat produksinya di tingkat lokal sampai nasional dan melawan tujuh setan otoritarian. Mari selamatkan Indonesia. Mari berhimpun dalam satu barisan untuk aksi Kalender “Mei Bulan Perlawanan” sebagai agenda politik Rakyat Menggugat dan Melawan hingga terwujudnya kesejahteraan dan demokrasi rakyat yang sejati. Maklumat Front Oposisi Rakyat Indonesia - Mei Bulan Perlawanan Rakyat “Tidak Ada Kesejahteraan dan Demokrasi” - Rezim SBY = Rezim Orde Baru Kami maklumatkan “Mei Bulan Perlawanan” karena pada bulan ini tersimpan sejarah perlawanan rakyat terhadap Rezim Orde Baru yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat, membunuh demokrasi dan merusak pola pikir bangsa Indonesia menjadi serakah dan biadab. Perlawanan rakyat itu mencapai kemenangan pada 21 Mei 1998 dengan mundurnya Soeharto sebagai pemimpin tunggal yang berwatak otoriter. Kami maklumatkan kepada rakyat Indonesia agar menjadikan bulan perlawanan ini sebagai agenda politik untuk melakukan perlawanan kembali terhadap hadirnya tanda-tanda otoritarian di dalam Rezim SBY. Tak kita kehendaki pembunuhan terhadap demokrasi, terhadap rakyat yang didera krisis ekonomi dan kerusahan pola pikir bangsa menjadi agenda politik Rezim SBY dewasa ini Inilah Kalender Mei Bulan Perlawanan Oposisi Rakyat Indonesia: Tanggal Agenda Politik 1 Mei Hari Buruh Internasional (Mayday) 2 Mei Hari Pendidikan Nasional 8 Mei Hari Marsinah 12-14 Mei Hari Kejahatan Kemanusiaan Orde Baru (penembakan mahasiswa, kerusuhan Mei) 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional 21 Mei Hari Kemenangan Perlawanan Rakyat (jatuhnya rezim Soeharto) 1. Gagalnya Reformasi, Gagalnya Demokrasi Tujuh Setan Otoritarian. Sampai saat ini rakyat masih terbius oleh manipulasi pengertian bahwa reformasi telah berhasil mewujudkan demokrasi di Indonesia. Bukti-bukti itu ditandakan adanya keterbukaan ruang politik bagi aspirasi rakyat, tak ada kekuasaan tersentral yang dikendalikan militer, pemilu/pilkada telah dapat diselenggarakan langsung oleh rakyat, media massa mempunyai kebebasan pemberitaan, hak perempuan dalam politik dan perlindungan dari kekerasan pun telah diberikan. Sampai dewasa ini rakyat begitu yakin bahwa seluruhnya ini merupakan bukti demokrasi telah menjadi kenyataan. Marilah kita kaji kembali, apakah keterbukaan ruang politik itu menunjukkan perubahan kualitatif jika dikaji di lapangan realitas politiknya? Selengkapnya (dan unduh pdf) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/04/mei-bulan-perlawanan-rakyat-maklumat.html Solusi For Indonesia : Lima Prinsip Strategi Perjuangan (sumber : MAKLUMAT PENDIRIAN FRONT OPOSISI RAKYAT INDONESIA) Kami menawarkan solusi untuk kesejahteraan rakyat melalui perjuangan yang membebaskan rakyat Indonesia dari kekuasaan Rezim SBY jongos Rezim Neoliberal, melalui Lima Prinsip Strategi Perjuangan: (1) Mewujudkan Reforma Agraria Sejati; melalui prioritas program nasional pemerintah RI dalam hal ; (a) Penataan tanah dan sumber daya agraria secara jelas dan adil untuk lahan pertanian petani (petani gurem, nelayan, masyarakat adat dan kaum miskin pedesaan, yang juga memperhatikan kekhususan kepentingan perempuan), untuk penyelamatan ekologi, untuk pengembangan usaha, untuk pengembangan kota dan untuk keperluan pemerintahan. (b) Melakukan evaluasi terhadap kepemilikan tanah skala besar oleh perusahan asing, swasta nasional dan BUMN untuk diberikan pemanfaatannya kepada rakyat. (c). Penyelesaian sengketa dan konflik agraria secara menyeluruh dan adil. (d) Dukungan penguatan produksi, akses permodalan, teknologi dan perlindungan tata niaga yang adil dan berpihak kepada petani, yang juga mengkhususkan kepada kepentingan petani perempuan. (2) Mewujudkan Keadilan Ekologis; yaitu hak untuk mendapatkan keadilan antar generasi yang memperhatikan prinsip keadilan gender, prinsip keselamatan rakyat, keberlanjutan jasa pelayanan alam dan perlindungan produktivitas rakyat, dimana semua generasi baik sekarang maupun mendatang, berhak terselamatkan dari ancaman dan dampak krisis, serta penghancuran sumber-sumber kehidupan rakyat. (3) Pembangunan Industrialisasi Nasional; mengakhiri model produksi ekonomi kolonial dan para kompradornya (jongos) dengan membangun kemandirian ekonomi, industri dan keuangan nasional yang berpihak pada kepentingan buruh dan rakyat Indonesia, termasuk juga memperhatikan kepentingan perempuan.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kekerasan di Priok : Bubarkan Satpol PP, Cabut Perda Tibum
FRONT OPOSISI RAKYAT INDONESIA Pernyataan Sikap Bubarkan Satpol PP dan Cabut Perda Tibum! Ganti Rejim Ganti Sistem! Satpol PP di usia 60 tahun tidak menunjukkan perubahan yang manusiawi. Keganasan Satpol PP kembali terulang di Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Ratusan warga luka-luka, sebagian terluka parah. Proses negosiasi warga yang sedang berjalan dengan menghadiri komisioner Komnas HAM tidak diindahkan. Proses negosiasi dan pengamanan kepolisian justru diciderai dengan tindakan provokatif dan represi Satpol PP terhadap warga sehingga membuat kekicruhan yang lebih besar. Saat itu juga, Satpol PP telah menciderai konstitusi dan dasar negara yang memuat nilai keadilan, hak asasi manusia, dan demokrasi. Tindak kekerasan Satpol PP di Koja bermuara pada urusan pengamanan kepentingan pemodal yang ingin menggusur tempat pemakaman warga untuk infrastruktur komersial. Seperti yang terjadi sebelumnya, Satpol PP memang dijadikan alat pemukul pemerintah daerah terhadap warga yang selama ini termajinalisasi. Tujuannya mengamankan kepentingan orang atau kelompok yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi. Untuk menjalankan itu, pemerintah bersama legislator membuat peraturan perundang-undangan (sampai ke perda-perda) yang menguntungkan pemodal dan elit birokrat. Akibatnya, warga kota yang termajinalisasi atas kota selalu digusur paksa tanpa mengindahkan hak ekonomi, sosial, dan budaya warga, termasuk keasrian lingkungan. Satpol PP sebagai alat pemukul semakin arogran karena mendapatkan dana operasional sebesar 250 milyar rupiah di wilayah DKI Jakarta. Dana sebesar itu digunakan hanya untuk mengusur puluhan ribu warga tiap bulannya dan membunuhi warga miskin satu per satu. Di bulan Maret 2010 saja, sudah tiga anak meninggal dunia akibat operasi penertiban Satpol PP. Begitu pun pada bulan-bulan sebelumnya. Sampai saat ini belum ada pertanggungjawaban hukum baik personal maupun institusional. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah, aparat keamanan, dan badan hukum merupakan bagian dari bentuk kekuasaan yang sewenang-wenang. Lebih dari itu, merupakan bentuk pengabaian hak-hak dasar rakyat yang selalu dihisap oleh rejim otoritarian, neoliberal, dan korup. Atas dasar itu, kami menuntut: 1. Bubarkan Satpol PP! 2. Cabut Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum DKI Jakarta! 3. Hentikan semua penggusuran! 4. Turunkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo! 5. Tangkap dan adili Harianto Bajoeri selaku Ketua Satpol PP DKI Jakarta! 6. Ganti rejim ganti sistem! Demikian pernyataan sikap ini. Di dalam tekad persatuan rakyat yang berlawan, kami menyerukan kepada semua elemen rakyat agar tetap melakukan perlawanan semaksimal mungkin terhadap Satpol PP yang dikendalikan oleh rejim dan sistem yang tidak pernah berpihak kepada rakyat. Hidup Rakyat! Bubarkan Satpol PP! Cabut Perda Tibum! Ganti Rejim Ganti Sistem! Jakarta 15 April 2010 [bersama Arus Pelangi, Bingkai Merah, FKW, IGJ, IKOHI Jakarta, Imparsial, JCSC, JRMK, Kasbi Jakarta, Komite Pembubaran Satpol PP, Kontras, KPI, LBH APIK, LBH Jakarta, LBH Masyarakat, PBHI Jakarta, Praxis, PRP Jakarta, Reides, Sebaja, Sebumi, Setara Institute, SKSN, UPC, Walhi Jakarta, Yayasan Anak Akar] baca juga MAKLUMAT FOR INDONESIA 15 APRIL 2010 MEI BULAN PERLAWANAN RAKYAT http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/04/mei-bulan-perlawanan-rakyat-maklumat.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Cerita tentang Rakyat yang Suka Bertanya
Kumpulan Cerpen dari penulis handal Indonesia : Martin Aleida, AS Laksana, Linda Christanty, Lang Fang, Oka Rusmini, Puthut EA, FX Rudy Gunawan, Irwan D Kustanto, Miranda Harlan (Penerbit; DEMOS, vhrbook, spasimedia) Hadirilah acara Launchingnya : Kamis, 11 Maret 2010 15:30 - 18:30 WIB Aula Goethe Institute Jl. Sam Ratulangi No. 9-15 Jakarta, Indonesia Pembicara : Antonio Prajasto (Demos) , AS Laksana (Penulis), FX Rudy Gunawan (Penulis) Pembahas : Marco Kusumawijaya Moderator : Raharja Waluya Jati nukilan cerita oleh Irwan D Kustanto/Martin Aleida/Linda Christanty/ konfirmasi kehadiran : Demos (021) 39899777 selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/03/cerita-tentang-rakyat-yang-suka.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] DOR DOR DOR. 8 Warga Jadi Korban Peluru Aparat di Pulau Gebe
Penambangan PT. Antam telah menghancurkan wilayah pulau Gebe. Selama tambang beroperasi masyarakat yang sebelumnya hidup sebagai nelayan dan petani, terpaksa mengubah pola ekonomi, dan tergantung kepada pertambangan. Kini, setelah nikelnya habis dikeruk, hutan rusak, serta perusahaan tambang berhenti, masyarakat kehilangan sumber-sumber kehidupan. Tanah dan laut sekitarnya berubah menjadi merah dan tidak bisa ditanami untuk pertanian. Persoalan lapangan pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan ibu dan anak menghantui masyarakat pulau Gebe. Berangkat dari situasi itulah, masyarakat dari empat desa Pulau Gebe, yakni Kacepi, Sanafi Kacepo, Umera dan Yoi bersama dengan mahasiswa melakukan aksi, konvoi, serta menduduki dan bermalam di kantor PT. Antam pulau Gebe sejak 23 Februari 2010. Masyarakat menuntut Dana Pengembangan Masyarakat PT. Antam pasca tambang. Untuk itu, masyarakat minta dipertemukan untuk berunding dengan Dikrektur Antam Pusat (Alwin Syah Loebis), Manajer Community Development, Kadis Pertambangan Propinsi Maluku Utara, dan Kadis Pertambangan Halmahera Tengah. Bukannya menanggapi warga yang anak-anak dan lingkungannya memiliki masa depan suram, PT. Antam malah mendatangkan pasukan Brimob bersama Kapolres Halmahera Tengah pada 25 Februari 2010. Sebanyak 40 aparat berseragam lengkap memakai tameng anti huru hara, dengan membawa senjata mendatangi kantor ANTAM dan memaksa massa aksi keluar halaman kantor dengan menembakkan gas air mata. Warga, temasuk ibu-ibu dan anak-anak berlarian keluar meninggalkan kantor Antam. Aksi penembakan dan kekerasan aparat sebelumnya juga pernah terjadi di wilayah konsesi tambang PT Nusa Halmahera Mineral yang dimiliki oleh Newcrest dari Australia (82.5%) dan PT Aneka Tambang, Indonesia (17.5%) beberapa tahun lalu. Terkait kekerasan dan penembakan oleh aparat Brimob di wilayah lain patut dicatat 2 bulan lalu tepatnya pada 4 Desember 2009 di Ogan Ilir Sumatera Selatan. Korbannya adalah para petani yang menuntut pengembalian tanah mereka yang dirampas oleh PT PN VII. Apakah ini sebuah insiden kebetulan ataukah memang secara sistimatis ada pemihakan negara terhadap kepentingan korporasi dengan menomersekiankan kepentingan warga setempat melalui pendekatan keamanan. Paling tidak dalam kasus-kasus ini ada pembiaran pelanggaran HAM berat oleh negara. Selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/03/sos-penembakan-warga-oleh-brimob-di.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book 44 Kajian tentang ‘Biografi Politik' Soekarno
Seperti menemukan harta karun, kira-kira itulah gambaran bagaimana sukacitanya saya menemukan blog Petear Kasenda beberapa waktu lalu. Saya sempat mengenalnya saat kuliah dulu sekitar 20-an tahun lalu dan tidak pernah berjumpa lagi setelah itu. Kali ini saya berjumpa dengan 44 ’kajian’ mengesankan (berupa artikel hingga buku dari tahun 80-an hingga 2009) tentang jejak sejarah Soekarno yang ditulis oleh Peter Kasenda Sejarawan Alumni UIi ini. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/44-kajian-tentang-soekarno-biografi.html simak juga : Berjuang Menuju Proklamasi Kemerdekaan ke 2 Biografi Politik Tan Malaka On Line , Biografi Politik Muhammad Hatta Online,Biografi Politik Sutan Sjahrir Online, Biografi Politik Amir Sjarifudin Online, Biografi Politik Pramoedya Ananta Tour Online, Biografi Politik Wiji Thukul Online,Biografi Politik Gus Dur Online, Biografi Politik Munir Online, Menuju Proklamasi ke 2 – Kumpulan Artikel Opini Lawan Neoliberalisme Online http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/berjuang-menuju-proklamasi-kemerdekaan.html 4 TAHUN PENGABAIAN KORBAN BENCANA LUMPUR LAPINDO Film-film Dokumenter Bencana Lumpur Lapindo : Negara Bertekuk Lutut pada Korporasi 7 FILM DOKUMNTER TENTANG LUMPUR LAPINDO http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/film-film-dokumenter-bencana-lumpur.html Ironi Banjir Untung di Jakarta dan Banjir Lumpur (Buntung) di Sidoarjo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/ironi-banjir-untung-di-jakarta-dan.html Dukung Pendidikan Anak dan Pemulihan Ekonomi Korban Lumpur Lapindo Segera!- Solidaritas Anti Generasi Suram Korban Lapindo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/dukung-pendidikan-anak-dan-pemulihan.html - [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menkominfo Berulah Lagi, SOS Kebebasan Berpendapat
Dukung Gerakan Melawan (TOLAK) Rancangan Peraturan Menteri Kominfo tentang Konten Multimedia karena berbahaya bagi kehidupan Internet Indonesia. Akankah paradigma represif dan total control seperti di jaman Soeharto bakal kembali terulang? Simak pandangan Enda Nasution (Presiden Blogger Indonesia), Onno Purbo, ICT Watch, Aliansi Jurnalis Independen hingga Ketua MK Mahfud MD. Tentunya juga sumber ancamannya (baca Siaran Pers No. 22/PIH/KOMINFO/2/2010 : Sikap Kementerian Kominfo Dalam Menyikapi Peningkatan Maraknya Penyalah-Gunaan Layanan Internet ). disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/sos-kebebasan-berpendapat-menteri.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Miskomunikasi atau Inikah Potret Kejiwaan SBY?!
Apakah ini kekeliruan komunikasi SBY seperti disampaikan oleh Eep Saefulloh Fatah dalam Analisis Politiknya di harian Kompas ataukah ini memang cerminan kondisi kejiwaan SBY? Curhat kerbau dan tetek bengek lainnya... Sibuk dengan Pencitraan (Politik Kosmetik), Narsisme, Sentimentil, Gemar Membangun Panggung Melodramatik, Sindrom Primadona, Sindrom Anak Tunggal dan Yatim Piatu hingga Pemburu Rente dan Elit Yang Mati Rasa?. Mari kita simak petikan pendapat pakarnya.. "Ada yang membawa kerbau, SBY badannya besar, malas dan bodoh seperti kerbau, dibawa itu, apa ya itu unjuk rasa sebagai ekspresi kebebasan...” Petikan Curhat SBY di istana Cipanas Video Demo Kerbau SiBuYa yang Bikin SBY Curhat link-link artikel opini di bawah silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/curhat-kerbau-dan-tetek-bengek-lainnya.html Rasa syukur juga mengharu biru saya membaca pengakuan Presiden, derajat kesuksesan program 100 hari mencapai lebih dari 99 persen. Sayangnya, rasa syukur ini berbenturan dengan fakta besarnya gelombang arus kritik menggugat kegagalan program 100 hari pemerintahan Yudhoyono-Boediono di berbagai penjuru Tanah Air. Ketika saya utarakan niat menulis tentang kekeliruan-kekeliruan politik Yudhoyono, seorang kawan baik berkomentar dengan ringan: ”Komunikasi Yudhoyono? Ia memangnya berkomunikasi dengan siapa?” Komentar ringan tetapi telak. Jangan-jangan di situlah sumber pokok masalahnya: Yudhoyono terlampau peduli pada dirinya sendiri. Saran sederhana saya: Presiden berhentilah terlampau asyik berkomunikasi dengan diri sendiri. Mulailah menghadapi kenyataan politik secara tegar dan kuat selayaknya seorang pemimpin. Dipetik dari artikel Eep Saefulloh Fatah - Kekeliruan Komunikasi SBY di harian Kompas Kasus yang menyita perhatian publik dalam 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II menjadi ukuran tentang suasana kegawatan demokrasi Indonesia. Krisis kenegaraan membayang dalam isu kriminalisasi dan pelemahan KPK, megaskandal Bank Century, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, serta rendahnya daya saing di tengah ancaman perdagangan bebas. Di sisi lain, otoritas negara sibuk dengan program pencitraan dan narsisme elitis: mulai dari mobil mewah dan kenaikan gaji pejabat, pesawat kepresidenan, pagar istana, hingga peluncuran album. dipetik dari artikel Yudi Latif “Korupsi Demokrasi” di harian Kompas. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang memiliki kuasa tafsir yang kaya atas seluruh kritisisme yang ditujukan kepadanya sehingga ia tidak jatuh pada sifat sentimental dan gemar membangun panggung melodramatik, di mana ia selalu memosisikan dirinya sebagai pihak yang teraniaya. . Soal kebebasan demokrasi yang melanggar batas memang harus kita koreksi. Namun, kesantunan juga kita tuntut pada cara para penyelenggara negara dalam menerapkan demokrasi liberal, terutama dalam bidang ekonomi dan budaya massa. Demokrasi ekonomi liberal membuat rakyat tidak sanggup menjangkau ekonomi berbiaya tinggi, misalnya dalam hal kebutuhan bahan pokok, pendidikan, dan kesehatan. Adapun demokrasi liberal di bidang budaya massa membuat masyarakat kehilangan karakter, bermental instan, dan hanya menjadi makhluk konsumen. Apakah hal ini santun secara sosial? Apakah cara-cara ekonomi liberal itu juga patuh pada asas kesantunan? Apakah juga santun ketika gaji para penyelenggara negara naik, sementara rakyat hidup didera kemiskinan. Apakah pemerintah santun ketika memberikan mobil mewah kepada para pejabat negara, sementara rakyat hanya bisa membayangkan rasa kenyang? Rakyat akan santun jika pemimpinnya juga santun. Saatnya para pemimpin menghentikan imajinasi penderitaan individualnya akibat kritsisme publik. Saatnya juga para pemimpin lebih cerdas menafsirkan dan menjawab eskalasi penderitaan rakyat akibat lapangan kerja yang semakin mengecil serupa lubang jarum. Nah, untuk soal-soal ini para pemimpin justru harus rigid mengoperasikan kuasa tafsirnya dan jitu menjawab persoalan. dipetik dari artikel Indra Trenggono “Kuasa Tafsir dan Metafora Fauna” di harian Kompas. Karakter anak tunggal yang memesona sebenarnya bisa jadi modal untuk melangkah ke tingkatan psikis berikutnya: warrior (pejuang) yang ciri-cirinya kita kenal pada para pahlawan. Banyak pahlawan besar dalam sejarah, juga dalam mitologi Timur dan Barat, berangkat dari kondisi polos dan yatim piatu. Dua ciri itu psikologis dikenali oleh setiap orang dan dinilai positif. Kepolosan dan status yatim piatu menggugah simpati. Bisa jadi terpilihnya SBY sebagai presiden dipengaruhi oleh citranya yang polos dan dianggap korban perlakuan tak adil. Persoalannya, mampukah SBY memanfaatkan modal psikologisnya itu mengembangkan diri lebih lanjut sebagai presiden? Kesan saya: belakangan ini alih-alih menggunakan kedua modal itu, ia malah mempertahankan keduanya. Lebih dari lima tahun jadi presiden, usaha mempertahankan kepolosan dan sifat yatim
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Teks Deklarasi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
baca juga Maklumat Pembentukan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (Lata belakang, Visi, Misi, Tujuan, Program dan Rencana Aksi) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/asosiasi-ekonomi-politik-indonesia-aepi.html Bahwa, cita-cita mewujudkan perekonomian bangsa yang mandiri, demokratis, dan berkeadilan adalah bagian yang sah dari cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun sejak hari pertama setelah proklamasi, jaringan neokolonialisme dan para agennya tidak pernah berhenti berusaha merongrong pengamalan cita-cita tersebut. Akibatnya, 65 tahun setelah proklamasi, struktur perekonomian Indonesia yang bercorak kolonial masih terus bertahan. Bahkan dalam satu dekade terakhir, kecenderungan untuk mensubordinasikan perekonomian Indonesia di bawah struktur kapitalisme internasional itu diperparah oleh pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal secara masif yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi. Ekspansi modal asing dan usaha-usaha besar difasilitasi. Penghancuran lingkungan hidup dibiarkan. Pemenuhan hak-hak dasar para pelaku ekonomi rakyat cenderung terabaikan. Kesenjangan dan ketidakadilan sosial, yang ditutupi dengan pemaparan indikator-indikator yang mengagumkan di atas kertas, kini menjadi kenyataan sehari-hari. Muaranya, sebagian rakyat Indonesia, sebagai pemilik sah negeri ini, yang seharusnya meningkat derajat dan martabatnya sebagai tuan di negeri sendiri, terpaksa bertahan hidup dengan menjadi kuli kelas dunia. Bahwa, belenggu struktur ekonomi kolonial serta pengingkaran terhadap cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi itu harus segera dihentikan. Sebab itu, kami yang berkumpul di sini bertekad untuk : Pertama, melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa dalam mewujudkan perekonomian yang mandiri, demokratis dan berkeadilan sebagaimana digariskan dalam Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya; Kedua, mengkaji dan mengoreksi berbagai kebijakan ekonomi-politik Indonesia agar sejalan dengan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi; Ketiga, merumuskan menyebarluaskan gagasan mengenai urgensi peningkatan kemandirian dan demokratisasi perekonomian Indonesia bagi peningkatan kesejahteraan rakyat; Keempat, meningkatkan derajat dan martabat mayoritas rakyat Indonesia sebagai tuan di negeri sendiri; Kelima, membentuk wadah perjuangan kaum terpelajar yang berpihak kepada konstitusi, yang kami beri nama Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia. Bahwa kami percaya, bangsa Indonesia akan tumbuh menjadi sebuah bangsa yang besar dan dihormati oleh masyarakat Internasional. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati cita-cita dan perjuangan kami. Jakarta 9 Februari 2010 Beberapa wakil deklarator yang memberi sambutan pada Acara Deklarasi AEPI tanggal 9 Februari 2010 di Gedung Perpustakaan Nasional Salemba Jakarta. Syamsul Hadi, PhD (Universitas Indonesia), Hendri Saparini, PhD (ECONIT), Prof. Dr. Muhammad Yunus (Universitas Hasanuddin) Drs. Deliarnov, MSc (Universitas Riau), Drs. M. Ridwan Rangkuty, MA (Universitas Sumatera Utara), Henry Saragih (Serikat Petani Indonesia), Dr. Ignatius Wibowo (Universitas Indonesia), Ichsanuddin Noorsy (Pustek UGM) Dr. Fahmy Radhi, MBA (Universitas Gajah Mada) , Revrisond Baswir (Universitas Gajah Mada) [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Wajah Demokrasi Indonesia : DEMOS (Rakyat) Dikhianati.
Bila merunut perjalanan satu dekade reformasi sebenarnya rejim yang bekuasa telah menjalankan estafet penuntasan reorganisasi politik dan ekonomi untuk mengubah Indonesia dalam fundamentalisme pasar atau negara pasar bebas. Paling tidak rejim yang berkuasa yang sepanjang satu dekade reformasi ini telah mengulangi rekayasa ekonomi-politik naiknya Soeharto dan kelahiran Orde Baru. Bila kelahiran orde Baru diwarnai amandemen berbagai perundangan-undangan dibidang ekonomi, seperti UU Penanaman Modal Asing, UU Pertambangan, UU Kehutanan, tepat dititik yang sama ini dilakukan pula oleh Orde Reformasi. Di antaranya di masa pemerintahan Megawati UU 18/2004 tentang Perkebunan dan UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air . Sedang di masa SBY-JK dilakukan amandemen UU 27/2007 Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Selain itu kita juga bisa beberkan ‘persetujuan’ elit-elit politik dominan di partai politik terkait kebijakan-kebijakan penghapusan subsidi, liberalisasi impor beras, komersialisasi pendidikan dan kesehatan hingga privatisasi BUMN. Apakah yang bisa ditangkap dari kompaknya partai-partai politik dan pemerintah terkait estafet penuntasan reorganisasi politik dan ekonomi untuk mengubah Indonesia kearah haluan fundamentalisme pasar atau negara pasar bebas, disisi lain kekompakan dan ‘keengganan’ membongkar Kriminalisai KPK (baik itu yang terjadi dalam proses parlemen khususnya yang terjadi di Komisi serta sikap SBY yang berdiam diri saja dan seperti membiarkan kasus ini sebelum dikeroyok oleh opini publik yang menguat) dan pertarungan dalam Mega Skandal Bank Century (yang lebih mencolok dengan nuansa tawar menawar politik). Tak lain tak bukan ini adalah soal kekuasaan yang sarat dengan perebutan atau pembagian rente ekonomi dan upaya mengamankannya diantara elit politik dominan. Akankah juga rejim yang berkuasa hari ini di satu sisi meliberalkan sepenuhnya ekonomi Indonesia menjadi negara pasar bebas di sisi lain akan melakukan pengekangan kebebasan politik dan partisipasi rakyat di bidang politik-sosial seperti pada jaman Soeharto. Bisa jadi ya bila kita melihat trend kriminalisasi demokrasi atau dalam kesimpulan Riset Demos Satu Dekade Reformasi disebut dengan gejala Konsolidasi Demokrasi Elitis Menuju Politics of Order. Politics of order dijalankan dengan serangkaian langkah-langkah sistematis. Tujuannya mudah diduga. Membatasi kebebasan sipil dan politik termasuk dengan membuat sistem representasi menjadi tertutup dari partisipasi popular. Dalam perspektif ini demokrasi tidak lebih penting daripada stabilitas politik. Dan partisipasi popular dianggap sebagai gangguan terhadap penguasa. Itu artinya, DEMOS (rakyat) dikhianati. dipetik dari paper Antonio Pradjasto Direktur Eksekutif DEMOS ”Ketika Demokrasi Didustai dan ’DEMOS’ Dikhianati” disampaikan dalam Diskusi Publik ”Wajah Demokrasi Indonesia”. selengkapnya http://www.demosindonesia.org/laput/article.php?id=541 Tawaran Solusi DEMOS : DEMOKRASI GAGAL SEBARKAN KESEJAHTERAAN BAGI RAKYAT Jakarta, "Indonesia ini negara penganut demokrasi terbesar ketiga di dunia. Namun ironisnya demokrasi telah berubah menjadi instrumen untuk menambah kemakmuran bagi elit politik," kata Cornelius Lay dalam Diskusi Publik "Wajah Demokrasi Indonesia", di Jakarta Media Center, Rabu. Negara dinilainya masih setengah-setengah dalam berupaya menyejahterakan rakyat. Bukan hanya itu, negara masih memiliki pesaing dalam usaha memunculkan kesejahteraan rakyat. Saingan tersebut hadir dalam wajah rumah sakit, sekolah, dan partai yang turut serta mengemban tugas pemerintah. "Seolah semua golongan ingin memunculkan kelebihannya masing-masing. Muhammadiyah dan orang Katolik, misalkan, bikin sekolah. Rumah sakit juga dibangun untuk menyaingi milik pemerintah," jelas Cornelius. Cornelius menilai, selama ini di Indonesia, demokrasi tidak terjadi secara menyeluruh dalam semua lapisan masyarakat. Contohnya adalah pembuatan KTP. Hal itu tidak menunjukkan seseorang sebagai bangsa Indonesia, tetapi hanya menunjukkan seseorang berasal dari kelurahan dan kecamatan tertentu dalam sebuah kabupaten atau kota . "Contohnya, coba saja kalau kita pegang KTP Yogyakarta, lalu kita mengajukan Askeskin ke rumah sakit di Jakarta, sudah pasti ditolak. Apa itu yang namanya demokrasi?" tutur Cornelius. Lokalitas, kata Cornelius, harus dijadikan basis utama dalam menumbuhkan demokrasi. Masyarakat dan petinggi negeri diharapkannya untuk melupakan sementara ranah Indonesia yang terlalu besar. Sebaiknya demokrasi terlebih dahulu dimunculkan di daerah-daerah. "Berdemokrasilah di pojok-pojok Indonesia yang menjanjikan itu," tambah Cornelius. Menambahkan pendapat Cornelius, Direktur Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos), Antonio Pradjasto mengatakan, tidak meningkatnya kesejahteraan rakyat jug
[Forum-Pembaca-KOMPAS] ICW Menonjol Karena Riset, Investigasi & Kajian Korupsinya
Pelajaran tentang Kredibilitas, Amunisi dan Penguatan Posisi Tawar ”Saat kami merilis adanya dugaan korupsi di suatu instansi, kami menggunakan data resmi atau data dari sumber lain yang sudah diverifikasi. Sebelum dikeluarkan pun, kami sudah membicarakan secara internal kelembagaan. Kami memiliki standar analisis,” (Illian Deta Arta Sari kepada Kompas). Menurut saya ICW bisa dijadikan contoh bahkan teladan tentang bagaimana sebuah lembaga advokasi membekali dirinya dengan riset, kajian, analisis dengan standar yang ketat untuk menjaga kredibilitas lembaga sekaligus memperkuat posisi tawarnya dalam mendesakkan perubahan kebijakan, dalam hal ini pemberantasan korupsi. Pernyataan yang disampaikan Illian di awal artikel ini, hanyalah gambaran sederhana tentang prosedur kerja atau dalam bahasa manajemennya ‘standar operation procedure’ yang dipraktekan di ICW. Walau demikian tentunya tetap saja ada resiko bahwa mereka akan menuai gugatan perdata atau pidana. Barangkali anda masih ingat bulan Oktober lalu dua penggiat ICW, Emerson Yuntho dan Illian Deta Arta Sari, mendapat surat panggilan dari kepolisian sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencemaran nama baik Kejaksaan Agung. Ini berawal dari pernyataan ICW yang mempertanyakan pengelolaan uang pengganti senilai Rp 7 triliun oleh Kejaksaan Agung. Data itu sendiri sebenarnya bersumber dari hasil Laporan Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.* Demikian pula di tahun 2005, Fahmi Badoh dan beberapa kawan dipanggil polisi atas laporan pencemaran nama baik anggota DPR, AM Fatwa. Hal ini berulang setahun kemudian Fahmi kembali dihadapkan tuduhan pencemaran nama baik anggota DPR lainnya, Akil Mochtar.* * Informasi tentang gugatan pencemaran nama baik dari berita Kompas “Yang Muda, Kritis, dan Tersangka” Kompas Sabtu, 17 Oktober 2009 Dalam bentuk lain kajian ICW juga sempat mendapatkan perlawanan, misal saja bantahan yang diberikan oleh Mahkamah Agung belum lama ini terhadap hasil pemantauan ICW terkait Pemantauan Perkara Korupsi yang diputus oleh Pengadilan selama 2009. Terkait pemantauan ini ICW melansir pernyataan “BURUK RUPA WAJAH PENGADILAN : 224 terdakwa korupsi dibebaskan dan 16 koruptor di hukum percobaan pada tahun 2009”. MA menyatakan : “Menolak dan membantah tegas data yang disampaikan ICW. Bahkan secara berulang mengatakan data tersebut tidak valid” (Surat MA No. 02/S.Kel/Bua.6/Hs/I/2010). ICW pun terus melaju dengan melaporkan 106 hakim ke Komisi Yudisial terkait Vonis Bebas/Lepas Kasus Korupsi di Pengadilan Umum Sepanjang Tahun 2009 Berikut adalah kompilasi hasil riset, survey dan kajian ICW yang dipublikasikan sepanjang bulan Desember 2009 – Januari 2010. Bila tidak ada kesalahan saya mencatat total ada 12 buah, baik berupa hasil kajian, pemantauan hingga survey. Inilah penggalan kinerja hebat 22 penggiatnya, yang rata-rata lulusan UGM, ITB, UNS, Undip, dan UNJ. Mereka bekerja dengan honorarium Rp 1,5 juta-Rp 5,5 juta per bulan. “Yang Muda, Kritis dan Tersangka” demikian Kompas menuliskannya. Catatan menarik lainnya banyak aktifis ICW juga adalah penulis artikel opini yang produktif di media massa diantaranya Emerson Yuntho, Adnan Topan Husodo, Febri Diansyah dan tentunya Danang Widoyoko. Salute Data Riset dan Kajian ICW yang dipublikasikan sepanjang Desember 2009 – Januari 2010 : link-link selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/hasil-hasil-riset-investigasi-dan.html Outlook Pemberantasan Korupsi Bidang Penegakan Hukum Tahun 2010 : Macan Ompong Pemberantasan Korupsi Politik Pelemahan KPK di Era Presiden SBY Pemantuan Penanganan Perkara Korupsi yang Ditangani Kejaksaan - Trend Korupsi Daerah : Rp. 215.57 Miliar Dana Bansos Dikorupsi Pemantauan Perkara Korupsi yang diputus oleh Pengadilan selama 2009 - BURUK RUPA WAJAH PENGADILAN : 224 terdakwa korupsi dibebaskan dan 16 koruptor di hukum percobaan pada tahun 2009 Public Accountability Review – Indonesia Corruption Watch ”KAJIAN POTENSI-POTENSI KORUPSI PILKADA” Public Accountabilty Report : Pola Korupsi Dana Alokasi Khusus Sektor Pendidikan Hasil Survey CRC (Citizen Report Card) ICW, 2009 : Rumah Sakit Belum Berpihak Pada Pasien Miskin Hasil Survey CRC (Citizen Report Card) ICW, 2009 : Studi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Laporan Penyimpangan Pengelolaan Listrik Pada PLN Laporan Dugaan Korupsi Penyimpangan Penggunaan Sisa Dana KBRI Bangkok Tahun Anggaran 2008 Daftar Kasus Korupsi – Perbankan yang menarik Perhatian Publik link-link selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/hasil-hasil-riset-investigasi-dan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] 100 HARI SBY-BOEDIONO; Kompilasi Pandangan Gerakan Sosial
100 Hari SBY-Boediono: Kolonialisme-Neoliberalisme, Lanjutkan!; "Melanjutkan Rutinitas: Belum Ada Perubahan Mendasar"; RAPOR MERAH PEMBERANTASAN KORUPSI TERJEBAK “POLITIK KOSMETIK”; 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono, Melanjutkan Kegagalan Negara Menjamin Kesejahteraan Rakyat Indonesia; Absennya Prioritas HAM Dalam Program 100 Hari Pemerintahan SBY, “Rezim SBY Gagal”, 100 Hari SBY-Boediono Tak Berguna. Front Perjuangan Rakyat, Front Oposisi Rakyat Indonesia; ; ICW; INFID; Sarekat Hijau Indonesia; YLBHI; ELSAM Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/evaluasi-100-hari-sby-budiono-rekap.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rezim SBY Sukses Hantar RI Dililit Gurita Perdagangan Bebas
Siaran Pers FOR Indonesia (Front Opisisi Rakyat Indonesia) 25/01/10 Jakarta Baca juga Maklumat FOR-Indonesia Diserukan pada saat Deklarasi Front Oposisi Rakyat Indonesia 21 Desember Januari 2010 “Rezim SBY Gagal” http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/maklumat-front-oposisi-rakyat-indonesia.html Saat ini mata kita mengarah ke angka kalender “28” Januari, yang akan terjadi dalam dua hari ke depan, di mana Rezim SBY genap berusia Lima Tahun Seratus Hari (1900 Hari). Dalam kekuasaannya untuk yang kedua kalinya ini, negeri Indonesia telah mengalami reorganisasi wilayah melalui berbagai macam undang-undang yang mengubah Indonesia sebagai negara pasar bebas dalam hal investasi, perdagangan dan keuangan negara. Banyak orang tidak menyadari hal ini, karena disangkanya telah hadir demokrasi dengan simbol keterbukaan di Indonesia, padahal itulah negara pasar bebas. Begitu negara ini telah alih fungsi sebagai pasar bebas, maka kedaulatan ekonomi-politik ada di tangan pedagang dan investor besar, dan rakyat Indonesia teralienasi dari tanah, kerja, dan identitas kesejarahan lokal/kebangsaannyanya. Inilah titik kritis Rezim SBY. Mari kita simak hantaran Rezim SBY menuju pasar bebas. Hal ini memang berhubungan dengan konsep unipolar dari penguasaan dunia yang didominasi oleh sebuah negara, dan agar efisien, dunia unipolar ini harus membentuk globalisasi. Globalisasi perdagangan bebas merupakan modus operandi yang banyak dipakai untuk mempercepat ekspansi rezim neoliberal. Mulanya WTO (World Trade Centre Organization) yang mengatur perdagangan bebas dunia, dan kemudian diciptakan FTA (Free Trade Agreement) yang cakupan peraturannya lebih menyeluruh dalam mengatur hubungan perdagangan regional ketimbang WTO. Indonesia telah terikat WTO sejak 1994, kemudian diatur oleh FTA (melalui AFTA 2002). FTA Indonesia telah menjalin dengan China-Asean FTA (CAFTA) sejak 2004, Jepang-Indonesia EPA pada 2007, dengan New Zealand-Australia (NZFTA,) dengan Uni-Eropa dan juga dengan AS. Dengan FTA, Rezim SBY membuka pintunya terbuka lebar bagi invasi ekonomi kapitalis. Dalam situasi krisis ekonomi global ini, FTA seperti konstitusi dunia yang menentukan kedaulatan ekonomi sebuah negara. Sebagai negara pasar bebas, rakyat pun dimobilisasi ke dalamnya sebagai “kuli-kuli pasar bebas” yang dibuat saling bersaing dengan sesamanya dalam sistem kerja outsourcing, ekspor tenaga kerja domestik, yang semuanya tanpa jaminan keselamatan dan kesejahteraan. Petani dan nelayan dibiarkan bersaing dengan pengusaha yang menguasai tanah hingga lautnya dengan teknologi dan modal besar, tanpa perlindungan. Layaknya, dalam persaingan yang tidak seimbang, maka posisi petani, nelayan yang diusir dari tanah dan lautnya serta dibuat terasing sebagai buruh adalah yang mengalami kehancuran fatal selama pemerintahan Rezim SBY. Kami menegaskan, terdapat tiga sokoguru Indonesia yang saat ini hancur fatal, yakni petani, nelayan dan buruh, serta kaum perempuan dari ketiga sokoguru tersebut. Kaum perempuan mempunyai beban masalah yang bertambah karena diperlakukan sebagai tenaga kerja (alat produksi kapitalis) sekaligus konsumen dalam pasar bebas. Runyamnya, pada saat pemerintahan SBY menyusun rencana strategis yang dinamakan National Summit 2009, malahan berisi tentang proyek yang tetap menguntungkan pengusaha besar, yakni pembangunan infrastuktur untuk menunjang industri strategis, proyek peningkatan pengusaha dalam negeri agar mampu bersaing dengan modal bebas, dan pembenahan birokrasi sipil dan militer yang mendukung pasar bebas agar bejalan efektif. Tak ada political will yang kuat untuk mensejahterakan dan melindungi rakyatnya dari gurita pasar bebas. Ketiga rencana strategis yang diprioritaskan Rezim SBY selama masa pemerintahannya ini benar-benar hanya menjadikan Indonesia sebagai polisi pasar bebas yang berjaga pada rute produksi, distribusi hingga reproduksi sosial –yang dibebankan utama kepada kaum perempuan, agar tidak ada yang luput dari hukum pasar bebas FTA. FTA akan semakin meningkatkan impor berbagai produk industri dan pertanian pada tingkat tarif bea masuk yang sangat rendah bahkan dapat mencapai nol persen. Saat ini saja Indonesia telah mengimpor hampir seluruh produk pertanian, beras, kedelai, produk peternakan seperti 30 persen kebutuhan daging nasional, sebanyak 70 persen dari total konsumsi susu, bahkan jeroan. Kecenderungan pada impor yang terus membesar semakin menyebabkan sektor pertanian dan industri dalam negeri terpuruk. Lebih ironi lagi, ketika impor perikanan dalam 5 tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan Kecenderungan pada impor yang terus membesar semakin menyebabkan sektor pertanian, perikanan dan industri dalam negeri terpuruk. Adapun subsidi telah dicabut atas Di sisi lain, liberalisasi dan percepatan penyediaan lahan dan izin konsesi untuk pembukaan industri ekstraktif (perkebunan skala besar, migas dan pertambangan) terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rilis GEMPAR : KPK Harus Memimpin Penyelesaian Kasus Century
Semakin kaburnya tindak lanjut atas kasus Century secara politik lewat mekanisme Pansus Hak Angket Century di DPR RI menimbulkan kekhawatiran public yang luas. Penuntasan kasus Century secara politik tanpa dibarengi oleh proses hukum dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakpastian hukum dan keliaran politik yang akan berbuntut pada politik transaksional. Kenyataan ini harus segera disikapi lewat mendorong agar proses hukum terkait Century, terutama atas indikasi korupsi segera memimpin penuntasan kasus Century. Sejak awal, setelah hasil Audit Investigatif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diserahkan ke DPR RI (20 November 2009), telah tergambar dengan jelas 3 aras penegakan hukum, yaitu; dugaan Korupsi, dugaan pencucian uang dan dugaan kejahatan perbankan. Nah, agar kasus Century tidak berlarut-larut maka: KPK untuk maju memimpin penuntasan kasus Century, KPK agar bertindak tegas tanpa terpengaruh oleh tekanan politik dari pihak manapun serta kepada semua pihak, termasuk Pansus Hak Angket Century di DPR RI untuk menjadikan Proses hukum dan fakta-fakta hukum untuk menilai dan mengambil tindakan terkait kasus Century selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/gerakan-masyarakat-untuk-pemerintah.html simak pula Kejahatan Kehutanan dan Manipulasi Pajak PT Riau Andalan Pulp Paper? Rilis Pers Komite Anti Penghancuran Hutan Indonesia (KAPHI) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/kejahatan-kehutanan-dan-manipulasi.html Kasus-kasus Korupsi dan Mafia Perbankan Di Indonesia http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/daftar-kasus-kasus-korupsi-dan-mafia.html Akhir Dari Kapitalisme dan Lahirnya Sosialisme Baru? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/sos-perubahan-iklim-dan-pemanasan.html Ki Hadjar Dewantara dan John Rossa : “Membaca Lebih Banyak Buku, Bukan Melarang Lebih Banyak Buku” http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/ki-hadjar-dewantara-dan-john-rossa.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mengenang Prof. Tjip : "Bersatulah Kekuatan Hukum Progresif"
Mematahkan Status Quo Imperialisme Rilis Gerakan Rakyat (Gerak) Jawa Tengah Kalimat di atas merupakan salah satu judul tulisan yang pernah dibuat oleh Almarhum Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH. Dalam tulisan tersebut beliau menyatakan bahwa tantangan bagi hukum progresif adalah keadaan Status Quo, suatu keadaan dimana segala sesuatu tetap dipertahankan. Pesan beliau adalah agar kekuatan hukum progresif bersatu untuk menolak dan mematahkan status quo tersebut. Pesan itu masih amat sangat relevan dilakukan di tengah-tengah persoalan yang dialami masyarakat Indonesia saat ini yaitu kemiskinan. Inilah persoalan umum masyarakat indonesia yang harus dijawab oleh kekuatan-kekuatan hukum progresif. Namun disaat pesan itu belum terlaksana hingga saat ini, beliau telah meninggalkan kita terlebih dahulu untuk selamanya. Semoga beliau pergi dalam kedamaian, Amin. Kepergian beliau tentu saja tidak untuk terus-menerus ditangisi apalagi sampai meninggalkan penderitaan bagi yang ditinggalkan, namun yang lebih penting adalah mengamalkan apa-apa yang menjadi pemikiran progresif beliau untuk kemaslahatan banyak orang. Persoalan rakyat disaat kepergian Prof. Tjip Hamparan tanah yang subur, lautan yang luas, minyak dan gas bumi, semua itu merupakan syarat-syarat yang ada bagi terpenuhinya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Di Negeri Indonesia yang kita cintai ini semua itu tersedia. Namun mengapa banyak Rakyat Indonesia justeru mengalami kemiskinan? Imperialisme (kapitalis monopoli) adalah penyebab terjadinya persoalan tersebut. Salah satu tujuan dari Imperialisme adalah memperoleh bahan mentah untuk kepentingan produksi bagi negara imperialis. Hal itu termanifestasikan dalam bentuk penguasaan kekayaan alam di sektor pertanahan, perkebunan, migas dll. Pengusaan itu sendiri dilakukan secara langsung atau melalui tuan-tuan tanah serta pengusaha-pengusaha besar yang mengabdi pada kepentingan imperialis (borjuasi komprador). Penguasaan secara langsung dapat dilihat dari keberadaan perusahaan seperti Freeport, Exxon Mobile, Chevron, Newmont dll. Sedangkan penguasaan tidak langsung adalah seperti perusahaan perkebunan besar swasta, Perhutani, PTPN dll, yang memproduksi barang-barang komoditas berorientasi pasar ekspor selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/mengenang-prof-dr-satjipto-rahardjo-sh.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Refleksi 2009-Prediksi 2010 : Bidang HAM, Korupsi, Lingkungan Hidup dll
Outlook Pemberantasan Korupsi Bidang Penegakan Hukum Tahun 2010 : Macan Ompong Pemberantasan Korupsi.!. (ICW) Environment Outlook 2010 – Wahana Lingkungan Hidup INDONESIA Human Rights Outlook 2010: Menggunakan politik dan hukum untuk melemahkan keadilan dan merampas kesejahteraan. HRWG, KontraS, Federasi KontraS, YLBHI, Demos, INFID, Elsam, SP (Solidaritas Perempuan ) , JSKK ( Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan) Refleksi 2009 dan Prediksi Papua 2010 : PENEGAKAN HAM DI PAPUA MENURUN DRASTIS Catatan Akhir Tahun 2009 Kebebasan Pers dan Berekspresi - AJI Catatan Akhir Tahun Hak Asasi Manusia 2009 - Komnas HAM Laporan Akhir Tahun 2009 tentang Kondisi Agraria Nasional - Konsorsium Pembaruan Agraria Catatan Akhir Tahun YLBHI (2009) : Tahun Rawan Penegakan Hukum, Pemenuhan HAM dan Akses Keadilan Laporan Akhir Tahun 2009 - KOMPAS Silah kunjung link-linknya di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/2009-2010 · redaksi lentera akan berupaya mengupdate catatan/laporan dari berbagai institusi terpilih lainnya sepanjang akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010. semoga bermanfaat. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Membaca Lagi Jejak Gus Dur.
Kumpulan Puluhan Artikel/Opini. Semoga bermanfaat. Bola Demokrasi – Sindhunata; Dengan Mati, Gus Dur Abadi - Yudi Latif; KETOKOHAN. Gus Dur dalam Perspektif Keulamaan - Anwar Hudijono; PLURALISME : Penerus Gus Dur Akan Muncul - Ingki Rinaldi; Usulan Gus Dur Pahlawan Nasional - Asvi Warman Adam; Orang Besar, dari Mana Datangnya? - M Alfan Alfian; Feyerabend von Jombang - L WILARDJO; Indonesia dan Gus Dur - BENNY SUSETYO; Gus Dur Telah Pergi - Franz Magnis-Suseno; Pluralisme Pasca-Gus Dur - Zuhairi Misrawi; Menghargai dan Mencari Figur Pengganti Gus Dur - Laode Ida; "Gitu Aja Kok Repot"-nya Gus Dur - Abdul Munir Mulkhan; Warisan Gus Dur - Jaya Suprana; Politik Luar Negeri Gus Dur - Budiarto Shambazy; Dia adalah Jendela kepada Dunia -Moeslim Abdurrahman; Gus Dur, Sang Nomor Satu - Indra J. Piliang; Dua Tahun Bersama Gus Dur di Istana - Wahyu Muryadi; Kepergian Seorang Nahdliyin - Masdar F Mas'udi; Kehilangan Besar - Fachry Ali ; Pekerjaan Rumah dari Gus Dur - Garin Nugroho; Gus Dur Sebenarnya Sedang Tidur - Arswendo Atmowiloto; Mencoba Membumikan Langit – Obituari Tempo; Persahabatan Tak Biasa di Sungai Tigris – Obituari Tempo; Perginya Penakluk Hati Rakyat – Obituari Tempo dst dst dstnya... Silah kunjung link-linknya di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/kumpulan-opini-mengenang-jejak-gus-dur.html dan saya temukan puisi bagus karya bung Heri Latief ini Selamat Jalan seorang tokoh telah pergi ke langit gerakan akar rumput liar kehilangan guyonan politik bergaya ngekik tersimpan dalam hati pengikutnya nyanyian anak jalanan semakin parau debu kemerdekaan jadi bayangan dan orang makin yakin, perjuangan membela kepentingan orang miskin Heri Latief Amsterdam, 30/12/2009 dan sekedar narasi gambar untuk GUS di lentera Marka Nama Jalan, Mengenang Gus Dur dari Sungailiat Bangka merayakan pluralisme, toleransi dan solidaritas marka nama jalan, jalan raya identitas raya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/mengenang-dengan-hormat-gus-dur-dari.html Anak-anak di Pantai. Mengenang Gus Dur dari Pasir Padi Bangka anak-anak menjejak pantai, bermain pada langit lapang, bermain pada laut luas tiada ada batas http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/anak-anak-dan-pantai-pasir-padi-bangka.html Menjala Ikan, Mengenang Gus Dur dari Pasir Padi Bangka belajar dengan menjalani nelayan cilik jala kecil dan ikan-ikan kecil http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/belajar-menjala-ikan-di-landai-pantai.html simak juga Catatan Akhir Tahun 2009, Menapak 2010 2009-2010. Rai Gedheg, Lanjutkan? Mari Tinggalkan Kontestasi Animal Farm Dalam Politik Indonesia! 2009-2010. Komedi Putar, Lanjutkan? Mari Melampaui Sistem Politik dan Ekonomi Yang Membusuk http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/catatan-akhir-tahun-2009-menapak-2010.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Berjuang Dari Pinggiran : Narasi Pembela HAM Berbasis Korban
Bedjo Untung (Tragedi 1965/1966), Wanma Yetty (Peristiwa Tanjung Priok, 1984), Azwar Kaili (Peristiwa Talangsari 1989), Ruyati Darwin (Tragedi Mei 1998), Sumarsih (Tragedi Semanggi 1998), Mugiyanto (Penculikan Aktivis Prodemokrasi 1997/1998), Zafrullah Pontoh (Kekerasan terhadap Jamaat Ahmadiyah), Kiswoyo (PT. Istana Magnoliatama), Muhammad Mizar Al Amir (Sengketa TPST Bojong) dan Suciwati (Kasus Pembunuhan Aktivis HAM Munir 2004) menjadi narasi personal yang coba dihadirkan dalam buku ini. Narasi inilah yang kelak diharapkan bisa digunakan untuk menandingi narasi-narasi mayor yang terlanjur baku dan beku di banyak benak masyarakat Indonesia. Kesepuluh responden tersebut adalah korban pelanggaran HAM berdimensi sipil – politik maupun ekonomi, sosial dan budaya yang telah lama menjadi dampingan KontraS, LBH Jakarta dan Yayasan Pulih. Mereka ini kemudian bertransformasi menjadi pembela HAM di lingkungan mereka masing-masing dan memberi banyak inspirasi dalam gerakan advokasi HAM di Indonesia. dipetik dari kata pengantar buku Berjuang Dari Pinggiran : Narasi Pembela HAM Berbasis Korban silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/e-book-berjuang-dari-pinggiran-narasi.html HRSF(Human Rights Support) - Kontras - LBH Jakarta - HRWG (Human Rights Working Group) - Yayasan Pulih - Yayasan Tifa [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ironi, Banjir Untung di Kuningan Epicentrum, Banjir Lumpur di Sidoarjo
Bakrieland Development saat ini sedang dalam kerja giat untuk membangun kawasan Super Block yang konon terbesar di Jakarta dengan wilayah seluas 53,5 ha (dan akan terus diperluas hingga 60 hektar). Disana sudah dan akan dibangun Gedung konser multi fungsi berkapasitas 2.500 orang, studio TV, retail area, perkantoran, hotel, apartemen dan lain-lain. Seluruhnya menyatu dalam lingkungan perkotaan atau atmosfir perkotaan yang tertata rapi, memadukan kegiatan bisnis komersial dengan gaya hidup dan hiburan yang dilengkapi fasilitas premium. Bakrie Tower, Mal Epicentrum, Walk- Creative Entertainment Center dan Strata Office Suites, The Grove Condominium dan The Grove Suites dan gedung konser adalah fasilitas-fasilitas superior yang akan melengkapi Apartemen Taman Rasuna, Pasar Festival, Aston Rasuna Residence, Rasuna Office Park dan Gold’s Gym Elite Rasuna yang sudah beroperasi sebelumnya. Hmm kenapa dipilih nama Epicentrum? Pusat (gempanya) keuntungannya ada di Jakarta, tapi pusat (ledakan) buntungnya berpusat di Sidoarjo? Tentang proyek Superblock ini Tempo Interaktif menulis judul berita "Meraup Untung di Rasuna Epicentrum". Tentunya megahnya, hijaunya (eco-friendly) dan manisnya proyek Bakrieland Development di kawasan segitiga emas bisnis Jakarta ini tentunya bertolak belakang dengan wajah bumi dan kehidupan korban yang meraup buntung karena tsunami Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Dan bila kelak Rasuna Epicentrum menempatkan diri sebagai salah satu pusat kreativitas anak negeri dan industri kreatif, maka di Sidoarjo tanggal 18-20 Desember lalu diadakan hajatan festival "Solidaritas Perjuangan Anak Pinggiran: Mengais Dunia yang Hilang". Hajatan ini diikuti sekitar 750 peserta dari berbagi komunitas anak di Jawa Timur. Anak-anak se-Jawa Timur itu hendak menunjukkan solidaritas mereka bagi anak korban lumpur Lapindo. Selain menampilkan anak-anak korban Lapindo, pagelaran ini dimeriahkan pula oleh aksi anak-anak pinggiran dari Malang, Lumajang, Jombang, Probolinggo, Surabaya, Mojokerto hingga Tulungagung. Mereka menampilkan teater, tari, musik, dan berbagai pameran karya anak korban Lapindo. Acara ini diadakan di Gelanggang Olah Raga Sidoarjo. Acara ini tidak diadakan di Gedung Konser canggih seperti yang akan dibangun di Rasuna Epicentrum, tapi cukup di Gedung Gelanggang Olahraga Sidoarjo "Pemerintah Tidak Peduli Penderitaan Anak Korban Lapindo". Pernyataan Romo Sandyawan saat membuka Festival yang mengambil topik "Solidaritas Perjuangan Anak Pinggiran: Mengais Dunia yang Hilang". Festival ini diikuti sekitar 750 peserta dari berbagi komunitas anak di Jawa Timur. Anak-anak se-Jawa Timur itu hendak menunjukkan solidaritas mereka bagi anak korban lumpur Lapindo. selengkapnya, berikut ironi dalam foto... http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/ironi-banjir-untung-di-jakarta-dan.html JANGAN LEWATKAN DOWNLOAD BUKU GURITA CIKEAS KUNJUNGI BERANDA http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Kelaparan di Negeri Yahukimo, Tanah Air Beta
LAPORAN INVESTIGASI JURNALISTIK 2009 BENCANA KELAPARAN & KEHIDUPAN DI YAHUKIMO : "KWANING KUME!" Wajah anak-anak itu tetap penuh keceriaan. Memanjat pohon, berlarian, mandi di kali, ke hutan, ke kebun hingga bersekolah. Siapa sangka anak-anak dari kampung Bomela itu nyatanya hanya makan 3 hari sekali Sementara orang-orang tua mereka yang sebenarnya punya kewajiban untuk berkebun atau berburu namun karena perut kosong, mereka tak mampu melakukan kewajiban itu. Sedang bagi yang masih memiliki sedikit kekuatan, akan mengikat perut mereka dengan semacam kulit kayu atau kain agar perut mereka tidak terasa mual saat menjalankan kewajibannya berkebun atau pun berburu.”Tali Poro Trada Isi” demikian mereka membahasakannya Kisah-kisah ini adalah bagian kecil saja dari laporan investigasi jurnalistik yang dilakukan Viktor Mambor dari Foker LSM Papua. Selengkapnya http://lenteradiata sbukit.blogspot. com/2009/ 12/kelaparan- di-negeri- yahukimo- tanah-air. html Menyuarakan Yang Tidak Bisa Bersuara dan Doa Anak Telanjang John Jonga, Penerima Anugerah Yap Thiam Hien Award 2009 Kau sudah tahu toooh Saya duduk, berdiri, berjalan, di atas lumuran darah dan serakan tulang belulang tete–nenek leluhur bangsa ini. Bapa telah meninggal, mama juga telah pergi untuk selama-lamanya setelah diperkosa oleh pasukan penyisir. Kakakku ditembak ketika anak–anak negeri mencari kebenaran dan keadilan. dipetik dari puisi Doa Anak Telanjang oleh John Jonga Dewan Juri akhirnya menganugerahkan Yap Thiem Hien Award 2009 kepada Pastor Yohanes Jonga seorang rohaniwan yang kini bertugas di Kabupaten Keerom, Papua. Pastor kelahiran Manggarai, sempat bertugas di Lembah Baliem dan Timika. Penugasan di Timika inilah yang membuka jalan perkenalan dan persahabatannya dengan Mama Yosepha penerima Yap Thiam Hien Award tahun 1999. Saat itu ia khusus menulis puisi Doa Anak Telanjang untuk Mama Yosepha yang baru saja menerima penghargaan. 10 tahun kemudian puisi ini dibacakan kembali oleh Yuliana Langwuyo di Hotel Borobudur, Jakarta, pada 10 Desember 2009 saat Pastor John juga menerima Yap Thiam Hien Award. (diceritakan oleh Andreas Harsono; John Jonga dan Mama Yosepha) ”Pastor Jonga adalah seorang rohaniawan yang bekerja melampaui pastoralnya dengan menjadi sahabat dan pembela bagi masyarakat Papua yang hingga kini masih mengalami pelanggaran hak-haknya," kata Todung saat menyampaikan hasil penilaian Yap Thiam Hien Award 2009 tanggal 7 Desember di Gedung Mahkamah Konstitusi . (liat Pastor Jonga Raih Yap Thiam Hien Award 2009, Jurnal Nasional). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muridan Widjoyo yang mengenalnya sejak 1994. Muridan menceritakan sebuah kejadian menarik tahun 1999, saat Pastor Jonga ditahan dan diinterogerasi di Kantor Polisi Mimika. “Karena mendengar itu, ibu-ibu suku Amungme dan Komoro turun ke jalan dan mengepung Polsek Mimika,” ujar Muridan. (liat Sebuah Peringatan tentang Papua, Sinar Harapan) Tidak hanya di Mimika, kemudian karena sikap dan komitmennya untuk Menyuarakan yang Tidak Bisa Bersuara, Pastor Jonga juga sempat mengalami intimidasi dari aparat keamanan di Keerom. Catatan ini secara terang berderang dapat dibaca dalam Laporan Situasi HAM di Kabupaten Keerom yang dikeluarkan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Papua Wilayah Keerom Arso Oktober (liat Kronologi Intimidasi yang Dialami Oleh Pastor John Jonga, Pr) selengkapnya (berikut link-link terkait) http://lenteradiata sbukit.blogspot. com/2009/ 12/johanes- jonga-menyuaraka n-yang-tidak. html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Made Wianta, Subcomandante Marcos, Romo Mangun
Spot Light - Riwayat Warna - Burung-burung Manyar saya gembira, lepas, nyaman, hiruk pikuk menikmati pameran karya-karya Made Wianta bertajuk SPOT LIGHT, hasil kerja bareng Galeri Nasional Indonesia dan O House Gallery. Berlarian, bolak-balik.. menjadi kanak-kanak kembali merayakan imajinasi merayakan warna merayakan kebebasan saya jadi ingin meneguk keceriaan kanak-kanak seperti puisi lawas Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata berikut ini Terbang melayang ke negeri impian dalam kepak sayap burung garuda Menyisir pelangi menyapu awan meniup api matahari mencicipi titik hujan pertama Mengetuk pintu surga, tok tok tok lalu sembunyi Sambil memecahkan teka-teki dari mana datangnya tawa. Lalu mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata Lucu ya kak Ayo cicipi keduanya oleh karenanya kali ini saya tidak hendak ingin menjelas-jelaskan kebesaran Made Wianta, menjelas-jelaskan aspek-aspek kualitas dan perjalanan kesenimanan Made Wianta yang menakjubkan (ia juga seorang penyair juga) sepenuhnya ingin lepas bebas sebagai penikmat yang seawam-awamnya dan kurang ajar juga barangkali ... lepas dari inginku menjadi kanak-kanak kembali, tetap saja ada gedoran palu ’apa pentingnya’, ’apa relevansinya’ apakah imajinasi, warna-warni, kebebasan, jiwa kanak-kanak ini punya relasi dengan atmosfir yang berlawan-lawan untuk mendorong perubahan sosial radikal dan revolusioner.. tuntutan kuat yang diteriakan di jalanan, dengan bacaan lugas ‘negara’ yang menembaki petani ogan ilir hukum yang kejam pada minah dan orang-orang kecil kelaparan di yahukimo warga sidoarjo yang dipaksa makan lumpur penghilangan paksa, pembunuhan yang tak kunjung menemukan keadilan korupsi dan penggadaian kedaulatan negeri sampe tandas saya katakan ya, ya, ya mari kita bertemu Romo Mangun yang lembut humanis (tapi rela membela sampai mati warga kali code yang dikasihinya) atau Subcomandante Marcos yang ... bersenjata pena dan bedil kurasa Marcos termasuk pemecah batu kebekuan gerakan sosial yang kehabisan gagasan dan kekeringan imajinasi. Juga baginya kata telah menjadi senjata yang ampuh dan mengetarkan dunia termasuk kata-kata imajinatif hingga dongeng dan anekdot Maka pada karya Spot Light saya temukan gaung Riwayat Warna Subcomandante Marcos Sejenak kemudian para dewa itu lelah dan ingin kembali tidur. Dewa-dewa ini, yang bukan dewa-dewa pertama yang melahirkan dunia, cuma ingin tidur. Maka, agar tidak lupa dan kehilangan warna-warna itu, mereka mencari cara menyimpannya. Dan saat mereka renungkan dalam hati bagaimana melakukannya, seketika itulah mereka lihat seekor kakaktua. Mereka renggut ia dan menaruh semua warna disana. Mereka buat bulu-bulunya lebih panjang agar semua warna bisa masuk. Begitulah mulanya kakatua mendapat warna dan seperti itulah ia jadinya... . agar orang-orang lelaki dan perempuan tidak lupa bahwa ada banyak warna dan banyak pikiran di dunia ini, agar dunia gembira saat semua warna dan semua pikiran punya tempatnya sendiri-sendiri. Sedang pada Romo Mangun kita bisa menemukan narasi makna kebermainan sebagai proses pembebasan dimana 'Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas dari kekangan atau kedukaan, berproses emansipatorik; dan itu hanya tercapai dalam alam dan suasana kemerdekaan. Manusia yang tidak merdeka tidak dapat bermain spontan, lepas, gembira, puas”. selengkapnya (plus link-link terkait dan puluhan karya spot light wianta) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/spot-light-riwayat-warna-burung-burung.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Politik Pelemahan KPK di Era SBY (SOS 14 Jurus Melumpuhkan KPK)
Judicial Review UU KPK ke Mahkamah Konstitusi Proses Seleksi Pimpinan KPK Ancaman Bom Ide Pembubaran KPK Penolakan Pengajuan Anggaran KPK Serangan Legislasi (legislation attack) Pengkerdilan kewenangan Penyadapan Menghilangkan/mengaburkan kewenangan Penuntutan KPK Penarikan personal Penyidik dan Auditor Membekukan fungsi penyidikan dan penuntutan KPK Rencana Audit BPKP terhadap KPK Ancaman terhadap investigasi kasus Century Kriminalisasi dan rekayasa hukum terhadap dua pimpinan KPK Rancangan Peraturan Pemerintah - RPP Penyadapan Selengkapnya Politik Pelemahan KPK di Era Presiden SBY http://rumahpengetahuan.web.id/titip/politikpelemahanlpldierasby9des2009.pdf Supremasi hukum yang berkeadilan juga masih sangat lemah di mana terdapat jurang yang lebar antara yang landasan normatif dan penegakannya. Seorang nenek yang mencuri tiga buah coklat dihukum oleh pengadilan, sementara penikmat BLBI bebas dari jerat hukum. Selain itu, praktik penyiksaan masih tetap terjadi, bukan hanya di tempat-tempat penahanan/penghukuman akan tetapi juga tempat-tempat lain terutama di tempat-tempat dimana orang dirampas kebebasannya, sementara di tingkat nasional belum tersedia mekanisme nasional yang efektif untuk pencegahan penyiksaan. Selain itu, Komnas HAM juga mengamati sejumlah kasus penyiksaan yang dilakukan pada saat proses penyelidikan dan penyidikan serta adanya rekayasa dalam proses hukum, antara lain kriminalisasi terhadap Pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah. Pernyataan ini dipetik dari Catatan Akhir Tahun Hak Asasi Manusia 2009 – Komnas HAM http://www.komnasham.go.id/portal/id/content/catatan-akhir-tahun-hak-asasi-manusia-2009 Simak juga hotspot di lentera – http://lenteradiatasbukit.blogspot.com COP 15 : Keadilan Iklim Segera!!! Malapetaka di Depan Mata Jakarta, Dhaka, dan Manila Terancam Bencana Iklim Update Suara Masyarakat Sipil Indonesia dari COP 15 Copenhagen Klipping (Kumpulan) Artikel/Opini tentang (COP 15) Kopenhagen –di Harian KOMPAS Cicak-cicak Bersatulah! Mahkamah Rakyat : NEGARA HARUS BERTANGGUNGJAWAB ATAS PELANGGARAN HAM DAN PENYELEWENGAN UANG RAKYAT KPK dan Komnas HAM , Didesak Usut Tuntas Kasus Lumpur Lapindo - Ramai Di Century (Rp. 6,7 T), Sepi Di Lapindo (Rp.33 T) BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI Rekaman Audio Skenario Kriminalisasi Chandra-Bibit di Mahkamah Konstitusi Dokumen Lengkap Kesimpulan dan Rekomendasi Tim Delapan Pidato Presiden Terkait Kasus Century dan Bibit-Chandra Laporan Lengkap Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK Atas Kasus PT Bank Century, Tbk Ringkasan Hasil Audit BPK Atas Bank Century dan Kajian Lengkap ICW (Public Accountability Review – Kasus Bank Century : SKEMA INDIKASI KORUPSI KASUS BANK CENTURY) Kumpulan Artikel Opini Terkait di Media Massa (Sejak 30 Oktober), Skandal Century, Disfungsi Presiden & Turbulensi Politik : Menakar Potensi Gerakan Ekstra Parlementer, People’s Power dan Lahirnya Kekuatan Politik Alternatif (Artikel Pilihan) Laporan Independen Versi Masyarakat tentang Implementasi Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Korupsi (UNCAC) [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hari HAM : (Ketidakberesan) Istana Kembali di Demo Ribuan Orang!
Adakah perbedaaan warna dan watak dengan demo sehari sebelumnya? Selang sehari setelah hingar bingar Aksi Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (9 Desember 2009), Istana Negara kembali di demo ribuan massa organisasi petani, buruh, miskin kota, perempuan, mahasiswa, NGO dan gerakan sosial lainnya. Kali ini momentumnya adalah Peringatan Hari HAM Sedunia 10 Desember 2009 (61 Tahun Deklarasi Universal HAM). Bisa jadi aksi tanggal 10 agak berbeda watak dan warnanya dengan aksi sehari sebelumnya (termasuk kadar dukungan media massa dan dukungan gerakan mahasiswa, hingga basis utama dan konsolidasi aksinya). Walaupun saya yakin banyak cukup banyak irisan gerakannya dan juga komitmen yang setara baik untuk membabat habis para koruptor maupun menegakkan HAM. Tentu saja juga soal korupsi pada akhirnya bermuara pada pelanggaran terhadap hak-hak rakyat atau HAM. Lepas dari itu untuk perubahan radikal atau perubahan yang sungguh bermakna bagi tegaknya keadilan di negeri ini, tidak bisa tidak keduanya harus saling belajar dan membangun konsolidasi yang lebih apik di kemudian hari. Karena untuk itu yang dituju bukanlah perbaikan tambal sulam, tetapi perubahan yang merombak sistim dan struktur sosial yang tidak adil sampai ke akarnya. Sistim yang sedang berkibar itu adalah Kapitalisme Neoliberal dan para operator dan predator (buaya dalam biologi termasuk kategori predator) dalam negerinya. (atau sebut saja antek-anteknya, bila kita meminjam kosakata jaman revolusi dulu). Pada Peringatan Hari HAM 2009 ini paling tidak dua aliansi besar melakukan aksi demonstrasi di depan Istana Negara. Pertama aksi yang dilakukan oleh Panitia Nasional Peringatan Hari HAM (PNP HAM)10 Desember 2009 yang berlangsung sejak pagi hari jam 10 . Aksi mengambil rute Masjid Istiqlal, Istana kemudian di tutup di seberang Indosat pada pukul 2.30. Sementara itu KOPER HAM melakukan aksi di depan Istana Negara sekitar pukul 4 dan kemudian dilanjutkan dengan long march menuju Bundaran Hotel Indonesia untuk menggelar renungan malam 61 tahun Deklarasi HAM PBB. Adapun Aksi PNP-HAM bertajuk GERAKAN RAKYAT MENUNTUT TANAH KERJA, UPAH : HAM UNTUK KITA, KEADILAN UNTUK KITA, Sementara itu KOPER HAM mengusung pesan "Hentikan Segala Bentuk Kriminalisasi dan Kekerasan Terhadap Para Pembela HAM" dan pesan kepada publik bahwa ”SETIAP MASYARAKAT BISA TAMPIL MENJADI PEMBELA HAM...SEMUA BISA MENJADI PEMBELA HAM!” Selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/peringatan-hari-ham-2009-di-jakarta-dua.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Darurat Keadilan : Libas Korupsi Kehutanan Segera!!!
Peringatan : Rp 20 Triliun Pemasukan Dari Sektor Kehutanan Hilang Setiap Tahun Akibat Pembalakan Liar dan Korupsi SOS Hutan Indonesia Selamatkan Hutan dan Rakyat Indonesia Bung Chandra dan Bibit (KPK), dukungan masyarakat tidaklah "gratis"!!! Perilaku korupsi yang terjadi dalam sektor kehutanan di Indonesia telah merugikan pemerintah sebesar 2 milyar dolar Amerika setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan negara semakin jauh dari sumber daya yang ada untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pemberian hak atas ekonomi dan sosial kepada masyarakat. (dipetik dari siaran pers Human Rights Watch terkait hasil laporan/penelitian 'Dana Liar: Konsekuensi Pembalakan Liar dan Korupsi di Sektor Kehutanan Indonesia pada Hak Asasi Manusia') Hasil Laporan Human Rights Watch selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/darurat-keadilan-pemberantas-korupsi-di.html Rp 20 Triliun Pemasukan Hilang Setiap Tahun Kompas, 4 Desember 2009 Pemberantasan Korupsi diminta memprioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor kehutanan. Itu karena potensi pemasukan tahunan yang hilang akibat korupsi dan salah kelola di sektor kehutanan mencapai Rp 20 triliun per tahun. Hal itu disampaikan Wakil Direktur Program Human Rights Watch (HRW) Joe Saunders dan peneliti hukum Indonesia Corruption Watch (ICW), Febri Diansyah, dalam konferensi pers di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis (3/12). Sebelumnya, mereka menyampaikan hasil penelitian tentang korupsi di sektor kehutanan itu kepada pimpinan KPK. HRW menyampaikan penelitian berjudul Dana Liar: Konsekuensi Pembalakan Liar dan Korupsi di Sektor Kehutanan Indonesia pada Hak Asasi Manusia. ICW menyampaikan penelitian tentang korupsi dalam pemberantasan illegal logging. ”Setiap tahun, potensi kerugian negara akibat korupsi dan salah kelola di sektor kehutanan mencapai Rp 20 triliun. Bahkan, tahun 2006 angkanya lebih besar dari semua pengeluaran negara untuk sektor kesehatan nasional dan daerah,” kata Joe. Nilai kehilangan tahunan ini, menurut Joe, juga setara dengan perhitungan Bank Dunia terhadap anggaran yang cukup untuk memberikan layanan dasar kepada 100 juta penduduk miskin selama dua tahun. Potensi kerugian negara itu, kata Joe, terjadi karena tak transparannya sistem pendataan di sektor kehutanan dan perkebunan sehingga masyarakat tak bisa mengontrolnya. Faktor lain karena lemahnya penegakan hukum. ”Faktor kedua ini yang mendorong kami datang ke KPK. Apalagi, KPK memiliki kemampuan untuk mengejar pelaku sampai ke pemodal,” kata dia. Febri mengatakan, dari penelitian ICW, sebagian besar kasus pembalakan liar yang ditangkap kejaksaan dan polisi adalah aktor kelas bawah (operator, sopir, atau petani), yaitu sebanyak 76,10 persen. Aktor kelas atas (penegak hukum, pejabat kehutanan, kontraktor, direktur, atau cukong) yang ditangkap hanya 23,9 persen. Itu pun sebagian besar aktor kelas atas, sekitar 71,43 persen, divonis bebas. Febri berharap KPK menjerat aktor kelas atas dalam kasus pembalakan liar ini. (aik) http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/02/03150247/pemasukan.rp.20.triliun.per.tahun.hilang [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Aksi Damai Sehari Memperingati Hari HAM Sedunia
INFO :PANITIA NASIONAL PERSIAPAN HARI HAK ASASI MANUSIA – 2009 (PPN HAM) AKSI DAMAI SEHARI MEMPERINGATI HARI HAM SEDUNIA HAM UNTUK KITA! KEADILAN UNTUK KITA! KEADILAN UNTUK RAKYAT KECIL!” NEGARA HARUS BERTANGGUNGJAWAB ATAS PELANGGARAN HAM DAN PENYELEWENGAN UANG RAKYAT KAMIS, 10 DESEMBER 2009 Salam demokrasi, Kami menyerukan kepada semua yang pro-hak asasi manusia untuk memeriahkan acara-acara perayaan lahirnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 10 Desember 1948. Perayaan kali ini bertema KEADILAN. Keadilan dapat mempersatukan kita semua yang memberi perhatian atas masalah HAM di berbagai bidang kehidupan. Keadilan pula yang menjadi impian semua anak bangsa Indonesia dan manusia sedunia. Kami memperkirakan perayaan ini diadakan di berbagai propinsi, setidaknya di 24 kota di tanah air. Teknis pelaksanaan acara di berbagai daerah akan ditentukan oleh Koodinator organisasi masing-masing daerah. Secara khusus, aksi damai ini juga akan diadakan di Jakarta, dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat Jabotabek yang selama ini memperjuangkan haknya bersama organisasi HAM. Aksi telah diberitahukan kepada jajaran aparat kepolisian, khususnya Baintelkam Polri, agar ada kerjasama demi terselenggaranya pemeliharaan keamanan dan ketertiban bermasyarakat. Sifat aksi ini DAMAI. Titik awal berkumpul di Masjid Istiqlal pada hari Kamis, 10 Desember 2009 pukul 9.00 Wib. Bagi yang hendak ikutserta dalam aksi damai, diharapkan mengenakan pakaian berwarna putih, serta bendera berwarna merah putih. Sekertariat pengorganisasian acara ini berada di Jalan Borobudur No.14, Menteng, Jakarta Pusat, No. Telp. 021.3926983 dan fax 021.3926821. Rencana ini bersifat terbuka bagi tiap anggota masyarakat dengan beragam latarbelakang agama, profesi maupun daerah, dengan syarat melakukan aksi secara damai. Siapapun yang bertindak dengan kekerasan, bukan bagian dari peserta aksi damai, dan aparat penegak hukum wajib menindaknya. Dengan berefleksi pada situasi nasional, ada tiga tema yang diharapkan menaungi berbagai harapan kita. Kesatu, menyerukan agar hukum ditegakkan dengan KEADILAN, demi terselenggaranya kehidupan bangsa dan negara yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Kita semua wajib membersihkan seluruh lembaga penegak hukum dari praktek korupsi. Tuntutan kepada pemerintah: 1. Usut tuntas berbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu dan hentikan berbagai bentuk kekerasan serta diskriminasi dan ketidakadilan bagi rakyat kecil. 2. Usut tuntas berbagai kasus korupsi yang menyebabkan sistem peradilan tak mampu menyediakan keadilan bagi rakyat kecil. 3. Penuhi pelayanan dan fasilitas layanan kesehatan reproduksi bagi perempuan dan keluarga miskin. 4. Buka lapangan pekerjaan seluasnya dan jaminan kebebasan berekspresi, berserikat/ beroraganisasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Kedua, berkomitmen untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, semua lapisan masyarakat, dari petani, buruh, wartawan, hingga aparat kepolisian dan militer dengan menaikan upah mereka menuju standar yang layak dan BERMARTABAT. Tuntutan kepada pemerintah: 1. mengentikan perampasan tanah-tanah rakyat (ulayat), menyediakan sarana produksi murah dan tingkatkan harga hasil pertanian serta jalankan reforma agraria yang sejati bagi kaum Tani. 2. Menghentikan PHK dalam bentuk apapun, penuhi upah layak dan penghapusan sistem kontrak bagi buruh. 3. Menghapuskan biaya penempatan tinggi/overchanging, ratifikasi Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan buruh migran Indonesia. Praktek korupsi di tubuh institusi negara terbukti menyebabkan gagalnya perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dari lapisan kelas bawah, fakir-miskin, anak-anak terlantar di kota, perempuan & petani serta buruh di desa, sampai terganggunya rasa DAMAI di Aceh dan Papua. Acara Hari HAM Se-dunia, 10 Desember 2009 di dukung oleh organisasi-organisasi masyarakat yang memperjuangkan HAM dan KEADILAN di berbagai daerah. Jakarta, 8 Desember 2009 Usman Hamid Penanggungjawab Erpan Paryadi Koordinator Aksi Jurubicara; 1. Usman Hamid 2. Erpan Paryadi 3. Aan Anshari 4. Rudi HB Daman 5. Wardah Hafidz AGRA, GSBI, SBB, KONTRAS, UPC-UPLINK, FBC, FSBI, SPOI, FSBC, PETANI BATANG, PERSATUAN PETANI RUMPIN, WARGA BOJONG KEMANG, FMN, LPB, GRI, KPC, PMKRI, PEDAGANG PASAR KEMIS, PKL BLOK M, MASYARAKAT/ PEMUDA PAPUA, WARGA KALIADEM, ATKI, SHI, SAWIT WATCH, MIGRAN CARE, SP, INDIES, KBM UIN, FDMD-UI, CGM, WALHI, SERUNI, JARINGAN SOLIDARITAS KELUARGA KORBAN PELANGGARAN HAM MASA LALU, PISBA, AWRGA CIAWI, KORBAN TALANGSARI, KIARA, PONDOK PESANTREN AL-MIZAN (PIMPINAN KH MAMAN). [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kejamnya Hukum Bagi 'Si Miskin', Lembeknya Hukum Bagi 'Si Kaya'?
Cicak Lawan Buaya : Kebijakan Busuk dan atau Orde (Sosial) Yang Busuk?! Selengkapnya (beserta link terkait) disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/kejamnya-hukum-bagi-si-miskin-lembeknya.html Pada masa kini, sulit diterima bila sebenarnya perbedaan perlakuan pemerintah dapat dilihat dari kekayaan yang dimiliki tiap warga negara. (dipetik Saifur Rohman Peneliti Filsafat “Minah dan Anggodo” di Kompas) Nasib Minah berbeda pula dengan para pejabat dan politikus di Senayan yang menerima suap ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Hingga sekarang mereka juga tak dijerat karena Komisi Pemberantasan Korupsi sibuk mempertahankan eksistensinya. Adapun kepolisian dan kejaksaan lebih mencurahkan energinya untuk bertikai dengan KPK. Atau jangan-jangan mereka masih menunggu para pejabat, politikus, dan Anggodo mencuri buah kakao seperti halnya Nenek Minah? (dipetik dari Editorial Koran Tempo ‘Kejamnya Hukum Bagi Minah’) Tak hanya Minah (55) dan 3 Kakao, tetapi juga Ny Manise (43) dan Sisa Panen Kapuk, Klijo (76) dan Setandan Pisang, Basar Suyanto (47) dan Buah Semangka, Pak Tukirin (62) dan Bibit Jagung, barangkali juga Aguswandi dan Listrik, tentunya juga Prita Mulyasari Catat juga bagaimana perusahaan dan penguasa mengabaikan putusan MA tahun 1996 yang menyatakan lahan di desa Rengas Ogan Ilir yang dikuasai oleh PG Cinta Manis dan PTPN VII adalah lahan sah milik petani (seperti dinyatakan oleh warga kepada Kompas). Bahkan rakyat yang terampas tanahnya itu harus berhadapan dengan Dar Der Dor Senapan Brimob . Tidak terkira pula kasus gugatan pencemaran dan kerusakan lingkungan (catat puluhan kasus gugatan Walhi dkk yang tak satu pun dimenangkan pengadilan), perampasan tanah, penggusuran dan segala bentuk pelanggaran HAM lainnya yang kandas di meja hijau. Sri Palupi menyebutkan Orde hari ini bak Rimba Raya dengan Hukum Besi Rimbanya (yang kuat memangsa yang lemah). Bagi saya kemudian pertanyaaannya pasang naik perlawanan rakyat yang dipicu oleh kasus kriminalisasi bibit-chandra hingga century adakah hanya menyasar perbaikan-perbaikan parsial dan penggantian orang atau soal kursi (reformasi) ataukah perubahan orde atau tatanan (katakan transformasi bila enggan revolusi). Ya, rimba raya kapitalisme neoliberal dengan rejim antek predatornyaharus dibongkar dan digantikan. lebih lanjut cermati data-data penistaan si miskin yang dihimpun oleh Palupi dibawah ini Di Jakarta dan sekitarnya, setiap bulan rata-rata 3.223 orang miskin ditangkap dan diusir dari kota. Mereka bukan hanya dikejar dan diusir, tetapi rumah dan tempat usaha mereka juga dibakar. Setiap tahun rata-rata terjadi 700 kasus pembakaran/kebakaran di Jakarta dan sekitarnya, 71 persen mengena pada permukiman miskin dan 21 persen pada pasar tradisional dan bangunan publik. Bahkan, di Mojokerto dan Nganjuk, kota kecil di Jawa Timur, orang-orang miskin yang hidup dari jalanan ditangkap dan dibuang ke hutan layaknya membuang binatang. Kebijakan yang berpihak kepada konglomerat dan kriminalisasi orang melarat telah melahirkan pemiskinan yang kian dalam. Pada tahun 2006 WHO mencatat, 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dan mayoritas berasal dari kelompok miskin. Jumlah penderita gangguan jiwa meningkat 10 persen-20 persen setiap tahun. Sepanjang tahun 2005-2007, sedikitnya 50.000 orang bunuh diri karena alasan kemiskinan dan impitan ekonomi. Tidak terhitung berapa ibu membunuh anaknya karena alasan serupa. Kian dalamnya pemiskinan tidak pernah terlihat oleh kacamata pemerintah yang mengukur kemiskinan hanya dengan garis kemiskinan yang sungguh menipu akal sehat. Dipetik dari artikel Sri Palupi Ketua Institute for Ecosoc Right, Bank Century dan Hukum Rimba, Kompas 15 September 2009 Psst jangan lupa si miskin juga bukan tanpa masalah (sebagian besar juga mereproduksi orde yang memusuhi orang miskin dan dirinya sendiri), mereka punya bahasa 'penghakiman' yang acapkali tak kalah kejamnya. Betapa seringnya kita dengar maling ayam atau jemuran yang babak belur karena dijadikan sansak tinju bahkan hingga dibakar. Juga perlu diingat, bisa jadi tak sedikit kalangan bukan orang miskin diantaranya kelas menengah kota yang diam-diam merestui penyingkiran orang miskin dari wajah kotanya. Ada beberapa kompleks perumahan mewah atau bukan yang memasang plang pemulung dan pengamen di larang masuk. Kamu pasti bersalah, karena kamu miskin!! Kamu pasti bersalah, karena kemiskinan dan kejahatan adalah dua sisi mata uang yang sama! Ya Gusti,inikah Orde Para Bedebah itu! (meminjam 'Negeri Para Bedebah’nya Adhie Massardi) Negeri Para Bedebah karya Adhie Massardi Ada satu negeri yang dihuni para bedebah Lautnya pernah dibelah tongkat Musa Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah? Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah Tapi rakyatnya makan
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Profil Prita Mulyasari di New York Times 4 Desember 2009
Trapped Inside a Broken Judicial System After Hitting Send PRITA MULYASARI became famous, as her lawyer put it, for going from “e-mail to jail.” New York Times THE SATURDAY PROFILE By NORIMITSU ONISHI Published: December 4, 2009 TANGERANG, Indonesia Her ordeal began when she sent an e-mail message complaining about the poor treatment she received at a hospital to 20 relatives, friends and co-workers. The message, forwarded from one mailing list to another, eventually fell into the hands of the hospital’s lawyers, who sued for defamation. In no time, Ms. Mulyasari, 32, a mother of two infants, found herself sharing a jail cell with murderers and facing six years in prison, seemingly yet another ordinary Indonesian caught up in one of the world’s most corrupt legal systems. selengkapnya http://www.nytimes.com/2009/12/05/world/asia/05mulyasari.html?_r=3 simak lagi Memahami Lebih Jauh Duduk Perkara Bengkoknya Hukum Indonesia Prita Mulyasari Vs. Negara Republik Indonesia “Pidana Penghinaan adalah Pembatas Kemerdekaan Berpendapat yang Inkonstitusional” AMICUS CURIAE Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN), Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) kunjungi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/duduk-perkara-hukum-prita-mulyasari-vs.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Top File : Dari Rekaman Audio di MK, Laporan Tim 8 Hingga BPK
Rekaman Audio Skenario Kriminalisasi Chandra-Bibit di Mahkamah Konstitusi Dokumen Lengkap Kesimpulan dan Rekomendasi Tim Delapan Pidato Presiden Terkait Kasus Century dan Bibit-Chandra Ringkasan Hasil Audit BPK Atas Bank Century dan Kajian Lengkap ICW (Public Accountability Review – Kasus Bank Century : SKEMA INDIKASI KORUPSI KASUS BANK CENTURY) Laporan Lengkap Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK Atas Kasus PT Bank Century, Tbk simak juga : Kumpulan Artikel Opini Terkait di Media Massa (Sejak 30 Oktober), Skandal Century, Disfungsi Presiden & Turbulensi Politik : Menakar Potensi Gerakan Ekstra Parlementer, People’s Power dan Lahirnya Kekuatan Politik Alternatif (Artikel Terseleksi) Laporan Independen Versi Masyarakat tentang Implementasi Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Korupsi (UNCAC) Kumpulan 80 Artikel Opini dan E-Book Tentang (Lawan) Neoliberalisme Silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com Salam hangat Andreas [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Skandal Century, Disfungsi Presiden & Turbulensi Politik
Menakar Potensi Gerakan Ekstra Parlementer, People’s Power dan Lahirnya Kekuatan Politik Alternatif yang Tangguh Titik Lemah Pemerintahan SBY-Boediono : Koalisi Tambun Yang Tak Disiplin, Disfungsi Presiden dan Presiden Mengambang http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/titik-lemah-pemerintahan-sby-boediono.html Koalisi tambun yang tak disiplin, disfungsi presiden, dan gejala presiden mengambang adalah sisi-sisi yang sungguh mencemaskan berkaitan dengan kabinet Yudhoyono-Boediono dan masa depannya. Menegasnya sisi-sisi ini hari-hari ini membikin siapa pun sebaiknya tak terlalu tergesa membuat proyeksi mengenai masa depan yang jauh dari kabinet ini. Sebab, jangan-jangan kabinet ini sudah harus menjalani masa suram dalam masa depannya yang sangat dekat. Dipetik dari artikel Eep Saefulloh Fatah ”Proyeksi Politik 2010: Koalisi Tambun, Presiden Mengambang” di Majalah Tempo Magnitudo Skandal Century dan People’s Power http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/magnitudo-skandal-century-dan-peoples.html Mengingat besarnya magnitudo skandal itulah beberapa pekan terakhir muncul reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk unjuk rasa mahasiswa. Mereka kekuatan moral, intelektual, dan sosial yang berpihak kepada hati nurani rakyat. Unjuk rasa mereka—juga oleh kalangan lain—bisa memicu people’s power (kekuatan rakyat) yang positif karena gagal ditunggangi pihak ketiga. People’s power dibutuhkan ketika kekuasaan membangun tembok pelindung dirinya. Persis 30 tahun lalu pada hari-hari ini people’s power merobohkan tembok kekuasaan, termasuk Tembok Berlin, yang membentengi rezim-rezim otoriter di Eropa Timur dengan jalan damai. Melancarkan people’s power melalui metode power to the people, tentu membelajarkan, menyadarkan, dan memberdayakan rakyat agar tidak terkelabui oleh skandal Century. Dipetik dari Kolom Politik-Ekonomi Budiarto Shambazy ”People’s Power” di Harian Kompas. Tipologi Rezim dan Peluang People Power di Indonesia http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/tipologi-rezim-dan-peluang-people-power.html Cerita sukses people power umumnya terjadi pada rezim otoriter dengan kapasitas rendah. Skandal, baik korupsi atau pemilu, membuka peluang gerakan massa menyeruak karena kemampuan rezim dalam mengendalikan teritori dan menggunakan instrumen kekerasan terbatas. Belum lagi jika secara internal timbul keretakan di kalangan elit. Dengan struktur kesempatan politik yang lebih terbuka, perubahan rezim menjadi niscaya. Untuk Asia Tenggara, “berlaku” siklus people power dalam merontokkan rezim predator--dimulai dari Filipina merambat ke Thailand dan singgah di Indonesia. Dengan dimotori para veteran people power sebelumnya, Filipina berhasil menggulingkan Joseph Estrada dan Thailand mengusir Thaksin Sinawatra. Dengan tipologi rezim hybrid, berkapasitas rendah, serta cenderung lamban dalam mengambil keputusan, tentunya membuka peluang bagi gerakan people power di Indonesia. Akankah siklus ini berputar sempurna? Dipetik dari artikel Luky Djani People Power dan Pergantian Rejim (pemilu.liputan6.com yang dimuat kembali di indoprogress) Mr. President, either you’re with us or against us! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/mr-president-either-youre-with-us-or.html .Banyak gossip dan rumors beredar tentang keterlibatan presiden pribadi dalam kasus pelemahan KPK. Banyak juga yang mengaitkan dengan kasus bail-out Bank Century. Yudhoyono tidak bisa mengabaikan semua ini dengan dalih tidak mau mencampuri proses hukum. Seharusnya dia pun tahu bahwa proses penegakan hukum itu sudah dibajak oleh para predator model Susno, Danuri, Ritonga, Situmeang, Anggoro-Anggodo, dan lain-lainnya itu. Yudhoyono tidak bisa berpura-pura tidak tahu akan hal ini. Untuk itu, sulit untuk memberikan benefit of the doubt [keyakinan bahwa seseorang itu memiliki itikad yang baik ditengah keraguan apakah dia baik atau jahat] kepada Yudhoyono. Mungkin Yudhoyono harus tahu bahwa dia sudah menghabiskan semua trust-capital-nya, karena membiarkan semua ini berlarut-larut dengan terus menerus menjaga image (jaim). Mungkin harus lebih banyak orang berteriak, “Mr. President, either you’re with us or against us!”*** Dipetik dari artikel Antonius Made Tony Supriatma Kedaulatan Para Pemangsa (Predators) di Indoprogress Pemberantasan Korupsi : Perlu Perubahan Struktur Politik (dan ekonomi), Penegakkan Hukum Saja Tak Memadai http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pemberantasan-korupsi-perlu-perubahan.html ...jika terus mengandalkan aspek penegakan hukum seperti yang selama dilakukan, sangat tidak memadai. Gerakan anti korupsi lantas menjadi gerakan mengejar koruptor dan menjeblosan ke penjara. Kelemahan utama dari strategi ini terletak pada lingkungan hukum itu sendiri. Lembaga, aparatur, perangkat perundangan dan prosedur beracara masih sangat rapuh dan jelas tidak kebal intervensi baik politik, finansial maupun tekanan secara fisik
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Refleksi : Chico Mendez, Hutan Amazonia dan Kegentingan Perubahan Iklim
Indonesia Darurat Keadilan : Kanker Korupsi dan Degradasi Lingkungan Hidup Stadium 4 Nampaknya persoalan hutan dan lingkungan hidup telah menjadi arus utama dalam dinamika dan perdebatan politik di Brazil, Maria Hartiningsih menyebut sebagai Wilayah Kontestasi Politik Terpanas. Hartiningsih menulis bahwa persoalan lingkungan tampaknya akan menajam dalam pemilu Brazil tahun 2010. Paling tidak telah muncul tiga kandidat calon presiden. Pertama, Menteri Lingkungan Marina Osmarina da Silva yang mundur dari Partai Buruh akan menjadi calon presiden dari Partai Hijau. Sementara itu Dilma Rousseff, Head of Staff lembaga kepresidenan telah disiapkan oleh Presiden Luiz Inácio ”Lula” da Silva (menurut konstitusi tidak bisa lagi mencalonkan diri karena telah memenangi dua kali pemilu) sebagai calon penggantinya dari Partai Buruh. Ketiga, Jose Serra yang didukung oleh partai-partai kanan tengah. Menurut Gabriela Goes bisa jadi Marina yang didukung kelompok lingkungan dan Partai Hijau bisa jadi akan berkoalisi dengan Dilma untuk menghadapi Jose Serra. Lepas dari percaturan politik Brazilia Fokus Kompas (20 Nopember) mengangkat soal kegentingan perubahan iklim (pemanasan global) dan keselamatan hamparan belantara hutan Amazon berhadap-hadapan dengan kepentingan modal dan ekonomi jangka panjang. Dalam Fokus kali ini kita bisa temukan sikap kritis dalam memandang agenda-agenda mengatasi ancaman bencana ekologi perubahan iklim serta ketidakadilan global yang menjadi latar utamanya serta sikap negara-negara maju yang munafik. Di Brazil sendiri barangkali gaung suara pejuang penyelamatan hutan hujan (menyelamatkan kemanusian, tulis Hartiningsih) terus bergaung keras dalam perlawanan akar rumput dan gerakan hijau, tapi bisa jadi sunyi sepi di telinga pemilik modal yang tamak dan elite politik-ekonomi yang mengabdi kepada kepentingan modal atau paling tidak terilusi pertumbuhan ekonomi (jangka pendek semata dan mengabaikan keselamatan jangka panjang) Hartiningsih menulis Jejak Samar Chico Mendez sebagai pembuka laporan khusus (FOKUS) Kompas “…Hanya satu hal yang saya inginkan, kematian saya akan menghentikan impunitas terhadap para pembunuh yang dilindungi oleh polisi Acre…Seperti saya, para tokoh penyadap karet telah bekerja menyelamatkan hutan hujan Amazon, dan membuktikan, kemajuan tanpa penghancuran adalah mungkin”. (chico mendes) Jelas studi singkat pengalaman di Brazilia akan sangat berharga untuk menjadi cermin sekaligus refleksi pengalaman sekaligus perjuangan kelompok-kelompok masyarakat sipil di Indonesia berhadap-hadapan dengan penguasa yang bebal dan mengabdi kepada kepentingan modal (dengan paradigma neoliberalnya). Di negeri hari-hari persoalan cicak vs buaya dan kasus korupsi sedang naik panggung, tidakah soal perubahan iklim, hancurnya hutan dan lingkungan hidup tak kalah gentingnya dan daruratnya untuk disikapi dengan tegas, lugas dan segera. Bila hari-hari ini perlawanan terhadap korupsi (politik) dan mafia peradilan diantaranya diwadai dalam KOMPAK dan Koalisi Indonesia Darurat Keadilan, tidakkah persoalan perubahan iklim (pemanasan global) atau krisis lingkungan hidup, menuntut juga ke KOMPAKan gerakan masyarakat sipil dengan alarm SOS Darurat Lingkungan Hidup, Darurat Keadilan dan Darurat Kemanusiaan yang skalanya mondial. (ahhh jadi teringat juga kasus lumpur lapindo yang terlunta-lunta sekian tahun, dan sekarang pengusaha itu seolah jadi pahlawan -kesiangan- soal angket century) (nb apakah soal sesungguhnya nya adalah karena kelemahan gerakan lingkungan itu sendiri sedang disisi lain keberhasilan gerakan anti korupsi?. Hmmm. saya rasa tidak sesederhana itu persoalannya. Walau demikian hikmahnya untuk gerakan lingkungan –termasuk saya - harus terus menerus meninggikan kualitas dan kegigihan perjuangannya. mohon pendapat kawan-kawan.) Edisi Fokus Kompas 20 Nopember 2009 Jejak Samar Chico Mendes Di Rimba Beton Amazon... RUMAH KACA. Target Deforestasi Bukan Emisi KONSERVASI. Brasil, Pelopor Pemantauan Deforestasi HUTAN. Wilayah Kontestasi Politik Terpanas silah kunjung link-linknya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/refleksi-chico-mendez-hutan-amazonia.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Indikasi Korupsi Kasus Century : Sebuah Perampokan Sistimatis!
Simak Press Release dan Kajian Lengkap ICW serta Ringkasan Hasil Audit BPK (Press Release ICW – Kasus Bank Century : Berdasarkan Hasil Audit BPK – 20 November 2009) Petikan Bagian Kesimpulan : 1) Kasus Bank Century menyangkut kisah yang panjang sejak penggabungan (merger) 3 buah Bank yang terjadi sejak tahun 2001. 2) Kasus Bank Century menunjukan lemahnya pengawasan terhadap perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 3) Terdapat indikasi kuat kecerobohan di balik keputusan pengucuran dana FPJP sejak November 2008, yang berlanjut dengan pengucuran dana oleh LPS berdasarkan keputusan KSSK dengan total Rp 6,762 triliun. 4) Terdapat indikasi kuat korupsi terkait pengucuran dana ini karena diputuskan dengan dasar hukum yang lemah, terkesan dikondisikan sedemikian rupa, baik di dalam perubahan Peraturan BI (PBI) maupun terkait dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 4 tahun 2008 Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) yang melegitimasi KSSK yang pada saat yang sama belum mendapatkan persetujuan DPR RI. 5) Dalam kasus Bank Century, LPS terancam rugi dan uang pemerintah serta dana yang dikumpulkan dari nasabah terancam hilang dan justru dipergunakan untuk menyubsidi para deposan Bank Century. Hal ini sudah barang tentu menimbulkan ketidakadilan karena kebijakan pemerintah terkesan lebih menguntungkan segelintir orang kaya. 6) Transparansi tentang informasi nasabah juga sangat penting karena praktek korupsi diduga telah terjadi dalam kasus pencairan dana nasabah. Beberapa waktu lalu, seorang petinggi Mabes Polri diduga terlibat kasus korupsi. Oleh karena itu sudah ada indikasi awal terjadinya tindak pidana korupsi dalam pencairan dana deposan Bank Century. Oleh karena itu, KPK harus didorong untuk berani mengungkap dugaan korupsi di Bank Century. 7) Pelibatan polisi di dalam memproses kasus ini harus ditolak karena mengandung konflik kepentingan. Hal ini juga untuk menghindari terjadinya pengalaman yang sama dengan kasus BLBI yang banyak mandeg di tengah jalan ketika kepada polisi, jaksa dan pengadilan umum. 8) KPK dan PPATK harus segera bergerak untuk mendorong penuntasan kasus ini. Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/indikasi-korupsi-kasus-bank-century.html Simak pula : Kajian Lengkap ICW Terhadap Hasil Audit BPK Terhadap Kasus Bank Century Public Accountability Review – Kasus Bank Century : SKEMA INDIKASI KORUPSI KASUS BANK CENTURY1 (Berdasarkan Hasil Audit BPK – 20 November 2009) Diantaranya mencakup : Skema Status Bank Century, Daftar Pelanggaran Terkait Proses Penggabungan 3 Bank. Kronologi di Balik Kebijakan FPJP (Penyaluran Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek), Perubahan PBI tentang FPJP untuk Bank Umum, SKEMA ALIRAN FPJP, Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang, SKEMA ALIRAN FPJP dan PMS (Penyaluran Penyertaan Modal Sementara) Ringkasan Hasil Audit KPK disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/ringkasan-hasil-audit-bpk-atas-bank.html Sumber : http://www.antikorupsi.org/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Berantas Korupsi : Perlu Perubahan Struktur Politik-Ekonomi
Penegakkan Hukum Saja Tak Memadai ...jika terus mengandalkan aspek penegakan hukum seperti yang selama dilakukan, sangat tidak memadai. Gerakan anti korupsi lantas menjadi gerakan mengejar koruptor dan menjeblosan ke penjara. Kelemahan utama dari strategi ini terletak pada lingkungan hukum itu sendiri. Lembaga, aparatur, perangkat perundangan dan prosedur beracara masih sangat rapuh dan jelas tidak kebal intervensi baik politik, finansial maupun tekanan secara fisik. Untuk itu perlu ada gerakan yang secara sistematis berupaya untuk menggantikan elite pemangsa ini dan kemudian merombak struktur yg mendiskriminasi dan mendominasi. Memang di banyak tempat, bermunculan upaya gerakan alternatif baik yang bertumpu pada politik elektoral maupun non-elektoral. Pengorganisasian kelompok korban, marginal, maupun kepentingan (publik) perlu dijadikan fokus, agar kelompok terorganisir ini dapat mengimbangi elite pemangsa yngg selama ini mengakuisisi ruang politik. Tanpa ada perubahan struktur politik (dan ekonomi), level lapangan permainan antar kelompok kepentingan, agenda pemberantasasn korupsi selalu tergantung kepada belas kasih elite. Lebih tepatnya, kita hanya bertumpu pada keinginan politik penguasa. Petikan pernyataan Luky Djani saat diwawancarai Coen dari Indoprogress Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pemberantasan-korupsi-perlu-perubahan.html Mr. President, either you’re with us or against us! Apa Penilaian Anda Atas Pidato Presiden Sikapi Kasus Century dan Bibit-Chandra? (baca juga Pidato SBY selengkapnya) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/mr-president-either-youre-with-us-or.html Cicak Lawan Buaya : Kejamnya Hukum Bagi Minah, Lembeknya Hukum Bagi Koruptor http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-kejamnya-hukum-bagi.html Cicak Lawan Buaya : Buaya Kalap, Serang Nyamuk Pers http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-buaya-kalap-serang.html Masyarakat Tidak Butuh Basa-Basi Presiden http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pernyataan-koalisi-masyarakat-darurat.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Unduh Dokumen Laporan dan Rekomendasi Tim 8 (PDF)
Selain rekomendasi terkait kriminalisasi KPk, Tim 8 juga merekomendasikan pula penuntasn kasus-kasus lainnya yang terkait seperti kasus korupsi Masaro; proses hukum terhadap Susno Duadji dan Lucas terkait dana Budi Sampoerna di Bank Century; serta kasus pengadaaan SKRT Departemen Kehutanan……. Cicak-cicak Bersatulah. Rekomendasi terkait Kriminalisasi KPK (Bibit – Chandra) saja mendapatkan perlawanan begitu kuat dan terbuka, apalagi kasus-kasus yang tekait seperti disebut dalam rekomendasi Tim 8. Mari kita hadapi satu persatu pertempurannya, semoga dalam jangka panjang perangnya bisa dimenangkan pula oleh rakyat. Jelas pasti ada yang kembali di tumbangkan. Untuk unduh dokumen lengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/unduh-dokumen-lengkap-laporan-dan.html simak juga Laporan Independen Versi Masyarakat tentang Implementasi Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Korupsi (UNCAC) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/laporan-independen-versi-masyarakat.html Kumpulan Opini Cicak Lawan Buaya di Media Cetak Antara 3-19 Nopember http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/mega-skandal-persekongkolan-bedebah-dan.html Rekaman Audio Skenario Kriminalisasi Chandra-Bibit di Mahkamah Konstitusi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/rekaman-audio-skenario-kriminalisasi.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Cicak Makan Buaya : Lawan Operasi Khusus (Gaya Orba) Godzilla !
MUNGKIN KITA CAPEK REVOLUSI MUNGKIN KITA BOSAN DEMONSTRASI TAPI JANGAN PERNAH BERHENTI (marzuki muhammad – kill the dj, musikus-rapper dari Yogyakarta) Mohon maaf untuk yang satu, semoga berguna Dalam rubrik wawancara MAJALAH TEMPO EDISI 6-12 JULI, Susno mengibaratkan konfliknya dengan KPK sebagai berikut: "...Jika dibandingkan, ibaratnya, di sini buaya, di situ cicak. Cicak kok melawan buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya masih bodoh saja. Kita itu yang memintarkan, tapi kok sekian tahun nggak pinter-pinter. Dikasih kekuasaan kok malah mencari sesuatu yang nggak akan dapat apa-apa." Sementara itu di lain kesempatan Jaksa Agung Hendarman Supandji menyebutkan istilah "godzilla" untuk menggambarkan kerja sama polisi dengan jaksa dalam menangani perkara. "Kalau kepolisian bertindak sendiri, kan buaya. Tapi kalau bersama-sama dengan jaksa, sudah bukan buaya lagi, tapi godzilla." ANA CICAK NGUNTAL BOYO BOYO COKLAT NYEKEL GODO OJO SENENG NGUNTAL NEGORO MUNDAK RAKYATMU DADI SENGSORO (Ada cicak makan buaya/Buaya coklat memegang pentungan/Jangan suka ’makan’ negara nanti rakyatmu sengsara) . LANGKAH KECIL TELAH DIMULAI DARI BAYI BERNAMA DEMOKRASI KEADILAN TAK BISA DITAWAR LAGI KEPASTIAN HUKUM ADALAH HARGA MATI . Silah simak Musik CICAK NGUNTAL BOYO BY CHEBOLANG* dan 10 Lagu Anti Korupsi Lainnya di You Tube (diantaranya dari Iwan Fals, Slank hingga Rhoma Irama) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-nguntal-boyo-chebolang-di-youtube.html kompilasi artikel cicak lawan buaya semoga bermanfaat Kronologi Operasi Khusus Godzilla Membungkam Cicak? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/kronologi-operasi-khusus-godzilla.html Laporan Independen Versi Masyarakat tentang Implementasi Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Korupsi (UNCAC) (PDF lengkap) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/laporan-independen-versi-masyarakat.html Rupanya Pelemahan Komisi Antikorupsi Independen Merupakan Trend Global http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/rupanya-pelemahan-komisi-antikorupsi.html KPK Dipinggirkan DELRI Dalam Konferensi United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/kpk-dipinggirkan-delri-dalam-konferensi.html Korupsi Berkembang Biak Dalam Satupadan Dengan Kapitalisme. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/bangun-gerakan-kontrol-rakyat-pekerja.html Pernyataan Sikap Group Diskusi Aktivis 77/78 Tentang CENTURY GATE http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pernyataan-sikap-group-diskusi-aktivis.html Cicak Lawan Buaya : Gelombang pasang gerakan rakyat kita http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-gelombang-pasang.html Cicak Lawan Buaya : Adegan Panggung Anggota DPR-RI Yang Memalukan Itu http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-adegan-panggung.html Cicak VS Buaya : Pengawal Ketua MK Mendadak Undur Diri. Sepertinya hal kecil, tapi senyatanya ini sebuah isyarat yang kuat dan penting http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-vs-buaya-pengawal-ketua-mk.html Cicak Lawan Buaya : Wajah SBY Merah Padam Sepertinya hal kecil, tapi senyatanya ini sebuah isyarat yang kuat dan penting http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-wajah-sby-merah-padam.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pidato Kebudayaan DKJ 2009 : SENI DAN 'CIVIL SOCIETY'
(oleh Ignas Kleden; Dengan Referensi Khusus Kepada Penyair Rendra) Kita dapat berbahagia bahwa ada seniman-seniman kita seperti penyair Rendra telah menyatakan sikapnya secara gamblang, tanpa keraguan: Orang-orang miskin di jalan / yang tinggal di dalam selokan / yang kalah dalam pergulatan,/ yang diledek impian, / janganlah mereka ditinggalkan (Dari sajak “Orang-Orang Miskin”) Pesan penyair ini tentu saja tidak hanya tertuju kepada rekan-rekannya para seniman, dan khususnya para penyair Indonesia, tetapi kepada semua kita sebagai penghuni yang sah dari civil society yang bernama Indonesia. dipetik dari alinea penutup pidato kebudayaan Ignas Kleden, selanjutnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pidato-kebudayaan-dewan-kesenian.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Cicak Vs Buaya : Menakar Potensi People Power?
Sekedar Perbandingan Dengan Gerakan (People Power) 1998 Yang Menjungkalkan Soeharto Namun ada perbedaannya dengan kasus 1998. Pada tahun itu, terdapat barisan atau organisasi pelopor (vanguard organization), sedangkan di tahun 2009, yang ada hanyalah kelompok penekan (pressure group). Kedua hal itu jelas berbeda. Barisan atau organisasi pelopor terus berusaha memimpin dan menaikkan derajat perlawanan hingga sampai pada isu tertinggi yang bisa dicapai. Sementara kelompok penekan, hanya akan tetap peduli pada isu reformis biasa. Praktiknya nyata di lapangan, kelompok pelopor terus mengancam rezim dengan gelombang aksi massa yang besar dan seringkali berakhir dengan bentrokan, maka aksi kelompok penekan hanyalah sampai pada penggalangan massa, membaca pernyataan sikap, lalu duduk atau berdiri sambil berjoget atau sambil menonton acara musik. dipetik dari artikel Putut EA di Indoprogress, “Akankah SBY Jatuh?” Masyarakat kelas menengah yang bergerak juga masih terbatas pada pekerja pers, aktivis mahasiswa, dan lembaga swadaya masyarakat dengan beragam motif yang berserak. Bandingkan dengan gerakan 1998, yang melibatkan pekerja-pekerja berdasi (white collar), para buruh, sampai kaum tani yang tidak lagi bisa membeli pupuk. Teori stabilitas ekonomi mutlak berlaku, yakni apabila mahasiswa masih bisa membeli pulsa dan membayar kamar-kamar kosnya, serta tidak membuat dapur umum di kampus-kampus dengan menu Indomie, maka kolaborasi gerakan kelas menengah dengan kelas bawah tidak akan terjadi. Krisis ekonomipolitik 1998 menyebabkan banyak mahasiswi tidak lagi bisa membeli bakso, apalagi\ bedak dan tiket nonton. Bayangkan juga bagaimana kaum ibu bergerak membawa panci, sendok, dan garpu ke jalanjalan dengan tujuan menurunkan harga. Di kalangan aktivis, harga dipelesetkan menjadi "Soeharto dan keluarga". dipetik dari artikel Indra J. Piliang di Koran tempo ”Utak-atik People Power” Situasi kacau kelembagaan negara akibat perseteruan ”buaya lawan cicak” secara cerdik sedang dimanfaatkan oleh istana Langkah-langkah catur istana itu mengesankan bahwa SBY sengaja menghindari keterlibatan langsung dalam situasi konflik yang terjadi. Dengan posisi yang seolah membela semua pihak yang terlibat konflik, SBY ingin menunjukkan dirinya adalah pengayom, baik bagi KPK, DPR, Polri, maupun kejaksaan. Bahkan, dalam penyelesaian konflik kelembagaan itu pun SBY menghindari menggunakan langsung tangannya, tetapi lebih memilih membentuk Tim Delapan. Selain menjalankan tugas mencari fakta dan klarifikasi proses hukum kriminalisasi KPK, Tim Delapan sekaligus menjadi bemper istana dalam berhadapan dengan masyarakat dan semua lembaga yang sedang berseteru. Dengan cara ini, Presiden SBY tak akan tersentuh dan bersentuhan langsung dengan arena perseteruan. Jika istana sengaja menciptakan langkah catur itu, drama ”Buaya lawan Cicak” justru sedang memasuki fase baru yang lebih anarkistis. Situasi ini harus diwaspadai karena akan membuka peluang bagi lahirnya pola pengelolaan kekuasaan yang antidemokrasi. dipetik dari artikel Wawan Mas’udi di harian Kompas "Langkah Catur Istana" selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-vs-buaya-membandingkan-dengan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Tanah Air Korporatokrasi. Cicak-cicak (Rakyat) Bersatulah!
Kita terpana ulah Anggodo mengobok-obok institusi kejaksaan, kepolisian hingga mengkriminalkan KPK. Bayangkan bagaimana Anggodo lainnya (yang lebih kakap mengobok-obok negeri ini). Belum lagi ulah ‘kekuatan modal’ skala multinasional dan transnasional seperti yang dibeberkan oleh Jonhns Perkins dalam ‘Confession of an Economic Hit Man’. Perkinsi menyebutkan “senjata mereka adalah laporan-laporan keuangan yang penuh tipu muslihat, pemilihan umum yang curang, hadiah (payoffs), pemerasan, seks, dan pembunuhan”. Inilah momentumnya, cicak-cicak bersatulah berjuang sampai titik terjauh yang bisa kita lakukan. Melampui Buaya Lawan Godzilla Kasihan Indonesia, Kasihan Rakyat Indonesia? Tidak. KAMI ADA! KAMI TIDAK TAKUT! INDONESIA BERANI LAWAN KORUPSI. INDONESIA BERANI LAWAN PENINDASAN DAN PENGHISAPAN. Dalam bukunya yang laris manis ‘Confession of an Economic Hit Man’, John Perkins (2004)menyebut korporatokrasi. Sebutan ini merujuk kepadasebuah kekaisaran global (global empire) yang memilikitiga pilar, korporasi, perbankan, dan pemerintah. Katanya, korporatokrasi bukan sebuah konspirasi, tetapi pilar-pilarnya menjunjung nilai dan tujuan bersama. Salah satu fungsi utama dari korporatokrasi adalah melanggengkan, memperluas dan memperkuat sistem secara terus-menerus. Nilai dan tujuan bersama, serta system yang dimaksud tak lain adalah sistem kapitalis. Buku itu sendiri lebih bertutur tentang an Economic Hit Man (EHMs). Kalau menerjemahkannya secara bebas berarti para pembunuh professional ekonomi. Dalam logat (slang) bahasa Inggris, hit man berarti seseorang yang disewa oleh sebuah sindikat kriminal sebagai pembunuh profesional. Dengan EHMs Perkins (2004:ix) maksudkan adalah para professional bergaji sangat tinggi, yang menipu seluruh negeri dengan trilyunan dollar. Mereka menyalurkan uang dari World Bank, USAID, dan organisasi keuangan internasional yang lain ke dalam brankas korporasikorporasi raksasa dan saku segelintir keluarga-keluarga kaya yang mengontrol sumber daya alam di planet ini. Senjata mereka adalah laporan-laporan keuangan yang penuh tipu muslihat, pemilihan umum yang curang, hadiah (payoffs), pemerasan, seks, dan pembunuhan. Dipetik dari aritel Arianto Sangaji Historis Korporatokrasi (Cengkeraman Modal terhadap Negara) di Indonesia dalam e-book ini! Untuk unduh e-book silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/e-book-tanah-air-korporatokrasi.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Internet dan Perubahan Sosial : Kasus Cicak vs Buaya
Peluang dan Keterbatasannya - Cicak-cicak Bersatulah Artikel Kompilasi Untuk Pra-Studi : Para Pembangkang Mayantara – Ignatius Haryanto; Gerakan Sosial Digital - Roby Muhamad; Parlemen "Online" - Jaleswari Pramodhawardani; Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat - Heru Sutadi, Ruang Publik Komunitas Virtual - Gun Gun Heryanto, Dukungan dari Jagat Maya – Tajuk Rencana Kompas, Tekanan Sosial Melalui Facebokk. ”..Jadi fungsi sosial yang nyata dari, katakanlah, Internet, harus menjadi titik awal dalam menciptakan hubungan, dan kemudian menciptakan...” “Ya, komunitas-komunitas lokal. Manakala Internet melalui komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi alat perubahan sosial yang penting”. dari wawancara Umberto Eco tentang Internet dan perubahan sosial link-link artikel selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/internet-dan-perubahan-sosial-gerakan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Cicak-cicak Bersatulah dan/atau Tikus-tikus Bersatulah
Reformasi atau Transformasi? SBY Kecewa National Summit ‘Dikalahkan” KPK, begitu judul berita di VIVAnews. Saya Juga Kecewa Pak SBY (dengan alasan berbeda) karena National Summit adalah ajang legitimasi politik rencana membuka pintu penghisapan sistematik paling kolosal sejak Republik didirikan. Ini SKANDAL TERBESAR TAHUN INI! Dalam salah satu orasi oleh wakil organisasi pendukung aksi mendukung KPK kemarin (2 Nopember 2009) di Depan Istana, diteriakkan bahwa korupsilah yang menyebabkan rakyat miskin. Tidak ada keberatan tapi jangan dilupakan bahwa sumber utama kemiskinan rakyat adalah penghisapan dan penjajahan sistimatis oleh kuasa modal atas negeri yang kaya-raya ini. Tikus Mati di Lumbung Padi!. Inilah persoalan terbesar di negeri ini. Pemberantasan Korupsi Harus Didukung, Penghisapan dan Penjajahan Baru (serta Antek-anteknya) Harus Dilawan. Mas Teten Masduki menulis “Cicak-cicak Bersatulah”, saya menulis “Tikus-Tikus Bersatulah”. Bila dukungan terhadap Bibit dan Chandra, KPK, Gerakan Lawan Korupsi di facebook (sebagai salah satu contoh perlawanan) dengan cepat membesar dan beranak pinak, kenapa soal perlawanan atas penghisapan dan penjajahan negeri dari ujung mouse tidak kunjung menjadi masif dan beranak pinak? Adakah ini soal jarak dan senjang antara gerakan reformis dan gerakan radikal/revolusioner/transformatif? Gerakan perubahan sosial tanpa perombakan struktur dan sistim sosial, dengan gerakan perubahan sosial dengan perombakan struktur dan sistim sosial? Lepas dari itu bagi saya gerakan melawan buaya dan godzilla ini adalah momentum untuk sampai kepada kesadaran gerakan yang trasformatif atau revolusioner. Atau gerakan tetap berhenti pada wataknya yang reformis. Skandal National Summit Dan Rakyat Yang Selalu Terjepit Obral Paling Kolosal Sejak Republik Berdiri Siaran Pers Bersama, 30 Oktober 2009 WALHI, KIARA, JATAM, ICEL, KAU, Institute Hijau Indonesia, Reform Institute, LIMA (tertanda : Hendri Saparini, Teguh Surya, Riza Damanik, Siti Maimunah, Chalid Muhammad, Yudi Latif, Ray Rangkuti, Dani Setiawan, Rino Subagio) National Summit, yang diselenggarakan sebagai ajang bagi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua mendengarkan keluh-kesah para kuasa modal domestik dan asing, sungguh merupakan skandal terbesar tahun ini. Summit yang berlangsung pada 29-31 Oktober 2009, telah menempatkan ihwal keselamatan Rakyat diposisi terendah dibanding hasrat untuk melayani kepentingan modal oleh rezim SBY-Boediono. Bahkan secara nyata National Summit menjadi ajang pemberian dukungan politik dan hukum secara penuh dari kekuasaan terhadap sebuah rencana sistematik paling kolosal sejak Republik Indonesia didirikan untuk membuka seluas-luasnya pasar obral tanah, kekayaan alam dan buruh. Lebih dari empat dekade rejim pengerukan dan pengurasan bahan tambang, minyak dan gas, hutan dan perkebunan, kelautan dan perikanan, secara blak-blakan mamamerkan tanpa rasa malu ketergantungan Indonesia pada kekuatan ekonomi negara asing, lembaga-lembaga keuangan internasional, serta kekuatan korporasi multinasional dan transnasional. Tanah tergerus, kekayaan alam menyusut, pemiskinan terus berlanjut, dampak bencana semakin menghebat dan Indonesia pun menjadi salahsatu negara penghutang terbesar di dunia. Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-cicak-bersatulah-atau-tikus-tikus.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bubarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)?
Bentuk Komisi Pencegahan Korupsi Saja (KPKS) Ya Pak SBY? VIVAnews menurunkan berita ”SBY : Berantas Korupsi Jangan Jebak Orang” dengan subjudul "Negara rugi. Belum tentu yang dikorupsi bisa kembali," kata SBY pada tanggal 29 Oktober kemarin. Seperti dikutip VIVAnews SBY mengatakan pula” "(Jalan) masih panjang. Tapi tidakkah makin efektif. Dan bagi saya adalah mencegah korupsi. Jangan menjebak seseorang,". VIVAnews juga menuliskan ”Cara pemberantasan korupsi dengan penjebakan, kata SBY, merupakan upaya yang kurang untuk mencegah terjadinya korupsi”. Pertanyaan semacam ini sebenarnya bukanlah yang pertama kali, tapi sudah yang kesekian kalinya. Saya spontan bertanya apakah pernyataan SBY bisa dikategorikan sebagai tindakan pelemahan atau pembusukan KPK? Saya juga bertanya-tanya dengan gelisah, apakah ini juga bisa dikatakan sebagai indikasi bahwa SBY punya kepentingan melindungi para koruptor (impunitas)? Seperti disampaikan Tenten kepada pers (Media Indonesia.Com 15 Juli 2009) sebenarnya masyarakat berharap Presiden bisa memperkuat fungsi dan peran KPK untuk memproses kasus korupsi yang terjadi di institusi mana pun. Sayangnya kesan yang muncul ke publik justru sebaliknya. Penggunaan frase seperti KPK jangan jebak koruptor, sebaiknya prioritaskan pada pencegahan korupsi, dan jangan sampai ada rivalitas antarpenegak hukum menimbulkan kekhawatiran baru. Kedua, saya berpikir rupanya ada yang tidak cermat memahami (atau bahkan mengabaikan) UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terutama pada bab yang mengatur tugas,wewenang kewajiban. Sebagai catatan UU No. 30 2002 tegas-tegas menyatakan bahwa ini adalah Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bukan Komisi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Saja) Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/kajian-pidato-presiden-kekuasaan-minus.html simak juga link-link kabar hangat ini ”Berantas Korupsi atau KPK?” Menggugat Komitmen Presiden Soal Pemberantasan Korupsi ! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/berantas-korupsi-atau-kpk-menggugat.html Kritik Pedas Anggota Dewan Pertimbangan Presiden : National Summit Cuma Asap http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/kritik-pedas-anggota-dewan-pertimbangan.html Boediono, Sri Mulyani, Mari Elka Pangestu : Trio Ekonom Selera Amerika di Kabinet Indonesia Bersatu http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/boediono-sri-mulyani-mari-elka-pangestu.html Kajian Pidato Presiden : Kekuasaan Minus Nilai-nilai Kebangsaan? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/kajian-pidato-presiden-kekuasaan-minus.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sumpah Pemuda 81 : Kado Pelajar SMA Untuk Indonesia
Korupsi Nasionalisme; Martabat Seharga Rp. 5000,-; Hutan Bakau, Target Korupsi Selanjutnya; Diagnotika Eksploitasi Sumber Daya Alam hingga Menyoal Investasi Tambang Dan Masa Depan Tanah Samawa Rakyat kudu puas hanya dengan sejenis pemuda zaman revolusi yang sohor disebut "pemuda ponggol", ia tergugah bergerak karena ada pamrih nasi ponggol dari dapur umum. Juga "pemuda-pemudaan" yang tak bebas dari pengaruh bapakisme dan tak berpikir buat memaksa "bapak" bertindak sesuai dengan keinginan mereka, seperti sejatinya pemuda. Jenis jinak, tak menggugah, yang disebut Saya Shiraishi dalam Indonesia Family in Politics sebagai pemuda daripada bapakisme yang tetap tinggal sebagai persoalan dan kekuatan penting kekuasaan dekaden karena cuma bisa membebek, wek-wek-wek.” (J.J. Rizal “Pemuda daripada Bapakisme” di Koran Tempo) Di tengah arus kekuasaan dan kebudayaan yang membiakkan ”pemuda daripada bapakisme” yang cuma bisa membebek, wek-wek-wek, lahir angkatan muda (pelajar-pelajar SMA) yang idealis, progresif, dan berkomitmen. Paling tidak dengan pena mereka menorehkan semangat dan pandangan visionernya. Diantaranya bisa disimak Hana Hanafih (siswi SMAN 5 Bandung) dengan buah penanya ”Martabat Seharga Rp. 5.000,-”, Kathrinna Rakhmavika (siswi SMA Santa Ursula BSD) dengan Korupsi Nasionalismenya, Agus Mandiri dkk (siswa-siswi SMAN 3 Sumbawa Besar) dengan Menyoal Investasi Tambang Dan Masa Depan Tanah Samawa. Membaca tulisan-tulisan mereka, tak pelak lagi mengiang-ngiang kembali percikan gagasan Sahabat Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Tour “Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.” "Kamu jangan takut untuk maju dan bicarakan ide-ide kamu. Sekali kamu takut, kamu kalah." “Angkatan muda harus punya keberanian. Kalau tidak punya, sama saja dengan ternak yang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri.” Inilah kado mengharukan dari pelajar-pelajar SMA untuk Indonesia di 81 Tahun Sumpah Pemuda Lomba Menulis Anti Korupsi Tingkat SMA. Diselenggarakan atas kerjasama antara Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), Perkumpulan Praxis, Mainteater Bandung, dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). * selamat untuk pada para siswi (perempuan tentu) yang memborong juara 1,2,3 Juara 1 : Martabat Seharga Rp. 5000,- Juara 2 : Korupsi NasionalismeJuara 3 : Hutan Bakau, Target Korupsi Selanjutnya Debat Politik SDA-Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Lembaga Olah Hidup (LOH), Sumbawa Besar, NTB Juara 1 : Menyoal Investasi Tambang Dan Masa Depan Tanah Samawa Juara 3 : Diagnotika Eksploitasi Sumber Daya Alam Selengkapnya disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/81-tahun-sumpah-pemuda-kado-pelajar-sma.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Don Bosco, Tisna dan Umberto Eco : Kembali ke Komunitas Tatap Muka
Keluar dari Dehumanisasi (Alienasi) di Dunia Kerja dan Dunia Maya. “Kesepian adalah masalah besar.”. “. anda bisa menyebutkan banyak orang lain yang hidup dalam isolasi, dengan berbagai bentuk penyakit kejiwaan. Salah satu masalah besar dewasa ini adalah menurunnya, atau malah tidak adanya, komunitas-komunitas tatap-muka” “Yang saya kira buruk sekarang ini-baik di dunia Katolik maupun di dunia bekas Komunis atau Progresif adalah tidak adanya seorang don Bosco baru. Tak ada San Giovanni Bosco baru di abad ini yang mampu membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi terciptanya komunitas.” Lantas bagaimana dengan internet dengan komunitas mayanya... ”Bisakah komunitas maya baru seperti yang kita punya di internet melakukan hal yang sama? Tentu saja! Ia memberikan kesempatan kepada orang yang tinggal di Barat untuk berhubungan dengan orang lain, dengan tetap berada di tempat tinggalnya. Apakah ini adalah pengganti hubungan tatap muka dan komunitas? Tidak! Jadi fungsi sosial yang nyata dari, katakanlah, Internet, harus menjadi titik awal dalam menciptakan hubungan, dan kemudian menciptakan...” “Ya, komunitas-komunitas lokal. Manakala Internet melalui komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi alat perubahan sosial yang penting”. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/dehumanisasi-kita-alienasi-di-dunia.html (dalam tanda miring adalah petikan-petikan pernyataan Umberto Eco saat diwawancarai oleh Patrick Coppock ”A Conversation of Information”. Versi bahasa Indonesianya diterjemahkan dan disunting oleh Antariksa untuk buletin elektronik KUNCI Cultural Studies) Terbaru di lentera Transkrip Rekaman Bukti Rekayasa Kasus KPK Bisa di Akses Publik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/transkrip-rekaman-bukti-rekayasa-kasus.html Roadmap KADIN yang Diadopsi "Bulat-bulat" oleh Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Itu http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/roadmap-kadin-yang-diadopsi-bulat-bulat.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Serial Kuliah Umum Filsafat dan Kota : Harta, Kata, Alam, Budaya
Kota dan Harta - B Herry Priyono, Kota dan Kata - F Budi Hardiman, Kota dan Alam - Karlina Supelli, Kota dan Budaya - Muji Sutrisno Lebih jauh memahami kota kita sampai ke akarnya, lebih jauh memikirkan perubahan sosial kearah kota yang lebih manusiawi dan beradab. Rangkaian Studium Generale "Philosophy in the City" ini, adalah kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta Silah kunjung disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-seri-kuliah-umum-filsafat-dan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pendemo Pelantikan SBY : Siapa dan Apa Sikap Mereka?
Berikut adalah pernyataan-pernyataan politik dari elemen-elemen gerakan yang melakukan demonstrasi saat pelantikan SBY 20 Oktober 2009 yang sementara ini berhasil dihimpun oleh redaksi lentera Pernyataan Politik Front Perjuangan Rakyat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/massa-demonstran-fpr-hampir-cegat.html Pernyataan Politik Komite Perjuangan Rakyat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/statemen-politik-20-oktober-2009-kpr.html Pernyataan Politik Aliansi Parlemen Jalanan http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/neoliberalisme-hentikan.html Pernyataan Politik Perhimpunan Rakyat Pekerja http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/buruh-indonesia-ber-oposisi-terhadap.html Pernyataan Politik KAMMI Pusat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/untuk-sby-jilid-ii-tolak-pemasungan.html Beberapa aksi-aksi demonstrasi saat pelantikan SBY di DPR-RI (20 Oktober 2009) menurut catatan Traffic Management Center (TMC) Dit Lantas Polda Metro Jaya : Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia – KASBI (FBSKU, SPEK, GSBN, PROGRESIF, SPJ RMM, KSN, PRP, SMI, JGM, SPCI, SP Gemerik). Aliansi Parlemen Jalanan (APJ) (SRMI, LMND, FNPBI, PPDB, SPARTAN, Seniman Jakarta, PAPERNAS dan IISIP). Komite Perjuangan Rakyat – K.P.R (ABM, FPBJ, SMI, KPOP, SBTPI, GESBURI, GSPB, SPI, PPRM, SPKAJ, SBI, SEPETAK, KPA) Front Perjuangan Rakyat – FPR (Migrant Care, GSBI, AGRA OPSI, SBB, FBC, ATKI, FMN, CGM UBK, GMKI, PMKRI, HIHMAHBUDI, LPB, GRI, SHI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Raya Jakarta – KM. Raya Jakarta (UIN, UBK, APP, BSI Bekasi) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI, Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Banten, Purwokerto, gerakan Pemuda mahasiswa Sosialis, At-Tahiriyah) Gerakan Merah Putih (KM LASKI, UMJ, Univ Atma Jaya, UHAMKA, Borobudur, Jayabaya), Forum Bersama (FKPI, JAMPER, RPM, UKI, FAM YAI, REPDEM, Gunadharma, PRODEM, GMNI, BENDERA, BMD, PENA 98). [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pak SBY-Boediono, Tahukah Anda Nasib Orang Miskin yg Sebenarnya?
Kenyataan (Bukan Seolah-olah Statistik Loh) Berapa jumlah orang miskin yang ditangkap dan diusir dari kota setiap bulannya, berapa rata-rata kasus pembakaran/kebakaran dalam satu tahun di Jakarta (71% pemukiman miskin) serta orang miskin yang mengalami gangguan jiwa. Kenyataan Bukan Statistik. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-sudah-tahukah.html Pak SBY-Boediono, 12.000 Orang Kelaparan di Pegunungan Tengah Papua! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-12-orang-kelaparan.html Pak SBY-Boediono, Ny Udin dan Bayinya "Tersandera" di Rumah Sakit http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-ny-udin-dan-bayinya.html Pak SBY -Boediono, Kusnan Sehari Hidup Hanya Dengan Rp 4.000 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-mohon-perhatian-kusnan.html Pak SBY-Boediono, Kok Menyelamatkan Lingkungan Sambil Menjerat Leher Sendiri? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-kok-menyelamatkan-lingkungan.html Pak SBY-Boediono, Apakah Benar Proper KLH 2009 Akronim Program Perlindungan Kejahatan Lingkungan? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/rezim-sby-dan-program-perlindungan.html mohon bantuan miliser untuk melanjutkan daftar pertanyaan dan gugatan ini dengan melampirkan sumber beritanya untuk saya publikasikan dalam tajuk ”Pak SBY-Boediono : Tahukah Anda?. Rakyat Bertanya, Rakyat Mengugat” kirimkan ke email saya berikut ini. kerja.pembeba...@gmail.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] SOS Perubahan Iklim : Menagih Janji (Hutang) Presiden Yudhoyono
Mendesak 11 Langkah Darurat Untuk Reduksi Emisi Dalam Program Kerja 100 Hari SBY-Boediono ..komitmen menurunkan emisi di dalam negeri menjadi sangat penting. Tak kalah penting dari upaya terus menuntut negara-negara Annex 1 dalam Protokol Kyoto menurunkan emisi mereka secara signifikan. Indonesia perlu menyerukan upaya reformasi struktur perekonomian dunia yang sejak lama menempatkan negara-negara Selatan sebagai penyedia bahan mentah belaka dan bahkan pada perkembangan selanjutnya menjadi penyedia jasa pembersihan residu kemajuan negara-negara Annex 1……. 1. Memerintahkan Menteri Pertanian untuk mencabut Peraturan Menteri Pertanian No 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit, karena konversi lahan gambut merupakan sumber emisi karbon terbesar di Indonesia. 2. Memerintahkan Menteri Kehutanan untuk mencabut sejumlah Kebijakan yang berkaitan dengan konversi hutan alam dan lahan gambut untuk keperluan industri skala besar. Hal ini karena konversi hutan alam dan lahan gambut merupakan sumber emisi karbon kedua terbesar di Indonesia. Pencabutan kebijakan konversi hutan alam dan lahan gambut ini akan menjaga cadangan karbon dan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. 3. Memerintahkan Menteri Kehutanan untuk mengkaji kembali kebijakan yang memberi peluang besar bagi offset negara industri melalui skema pasar di kawasan hutan Indonesia. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: (1) P. 68/Menhut-II/2008 Penyelenggaran Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, (2) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. 30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, (3) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. 36/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung, karena memberi peluang besar bagi offset negara industri. 4. Memastikan bahwa Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang dapat menghasilkan Rencana Tata Ruang Pulau-pulau Besar pada tahun 2009 yang mampu memastikan pengurangan kerentanan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim, perlindungan hak terhadap warga negara kebanyakan, dan pemulihan lingkungan yang telah rusak. RTRWN ini harus menjadi acuan bagi semua rencana pembangunan, program hingga penerbitan ijin sektoral. 5. Memerintahkan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM serta Menteri Kehutanan untuk melakukan optimalisasi penegakan hukum atas segala jenis kejahatan kehutanan dan kejahatan lingkungan lain yang terkait. 6. Mengeluarkan Keputusan Presiden untuk perlindungan dan rehabilitasi ekosistem gambut 7. Melaksanakan rekomendasi Komite PBB Penghapusan Diskriminasi Rasial - CERD (CERD/C/IDN/CO/3, 15 Agustus 2007) 3 8. Memulai suatu proses penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang hak-hak Masyarakat Adat. 9. Memulai suatu proses kaji ulang kebijakan sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian skala besar, pertambangan dan energi yang memiliki dampak terhadap emisi Gas Rumah Kaca, yang mempertinggi kerentanan lingkungan dan manusia terhadap dampak perubahan iklim secara transparan dan partisipatif 10. Memastikan dilindunginya hak-hak perempuan seperti yang tertera dalam Konvensi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (CEDAW), bukan hanya karena perempuan dianggap sebagai kelompok rentan namun karena perempuan juga mempunyai peran penting dalam proses mitigasi maupun adaptasi. 11. Meninjau ulang kebijakan pembangunan PLTU Batubara. Indonesia harus mengurangi perannya sebagai penyedia bahan mentah industri dan kebutuhan bahan bakar fosil dunia, dengan mereformasi pola produksi dan konsumsi energinya. Dan segera mempertimbangkan pengembangan energi terbarukan yang terdesentralisasi. baca selengkapnya Surat Terbuka Organisasi Masyarakat Sipil Indonesia Kepada Presiden Menyikapi Komitmen Indonesia Dalam Mereduksi Emisi Nasional Walhi - Greenpeace - Sawit Watch - Down to Earth - IYFFCC (Indonesian Youth Forum for Climate Change) - Rainforest Action Network - People Forest Program - ICEL (Indonesian Center for Environmental Law) - AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) - FWI (Forest Watch Indonesia) - Solidaritas Perempuan - HuMa - Telapak - KpSHK (Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan) - BIC (Bank Information Center) - Sarekat Hijau Indonsia (SHI) - Jikalahari - Jatam, Kiara - JKPP - Save Our Borneo (SOB) - Scale Up – Pusaka http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/organisasi-masyarakat-sipil-indonesia.html baca juga Restorasi Ekologi, Solusi Kedaruratan Krisis Ekologi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/restorasi-ekologi-solusi-untuk-keadaan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Petisi Keadilan Iklim Untuk Pertemuan Puncak di Kopenhagen 2009
Menuntut tindakan nyata. Menuntut keadilan iklim Dalam pertemuan puncak perubahan iklim di Kopenhagen pada Desember ini, para pemimpin dunia dapat membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa depan planet kita. Mereka akan mendapatkan kesempatan bersejarah untuk berkomitmen untuk tindakan-tindakan yang membantu melindungi kita dari bencana akibat perubahan iklim yang berbahaya. Tanda-tangani petisi Friends of the Earth International (FoEI*) ini untuk mendorong mereka melakukan tindakan yang tepat dengan iklim kita dan masyarakat di seluruh dunia. Mohon dukungan untuk petisi secara langsung disini http://www.foe.co.uk/climatetalks/ind.petition.html * Walhi adalah Friends of the Earth Indonesia Menuntut tindakan nyata. Menuntut keadilan iklim Dalam pertemuan puncak perubahan iklim di Kopenhagen pada Desember ini, para pemimpin dunia dapat membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa depan planet kita. Mereka akan mendapatkan kesempatan bersejarah untuk berkomitmen untuk tindakan-tindakan yang membantu melindungi kita dari bencana akibat perubahan iklim yang berbahaya. Mohon dukungan untuk menanda-tangani petisi FoEI ini untuk mendorong mereka melakukan tindakan yang tepat dengan iklim kita dan masyarakat di seluruh dunia. Kepada para pemimpin UNFCCC / para kepala pemerintahan, Dalam pembicaraan UNFCCC di Kopenhagen tahun 2009, kami mendorong anda untuk mencapai kesepakatan internasional tentang perubahan iklim yang adil dan memadai, yang akan menjamin masa depan kita dan generasi yang akan datang. Kesepakatan tersebut selayaknya mengakui bahwa negara-negara kaya telah membuat kerusakan iklim terbesar dan mereka seharusnya melakukan tindakan terlebih dahulu. Selain itu, kesepakatan tersebut selayaknya: - Komitmen Negara-negara industry maju (terdaftar dalam “Annex I”) untuk sekurang kurangnya mengurangi 40% emisi dalam negeri mereka pada 2020, dengan menggunakan energi ramah lingkungan, transportasi lestari and mengurangi kebutuhan energi. - Pengurangan tidak boleh dicapai dengan pembelian kredit karbon dari Negara-negara berkembang atau dengan pembelian hutan di Negara-negara berkembang untuk “mengganti kerugian” pembuangan emisi yang berkelanjutan di dunia industri. - Negara-negara maju harus menyediakan tambahan uang kepada negara-negara berkembang untuk tumbuh dengan cara yang bersih, dan untuk mengatasi banjir, kekeringan dan kelaparan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Kesepakatan tersebut selayaknya menjamin bahwa uang ini dibagikan secara adil dan transparan. Kami tidak akan menerima hasil kesepakatan yang kurang dari hal tersebut diatas dari perwakilan internasional kami dalam negoisasi iklim. salam pembebasan andreas iswinarto http://lenteradiatasbukit.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Perempuan, Kekerasan dan Konflik Agraria-SDA
Oslan Purba dari Kontras dalam satu konferensi pers menyatakan bahwa sepanjang tahun 2008, Komnas HAM menerima 4000 kasus pengaduan dan 60 persen diantaranya terkait konflik agraria dan sumber daya alam. (http://matanews.com/2009/07/06/otda-mengarah-pada-pengrusakan-sda/). Menurut saya data ini menjadi indikasi kebijakan pemerintah dalam bidang ekosob, serta hukum yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan penegakkan hukum yang buruk. Disisi lain menunjukkan urgensi untuk memberikan prioritas politik bagi penanganan persoalan penataan di bidang agraria dan sumber daya alam. Dalam banyak kasus ini adalah sengketa bahkan pelanggaran atas hak-hak rakyat atas sumber-sumber agraria, sda dan lingkungan yang dilakukan oleh korporasi bahkan penguasa. Dalam sengketa, konflik hingga pelanggaran ham terkait agraria dan sumberdaya alam, yang menjadi korban adalah laki-laki, perempuan, anak-anak yang kehidupan sangat tergantung dengan usaha pengelolaan sumber-sumber kehidupan ini. Namun demikian sungguhkah laki-laki, perempuan dan anak-anak dalam kasus-kasus pelanggaran Ham terkait agraria dan sumberdaya alam menerima derajat kekerasan yang identik atau sama. Dalam hal ini dalam satu studinya Komnas Perempuan menilai bahwa dalam sedemikian banyaknya konflik sumberdaya alam tersebut perempuan hampir selalu luput dari perhatian atau nyaris tidak ada - bahkan bisa dikatakan tidak ada—identifikasi kekerasan berbasis jender dalam setiap kelas sosial, baik dalam konteks pemecahan masalah hingga upaya pemulihan, akibatnya pengungkapan kekerasan yang dialami perempuan juga luput dari upaya penyelesaiannya, padahal perempuan adalah kelompok paling rentan ketika konflik sumberdaya alam terjadi. Selain itu Komnas Perempuan juga mengidentifikasikan belum terdapat kepekaan untuk melihat persoalan perempuan dalam isu sumberdaya alam, sehingga fakta dan penegakan hak asasi perempuan dalam isu tersebut sering terabaikan. Subordinasi masalah perempuan yang dianggap sepele dibanding persoalan sumberdaya alam, dan anggapan jika masalah sumberdaya alam terselesaikan otomatis masalah perempuan akan terselesaikan dengan sendirinya. Aktivitas gerakan perempuan masih dianggap parsial hanya memahami isu kekerasan terhadap perempuan tapi belum berhasil menyambungkan dengan isu sumberdaya alam, juga minimnya analisa struktural dari gerakan perempuan sehingga fakta-fakta kekerasan terhadap perempuan hanya dilihat sebagai fenomena tunggal yang tidak terkait dengan kondisi struktural dan kultural dimana perempuan tersebut berada. Atas dasar itulah dilakukan studi “Meretas Jejak Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam : Pola Pengucilan, Pengabaian, Tantangan dan Implikasinya. Sebuah Tawaran Dialog” . Kajian ini dilakukan oleh KOMNAS PEREMPUAN bekerjasama dengan Bina Desa, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia., Rimbawan Muda Indonesia, debtWATCH Indonesia, Institute of Dayakologi, LBH Semarang. selengkapnya dan unduh hasil studi ini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-perempuan-kekerasan-dan-konflik.html simak juga film dokumenter Re-Sisters : Perjuangan Perempuan Soroako Menentang Perusahaan Raksasa Tambang Kanada http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/re-sisters-perjuangan-perempuan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Perangkat Pengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana
Buku Online Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana: Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan Seri Menuju Masyarakat Sadar Bencana Buku ini menguraikan subyek-subyek berikut: (1) Pengantar buku panduan; (2) Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam; (3) Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan; (4) Penyusunan program di tingkat negara; (5) Manajemen siklus proyek; (6) Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil; (7) Pengkajian lingkungan; (8) Analisis ekonomi; (9) Analisis kerentanan dan kapasitas; (10) Pendekatan penghidupan berkelanjutan; (11) Pengkajian dampak sosial; (12) Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi; (13) Evaluasi program-program pengurangan risiko bencana; dan (14) Dukungan anggaran. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-perangkat-pengarusutamakan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Riwayat Njoto, Setelah DN Aidit dan Sjam Kamaruzaman
Setelah menggali profil, riwayat dan peran politik DN Aidit & Sjam Kamaruzaman, Tempo kembali menyajikan laporan/edisi khusus tentang Njoto (Majalah Tempo) dan Kol. Untung (Koran Tempo). Selain itu Majalah Tempo pernah pula menerbitkan edisi khusus Tan Malaka, Hatta, Natsir dan Sutan Sjahrir. Semoga liputan semacam ini menjadi pemicu proses pembelajaran kritis atas jejak sejarah bangsa ini bagi masyarakat umum, sekaligus gerak pembongkaran manipulasi/monopoli tafsir (sejarah) rejim penguasa atau kelompok-kelompok dominan dan hegemonik. Jangan ada tabu diantara kita, jangan ada tipu-tipu diantara kita. Jelas bahwa 'kebenaran sejarah" hampir pasti tidak pernah menjadi final. On going process, selalu?! link-link bacaan terkait liputan khusus ini silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/biografi [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana
Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api* Tanpa melupakan prioritas bagi penanganan korban/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di Sumbar, Jambi dan Bengkulu atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya, ada urgensi yang tidak bisa ditunda lagi untuk mempercepat tumbuhnya (atau revitalisasi) masyarakat sadar bencana dan masyarakat tanggap bencana. Berikut adalah kompilasi 20 E-book/Buku Online yang semoga relevan untuk mendorong tumbuhnya Masyarakat Sadar Bencana dan Masyarakat Tanggap Bencana. Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan bacaan-bacaan ini. Selain mohon bantuannya untuk memberikan referensi buku-buku online atau artikel yang relevan. salam solidaritas untuk saudara yang berduka dan berbeban berat serta doa untuk yang berpulang. amin E-Book Manual Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PPBM) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-manual-panduan-penanggulangan.html E-Book Serial Komik Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-komik-panduan-penanggulangan.html E-Book Publikasi Untuk Keadaan Darurat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book.html E-Book Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-rencana.html E-Book Upaya Organisasi Masyarakat Sipil dalam Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-upaya.html E-Book- Prinsip-prinsip Panduan Bagi Pengungsian Internal PBB http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-prinsip.html E-Book Partisipasi Anak-Anak Dalam Situasi Konflik dan Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book_02.html E-Book Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-pedoman.html Lain-lain : E-Book : Kapitalisme Bencana dan Bencana Kapitalisme http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/seri-lawan-neoliberalisme.html TAJUK RENCANA Jumat, 2 Oktober 2009 | 04:58 WIB http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/02/0458077/tajuk.rencana Urgensi Hidup di Cincin Api Masih segar ingatan kita pada kejadian siang 2 September lalu, ketika sejumlah tempat di Jawa, Bali, dan Sumatera diguncang gempa besar. Dampak gempa itu belum sepenuhnya selesai kita tangani, pada Rabu (30/9) petang gempa besar kembali mengguncang Indonesia. Kali ini guncangan besar berukuran 7,6 skala Richter melanda Sumatera Barat. Dari apa yang kita ikuti melalui berita, sungguh dahsyat gempa yang terjadi di Sumatera Barat ini, khususnya di Kota Padang yang porak poranda. Menjadi harapan kita, korban yang tertimbun dapat segera dievakuasi dan korban selamat dapat diberikan pertolongan sebaik-baiknya. Mari kita singsingkan lengan baju untuk menolong saudara kita yang kini menderita akibat bencana alam yang hebat ini. Solidaritas, satu perasaan, itulah yang kita yakini dapat meringankan hati para korban. Kita juga berharap program tanggap darurat pemerintah dapat diimplementasikan dengan efektif. Efektivitas itu antara lain diperlihatkan dengan kecepatan memberikan pertolongan. Memang, sekarang ini fokus dan prioritas sepenuh-penuhnya kita pusatkan untuk mengevakuasi korban yang terjepit dan tertimbun dalam reruntuhan, lalu selekas-lekasnya memberikan pertolongan medis kepada korban yang luka-luka. Kita tangani pula korban yang kehilangan tempat tinggal, yang mungkin harus tinggal dalam tenda yang dingin. Selanjutnya, manakala suasana sudah lebih baik, sebaiknya kita memikirkan langkah serius guna meminimalkan dampak dan jumlah korban gempa. Misalnya saja untuk bantuan, sudah waktunya kita menyiapkan sarana pengiriman selain materi bantuannya sendiri. Soal-soal ini sudah waktunya kita pikirkan serius agar kita ke depan tidak setiap kali kaget oleh bencana. Pada dasarnya, kita perlu menginventarisasi lebih cermat perlengkapan keselamatan bagi kita yang ditakdirkan hidup di Cincin Api, kawasan yang dikelilingi gunung berapi dan lempeng tektonik aktif. Ini kita angkat agar kita tidak lalai. Apa yang kiranya bisa disebut sebagai tanggung jawab dan kewajiban dalam kaitan ini? Antara lain, kita membutuhkan lebih banyak lagi ahli gempa, yang akan membuat peta lengkap kawasan bencana. Mereka juga bertugas melakukan riset dan pemantauan. Dengan demikian, kita akan bisa membuat persiapan lebih baik, seperti menyiagakan kawasan yang rawan bencana; kita latih penduduknya untuk menghadapi setiap kemungkinan bencana. Program mitigasi—upaya untuk meminimalkan dampak bencana—kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup warga; kita siagakan alat-alat ekskavasi berat di kawasan bencana karena satu hari nanti gempa akan terjadi lagi. Pekerjaan lain masih banyak, tetapi itulah kira
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Evo Morales Raih Penghargaan Pahlawan Bumi dari PBB
Latin America Herald Tribune 23 September 2009 melaporkan berita menarik terkait penghargaan kepada Evo Morales sebagai “World Hero of Mother Earth”. Pernyataan ini disampaikan oleh Rev Miguel D’Escoto Brockmann, Presiden Majelis Umum PBB. D’Escoto menyatakan pula bahwa penghargaan tersebut bukan ditujukan kepada Evo Morales pribadi semata, tetapi terutama untuk para leluhur dan ‘the native people” yang setia berjuang untuk menyelamatkan “Ibu Bumi” Disamping Morales, Fidel Castro juga disematkan penghargaan sebagai “World Hero of Solidarity”. Sedangkan mantan presiden Tanzania, Julius Nyerere, akan memperoleh penghargaan sebagai “World Hero of Social Justice.” selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/evo-morales-fidel-castro-dan-julius.html publikasi terbaru di lentera di atas bukit E-Book Mengipasi Bara Api - Peran perusahaan pertambangan Inggris dalam konflik dan pelanggaran HAM http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/peran-perusahaan-pertambangan-inggris.html Film Re-Sisters : Perjuangan Perempuan Soroako Menentang Perusahaan Raksasa Tambang Kanada http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/re-sisters-perjuangan-perempuan.html Pangkalanbrandan Lautan Api : Perjuangan Laskar Minyak Untuk Kemerdekaan dan Kemandirian http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pangkalan-brandan-lautan-api-perjuangan.html Deklarasi International : Hentikan Ekspansi Kebun Kayu Mono Kultur http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/deklarasi-internasional-hentikan.html Kota dan Alam http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/memahami-kota-sebagai-suatu-sistem.html Kota dan Budaya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html Imaginasi Kota Masa Depan : Ruang Tinggal Dalam Kota http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html Kota-kota Imajiner http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/meditasi-kota-kota-imajiner-invisible.html Celebrating Diversity! The Legend (Magic) of Color Project http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/celebrating-pluralism-legend-magic-of.html Produksi Sampah Jakarta Setara 175 Borobudur http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/produksi-sampah-jakarta-setara-175.html "Mati Ketawa" ala Pemda DKI. Target Ruang Hijau Jakarta Tercapai 680 Tahun Lagi? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/komitmen-politik-pemda-terkait-ruang.html E-Book : Kapitalisme dalam Krisis http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/e-book-jurnal-bersatu-4-kapitalisme.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kota dan Budaya : Dominasi Kuasa Modal Atas Ruang Publik?
..sejak pemaknaan ruang bersama digeser dari bingkai nilai kultural dan fungsi temu bersama merayakan kebersamaan menjadi hanya berbingkai lapangan tempat panggung pameran dagang dengan kepentingan ekonomis dan nilai ekonomis industri menggusurnya menjadi pasar dagang jual beli. Apakah itu fenomena modernitas, dalam arti, rasionalitas (pola pikir kalkulasi untung-rugi) dalam ekonomi modern mengganti bahkan menggusur ekonomi tradisional yang tukar-menukar kebutuhan hidup lewat bahan-bahan tanaman, buah yang disaling-tukarkan untuk kehidupan hari demi hari, sebelum uang dengan nilai tukarnya menggantikan ini semua? dipetik dari dipetik dari paper Muji Sutrisno selengkapnya "Kota dan Budaya : Ruang Publik, Titik Temunya?" sebagai Rangkaian Studium Generale "Philosophy in the City", kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] [Kota] Imajinasi Ruang Tinggal Dalam Kota
Saya terkesan menyaksikan pameran yang digelar oleh Arsitek Muda Indonesia di Gallery Salihara (9-19 September 2009). Menurut saya ini adalah perayaan yang riuh yang dimulai dari kepedulian dan keprihatinan atas kegentingan persoalan-persoalan di kota baik sosial maupun ekologinya, utamanya juga pada nasib orang-orang biasa, orang-orang miskin diperkotaan, hingga keinginan untuk melakukan perubahan atau intepretasi ulang atas konsep-konsep yang usang, dan keberanian untuk mengolah mimpi dan imajinasi yang kaya. Kemudian bagi saya pameran ini kemudian bukan sekedar pekerjaan teknis tukang insinyur, tapi ini sekaligus kerja kebudayaan dan instalasi seni yang menarikPameran dengan label Ruang Tinggal Dalam Kota ini adalah rangkaian acara workshop AMI yang diselenggarakan selama 3 bulan. Workshop ini sendiri menurut Danny Wicaksono dalam katalog pameran adalah ajang atau ruang berpikir dan berdiskusi untuk menyelami masalah-masalah hunian tinggal di dalam kota-kota di Indonesia, dengan harapan lahirnya pemahaman, yang akan membawa peserta kepada ketidakpuasan yang kemudian berujung kepada intepretasi ulang atas sebuah tipologi yang sudah terlalu mapan.Dari proses worshop ini kemudian terjaring 17 proposal dan melalui proses pematangan 14 proposal dipilih untuk disajikan kepada khalayak luas. Ke 14 proposal ini adalahdidedikasikan untuk komuter, mobile house, metabolisme kota, linear city, ruang waktu tinggal, blackout architecture, ruang mimpi, kota skala kita, rumah ini tidak untuk dijual, tropical capsule bungalow, bandung fashion architecture, ruang kembali, nenek moyangku seorang pelaut, animal architectureSaya sepakat dengan Avianti Armand dalam catatannya di katalog pameran melalui artikel "Sebuah Bengkel Kerja", dimana ia mengatakan "Kita memiliki generasi arsitek muda yang berpikiran terbuka, penuh semangat, berani mendobrak peradigma lama dan mengeksplorasi ide-ide baru - yang radikal sekali pun. Antusiasme mereka menunjukkan kepedulian, bukan cuma untuk menguji diri, tapi untuk berbuat sesuatu bagi orang lain. Kota, bisa saja telah membuat kita menjadi sehimpunan orang yang skeptis. Tapi workshop ini, mudah-mudahan, adalah sebutir garam dunia".Saya memang tidak hadir dalam worskhop ini, tapi saya bisa merasakannya dari ruang pamer Ruang Tinggal Dalam Kota ini dan dari proses karya yang terbaca di website Worskhop AMI.selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bunuh Munir! Mengenang 5 Tahun Kematian Munir
Sebuah Buku Putih : Bunuh Munir!; Pulanglah (Iwan Fals); Nyanyian Merah Mengenang Sobat Munir Merunduk hormat sedalam-dalamnya, Tegak Kepala Meneruskeraskan Juangmu, Menuntaskan kasih untuk yang tertindas.. Pulanglah (Iwan Fals untuk Munir) Padi menguning tinggal di panen Bening air dari gunung Ada juga yang kekeringan karena kemarau Semilir angin perubahan Langit mendung kemerahan Pulanglah kitari lembah persawahan Selamat jalan pahlawanku Pejuang yang dermawan Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan Keberanianmu mengilhami jutaan hati Kecerdasan dan kesederhanaanmu Jadi impian Pergilah pergi dengan ceria Sebab kau tak sia sia Tak sia sia Tak sia sia Pergilah kawan Pendekar Satu hilang seribu terbilang Patah tumbuh hilang berganti Terimalah sekedar kembang Dan doa doa Suci sejati Suci sejati tabur bunga disiniMengenang 5 Tahun Kematian Munir. [E-Book] Sebuah Buku Putih : Bunur Munir! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/mengenang-5-tahun-kematian-munir-sebuah.html Mengenang 5 Tahun Kematian Munir. [E-Music] Pulanglah (Iwan Fals) dan Nyanyian Merah Mengenang Sobat Munir http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/mengenang-5-tahun-kematian-munir.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Fw: Petisi Mengecam Aksi Pembakaran Buku
Mohon dukungan anda (maaf atas pengiriman ganda) salam andreas Dear all, Yang ingin mendukung petisi ini silahkan mengirimkan ke email saya serta sebutkan nama dan institusi anda Thanks, Bonnnie Triyana alamat email Bonnie : boni_triyana@ yahoo.com atau bisa juga ke alamat email Andreas : mataharikus...@yahoo.com PERNYATAAN SIKAP KAMI MENGECAM AKSI PEMBAKARAN BUKU!! Pekan lalu Front Anti Komunis di Surabaya membakar buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono. Guru Besar Ilmu Sejarah Prof. Dr. Aminuddin Kasdi ikut dalam pembakaran dan mengatakan bahwa sejarah adalah milik pemenang. Mereka membakar buku sebagai reaksi terhadap kolom serial wartawan Jawa Pos Dahlan Iskan tentang Soemarsono, Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya. Pembakaran buku kali ini bukan yang pertama. Pada Juli 2007 ribuan buku pelajaran sejarah dibakar Kejaksaan Negeri Depok. Pembakaran-pembakar an ini membuktikan adanya sekelompok orang yang tidak bisa menerima perbedaan pendapat. Kami prihatin dengan pembakaran buku itu kendati kami belum tentu sepenuhnya setuju dengan isi buku tersebut. Tapi kebebasan berpendapat, baik lisan maupun tulisan, dijamin oleh UUD 1945. Pembakaran buku Soemarsono mengulang kembali aksi fasisme Nazi yang juga membakar buku-buku karya Sigmund Freud, Albert Einstein, Thomas Mann, Jack London, HG Wells serta berbagai cendekiawan lain. Nazi menganggap buku sebagai musuh mereka. Kami prihatin aksi ini dilakukan oleh sekelompok orang, yang memakai nama Islam namun melakukan tindakan tercela pada bulan Ramadhan, bulan di mana Allah pertama kali menurunkan perintah membaca kepada Nabi Muhammad SAW. Buku semestinya dibaca, bukan untuk dibakar. Kami menyayangkan pernyataan Aminuddin Kasdi. Pernyataan sejarah hanya milik pemenang tak sepantasnya dikatakan oleh seorang guru besar ilmu sejarah. Penulisan sejarah semestinya mengedepankan keberimbangan fakta dan keberagaman versi, bukan monopoli satu versi praktik Orde rezim Baru. Oleh karena itu, atas dasar akal sehat dan kepercayaan pada demokrasi, kami menyatakan: PERTAMA, mengecam para pelaku pembakaran buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono, dan menganggapnya sebagai tindakan fasistis, yang bertentangan dengan kemanusiaan dan upaya mencerdaskan masyarakat. KEDUA, menuntut kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjamin kebebasan berpendapat dan menindak tegas mereka yang menciderai kebebasan sipil di Surabaya. KETIGA, menuntut dihentikannya tindakan pelarangan buku atas alasan apapun. Bila terdapat perbedaan pandangan, yang diwakili sebuah buku, hendaknya dijawab dengan menerbitkan buku baru, yang mencerminkan pandangan yang berbeda --bukan dengan larangan. Semoga demokrasi di Indonesia, yang baru ditanam benihnya, bisa berkembang sehat. Kami yang mendukung: 1. Andreas Harsono (wartawan) 2. Bonnie Triyana (sejarawan-cum- wartawan) 3. Goenawan Mohamad (wartawan senior) 4. Wilson (sejarawan) 5. Patra M Zen (Direktur YLBHI) 6. M Abduh Aziz (Dewan Kesenian Jakarta) 7. Sapariah Saturi (wartawan)8. dst informasi terkait silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pembakaran-buku-revolusi-agustus-di.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Keberadaban Kota dan Kampung Hijau Romo Mangunwijaya
Wastu Kota : BUKAN jalur hijau bebas rakyat, tetapi KAMPUNG HIJAU di bantaran sungai dengan rakyat yang damai dan bahagia. Dalam artikel Cultural & Nature Kota yang Tunggang Langgang juga Menemukan Wastu Kota, Warga Sebagai Masyarakat Politik saya membaca kembali pameran Seni Rupa Keramik Aries BM ”Menafsir Wastu” khususnya untuk karya-karya yang terkait kota dan pemukiman dengan mendasarkan pada materi Kuliah Umum tentang Kota dan Alam yang disampaikan oleh Karlina Suppeli. Sebelumnya saya sudah pernah mengulas karya Aries BM dalam Menafsir Wastu : Binatang Ekonomi atau Manusia yang Manusiawi. Hal yang paling mengemuka dari kuliah umum Karlina adalah menempatkan kembali makna asali kota sebagai keberadaban. Ia mengatakan bahwa kota adalah ruang geografis dan bentuk-bentuk fisis (latin : urbs) sekaligus civitas –kewargaan. Kemudian warga kota atau civis menurunkan pengertian civilitas, yang diterjemahkan sebagai keadaban. Dengan pemahaman ini maka , city, cite,citta, atau kota adalah situs dari civilitas (keberadaban). Oleh karena itu lanjutnya seluruh infrastruktur kota semestinya adalah demi menciptakan keberadaban termasuk di dalamnya adalah mendefinisikan kembali ’alam’ dan yang ’alami’ dalam konteks keberadaban itu. Dengan pemahaman ini, alam dan budaya atau lingkungan alami dan lingkungan termanufaktur yang terdapat di kota, tidak mungkin dimengerti dan ditangani sendiri-sendiri. Alam di kota bukan sempalan dari kota maupun keberadaban dan ketidakberadabannya. Persinggungan utamanya dengan karya-karya Aries BM dalam "Menafsir Wastu" adalah dalam menemukan kembali jawab atas persoalan perkembangan kota yang bertolak belakang dengan keberadaban. Ketidakadaban bisa kita lihat dari relasi antar manusia yang tunggang langgang di jalan raya, tata kota yang buruk, ruang-ruang publik yang semakin menciut digantikan ruang publik palsu (yang sejatinya adalah ruang pasar), kriminalitas dan budaya kekerasan, buruknya sanitasi di pemukiman hingga pencemaran yang parah di udara hingga air tanah. Termasuk juga korupsi (pungutan liar) yang merebak di kalangan birokrasi pemerintahan atau pelayan rakyat. Termasuk juga apa yang disinyalir Karlina dalam makalahnya tentang adanya niat memberadabkan kota yang berlangsung melalui cara yang tidak beradab. Karlina mencontohkan soal berlangsungnya relokasi industri ke kawasan-kawasan di luar Jakarta, pengalihan sampah ke luar kota hingga penggusuran pemukiman kaum miskin kota yang dipandang merusak keindahan dan keselarasan kota. Ironi lainnya adalah disatu sisi muncul enklaf-enklaf kelas-kelas yang diuntungkan oleh sistim, kelas menengah dan atas. Enklaf-enklaf berupa pemukiman yang nyaman dengan semua fasilitasis atau infrastruktur yang memadai, berikut dengan lingkungan alam buatan yang hijau dan sehat. Di sisi lain kawasan di luar enklaf ini dibiarkan menjadi arena tarung warga miskin melawan alam yang sudah termanufaktur juga alam (lingkungan hidup) yang keras dan tercemar. Menurut Albertus Rusputranto Ponco Anggoro (pegiat forum pinilih dan pengajar di program studi seni rupa murni ISI Surakarta) yang menjadi salah satu kurator pameran, Istilah Wastu dalam kamus Kawi-Jawa (CF Winter Sr dan R Ng Ranggawarsita) diartikan sebagai masthi, estu, jangkep. Dalam terjemahan bebasnya dapat diartikan sebagai bangunan ruang hidup yang lengkap, menyeluruh, hakiki, sejati dan melingkupi. Manusia mengidentifikasikan dirinya berada dan menjadi ruang itu sendiri bersama dengan ideologi ruang, sejarah ruang, identitas ruang, rasa berkomunitas, kesadaran wilayah, kemanusiawian, beserta unsur-unsur material yang lain. Istilah Wastu dipopulerkan kembali oleh seorang arsitek, rohaniwan, sastrawan dan pegiat sosial. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-alam-keberadaban-kota-kampung.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kontras Wajan Ostenrik di Mal dan Aksi Ribut Warga Miskin (KMK)
Bagaimana memaknai instalasi seni 500 wajan putih mengkilap sebagai interior pada etalase mal dan disisi lain 500 wajan kusam, gosong dan penyok-penyok di instalasi perlawanan kaum miskin kota?!! Sepanjang 1 bulan penuh sekitar 500 wajan bergelantungan pada tali-tali senar dari atap gedung lobi atrium Pacific Place, Jakarta yang berlantai tujuh nan mewah dan megah itu Maka melayang-layanglah wajan-wajan itu yang sebagian sudah tidak utuh lagi entah itu dibelah, dilubangin, dipotong-potong dan apa pun yang dinginkan perupanya, Teguh Ostenrik. Karya ini adalah satu dari puluhan karya rupa dalam pameran ”A Mace” yang berbanjar di lantai 1 hingga 4. Ini adalah bagian dari pameran ”Bazaar Art Jakarta 2009 – Indonesia Art Festival. Ilham Khoiri dalam artikel beritanya di Kompas “Wajan-wajan yang Melayang” melihat karya Teguh ini hadir sebagai interior pada etalase mal yang menawarkan hiburan segar. Tulisnya lagi jika mau lebih serius, pengunjung bisa menelisik lebih jauh dengan mencoba memahami sesuatu di balik instalasi itu. Kepada Ilham Teguh mengatakan bahwa melalui karyanya ia ingin menyatakan penghormatan pada wajan yang sering terabaikan, padahal sangat berjasa memberi makan kita. Disisi lain saya juga mengingat aksi ribut kaum miskin kota di bunderan Hotel Indonesia tepat “di emperan” pusat perbelanjaan dan hotel mewah Plaza Indonesia dan Grand Hyatt Hotel, setara Pacific Place yang terintegrasi pula dengan Ritz Carlton Hotel. Itu terjadi pada ruang waktu (jaman) reformasi dan repotnasi entah itu dilakukan kaum miskin kota yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota, ataupun Serikat Rakyat Miskin Kota, Forum Warga ataupun yang diorganisir oleh NGO atau Ormas Perempuan. Kaum miskin kota menggunakan alat-alat dapur entah itu panci, wajan sebagai simbol protes mereka atas jaman susah atau jaman repot nasi ini. Entah itu dipicu oleh kenaikan harga BBM, kebutuhan pokok, tingginya biaya pendidikan hingga penggusuran usaha dagang kaki lima mereka. Pada pokoknya kesulitan ekonomi yang paling sederhana, ekonomi perut keroncongan. Bagaimana anda memandang 500 wajan putih mengkilap di etalase mal yang mewah dan semerbak wangi, dengan 500 pengunjuk rasa dengan wajan compang camping, kumuh dan berbau keringat serta asap knalpot mobil-mobil mewah hingga bus-bus rongsok? Yang satu bicara tentang penghormatan atas wajan yang terabaikan padahal sangat berjasa memberi kita makan, dengan protes kaum miskin kota yang mengarak peralatan dapur untuk menunjukkan ’lapar’nya mereka? Disini kisahnya bukan wajan yang terabaikan tetapi rakyat yang diabaikan bahkan digusur dari ruang kota. Bila wajan-wajan Teguh putih mengkilat dan secara sengaja dirusak atau dideformasi, maka wajan-wajan para demonstran yang rusak alami. Bahkan bisa jadi banyak diantara para ibu-ibu demostran menganggap wajan putih mengkilap sebagai satu kemewahan. Yang satu menawarkan hiburan segar dan kenikmatan hidup, yang satu adalah ungkapan kegetiran perjuangan hidup. Yang satu tentang kecukupan bahkan berlebihan bahan makanan yang diolah diatas wajan, yang satu adalah ketidakcukupan bahan makanan yang diolah di atas wajan. Mari merayakan dapur kaum miskin bukan dapur kuliner yang bergaya di tv-tv bersama Wiji Thukul (seorang seniman dari kelas tertindas jelas kere dong.) dalam puisinya Gentong Kosong (walau ini adalah dapur orang kampung di dusun yang masih bisa menikmati sedikit berkah langsung dari alam) Gentong Kosong parit susut tanah kerontang langit mengkilau perak matahari menggosongkan pipi gentong kosong beras segelas cuma masak apa kita hari ini pakis-pakis hijau bawang putih dan garam kepadamu kami berterima kasih atas jawabmu pada sang lapar hari ini gentong kosong airmu kering ciduk jatuh bergelontang minum apa hari ini sungai-sungai pinggir hutan yang menolong di panas terik dan kalian pucuk-pucuk muda daun pohon karet yang mendidih bersama ikan teri di panci jadilah tenaga hidup kami hari ini dengan iris-irisan ubi keladi yang digoreng dengan minyak persediaan terakhir kami gentong kosong botol kosong marilah menyanyi merayakan hidup ini (dari Aku Ingin Jadi Peluru, Indonesiatera 2004) terbaru di lentera : Culture & Nature Kota yang Tunggang Langgang (bag 1 dari 2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/culture-nature-kota-yang-tunggang.html Menemukan Wastu Kota, Warga Sebagai Masyarakat Politik (bag 2 dari 2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/menemukan-wastu-kota-warga-sebagai.html Komik Strip : Nasionalisme Put On dan Sumpah Setia Pak Tuntung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/komik-strip-nasionalisme-put-on-dan.html Kolom Mas Celathu Butet Kartaredjasa (si Presiden Guyonan) di Suara Merdeka http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/kolom-butet-kertaredjasa-presiden.html Pertumbuhan dan Keaktifan Pengguna Internet di Indonesia Tertinggi Di Dunia? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/200
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ziarah Gerakan Mahasiswa. Siapa yang telah mati?
Dari Peluncuran Buku ”Membakar Lahan Kering Perlawanan; Gerakan Mahasiswa 1990an” Tribute to Andi Munajat. Tim penulis buku : FX Rudy Gunawan, Wilson, Yayan Sopyan, dan Nezar Patria. percakapan ini pernah terjadi di sebuah masa yang telah lalu, hmmm barangkali perlu dikoreksi karena bisa jadi masih tetap hidup atau akan hidup lagi Dia berdiri di depan barisan, dan lalu bertanya: “Prajurit, apa yang harus kita pertahankan?” Para serdadu menjawab: “Siap! Pancasila dan UUD 1945”. Lalu, pertanyaan berikutnya, “Siapakah musuh kalian?” Para serdadu menjawab kompak: “Rakyat!”. … Ziarah yang kita lakukan tentu bukan kepada satu makam, satu tempat dimana kehidupan sudah berhenti. Pada ziarah makam, yang hidup mungkin sepenggal kenangan, atau juga doa. Sementara yang kita ziarahi malam ini adalah satu masa, satu rentang waktu ketika mahasiswa dari pelbagai tempat bersatu, mengamalkan teori dan praktik revolusioner, menguji kata dan perbuatan. ... Tampaknya, setelah ziarah ini, angkatan 1990 dan angkatan sebelumnya harus menata kembali garis ideologi, politik, dan organisasi, serta taktik dan strategi baru, agar usaha memenangkan kepentingan rakyat tertindas menjadi lebih bertenaga. Kalau tidak, maka ziarah kita pada malam ini, bukan lagi ziarah tentang satu masa perlawanan. Kita seperti berziarah ke masa depan, ke makam politik kaum revolusioner, yang beristirahat dengan tenang di bawah bintang-bintang. Sementara, kata “rakyat” yang sempat bangkit pada 1998, mungkin akan kembali hilang dari panggung kekuasaan. Dipetik dari Orasi Nezar Patria, mantan Sekjend SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), kini adalah wartawan media online Vivanews.com di acara “Ziarah Gerakan Mahasiswa”, Goethe Institute, Jakarta, 26 Agustus 2009. Dalam acara ini diluncurkan buku Membakar Lahan Kering Perlawanan; Gerakan Mahasiswa 1990an”. Tim penulis buku : FX Rudy Gunawan, Wilson, Yayan Sopyan, dan Nezar Patria. (Artikel Ziarah bersumber dari indoprogress) Selengkapnya baca disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ziarah-gerakan-mahasiswa-siapa-yang.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dukung Gagasan Koalisi Partai Demokrat, Golkar dan PDI-P
Jika Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia– Perjuangan benar-benar berkoalisi di Dewan Perwakilan Rakyat, kontrol lembaga legislatif itu terhadap pemerintah akan sangat lemah. Kondisi itu justru akan mendorong dan memperkuat gerakan kekuatan rakyat atau people power. Begitulah jendela berita Kompas 24 Agustus ”Rakyat Semakin Kuat”. Barangkali ini momentum bagi gerakan rakyat dan gerakan sosial terorganisir untuk memperbaiki diri, belajar dari kekalahan gerakan reformasi atau dari pengalaman masuk kubangan ’perselingkuhan’ dengan berbagai kelompok gerakan elit melawan Soeharto. Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/dukung-gagasan-koalisi-partai-demokrat.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Nakedless Reveals a Life.. Yang Personal Itu (juga) Politis (bg 1 dari 2)
Dari Pameran Tunggal Seni Rupa Laksmi Shitaresmi 4-13 Agustus 2009 Bentara Budaya Jakarta Juga Presiden Animal Farm : Ya Kerbau, Ya Kambing, Ya Anjing, Ya Babi ”Saya tidak bisa pidato, saya hanya bisa momong anak dan melukis……..” Membuat karya seni bagi saya adalah menumpahkan segenap kejujuran hati apa adanya, sejujur-jujurnya, tanpa rekayasa atau dibuat-buat, bukan mengada-ada, sepenuhnya mengekspresikan hati dan jiwa saya. Tentu saja dengan cara bahasa estetik seni dan simbol-simbol pribadi saya yang senantiasa hadir dan mengalir begitu saja….. Ide yang terkandung dalam setiap karya lukis dan karya patung saya masih seperti biasanya dan biasa-biasa saja, yakni segala hal, kisah, peristiwa, endapan-endapan memori dan pengalaman pribadi yang saya jumpai dan saya alami baik di masa lalu, kemarin, masa sekarang dan shari-hari, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk ketidaksengajaan pengamatan saya terhadap lingkungan sekitar berikut situasi dan kondisinya yang tidak bisa saya pungkiri dan saya hindari sempat mengusik benak dn hati saya, menyentuh jiwa saya. (Laksmi Shitaresmi dalam booklet pameran)Silah klik disini untuk dokumentasi foto karya Laksmi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/nakedless-reveals-life-yang-personal.html baca juga bagian 2 Nakedless Reveals a Life….. Representasi Diri, Representasi Ibu Pertiwi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/nakedless-reveals-life-representasi.html Perjumpaan pertama saya dengan karya Laksmi Shitaresmi adalah pada pameran Seni Rupa Gasing : Komidi Putar di Bentara Budaya 19-31 Mei 2009 lalu. Pameran ini selain memutar kembali ingatan/sejarah permainan gasing di seantero nusantara, juga mengekspos masalah sosial-politik yakni Pemilu Legislatif 2009. Kemudian saya memberikan sentuhan dan tafsir yang agak berbeda atau barangkali bisa dikatakan perluasan dari tema tersebut dalam artikel apresiasi saya. Saya mengaitkannya dengan persoalan genting bagi peradaban kita hari ini yakni fenomena pemanasan global (global warming). Artikel itu kemudian menemukan judul Global Warming : Melampaui Sistim Politik dan Ekonomi Yang Usang klik disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/komidi%20putar Karya Laksmi Shitaresmi yang disertakan dalam pameran ini adalah Gasing : Hendak Kemana Kalian Berlayar. Saya begitu terkesan dengan karya ini pada pandangan pertama dan karya ini menjadi salah satu karya favorit saya di pameran Seni Rupa Gasing ini. Selain itu tentunya karya Agung Prasetyo (Gasing Global Warming dan lukisan dengan tema yang sama) yang mengantar saya pada tema artikel tersebut. Kedua karya ini paling kuat menggiring saya pada tema tantangan peradaban yang sangat serius ini. Pada karya Laksmi saya menemukan simbol ikan dan perahu menancap dalam di benak atau ulu hati. Secara khusus selain memotret karya itu secara utuh, karena magnet ikon-ikon di dalam karya itu saya juga memotret detil karya ini. Ikan-ikan dan perahu-perahu. Sedang pada karya Anggar Prasetya saya menemukan bola dunia, dengan menghampar kepulauan atau negeri zamrud khatulistiwa, dan pun perahu kertas berbendera merah putih di samuderanya Dalam booklet pameran saya menemukan deskripsi konsepsi tema di balik karya ini Ulah manusia atas eksploitasi alam lingkungan menimbulkan banyak bencana. Bumi tua ini makin padat, panas dan rusak. Bagaimana nasib bumi ini? Mungkin bumi akan berhenti seperti gasing yang berhenti berputar? (pada Anggar Prasetyo) Sekarang ini begitu banyak partai yang saling berlomba-lomba keras-kerasan suara dan lantang-langtangan janji demi mendapat simpati di hati tiap orang dengan menawarkan berbagai mimpi indah dan sekian banyak harapan dengan mengatasnamakan demi kesejahteraan rakyat, kemajuan bangsa, bla,bla, bla. Apakah semua itu bisa dibuktikan nantinya? Mau dibawa kemanakah perahu ibu pertiwi kita? (pada Laksmi Shitaresmi) Inilah wajah Ibu Bumi! Ibu Pertiwi! kita.. Tanpa di duga beberapa bulan berselang Laksmi Shitaresmi berpameran tunggal di Bentara Budaya Jakarta. Hmmm, pucuk dicita ulam tiba, saya punya kesempatan untuk menanyakan ikan-ikan solid-mengkilap dan perahu-perahu Laksmi itu. Sekaligus kemudian saya dapatkan pernyataan polos dan jujurnya, kejengkelannya pada kampanye partai-partai yang menginspirasi karyanya kala itu. Baru sebulan setelah pameran tunggal ini saya sadar bahwa Anggar dan Laksmi adalah suami istri, hmm saya tidak saja menemukan global warming : melampaui sistim politik dan ekonomi yang usang, tapi juga tautan hati yang dalam). Tentang ikan Laksmi menjelaskan bahwa ikan yang seluruhnya dilukiskannya di luar habitatnya alias di darat, sebagai simbol keinginan untuk selalu berdialog juga beradaptasi dengan lingkungannya. Walaupun dengan senyum simpul Laksmi segera menambahkan, ”Walau sepertinya tampak tak mungkin ya” (ikan di darat atau udara.cat penulis). Sedang perahu melambangkan perjalanan ibu pertiwi. Ia kemudian menceritakan ke
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Fw: Kerakyatan vs neoliberalisme Masihkah Ada Harapan?
...tidak berarti tidak ada harapan. Peluang kebangkitan ekonomi kerakyatan setidak-tidaknya dapat disimak dalam lima hal berikut. Pertama, mencuatnya perlawanan terhadap hegemoni AS dari beberapa negara di Amerika Latin dan Asia dalam satu dekade belakangan. Kedua, berlangsungnya pergeseran peta geopolitik dunia dari yang bercorak unipolar menjadi tripolar sejak kemunculan Uni Eropa dan kebangkitan ekonomi China. Ketiga, berlangsungnya krisis kapitalisme AS sejak 2007. Keempat, meningkatnya kerusakan ekologi di Indonesia pascaeksploitasi ugal-ugalan dalam rangka neokolonialisasi. Kelima, meningkatnya kesenjangan ekonomi dan sosial di Indonesia (Revrisond Baswir) 3 Seri Bacaan Lawan Neoliberalisme -Nekolim link-link terkait lawan-neoliberalisme silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme posting satu Republik Indonesia Dalam Perangkap Struktur Ekonomi Kolonial http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/kerakyatan-vs-neoliberalisme-masihkah.html Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat batu dan kayu jadi tanaman. Akankah terjadi pula tikus mati di lumbung beras... Negeri kaya tapi rakyatnya miskin, tanahnya subur tapi tergantung impor bahan pangan pokok. Harian Kompas Senin 24 Agustus menegaskan pada kita kondisi memprihatinkan ini dalam beritanya RI Terjebak Impor Pangan. Menurut data yang berhasil di kumpulkan Kompas, setiap tahun Indonesia harus mengeluarkan devisa setara dengan Rp 50 triliun untuk membeli enam komoditas pangan dari negara lain. Komoditas tersebut meliputi kedelai, gandum, daging sapi, susu, dan gula. Bahkan, garam yang sangat mudah diproduksi di dalam negeri karena sumber dayanya tersedia secara cuma-cuma dari alam tetap masih harus diimpor sebanyak 1,58 juta ton per tahun senilai Rp 900 miliar. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa nilai impor kedelai rata-rata setiap tahun mencapai 595 juta dollar AS (setara dengan Rp 5,95 triliun), gandum 2,25 miliar dollar AS (Rp 22,5 triliun), gula 859,5 juta dollar AS (Rp 8,59 triliun), daging sapi 480 juta dollar AS (Rp 4,8 triliun), susu 755 juta dollar AS (Rp 7,55 triliun), dan garam 90 juta dollar AS (Rp 900 miliar). Sedangkan data Departemen Perindustrian, menyebutkan impor bahan baku susu bagi industri susu maupun industri makanan mencapai 655 juta dollar AS per tahun. Bila ditambah impor dalam bentuk produk olahan, angkanya naik 140 juta dollar AS lagi menjadi 795 juta dollar AS. Kompas menyimpulkan pada bagian awal beritanya bahwa kebijakan pembangunan ekonomi nasional yang bias industri mengabaikan pengembangan potensi pangan lokal dan pemenuhan kebutuhan pangan warga. Akibatnya, Indonesia kian terjebak dalam arus impor pangan. Bisa jadi benar, walaupun juga patut pula dipertanyakan kesahihannya. Paling tidak pertama, beberapa pakar dan aktifis gerakan sosial malah mengatakan sejak sepuluh tahun terakhir ekonomi Indonesia mengalami proses menyakitkan de-industrialisasi. Kedua, saya yakin bahwa inilah setting tatanan ekonomi yang ’dipaksakan’ di negeri ini melalui lembaga keuangan internasional hingga WTO maupun melalui saluran hubungan bilateral antar negera maju dan Indonesia. Terakhir, saya meyakini tesis Revrisond Baswir bahwa RI hingga hari ini masih terjebak dalam kubangan struktur ekonomi kolonial. Berikut adalah petikan artikel Revrisond Baswir (bisnis Indonesia 18 Agustus 2009), Kerakyatan vs neoliberalisme :RI dibangun di atas struktur ekonomi kolonial bagaimanakah kondisi perekonomian Indonesia saat ini? Pertama, sebagai bekas negara jajahan, Indonesia tidak dapat mengingkari kenyataan terbangunnya struktur ekonomi kolonial di sini. Oleh sebab itu, ekonomi kerakyatan pertama-tama harus dipahami sebagai upaya sistematis untuk mengoreksi struktur ekonomi kolonial tersebut. Kedua, liberalisasi bukan hal baru bagi Indonesia, tetapi telah berlangsung sejak era kolonial. Menyadari kedua kenyataan itu, dapat disaksikan betapa sangat beratnya tantangan penyelenggaraan ekonomi kerakyatan yang dihadapi Indonesia. Tantangan terberat tentu datang dari pihak kolonial. Sejak 17 Agustus 1945, pihak kolonial hampir terus-menerus berusaha menjegal pengamalan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi tersebut. Oleh sebab itu, setelah mengalami penjajahan baru (neokolonialisasi) pada 1967, tantangan penyelenggaraan ekonomi kerakyatan tentu cenderung semakin berat. ...tidak berarti tidak ada harapan. Peluang kebangkitan ekonomi kerakyatan setidak-tidaknya dapat disimak dalam lima hal berikut. Pertama, mencuatnya perlawanan terhadap hegemoni AS dari beberapa negara di Amerika Latin dan Asia dalam satu dekade belakangan. Kedua, berlangsungnya pergeseran peta geopolitik dunia dari yang bercorak unipolar menjadi tripolar sejak kemunculan Uni Eropa dan kebangkitan ekonomi China. Ketiga, berlangsungnya krisis kapitalisme AS sejak 2007. Keempat, meningkatnya kerusakan ekologi di I
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jurnal Karbon : Ruang Rupa dan Fenomena Sosial Perkotaan
Melalui Jurnal ini kita diajak menemukan wajah kita dan kota di dalam ekpresi ruang rupa seperti komik, sinema, humor, transportasi umum dan rumah (pemukiman) Kota dalam komik Benny dan Mice, kartun Doyok, Busway, Lubang-lubang Jalan, Mengejar Matahari, Balada Becak, Cuaca hingga Seni & Air Seni Supir Taksi . Sebagai sesama warga kota, saya merekomendasikan anda membaca Jurnal Karbon ONLINE Edisi 1-6. Dasarnya sederhana saja, dengan mencermatinya seperti halnya saya, anda pun bisa menemukan wajah kita (warga) dan wajah kota sekaligus. Dalam kubangan kesibukan kerja, hiruk pikuk kota dengan kemacetannya, polusi dan ketidakadaban tingkah laku penghuninya, serta kuasa modal yang mengontrol penguasa serta memodarkan sebagian besar warganya, kita acapkali hanya punya jepretan kamera dengan fokus dan diafragma yang tidak tepat. Lantas yang kita lihat adalah refleksi wajah kota dan wajah kita yang kabur, buram dan bahkan tidak terbaca. Dengan membaca Jurnal Karbon walaupun kita temukan refleksi yang buruk rupa, berantakan, barangkali juga tidak beradab, tetapi bila itu dipotret dengan fokus dan diafragma yang tepat maka kita sudah beranjak maju. Karena ada jarak, permenungan, dan di titik ini lah kita telah membuka jalan untuk sebuah perubahan. Pemberadaban.?! Karbon adalah jurnal online yang membahas permasalahan urban dan budaya visual dalam ruang kota di Indonesia secara multidisiplin, serta menelaah berbagai praktek seni rupa kontemporer yang lahir di dalam dan mengenai ruang urban demi memetakan hubungannya dengan fenomena sosial. Jurnal ini diterbitkan oleh ruangrupa ruangrupa sendiri adalah sebuah artists’ initiative yang didirikan pada 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta . Organisasi nirlaba yang bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboratorium seni rupa, workshop, penelitian dan penerbitan jurnal. dalam huruf miring dikutip dari www.karbonjournal.org :Untuk link-link terkait silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ruang-rupa-dan-fenomena-sosial.html Baca juga posting terbaru dari Lentera 3 E-Book Studi Kasus Keadilan Transisi (Transitional Justice) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/e-book-studi-kasus-keadilan-transisi.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Panduan ttg UU Keterbukaan Informasi Publik
Untuk memberikan pendidikan publik terkait isu-isu di seputar UU Keterbukaan Informasi (Undang-Undang No 14/2008) Yayasan SET telah menerbitkan Panduan Sederhana Penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dalam format file elektronik (on-line) yang dapat diunduh secara bebas. Modul ini meliputi 5 bab yang mencakup Tujuan dan Asas UU KIP, serta Hak dan Kewajiban dalam UU KIP, Tata Cara Memperoleh Informasi Publik, Sengketa Informasi dan Cara Penyelesaian, Jenis dan Klasifikasi Informasi dan Komisi Informasi silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/unduh-panduan-penerapan-uu-keterbukaan.html UU KIP memberikan jaminan kepada SETIAP WARGA NEGARA untuk memperoleh informasi yang dikuasai oleh BADAN PUBLIK. UU KIP memberikan acuan yang sangat jelas kepada warga negara tentang tata cara MEMPEROLEH INFORMASI dari badan publik. UU KIP juga mengatur tentang apa yang harus dilakukan oleh warga negara (pemohon informasi publik) jika niatnya untuk memperoleh informasi dari badan publik dihambat oleh pejabat di dalam publik tersebut. Penyelesaian sengketa permintaan informasi tersebut akan diselesaikan oleh KOMISI INFORMASI. Melalui UU KIP masyarakat dapat memantau setiap kebijakan,aktivitas maupun anggaran badan-badan public berkaitan dengan penyelenggaraan negara maupun yang berkaitan dengan kepentingan publik lainnya. INFORMASI adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non-elektronik. Dikutip dari pengantar modul (Yayasan SET) Semoga informasi ini masih relevan dan bermanfaat. salam hangat andreas iswinarto Simak juga Panduan Untuk Fasilitator Pendidikan Politik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/panduan-untuk-fasilitator-pendidikan.html Panduan Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-pendidikan-populer.html Pendidikan Untuk Membangun Kesadaran Kritis Anak-anak http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-gratis-anak-anak-membangun.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Buku Panduan untuk Fasilitator Pendidikan Politik
Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos) belum lama ini menerbitkan buku panduan untuk fasilitator Pendidikan Politik di Aceh. Walaupun buku panduan ini memiliki kekhususan konteks politik lokal di Aceh, menurut saya tetap memiliki sifat keumuman atau konteks politik yang lebih luas. Paling tidak buku panduan ini dapat menjadi referensi atau komparasi bagi pengembangan materi pendidikan politik untuk masyarakat luas. Demos selain menerbitkan manual ini dalam bentuk cetak juga menerbitkan edisi online atau elektroniknya. Silah unduh di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/panduan-untuk-fasilitator-pendidikan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Empat Tahun Merdeka, Enam Puluh Tahun Dijajah Utang
Dukung Gerakan Indonesia Merdeka dari Utang sumber : www.kau.or.id Sejak 60 tahun lalu (1949 – 2009), Indonesia terus dijajah oleh utang. Dalam perjanjian Konfrensi Meja Bundar (1949), Belanda mewariskan utang sebesar US$ 4 miliar dolar sebagai syarat kemerdekaan republik. Padahal utang tersebut digunakan untuk memerangi rakyat Indonesia dan menguras kekayaan alam. Selain menanggung beban utang, Indonesia juga harus tunduk pada aturan-aturan ekonomi di bawah International Monetery Fund (IMF). Sejak saat itu, semasa pemerintahan Orde Lama, utang menjadi alat bagi intervensi asing terhadap kebijakan ekonomi dan politik di dalam negeri. Selain itu, warisan utang luar negeri yang besar dari KMB telah menyulitkan Indonesia membiayai pembangunan di awal kemerdekaan. Selesai orde lama, rezim utang baru dibangun dengan dukungan lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia dan Asian Development Bank. Di bawah kekuasaan Soeharto (1965 – 1998), jumlah utang Indonesia meningkat sangat pesat. Jumlah utang luar negeri Indonesia membengkak mencapai US$ 54 miliar. Utang-utang tersebut diperoleh dari lembaga keuangan internasional dan negara-negara industri kaya (Amerika, Eropa dan Jepang). Dengan jumlah utang yang besar tersebut, orde baru bertahan selama 32 tahun dan para pejabatnya berhasil memperkaya diri dengan mengkorupsi dana utang. Kebijakan ekonomi semakin terbuka bagi investor asing, dan kekayaan alam dikuras. Sementara rakyat kebanyakan, hidup dalam ketertindasan dan kemiskinan. Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/konferensi-meja-bundar-kmb-1949-dan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pramoedya, Buku dan Kaum Muda ‘Gila’ di I :Boekoe (bag 1)
Dirgahayu Indonesia! PRAMOEDYA ANANTA TOER adalah buku. Buku yang seutuh-utuhnya buku. Karena ia buku yang besar, meluas, dan berwibawa, maka ia abadi: scripta manent verba volant (tulisan itu abadi, sementara lisan cepat berlalu bersama derai angin). Pram memang telah berangkat dengan kereta api pagi pada Ahad (30/4/2006, 08.55) tiga tahun yang lampau—dua hari setelah hari pergi penyair Chairil Anwar—di usia 81 tahun 84 hari. Tapi Pram sangat yakin bahwa ia akan abadi. Dan keyakinan itu sudah ia tuliskan dalam sebuah artefak utuh tanpa ragu di halaman 356 kuartet keempat Buru, Rumah Kaca: “Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.” Pram memang bukanlah buku yang biasa. Buku yang datang tergesa-gesa, cepat, dan setelah itu dilupakan orang. Pram juga bukan buku cengeng, picisan, dan penuh cekikikan. Sebab hidup Pram adalah hidup yang selalu sepi, sunyi, disiakan, sekaligus keras dan berjelaga. Nasib dan respons kehidupan yang tak memanjakan membawanya menjadi buku yang selalu tegak menantang cadas atau apa pun yang mengganggu otonomi tubuh dan pikiran dan ideologinya. Bahkan kesadaran melawan yang berkobar itu tetap ia perlihatkan hingga ajalnya menjemput. Dipetik dari tulisan Muhidin M Dahlan, PRAM: Buku yang tak Pernah Selesai Dibaca 7 bulan lalu dalam tulisan pendek Kado Raksasa : Trilogi Lekra dan Kronik Seabad Kebangkitan Nasional, saya memberikan aspresiasi dan penghormatan tinggi kepada sekelompok anak muda penggila buku yang tergabung dalam I:Boekoe (Indonesia Buku). Penggila disini bukanlah penggila dalam arti pasif, gila membaca buku, tetapi kegilaan disini bersifat aktif. Artinya gila membaca buku secara kritis sekaligus menulis buku. Yang menarik pula proyek penulisan I:Boekoe adalah dalam kategori penulisan buku-buku babon atau buku-buku yang bersifat ensiklopedik. Saat itu saya mengangkat 2 serial buku (saya menyebutnya Kado Gila Kaum Muda Untuk Kebangkitan Nasional) yang pertama adalah Kronik Kebangkitan Indonesia. Buku ini adalah hasil kerja keras belasan anak muda berusia di bawah 25 tahun selama 1,5 tahun yang kini telah berbuah 21 buku dengan ketebalan 1.7 meter. Sedangkan seri buku berikutnya adalah Trilogi Lekra Tidak Membakar Buku. Serial buku ini di tulis oleh 2 orang dari tim kerja Kronik Kebangkitan Nasional yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan. Mereka bekerja pararel untuk proyek buku Kronik Kebangkitan Nasional sekaligus untuk proyek mereka berdua. Trilogi Lekra Tidak membakar Buku ini terdiri dari buku-buku Lekra Tak Membakar Buku : Suara Senyap Lembar kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Gugur Merah : Sehimpunan Puisi Harian Rakjat-Lekra dan Laporan dari Bawah : Sehimpunan Cerita Pendek Harian Rakjat –Lekra. Coba simak di dalam Lekra Tidak Membakar Buku kedua anak muda ini melakukan liputan menyeluruh yang diriset dari sekitar 15 ribu artikel kebudayaan yang terserak. Selain Kronik Kebangkitan Indonesia hingga kini paling tidak I:Boekoe yang didominasi oleh kaum muda energik dan gila buku ini telah menerbitkan cukup banyak buku yang bersifat ensiklopedik diantaranya Karya-karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo (1060 hlm); Karya-karya Lengkap Marco Kartodikromo (688 hlm); Seratus Pemberontakkan di Nusantara (539 hlm); Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa Bangsa, Tanah Air Bahas (1184 halaman berisi 365 mini-biografi pers Indonesia); Tanah Air Bahasa: Seratus Jejak Pers Indonesia (456 halaman); 7 Ibu Bangsa (688 halaman); 7 Bapak Bangsa (688 halaman); Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku (668 halaman). Dari mencermati website I:Boekoe (sebelumnya numpang gratisan di blogspot) dan blog personal anggota-anggotanya saya menemukan kawan Muhidin M Dahlan sebagai salah satu yang ’tergila’. Baik kontribusinya dalam proyek penulisan buku-buku ensiklopedik diatas, maupun kegilaannya menulis bukunya sendiri termasuk beberapa novel maupun menulis artikel-artikel di media massa. Juga keaktifaanya menghidupkan blog I:Boekoe dan blog pribadinya akubuku. Ada satu artikelnya di harian Kompas Pustaka dan Imajinasi Borges yang barangkali bisa dijadikan cermin semangat Muhidin (panggilan akrabnya Gus Muh) dan kawan-kawannya di I:Boekoe. Artikel ini menceritakan dan mengulas riwayat Borges. Borges adalah pustakawan buta yang dipercaya masyarakat perbukuan Argentina selama 18 tahun memimpin perpustakaan dengan koleksi sekitar 800.000 judul buku. Setahun setelah ditunjuk sebagai kepala perpustakaan, Borges menerima dua anugerah sekaligus: dewan pakar sastra Inggris dan Amerika di Universitas Buenos Aires serta National Prize bidang sastra. Sebelum Borges menghuni masa kegelapannya ia dikenal sebagai seorang penyair, esais, dan cerpenis Argentina terdepan sekaligus pustakawan terpercaya. Selain itu saya mencermati cukup banyaknya artikel-artikel tentang Pramoedya Ananta Tour yang ditulis oleh kawan-kawan ini. Paling tidak saya temukan sekitar 30 artikel yang di blog I:Boekoe termasuk beberapa wawancara dengan orang-orang de
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Revolusi Agustus : Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah
semoga artikel-artikel terkait Revolusi Agustus ini bermanfaat salam agustusan andreas MEMOAR SOEMARSONO “Siapa yang musti memproklamasikan dan menjadi Presiden Republik Indonesia pertama? Pertama kali yang dicalonkan adalah Amir Sjarifuddin. Semua pemuda menerima. Cuma Soekarni tanya, ‘Bung Amir dimana?’ Dia sebenarnya tahu Bung Amir ditawan Jepang di Lowokwaru, Malang … Umpamanya dia diketahui Jepang, lalu dibunuh. Nah kita mempunyai presiden pertama sudah dibunuh. Bagaimana bisa?” "Saya ini pelaku, saya saksi. Bahwa sampai kapan pun Peristiwa Madiun itu bukan suatu pemberontakan, tetapi penindasan dari satu pemerintahyang melaksanakan Red Drive Proposal dari Amerika Serikat, mau membasmi kaum kiri dan kami melakukan perlawanan. Lha Berontak Madiun! Berontak apa? Buktinya apa?" Soemarsono, pejuang kemerdekaan Indonesia, penulis buku Revolusi Agustus (Hasta Mitra 2008) Atas kerjasama Pantau dan TUK bulan Juli lalu telah diselenggarakan diskusi Madiun Affairs 1948 bersama Soemarsono, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Dalam diskusi tersebut sejarawan Baskara T Wardaya dan Wilson bertindak sebagai penanggap/pembahas dengan moderator Andreas Harsono. Berikut adalah paper yang disampaikan di dalam diskusi tersebut Membaca buku Revolusi Agustus karya Soemarsono (Baskara T Wardaya) Beberapa Catatan Untuk Diskusi Peristiwa Madiun 1948 (Wilson) Pengakuan Seorang Anak tentang Siapa Ayahnya Juga baca serial artikel Dahlan Iskan di Jawa Pos Soermarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (bag 1-3) Untuk artikel-artikel ini silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/revolusi-agustus-kesaksian-seorang.html Posting Terbaru di Blog Lentera : NASIONALISME : DI TAPAL BATAS atau DI SIMPANG JALAN http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/nasionalisme-di-tapal-batas-atau-di.html Pramoedya Ananta Tour, Buku dan Kaum Muda http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/pramoedya-ananta-tour-buku-dan-kaum.html Menelusuri Hasil Visum Para Pahlawan Revolusi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/menelusuri-hasil-visum-para-pahlawan.html Masih Relevankah Analisis Kelas dan Perjuangan Kelas? (Bag 1 dari 2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/masih-relevankah-analisis-kelas-dan.html Baca juga bagian 2 : Kapitalisme, Kemiskinan dan Krisis Ekologi http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/kapitalisme-kemiskinan-dan-krisis.html Pejuang Tua Itu Sudah Berpulang. Selamat Jalan Bung Joesoef Iskak http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/pejuang-tua-itu-sudah-berpulang-selamat.html Membaca Sajak Orang Kepanasan (WS Rendra), Saya Berjumpa Kembali Wiji Thukul http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/dalam-sajak-orang-kepanasan-ws-rendra.html Kumpulan Artikel-Opini : Mengenang WS Rendra dan Mbah Surip http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/kumpulan-artikel-opini-ws-rendra-dan.html Perubahan Sosial Lewat Mouse http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/games-on-line-perubahan-sosial-lewat.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dalam Sajak Orang Kepanasan (Rendra) Saya Berjumpa Wiji Thukul
Untuk menghormati WS Rendra Kompas tidak saja memberikan porsi yang cukup besar untuk artikel seputar si Burung Merak ini tetapi juga menghilangkan tulisan TAJUK RENCANA (rubrik ‘keramat’ bagi sebuah media) pada hari Sabtu 8 Agustus 2009. Pada lajur kolom TAJUK RENCANA hari Sabtu itu diisi MENGENANG WS RENDRA dengan memuat 2 sajak pilihan harian Kompas yakni Sajak Orang Kepanasan dan Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Terlepas dari kekaguman saya pada Rendra dan pesan dari puisi ”Sajak Orang Kepanasan” yang sangat kuat menancap di benak. Ternyata puisi ini juga membuka jalan kembali untuk menjumpai Wiji Thukul. Sajak Orang Kepanasan ini segera mengingatkan saya pada puisi Wiji, Bunga dan Tembok, Sajak Suara dan Peringatan. Bila Rendra bilang TIDAK, TIDAK dan TIDAK maka dalam Peringatan Wiji Thukul lantang meneriakkan ’maka hanya satu kata : LAWAN! Karena kami dibungkam dan kamu nyerocos bicara Karena kami diancam dan kamu memaksakan kekuasaan maka kami bilang TIDAK kepadamu Karena kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana Karena kami semua bersandal dan kamu bebas memakai senapan Karena kami harus sopan dan kamu punya penjara maka TIDAK dan TIDAK kepadamu Maka dalam Peringatan Wiji Thukul menuliskan pula pendasarannya bila rakyat tak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya da satu kata: lawan! Dan sebelum sampai kepada klimaksnya TIDAK, TIDAK dan TIDAK Rendra dengan piawai membangun pukulan demi pukulan untuk menguatkan benturan atau kontradiksi antara si tertindas dan penindas atau antara siapa yang berlawan dan siapa musuh yang harus di lawan. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/dalam-sajak-orang-kepanasan-ws-rendra.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] PTUN Menangkan Gugatan ‘LSM Sontoloyo’ So al Perijinan Semen Gresik
Seperti di laporkan Tempo Interaktif Semarang 25 Juli 2009, disela-sela acara pelantikan Dewan Pengupahan Jawa Tengah, Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengakui dirinya telah gagal membangun pabrik Semen Gresik di Sukolilo Pati. Ia menuduh LSM menggagalkan rencana pembangunan ini dengan memprovokasi masyarakat untuk melakukan penolakan. “Itu LSM Sontoloyo, edan itu namanya”, ujar mantan Panglima Kodam IV Diponegoro kepada Tempo Interaktif. Akibat pernyataan Bibit, Jaringan Advokasi Peduli Pegunungan Kendeng Utara yang beranggotakan Walhi, Kontras, Desantara, LBH, ANBTI, KRUHA, Jatam, ICEL, SHEEP, LBH YAPHI, HUMA, SARI, dan Madya mengirimkan somasinya. Sementara itu PTUN tanggal 6 Agustus 2009 menyatakan izin pabrik semen gresik di Pati Langgar Aturan. Dengan demikian PTUN Semarang mengabulkan gugatan yang diajukan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia tentang sengketa surat izin penambangan daerah (SIPD) No. 540/052/2008 yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Pati untuk pendirian pabrik PT Semen Gresik di Pati. Gugatan LSM Sontoloyo ini ternyata dimenangkan oleh hakim PTUN Semarang. selengkapnya Hmm inikah wajah kekuasaan di negeri ini? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ptun-menangkan-lsm-sontoloyo-soal.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Yuk Nonton Film-film Che Guevara di Bentara Budaya
Jangan Jadikan Ikon Che Sebagai Mode dan Komoditi belaka, ayo kenali dan selami Sang Legenda Che Guevara. Seorang Revolusioner yang Mati Membela Kaum Tertindas dan Terjajah. Dengan Pena, Organisasi dan Senjata. Silah simak film tentangnya di Bentara Budaya dan juga buku-bukunya berikut ini. Kawan-kawan (Muda) di Jakarta, Bentara Budaya Jakarta bulan Agustus ini (tanggal 11-12 Agustus 2009) ini akan mengadakan pemutaran film tentang Che Guevara. Ada 3 film Che yang akan diputar, yakni The Motorcycle Diary, Che Guevara dan Che. Jangan Jadikan Ikon Che Sebagai Mode dan Komoditi belaka, ayo kenali dan selami Sang Legenda Che Guevara. Sang Revolusioner yang Mati Karena Membela Kaum Tertindas dan Terjajah. Dengan Pena, Organisasi dan Senjata. Silah film tentangnya di Bentara Budaya dan simak pula buku-bukunya berikut ini. KUMPULAN KARYA-KARYA ONLINE CHE GUEVARA 1958 Apa Yang Harus Kita Pelajari dan Apa Yang Harus Kita Kerjakan 1960 Esensi Perang Gerilya 1960 Tanggung Jawab Kelas Buruh Dalam Revolusi Kita 1962 Kader: Tulang Punggung Revolusi 1965 Sosialisme dan Manusia di Kuba KARYA PENTING! 1965 Surat Che Kepada Anak-Anaknya 1965 Surat Che Kepada Orang Tuanya 1965 Surat Selamat Tinggal Che Kepada Fidel Castro 1966 Surat Che Kepada Hildita Silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/pemutaran-3-film-che-guevara-di-bentara.html Mohon bantuannya juga untuk menyebarkan informasi ini. salam pembebasan andreas iswinarto [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Album Foto Jejak Sejarah Jakarta : Ayo Lestarikan Bangunan Bersejarah
Dukung Kampanye Pelestarian Kota Tua Jakarta dengan Copy-Paste Ratusan Foto Gratis Dalam rangka kampanye Pelestarian Bangunan Tua Bersejarah khususnya Di Kota Jakarta, Gallery Foto Lentera telah mempublikasikan ratusan koleksinya sejak bulan Mei 2009. Gallery Foto Lentera mengundang para blogger untuk mengunduh (copy/paste) koleksi foto Gallery Lentera terkait Kota Tua Jakarta untuk mempercantik blog anda sekaligus mengkampanyekan pelestarian bangunan tua bersejarah di Jakarta. Masyarakat umum juga dapat mengunduh foto-foto tersebut, untuk dipublikasikan kembali (silah copy/paste foto-foto langsungdari album photobucket) Syaratnya adalah untuk setiap republikasinya agar mencantumkan url berikut ini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/free salam hangat andreas iswinarto NB silah kunjung catatan-catatan menarik Alwi Shahab tentang Sejarah Jakarta untuk referensi anda http://alwishahab.wordpress.com/ mohon sebarluaskan posting ini.. Parodi Kota Tua Jakarta : Wajah dan Mental Jajahan Itu…….? Seorang teman dengan sinis mengatakan “Apa gunanya mengabadikan jejak-jejak kolonial itu? Nampaknya bung juga meratapi hilangnya bangunan-bangunan kuno di kota tua Jakarta.”. Itu komentar kawanku saat ia menengok blog lenteradiatasbukit yang memuat gallery puluhan foto dari kota tua Jakarta (old city Batavia). –tengok bagian kanan blog ini- Saya segera nyeletuk serampangan “Saya hendak mengingatkan bahwa kita ini masih bangsa terjajah atau paling tidak setengah terjajah. Terutama karena ulah penguasanya yang menggadaikan negeri ini dan menghamba kepentingan asing alias tuan kumpeni ”. Sama serampanganya saya menambahkan lagi “Kenapa pemerintah membiarkan bangunan-bangunan tua itu rusak dan kemudian lenyap. Tidak lain karena penguasa (elit negeri ini) ingin mengaburkan atau menguburkan fakta keterjajahan itu dari kesadaran publik. Mungkin 5 tahun lagi hanya menyisakan bangunan kuno yang digunakan untuk museum, sehingga mereka nanti akan mengatakan keterjajahan itu adalah masa lalu”. Dalam hati aku mengolok-olok diri jangan-jangan kenikmatan berburu foto dengan segala kegenitannya, gambaran bahwa saya menikmati keterjajahan ini. Sedang cemas akan hilangnya bangunan-bangunan bersejarah ini, seperti keengganan lepas dari ketiak para kapitalis dan imperilis itu. seperti udang rebus, mukaku memerah karena olok-olok diri kacian deh lu sementara kawanku ntah ngacir kemana Gallery Foto Lentera : Jendela dan Pintu Sejarah Kota Jakarta (1) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kota-tua-jakarta-jendela-dan-pintu.html Gallery Foto Lentera : Jendela dan Pintu Sejarah Kota Jakarta (2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/gallery-foto-kota-tua-jakarta-8-jendela.html Gallery Foto Lentera : Syahbandar Sunda Kelapa (1-2-3) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/gallery-foto-kota-tua-jakarta-9.html Gallery Foto Lentera : Jembatan Ratu Inten (4) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/anak-sungai-budha.html Gallery Foto Lentera : Red House Kali Besar 11 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/gallery-foto-kota-tua-jakarta-2-red.html Gallery Foto Lentera : Kali Besar By Pass http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/kisah-seuntai-awan-kecil.html Gallery Foto Lentera : Gouvernuerskontoor Plaza 1 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/gallery-foto-kota-tua-6.html Gallery Foto Lentera : Gouvernuerskontoor Plaza 2 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/gallery-foto-kota-tua-7.html Gallery Foto Lentera : Beringin Yang Merobohkan http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/gallery-foto-kota-tua-jakarta-3.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Resep Neoliberal IMF dan Bank Dunia Terbukti Gagal
Saatnya Perkuat Peran Konferensi Perdagangan dan Pembangunan UNCTAD (PBB) dan Kepercayaan Diri Pemerintahan Negara-negara Berkembang dan Miskin. UNCTAD dalam konferensi di Geneva, Swiss bulan Juli ini menegaskan bahwa kebijakan ekonomi 49 negara termiskin di dunia gagal memajukan pembangunan. UNCTAD juga menegaskan di negera-negara termiskin pada umumnya menjalankan kebijakan ekonomi yang disarankan IMF dan Bank Dunia (Kompas 18 Juli 2009) Menurut saya inilah saatnya atau momentumnya untuk memperkuat kelembagaan PBB tidak hanya UNCTAD tetapi juga lembaga-lembaga lainnya yang terkait dengan pembangunan. Saatnya untuk menggantikan dominasi lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam mengatur perekonomian negara-negara. Serta tak kalah pentingan memajukan peran UNCTAD untuk menggantikan kelembagaan WTO yang pada prakteknya hanya memajukan kepentingan negara-negara maju yang berwatak ’penjajah’. Mari kita liat apakah Pemerintah Baru Indonesia SBY-Boediono apakah tetap membebek saja kepada lembaga-lembaga seperti IMF, Bank Dunia, ADB ataupun menjadi anak manis di WTO, ataukah mengambil peran aktif dan memimpin bersama-sama negara-negara berkembang dan miskin melalui UNCTAD dan lembaga-lembaga PBB yang terkait lainnya untuk membalikkan neraca ekonomi dunia. Maaf kata. Sayangnya sementara ini saya harus katakan kita tidak bisa banyak berharap kepada SBY-Boediono. Kedepan kuncinya adalah pada tekanan gerakan rakyat atau gerakan sosial yang lebih kuat dan solid, disamping gerakan solidaritas rakyat di negara-negara berkembang dan miskin. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/resep-neoliberal-imf-dan-bank-dunia.html baca juga Belajar Dari Mr Krafs (Keluarga besar Sponge Bob) : Cermin Terbalik Negeri dan Bangsaku Merdeka, Percaya Diri, Berdikari http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/seri-kampanye-lingkungan-hidup-sponge.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kampanye Kesadaran Lingkungan dan Kebhinekaan
Keberlanjutan-Keberagaman : Si Maskot Kodok Ijo & Kura-kura Sukowati Terenyumlah! Keep Smiling! Satu : Si Maskot Kura-kura Sukowati Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja. Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut, hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah mendarat di mulut orang dan binatang dan mereka pun memakannya sampai segala sesuatu di dalam diri mereka berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia. Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa melempar-lempar warna.. (riwayat warna – subcomandante marcos) Kampanye Keberagaman Si Kura-kura Pasar Sukowati http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/menjaga-kebhinekaan-indonesia-belajar.html Dua : Si Maskot Kodok Ijo Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang dampaknya sangat nyata terhadap kodok jelas terlihat pada turunnya populasi disertai turunnya keragaman jenis. Pada saat ini ada lebih dari 6.000 jenis amfibi di dunia. Dari 6.000 jenis, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Hasilnya, 1.893 dalam status terancam dan menuju kepunahan. Ancaman utama yang dihadapi kodok saat ini adalah hilangnya habitat (tempat hidup yang sesuai), polusi, pemanfaatan, dan penyakit. (Sumber Kepunahan Fauna : Kodok yang Serba Rentan - Hellen Kurniati, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Kompas 17 Desember 2008) Kampanye Go Green Si Kodok Ijo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/go-green-spiritualitas-hijau-komunitas.html Baca juga koleksi lentera lainnya Si Maskot Perjalanan Cahaya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/meditasi%20cahaya Si Maskot Trivia http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/trivia Si Maskot Yoyo dan Gasing http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/komidi%20putar Si Maskot Bunga http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/gallery-foto-lentera-persembahan-bunga.html Si Maskot Perahu Bajo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/menafsir-wastu-seonggok-binantang.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bom, Teror dan Kekerasan : Ancaman dan Kejahatan Terhadap Anak-anak Kita
kampanye u damai ibu pertiwi, selamatkan anak-anak kita! bumbum bm... ? Peradaban kita dipenjara kekerasan orang dewasa, kekerasan tatanan masyarakat, kekerasan negara Tidakkah ini adalah bumi air tanah tumbuh bayi-bayi mungil dengan tato sekujur tubuh, dalam bedong ber-pisau sangkur. Hangat kepompong dalam proses metamorfosis menjadi bentuk lain, kepribadian lain. Grek, gregek seperti dengkur pasukan perang, pasukan tero tentara pembunuh .. mutan, monster... bayi-bayi lelap dan jaga, anak-anak bermain, ditengah teror dan teror.. Harus kita lawan sekuat-kuatnya! Bunga bukan Bom! silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/bom-teror-dan-kekerasan-ancaman-dan.html baca juga Persembahan Bunga Untuk Perempuan Tercantik : Dulu Buyung dan Upik Tak Gendong Kemana-mana, Kini Buyung dan Upik Menggendong-gendong Bom, Teror, Kekerasan Kemana-mana? [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ekonomi Kerakyatan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dari Diskusi Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM dan SHI) Dani Setiawan-Ketua Koalisi Anti Utang Dalam putaran pemilu 2009, wacana ekonomi kerakyatan kembali muncul dalam tema kampanye yang diusung oleh partai politik maupun calon presiden. Tema ini sesungguhnya bukan hal baru dalam pentas politik nasional. Perjuangan untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kerakyatan telah dimulai oleh para pendiri bangsa (founding leaders) untuk mengganti sistem ekonomi kolonial di bawah penjajahan. Bahkan, lebih jauh adalah memastikan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi kerakyatan dalam kehidupan berbangsa pasca kemerdekaan. Hingga saat ini, keyakinan akan terwujudnya sistem ekonomi nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian tetap menjadi cita-cita dan tujuan jangka panjang dari penerapan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan. Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945. “dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.” Berdasarkankan kalimat penjelasan pasal 33 UUD 1945 tersebut (yang sudah dihapus oleh MPR melalui amandemen keempat tahun 2002) sangat jelas digambarkan substansi ekonomi kerakyatan. Yang dalam garis besarnya menyangkut tiga hal: Yaitu partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi, menikmati hasil-hasil produksi dan yang lebih penting adalah kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional tersebut harus berlangsung di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Unsur ekonomi kerakyatan yang ketiga inilah yang mendasari perlunya partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut memiliki modal atau faktor-faktor produksi nasional. Modal yang dimaksud adalah modal material (material capital), modal intelektual (intelectual capital), dan modal institusional (institutional capital). Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/ekonomi-kerakyatan-dalam-pengelolaan.html terbaru dari lenteradiatasbukit : Gerakan Kebudayaan : Karya Grafis Sebagai Media Penyadaran dan Kampanye Dari Ruang Grafis Melawan Lupa : Pameran Media Kampanye Masyarakat Sipil Tentang Pelanggaran HAM Masa Lalu http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/gerakan-kebudayaan-karya-grafis-sebagai.html The Motorcycle Diary (Che Guevara) : Puitika Gerak, Kecepatan dan Perubahan http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/gallery-foto-lentera-motorcycle-diaries.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mahkamah Konstitusi : Peluang atau Ancaman Bagi Kedaulatan Rakyat
Silahkan mengikuti diskusi ini selengkapnya (juga agar pandangan kawan-kawan yang terlibat diskusi bisa disimak lebh banyak orang) di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/diskusi-mahkamah-konstitusi-dan.html Ini adalah 2 komentar pendek di milis temu-eropa atas posting saya Menjaga MK dan KPK dari Ancaman Pengebirian, Pembunuhan! (saya juga mempostingnya ke milis ini, dan dapat ditengok pada akhir posting diskusi ini) Gua sendiri berpendapat MK ini justru harus ditinjau lagi kewenangannya. Sederhana saja: masak para hakim yang tidak dipilih rakyat ini bisa membatalkan keputusan parlemen yang dipilih rakyat. Demokrasi macam apa itu? -Coen Saya pikir, pendapat sdr. Coen ini benar juga. Barangkali itu yang orang bilang Democrazy. Ya nggak? YT Taher Dalam posting Menjaga MK dan KPK dari Ancaman Pengebirian, Pembunuhan! saya merekomendasikan miliser untuk mencermati artikel yang ditulis Yance Arizona mengenai kajian atas putusan MK tentang Kuasa Negara atas SDA. Saya melihat artikel ini sangat relevan dengan persoalan besar yang dihadapi oleh negeri ini, yakni ancaman terhadap kontrak politik dan kontrak sosial yang bernama Konstitusi, ancaman neoliberalisme atas sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Dan di dalam sistim kenegaraan kita MK adalah benteng terpenting penjaga amanah konstitusi. Jangan sampai MK dikebiri dan diobok-obok! Jangan sampai MK dibunuh dalam sistem kenegaraan kita. Atas komentar kedua kawan ini saya mempostingkan kembali respon balik sbb : Pasal 18 UU No 24 tahun 2003 tentang MK menyebutkan (1) Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh MahkamahAgung, 3 (tiga) orang oleh DPR, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden, untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Memang hanya 3 orang hakim konstitusi yang dipilih oleh DPR (hasil pilihan rakyat), selebihnya 3 orang oleh Presiden (presidennya kini juga dipilih langsung oleh rakyat) dan 3 oleh MA. Demikianlah Bung Coen, dan faktanya juga UU No 24 ini bikinan DPR hasil pilihan rakyat juga. Bung Taher, kalau memang ini dianggap democrazy barangkali ini tidaklah totally democrazy. Bagaimanapun juga inilah mekanisme kenegaraan yang bisa dimanfaatkan oleh rakyat untuk menghadang UU yang melanggar konstitusi, itulah yang dilakukan aliansi gerak lawan dan berbagai elemen organisasi atau individu ketika mengajukan gugatan. Terbukti gerakan sosial atau gerakan rakyat selalu gagal menghadang UU yang 'bermasalah' (dan juga bertumbangan pula dalam perjalanannya menjadi caleg atau berparlemen). Tapi peluang tetap terbuka melalui mekanisme MK ini, walau mungkin kecil saja. Komentar Coen Bung Andreas, Kekalahan gerakan sosial kan bukan menjadi alasan untuk memelihara anak macan (MK) begini. Kekalahan gerakan sosial dalam memajukan UU pro-rakyat dan ketidakmampuannya membendung UU reaksioner, itu satu soal. Tapi, keberadaan MK ini, soal lain. Siapa coba yang ngontrol MK ini, kecuali oligarki? Dan oligarki itu mmg ada di parlemen, di MA, juga di kantor kepresidenan. Juga, ketika MK membatalkan keberadaan KKR, apakah itu mnguntungkan bagi gerakan sosial? -Coen Komentar Yance Arizona Bang Andreas, MK hadir atas pertimbangan dan tanggapan atas perkembangan kehidupan bernegara. Beberapa diantaranya, Pertama impeachment Presiden Gusdur yang berlangsung secara politik, bukan atas dasar dan melalui prosedur hukum. Kedua, Pembubaran Partai atau Kelompok tertentu yang tidak disukai oleh pemerintah pada masa Orde Baru. Ketiga, UU yang tidak memihak kepada masyarakat dan bertentangan dengan konstitusi. Keempat, Eksekutif yang terlalu terlalu kuat sehingga memberi ruang kepada otoritarianisme. Untuk itu diperlukan check and balances. Oleh karena itu, sampai saat ini kewenangan MK ada 4 dan ditambah satu kewajiban; (a) Menguji undang-undang terhadap UUD 1945; (b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; (c) Memutus pembubaran partai politik; dan (d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan (e) memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Banyak putusan MK yang kontroversial. Beberapa putusan dianggap berpihak kepada masyarakat seperti putusan yang membolehkan eks PKI untuk ikut berkompetisi dalam pemilu, Pembatalan UU Ketenagalistrikan, Warga bisa ikut memilih dengan KTP dan Paspor dll. Tapi ada putusan lainnya yang kontrovesial, misalkan tentang KKR, Pilkada Langsung, UU Sumberdaya Air, UU Penanaman Modal dll. Tapi tetap ada harapan yang baik dari institusi ini. Apalagi bila kita bandingkan dengan Pengadilan konvensional. Soal 9 orang membatalkan keputusan parlemen dalam satu sisi bisa dilihat sebagai penyangkalan terhadap kedaulata
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menafsir Wastu : Seonggok Binatang Ekonomi / Manusia Seutuhnya
Dari Ruang Pamer Keramik Aries BM, Menafsir Wastu (bagian 1) 16-23 Juni 2009 Bentara Budaya Jakarta semoga bermanfaat. salam Wastu : bangunan ruang hidup yang lengkap, menyeluruh, hakiki, sejati dan melingkupi. Manusia mengidentifikasikan dirinya berada dan menjadi ruang itu sendiri bersama dengan ideologi ruang, sejarah ruang, identitas ruang, rasa berkomunikasi , kesadaran wilayah, kemanusiawian, beserta unsur-unsur material yang lain. Dengan demikian konsep wastu menuntut kearifan manusia sebagai faktor penyebab dalam keberlangsungan ruang hidup. (Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, pegiat forum pinilih dan pengajar di program studi seni rupa murni ISI Surakarta) Bagi saya kembara, kelana, perjalanan adalah perbendaharaan kata yang tak pernah lekang mengeledakan hasrat dan hati. Perjalanan, pencarian, penemuan diri dalam ruang dan waktu. Biduk atau perahu barangkali analogi yang cocok menggambarkan hasrat hati ini. Biduk itu tidak saja membelah laut di samudera luas, tetapi juga di dunia dalam, dalam batin biduk terus bergerak dan bergulat. Perahu pada suku Bajo adalah rumah dan bagian integral ruang hidup, ruang laut yang diakrabinya. Maka analogi perahu dan sarang lebah, rumah adat hingga kota adalah kesatuan ruang dan waktu dimana kita mengolah kemanusiaan kita, mencari dan menemukan sebenar-benarnya manusia. Tentunya didalamnya mengandung pola relasi yang rumit, antara diri dan manusia lainnya, manusia dan makluk hidup lainnya, manusia dan alamnya dan pada akhirnya manusia dan penciptanya. Lebih jauh memperbincangkan ruang hidup, manusia dalam ruang dan waktu, kita dihadapkan pada dua pilihan. Apakah ruang hidup, ruang dan waktu yang kita jalani adalah ruang waktu yang bergegas dalam kontrol dan kendali modal, ruang waktu instumental untuk sekadar numpang ngombe (numpang minum/hidup) di dunia yang fana ini, pesona gaya hidup yang dekaden atau pola relasi transaksional, kasarnya ruang dan waktu yang memaksa kita menanggalkan kemanusian jadi onggokan angka statistik, binatang ekonomi atau mesin (produksi) ekonomi dan konsumen semata. Sapi perahan, domba korban ketamakan segelintir orang. Ataukah kita masuk menjalani, menghidupi dimensi ruang waktu yang lebih manusiawi dan juga transenden. Hidup berlawan atas penjara-penjara kesewenangan manusia lainnya. Bila yang kedua menjadi pilihan, maka marilah kita menjawab ajakan Aries B.M untuk menafsir wastu melalui puluhan karya-karya keramiknya dan kemudian menghidupinya. Untuk artikel dan dokumentasi foto selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/menafsir-wastu-seonggok-binantang.html simak juga Pemanasan Global : Melampaui Politik dan Ekonomi Yang Membusuk Dari Ruang Pamer Seni Rupa Gasing dan Yoyo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/komidi%20putar Defacement : Deformasi Atas Ekspresi Manusia Beradab Dari Ruang Pamer Teguh Ostenrik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/defacement-teguh-ostenrik-deformasi.html Menunggu Aba-aba : Bayi Bertato, Kepompong dan Pisau Sangkur Dari Ruang Pamer Haris Purnomo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/menunggu-aba-aba-bayi-bertato-kepompong.html I See Indonesia : Kitab Rupa Untuk Kebangkitan IndonesiaDari Ruang Rupa Grafis Ayip http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-i-see-indonesia-karya-karya.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menjaga MK & KPK dari Ancaman Pengebirian dan Pembunuhan.
Kawan-kawan saya merekomendasikan anda membaca artikel menarik yang ditulis oleh Yance Arizona terkait Kajian atas Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Kuasa Negara Atas Sumber Daya Alam (SDA). Judulnya Konstitusi Dalam Intaian Neoliberalisme; Konstitusionalitas Penguasaan Negara Atas Sumberdaya Alam Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi. Menurut saya artikel ini sangat relevan dengan persoalan besar yang dihadapi oleh negeri ini, yakni ancaman terhadap kontrak politik dan kontrak sosial yang bernama Konstitusi, ancaman neoliberalisme atas sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Dan di dalam sistim kenegaraan kita MK adalah benteng terpenting penjaga amanah konstitusi. Jangan sampai MK dikebiri dan diobok-obok! Jangan sampai MK dibunuh dalam sistem kenegaraan kita. Saya juga ingin mengingatkan bahwa KPK juga merupakan benteng penting untuk melawan pengurasan kekayaan alam dan pengebirian pelayanan publik di sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak. Di sektor ini jugalah berputar dana panas yang melimpah sumber KKN. silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/lawan-neoliberalisme-kajian-putusan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Fw: Membumikan Percakapan tentang Neoliberalisme
NEOLIBERALISME DAN PENGALAMAN INDONESIA Anto Sangaji (publikasi atas ijin penulisnya) PENGANTAR NEOLIBERALISME, sering dipertukarkan dengan fundamentalisme pasar (market fundamentalism) (Stiglitz, 2006:576), menjadi kata yang populer saat ini. Menjelaskannya tidak mudah, tetapi kalau ada kata lain yang bisa dipakai untuk menggantikannya agar mudah dipahami secepat kilat, maka pilihannya mungkin jatuh pada kata ‘kemerdekaan’ atau ‘kebebasan’ (freedom). Ada alasannya, karena Milton Friedman, penerima nobel tahun 1976 dan penulis buku ‘Capitalism and Freedom,’ yang dianggap salah seorang penggagas ide-ide neoliberalisme, menjadikan freedom sebagai hal paling pokok dalam gagasan-gagasannya. Di buku tersebut, dia menandaskan bahwa kemerdekaan ekonomi adalah keharusan menuju kemerdekaan politik (Friedman, 1962). Tetapi freedom adalah kata yang mengundang banyak tafsir, tergantung siapa yang menafsirkan. Seperti kata Matthew Arnold ‘freedom is a very good horse to ride, but to ride somewhere’ (dikutip oleh Harvey , 2005:6). Ketika di tahun 2005, sekelompok kelas menengah terpelajar di Jakarta , misalnya, memanfaatkan ruang terbuka reformasi, dengan bebas memasang iklan mendukung kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, sebuah program di bawah payung neoliberalisme. Itu adalah freedom, bukan karena beberapa orang di antara mereka adalah aktivis ‘Freedom Institut,’ tetapi itulah contoh sederhana apa itu kemerdekaan berpendapat, tergantung siapa yang melakukannya. Sebaliknya, seperti dilaporkan Pos Kota, dengan cara berbeda, 10/5/2008, Jamaksari, seorang buruh tani dengan kerja serabutan, warga Kampung Kemanisan RT 03/02, Desa Kebuyutan, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Banten, secara ‘bebas’ pula memilih gantung diri dengan tali plastik, yang diikat di dahan pohon petai, di kebun milik warga setempat. Sehari sebelumnya, dia berkeluh kesah kepada para tetangga, bahwa ia sangat terpukul dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM (dikutip oleh Arismunandar 2008). Kasus Jamaksari kemungkinan hanya puncak gunung es dari maraknya kasus-kasus bunuh diri yang marak terjadi menyusul kebijakan-kebijakan neoliberal. VHR Media.com (2007) melaporkan bahwa antara 2005 dan 2007 terdapat sekitar 50,000 orang Indonesia bunuh diri karena kemiskinan dan himpitan ekonomi. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti A Prayitno dalam laporan tersebut menyebut kemiskinan yang terus bertambah, mahalnya biaya sekolah dan kesehatan, serta penggusuran sebagai faktor penyebab. Di sini, freedom juga muncul dalam wajah lain, yakni tidak bebas dari rasa lapar. Cerita seperti ini perlu dihadirkan untuk membawa percakapan tentang neoliberalisme tidak mengawang-awang dan elitis, tetapi turun ke bumi dengan contoh-contoh lapangan yang konkret. Tulisan ini lebih memusatkan perhatian pada pokok-pokok pikiran neoliberalisme dan kritik-kritik terhadapnya, gambaran ringkas tentang sejarah kelahiran paham ini sampai masuk ke dalam kekuasaan dan pengalamannya di Indonesia. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/gallery-foto-lentera-meditasi-padi.html serial lawan-neoliberalismehttp://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Neoliberalisme Biang Kerok Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan
Pendukung Neoliberalisme = Pendukung Genosida. Neoliberalisme Memang Menjijikan!!! (Bagian Pertama) Neoliberalisme membunuh sama kejamnya dengan Nazisme Hitler. Noeliberalisme membunuh secara massif, perlahan dan sistimatis, sedangkan Nazisme Hitler membunuh secara massif, cepat dan sistimatis. Keduanya hakekatnya adalah KEJAHATAN HAM BERAT GENOSIDA. Ketika Neoliberalisme semakin dominan, fakta menunjukkan globalisasi kemiskinan dan ketimpangan semakin menggila pula. Korporasi-korporasi besar dan golongan elit telah menjadi semakin kaya raya sementara kaum miskin semakin terpuruk dan termiskinkan bahkan hingga menderita kelaparan dan masalah kesehatan kronis yang mematikan. Mewabah bak pendemi. Karenanya jangan heran bahwa dalam 10 tahun masa reformasi ini (ketika penetrasi neoliberalisme semakin meluas melalui IMF, Bank Dunia, ADB, USAID serta korporasi multinasional, dll) kemiskinan dan ketimpangan semakin meluas dan mendalam. Jangan heran pula dengan kekayaan yang dimiliki oleh elit politik dan/yang sekaligus adalah elit ekonomi, kelas penguasa-borjuasi yang menjadi komprador/antek kepentingan rezim ekonomi global. Catatan tentang Kampanye Neoliberalisme Memang Menjijikan! "Ketika menjadi terbuka maka kekerasan lebih menunjukkan wajah pornografi dan dengan itu lebih membangkitkan rasa jijik daripada rasa takut." Ini adalah petikan dari buku Daniel Dakhidae Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Daniel menuliskan teks ini sebagai kesimpulan atas perubahan psikologis masa ketika akhirnya secara telanjang menyaksikan kekerasan negara melalui testimoni para aktivis korban penculikan. Dengan memetik Daniel saya hendak mengajak sebanyak mungkin orang yang perduli untuk mendorong lahirnya momentum perubahan psikologi publik sehingga menjadi paham tentang neoliberalisme sebagai satu bentuk formasi kapitalisme dan rezim kekuasaan yang mendukungnya. Lantas menjadi jijik dan muak. Dalam kasus yang dideskripsikan oleh Daniel saya melihat bahwa momentum testimoni para aktivis korban penculikan dan penyiksaan, telah mebangkitkan kemarahan publik yang berkontribusi para pembesaran perlawanan hingga tumbangnya Soeharto. Dan saya melihat ketika para capres-cawapres bersilat lidah menolak dirinya dicap pendukung neoliberalisme atau mendaku penentang neoliberalisme, maka lahir kesempatan tersembunyi bahwa ini akan menjadi senjata makan tuan. Bahwa tipu daya ini akan terbongkar, ketika janji-janji tinggal omong kosong. Ketika rezim semakin masif menggunakan kekerasan untuk melancarkan agenda neoliberalisme, menggunakan kekerasan untuk menghdang perlawanan buruh, tani, nelayan, kaum miskin kota, pemuda-pelajar. Ketika rakyat menjadi muak dan jijik, melampui rasa takutnya. Mari terus gulirkan sehebat-hebat debat dan propaganda anti-neoliberalisme di panggung politik nasional, dan jangan ragu tudingkan jari anda pada semua elit politik dan/sekaligus elit ekonomi yang menjadi komprador/antek kepentingan rezim neoliberalisme/kapitalisme global. Pada akhirnya dibolak-balik neoliberalisme dan para jenderallah yang akan menjadi pemenang pilpres 2009 ini. Perjalanan perekonomian Indonesia selama 64 tahun ini justru lebih tepat disebut sebagai sebuah proses transisi dari kolonialisme menuju neo-kolonialisme. Proses transisi itulah antara lain yang menjelaskan semakin terperosoknya perekonomian Indonesia ke dalam penyelenggaraan agenda-agenda neoliberal…… Revrisond Baswir Tak perlu sedu sedan itu (begitu kata chairil anwar), mari bersatu, bersarekat, berlawan, Tegakkan Kembali Proklamasi - Merdeka 100 Persen. - Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan Dalam Fakta dan Angka (angka-angka dari berbagai sumber yang kompeten termasuk lembaga-lembaga di jantung neoliberalisme) Sumber : Edisi Indonesia Buku Does Globalizations Help the Poor? A Special Report By The International Forum on Globalization, 2001 yang diterbitkan oleh Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Globalisasi tampaknya kian memperbesar kemiskinan dan ketimpangan Biaya-biaya untuk penyesuaian demi keterbukaan yang lebih besar ditanggung sepenuhnya oleh kaum miskin, berapa pun lamanya waktu penyesuaian itu berlangsung - Bank Dunia, The Simultaneous Evolution of Growth and Inequality, 1999 Pasang naik gelombang perekonomian global akan menciptakan banyak pemenang di bidang ekonomi tetapi tidak akan mampu ”mengangkat semua perahu”... [Pasang naik gelombang itu] justru akan menimbulkan pertentangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Disamping, juga semakin memastikan munculnya kesenjangan antara para pemenang dan yang kalah di tingkat regional yang bahkan lebih besar daripada yang ada dewasa ini... Evolusi (globalisasi) akan semakin tidak menentu. Ia ditandai oleh volatilitas keuangan yang kronis dan jurang pemisah yang kian melebar di bidang ekonomi... Berbagai wilayah, negara dan kelompok yang merasa tertinggal jauh di belakang akan menghadapi
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Publik JURNAL BERSATU : Neoliberalisme dan Apa Solusinya?
JUrNAL bErSaTu Jl. Kramat Sawah IV No. 26, Paseban, Senen, Jakarta Pusat 10440 , IndonesiaTelp. +62-021-3917317, Email: reda...@jurnalbersatu.or Hal : Undangan Diskusi Publik Lamp. : Kerangka Acuan (TOR) Diskusi Kepada Yth. Kawan-kawan sekalian di Tempat Salam pembebasan, Berkenaan dengan akan diselenggarakannya diskusi publik Jurnal Bersatu bekerjasama dengan LBH Jakarta, dengan tema "Neoliberalisme dan Apa Solusinya?" pada: Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juni 2009 Waktu : Pukul 13.00 – 17.00 WIB Tempat : LBH Jakarta Jl. Diponegoro No. 74, Jakarta Pusat 10320 Dengan Pembicara : 1. Bonnie Setiawan (Institute for Global Justice)Mengidentifikasi capres dan cawapres yang neoliberal dan anti-neoliberal―apabila yang terakhir ini memang ada―, salah satunya dengan cara melihat rekam jejak para capres dan cawapres ini. 2. Irwansyah (Perhimpunan Rakyat Pekerja dan Pengajar FISIP UI)Mendeskripsikan apa itu neoliberalisme, apa hubungannya dengan kapitalisme, apa solusi makro terhadap neoliberalisme dan bagaimana strategi dan taktik untuk mewujudkan solusi tersebut. 3. Rahmat (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Mendeskripsikan praktek-praktek neoliberalisme di sektor agraria, ongkos-ongkos sosial-ekonomi dan lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh kaum tani akibat berbagai praktek neoliberalisme, dan apa solusi terhadap neoliberalisme di sektor agraria. 4. Nining Elitos (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia)Mendeskripsikan praktek-praktek neoliberalisme di sektor perburuhan, ongkos-ongkos sosial-ekonomi yang harus ditanggung oleh kaum buruh akibat berbagai praktek neoliberalisme, dan apa solusi terhadap neoliberalisme di sektor perburuhan. 5. Risma (Solidaritas Perempuan) Mendeskripsikan praktek-praktek neoliberalisme di sektor perempuan, ongkos-ongkos sosial-ekonomi yang harus ditanggung oleh kaum perempuan akibat berbagai praktek neoliberalisme, dan apa solusi terhadap neoliberalisme di sektor perempuan. Kami mengundang kawan-kawan untuk berpartisipasi di dalam diskusi ini. Adapun rincian dari diskusi ini bisa dilihat dalam kerangka acuan (TOR) diskusi yang kami lampirkan bersama surat undangan ini. Sebelum dan sesudahnya, kami ucapkan terima kasih banyak. Jakarta, 19 Juni 2009, Salam hangat, Mohamad Zaki Hussein; Andreas Iswinarto; Budi Wardoyo Kerangka Acuan (TOR) Diskusi Neoliberalisme dan Apa Solusinya? Saat ini, menjelang Pemilihan Presiden, neoliberalisme ramai diperbincangkan di ruang publik. Fenomena ini patut disambut dengan suka cita sekaligus curiga. Kita bersuka cita, karena wacana yang tadinya hanya beredar di kalangan aktivis dan akademisi, pada akhirnya bisa masuk ke dalam perdebatan publik. Tetapi kita juga curiga, karena yang membawa wacana ini ke dalam perdebatan publik adalah para elit politik, yang biasanya memiliki kepentingan pribadi tertentu. Oleh karena itu, adalah penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang jernih tentang neoliberalisme, agar tidak mudah termakan oleh retorika para elit, yang kemungkinan besar hanya menggunakan wacana ini untuk mencitrakan dirinya sebagai ”kerakyatan” demi Pemilihan Presiden mendatang. Terkait dengan hal itu, setidaknya ada lima tema penting mengenai neoliberalisme yang perlu dibahas, yaitu: Apa Sebenarnya Neoliberalisme Itu dan Apa Solusinya? Makna dominan dari neoliberalisme yang ada sekarang ini tampaknya hanya merujuk kepada wacana dan kebijakan ”pasar bebas” serta para penyokongnya, sehingga kesan yang tercipta, neoliberalisme itu seakan-akan hanya persoalan pasar bebas. Tetapi betulkah demikian? Betulkah neoliberalisme itu hanya merupakan persoalan pasar bebas, atau jangan-jangan ia merupakan ekspresi dari sesuatu yang lebih mendalam, seperti kapitalisme dan kepentingan kelas yang berkuasa di dalamnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa memiliki implikasi politik yang berbeda. Kalau neoliberalisme dianggap hanya sebagai persoalan pasar bebas, maka solusinya bisa hanya berupa regulasi-regulasi saja, tetapi kalau neoliberalisme dianggap sebagai ekspresi dari kapitalisme pada fase tertentu, maka bisa jadi pokok persoalannya adalah kapitalisme dan solusinya adalah mengganti kapitalisme dengan sistem sosial lain yang lebih manusiawi. Terkait dengan pembahasan tentang apa itu neoliberalisme, perlu juga dibahas alternatif dari neoliberalisme. Kritik terhadap struktur sosial yang menindas harus diikuti dengan pencarian kemungkinan untuk merubah dan melawannya. Di sini, perlu dibahas wacana-wacana yang ditawarkan oleh berbagai pihak sebagai alternatif dari neoliberalisme, seperti wacana ”ekonomi kerakyatan” yang ramai digembar-gemborkan sekarang ini, wacana ekonomi konstitusi yang diangkat oleh sebagian kalangan gerakan, dan wacana sosialis
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Indonesia Di Bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Agama!
Bagi saya artikel Herry Priyono Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja adalah ajakan untuk merenungkan kembali sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sedasyat-dasyatnya makna menjadi Indonesia, bangsa, ‘nation’. Membaca kembali proses penemuan Indonesia sebagai sebuah bangsa, Indonesia sebagai sebuah negara oleh pendiri republik ini. Membaca kembali proses terus menerus menjadi Indonesia hingga zaman ini ketika kita diperhadapkan dua faktor besar yang menandai cuaca sejarah dewasa ini, dua ancaman besar, fundamentalisme agama dan fundamentalisme pasar (neoliberalisme yang menjijikan itu). Terpenting bagi saya kemudian adalah bertindak sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sedasyat-dasyatnya melawan fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama sebagai ancaman terbesar bangsa yang plural ini, rumah Indonesia. Patut dicatat kedua fundamentalisme ini mungkin saja bersekutu secara terbuka atau di bawah tangan. Dan kedua fundamentalisme ini untuk memaksakan absolutisme kebenaran yang diklaimnya, tidak saja bertumpu pada strategi hegemoni, tetapi juga dominasi. Menggunakan sarana kekerasan dan militer-paramiliter sebagai aparatusnya. salam pembebasan andreas iswinarto Peace, Justice and Love. Artikel B. Herry-Priyono** Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja ini disampaikan saat Kongres Pancasila 2009, yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, di Jogjakarta tanggal 30 Mei – 1 Juni 2009. ** Pengajar pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, untuk matakuliah Filsafat Ekonomi, Ekonomi-Politik, Filsafat Ilmu-ilmu Sosial, Teori Sosial, dan masalah Globalisasi; PhD London School of Economics (LSE). Untuk link artikel Herry Priyono dan 30 serial artikel Neoliberalisme (Fundamentalisme Pasar) Sungguh Menjijikan, silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] SOS Pemanasan Global : Melampaui Sistem Politik dan Ekonomi Hari Ini
Catatan dari pameran Komedi Putar (Seni Rupa Gasing) dengan garapan tema Politik dan Pemilu (juga kepedulian atas persoalan pemanasan global yang terselip diantara karya bertemakan politik-pemilu), diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta tanggal 19-31 Mei 2009. Mohon maaf untuk teror yang satu ini... Bumi tua itu makin padat, panas, dan rusak. Mungkinkah bumi akan berhenti berputar seperti gasing yang berhenti berputar? Begitulah pesan yang ingin didesakkan Anggar Prasetyo dalam karya rupa gasingnya "Global Warming". Keserakahan harus segera dihentikan. Neoliberalisme dan fundamentalisme pasar harus dipaksa lengser. Bumi cukup untuk semua orang tetapi tidak untuk keserakahan segelintir orang begitu kata Mahatma Gandhi. Pilihan kita adalah langgengnya kehidupan bukan kematian berkelanjutan. Adakah komedi putar pemilu dan politik yang mempermainkan dan menghina rakyat (artinya menghina ibu bumi, membunuh ibu kehidupan) akan terus dilanjutkan? Barangkali jawabnya sederhana kembali ke akar dan keseimbangan. Seperti gasing yang dahulu hidup di dalam tradisi berbagai kelompok masyarakat di Nusantara. Bukan sekedar permainan tetapi yang utama adalah produk kebudayaan. Ia adalah penanda kesadaran kosmologi tentang pertanian, kesuburan tanah dan daya hidup matahari (reproduksi alam dan manusia). Kita harus berpikir dan bertindak melampaui praktek politik kekuasaan (demi kekuasaan) dan praktek ekonomi (keserakahan demi akumulasi kekayaan segelintir orang sebagai kebajikan) hari ini? Maaf kata, kita harus melampaui komedi Capres dan Cawapres yang manggung hari ini! Selengkapnya untuk karya-karya seni rupa gasing dan yoyo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/komidi%20putar baca juga artikel Herry Priyono terkait Indonesia di Bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Fundamentalisme Agama serta serial 29 artikel Neoliberalisme Memang Menjijikan. Silahkan kunjungi link-linknya di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book-Menjala Ikan Terakhir, Tsunami Agraria, Saatnya Korban Bicara
Menjala Ikan Terakhir : Fakta Krisis di Laut Indonesia, Tsunami Agraria dan Saatnya Korban Bicara dll Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008 ”Kejahatan hanya akan dapat teratasi dengan mengenalnya. Demikian pula hal-nya dalam memberantas kejahatan perikanan, dalam hal ini praktek perikanan ilegal. Untuk itulah buku ini kami hadirkan, semoga dapat menjadi pengetahuan dan membangun kesadaran. Meletakkan potensi kelautan nasional, sebagai dasar pijak membangun optimisme untuk bangkit dari segala keterpurukan dan ketertinggalan.” Chalid Muhammad (dalam kata pengantar) Data pemeritah menunjukkan bahwa “keterangkutan” sumberdaya perikanan laut setiap tahunnya belum melebihi angka 58 persen. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa sumberdaya perikanan di laut Indonesia sesungguhnya masih kaya, Setidaknya terdapat sekitar 42 persen potensi perikanan yang belum tergarap. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan situasi berbeda. Keluhan para nelayan yang sulit menemukan dan mendapatkan ikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, ibarat wabah penyakit yang melanda nelayan Indonesia. Selain itu, kurangnya kebutuhan bahan baku untuk kegiatan industri perikanan dalam negeri juga menjadi masalah baru yang sering terjadi akhir-akhir ini. Pertanyaan sederhananya, benarkah ikan di perairan Indonesia masih ada?. Buku ini mencoba untuk mengemukakan fakta kekinian yang menunjukkan kenyataan tentang krisis ikan di Indonesia. Konsumsi ikan nasional, volume ekspor ikan nasional, serta volume tangkapan ikan dari praktek perikanan ilegal (illegal fishing) yang tidak dilaporkan (unreported) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari praktek penghisapan sumberdaya perikanan nasional. Lebih buruk lagi, berbagai persoalan di atas tidak pernah diletakkan sebagai bagian penting dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan perikanan nasional. Penulis : Riza Damanik Suhana Budiati Prasetiamartati Penerbit : Wahana Lingkungan Hidup Indonesia 2008 silahkan unduh disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/06/e-book-fakta-krisis-perikanan-di-laut.html E-Book. Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008 Saat ini krisis pangan dan finansial, keduanya, menjadi pemicu terjadinya perampasan lahan secara global. Di satu sisi, pemerintahan negara yang rentan pasokan pangannya dan menggantungkan kebutuhan pangan penduduknya pada impor melakukan perampasan lahan pertanian secara besarbearan di luar negeri untuk kebutuhan produksi mereka sendiri. Sementara di sisi lain, perusahaan pangan dan investor swasta, yang rakus akan keuntungan di saat terjadi krisis bekepanjangan, melihat investasi atas lahan pertanian di luar negeri sebagai sebuah sumber utama keuntungan yang baru. Alhasil, lahan pertanian yang subur sedikit demi sedikit telah menjadi milik swasta dan terpusat. Jika tak dikendalikan, perampasan lahan pertanian yang dilakukan secara global ini akan berdampak pada berakhirnya model pertanian skala kecil dan kehidupan pedesaan di banyak tempat di seluruh dunia. INDIES bekerjasama dengan GRAIN menerbitkan briefing paper berjudul "Seized; tentang Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008". Silah unduh disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-seized-perampasan-tanah-untuk.html E-Book Saatnya Korban Bicara “Menata Derap Merajut Langkah” Jaringan Relawan Kemanusiaan, Jaringan Soplidaritas Korban Untuk Keadilan, TIFA 2009; xxiv + 200 hlm, kumpulan tulisan pelanggaran HAM masa lalu Pengantar : I.Sandyawan Sumardi Prolog: Usman Hamid Epilog: Maria Hartiningsih DAFTAR ISI Pengantar Prolog Munir, Cahaya yang Tidak Pernah Padam (Suciwati) Fatamorgana di Negeri Jiran (Yunita Rohani) Jalan Panjang di Tanjung Duren (Suparmi) Menjaga Damai di Poso (Netty Kalengkongan) Kesetiaan Seorang Guru (Nurlela) Yun Hap, Gugur Bersama Rakyat (Ibu Ho Kim Ngo) Wawan, Tragedi Demi Tragedi (Arief Priyadi) Saya Ingin Bertemu Wiranto (Mohammad Sani) Katakan, Di Mana Mereka? (Mugiyanto) Tukang Becak dan Wisanggeni (Christina Widiantarti, S.H) Horor di Pagi Berkabut (Purwoko) Tanjung Priok, Sebuah Perjalanan Pencarian Diri (Muhammad Daud Berueh) Piala Untuk Ayah (Lita BM) Pembantaian Massal dalam Memori (Bedjo Untung) Epilog silah unduh disni http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-saatnya-korban-bicara-menata.html silah juga kunjung kumpulan e-book di lentera http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/E-Book [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] E-Book Seized : Krisis Kapitalisme dan Perampasan Tanah
Krisis pangan dan krisis finansial (krisis kapitalisme!) memicu peningkatan laju perampasan lahan secara global, gerakan tani dan agraria menghadapi tantangan yang lebih berat. Berakhirnya model pertanian skala kecil dan kehidupan pedesaan di banyak tempat di seluruh dunia, tinggal menunggu waktu? Silah simak terbitan Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008 yang diterbitkan INDIES bekerjasama dengan GRAIN. Bisa diunduh disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-seized-perampasan-tanah-untuk.html salam pembebasan andreas Pengantar Saat ini krisis pangan dan finansial, keduanya, menjadi pemicu terjadinya perampasan lahan secara global. Di satu sisi, pemerintahan negara yang rentan pasokan pangannya dan menggantungkan kebutuhan pangan penduduknya pada impor melakukan perampasan lahan pertanian secara besarbearan di luar negeri untuk kebutuhan produksi mereka sendiri. Sementara di sisi lain, perusahaan pangan dan investor swasta, yang rakus akan keuntungan di saat terjadi krisis bekepanjangan, melihat investasi atas lahan pertanian di luar negeri sebagai sebuah sumber utama keuntungan yang baru. Alhasil, lahan pertanian yang subur sedikit demi sedikit telah menjadi milik swasta dan terpusat. Jika tak dikendalikan, perampasan lahan pertanian yang dilakukan secara global ini akan berdampak pada berakhirnya model pertanian skala kecil dan kehidupan pedesaan di banyak tempat di seluruh dunia. kontak : Syamsul Ardiansyah Institute for National and Democracy Studies Jalan Mampang Prapatan XIII RT 03 RW 03 Nomor 03 Kelurahan Tegal Parang, Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12790 E-mail: sekretariat.indies(at)gmail.com, indies_indonesia(at)yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dari Diskusi Konsolidasi Ekonomi Kerakyatan (Kumpulan Paper)
dari diskus Ini Dia Ekonomi Kerakyatan yang diselenggarakan oleh Koalisi Anti Utang dan Serikat Petani Indonesia di Gallery Cipta 3 TIM, 3 Juni 2009 silah unduh disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/06/dari-diskusi-konsolidasi-ekonomi.html Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme (Revrisond Baswir – Tim Ahli Pusat Ekonomi Kerakyatan) Kerakyatan vs Neoliberal (Ichsanudin Noorsy) Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria (Henry Saragih -Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) dan General Coordinator La Via Campesina, organisasi gerakan buruh tani, petani kecil dan masyarakat adat internasional. Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Penghapusan Utang (Dani Setiawan – Ketua KAU) PLN Korban Neolib (Ir A Daryoko – Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Strategis) Siaran Pers Menuju Demokrasi Ekonomi Sejati Munculnya wacana ekonomi kerakyatan menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan sesuatu yang patut diapresiasi. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah situasi krisis ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. Di mana penerapan agenda-agenda ekonomi kapitalisme neoliberal dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis ekonomi yang sangat dalam di berbagai negara termasuk Indonesia. Di saat bersamaan, opini dunia sedang mengarah pada upaya koreksi total terhadap tatanan ekonomi-politik dunia yang didominasi oleh kekuatan pasar yang sangat tidak adil dan melahirkan ketimpangan. Namun, ekonomi kerakyatan yang diusung oleh para calon presiden dan wakil presiden dinilai hanya sekedar menjadi jargon tanpa memberi terang perspektif dan strategi menuju ekonomi kerakyatan tersebut. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memberikan arahan dan perspektif yang jelas mengenai agenda ekonomi kerakyatan yang diamanatkan dalam konstitusi. Mempertegas upaya membangun ekonomi kerakyatan sebagai jalan rakyat yang telah diusung sejak lama bukan sebagai ajang dukung-mendukung calon presiden dan wakil presiden. Ekonomi kerakyatan yang sejatinya adalah koreksi total terhadap sistem ekonomi warisan kolonial dituangkan dalam Kata Pembukaan UUD 1945, pasal 33 dan penjelasannya, serta pasal-pasal 23, 27 ayat (2), 31, dan 34. Kata kunci dari ekonomi kerakyatan itu adalah penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang dipangkas oleh sejumlah ekonom Indonesia. Yakni, dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Dalam rangka itu, agar reformasi sosial melalui penyelenggaraan demokrasi ekonomi tidak hanya berhenti pada tingkat konsep, sejumlah agenda kongkret harus segera diangkat kepermukaan. Dalam garis besarnya terdapat beberapa operasionalisasi praktek demokrasi ekonomi yang perlu mendapat perhatian. Rekomendasi ini adalah inti politik demokrasi ekonomi dan merupakan titik masuk untuk menyelenggarakan demokrasi ekonomi dalam jangka panjang. Pertama, Penghapusan sebagian utang luar negeri lama yang tergolong sebagai utang najis atau utang kriminal, dan penghentian pembuatan utang luar negeri baru untuk mengurangi tekanan terhadap neraca pembayaran dan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional. Kedua, Peningkatan disiplin pengelolaan keuangan negara dengan tujuan untuk memerangi KKN dalam segala dimensi dan bentuknya. Ketiga, Penciptaan lingkungan berusaha yang kondusif terutama untuk menjamin terselenggaranya mekanisme alokasi secara berkepastian dan berkeadilan. Keempat, Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Kelima, Pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar para pekerja serta peningkatan partisipasi para pekerja dalam penyelenggaraan perusahaan. Keenam, Pembatasan penguasaan lahan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada para petani penggarap. Ketujuh, Pembaharuan UU koperasi dan pembentukan koperasi-koperasi sejati dalam berbagai bidang usaha dan kegiatan. Kedelapan, Pengalokasian HPH untuk rakyat. Kesembilan, Optimalisasi peranan negara dalam pengelolaan aset strategis dan cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Kesepuluh, Mengoptimalkan fungsi intermediasi dan redistribusi perbankan nasional dan memberdayakan lembaga-lembaga pembiayaan alternatif (keuangan mikro). Kesebelas, Rekonstruksi (re-set up) kerangka makro dan indikator-indikator kemajuan riil rakyat Indonesia yang sesuai dengan kerangka Demokrasi ekonomi. Jakarta 3 Juni 2009 Contack Person: Dani Setiawan (Ketua Koalisi Anti Utang) Henry Saragih (Ketua Umum Serikat Petani Indonesia) [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Momentum Tersebunyi di Balik Sengketa Prita Mulyasari dan RS Omni Internasional.
Walau mungkin dianggap menyimpang dari kontroversi terkait sengketa Prita Mulyasari vs RS Omni yang menyangkut kebebasan berekspresi dan hak konsumen, bagi saya ini juga momentum tepat untuk menyoal kesehatan sebagai hak asasi manusia atau dunia pelayanan/jasa kesehatan di Indonesia pada umunya. Praktek-praktek privatisasi, liberalisasi dan komersialisasi di sektor jasa kesehatan dan farmasi hingga soal subsidi kesehatan dan buruknya pelayanan kesehatan untuk orang miskin adalah soal yang cukup penting dan mendasar bagi kehidupan bernegara. Kepitalisme Neoliberal yang debatnya lagi naik daun di kancah politik tingkat tinggi, adalah ancaman terbesar bagi pemenuhan hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia. Bahkan Eko Prasetyo sampai menuliskan buku satir pedih ORANG MISKIN DILARANG SAKIT! Bung George Aditjondro di Kongres Nasional I Hukum Kesehatan di Jakarta, 27-29 Mei 2009 mempresentasikan makalah yang cukup baik untuk menilik kait mengkait antara dunia kesehatan, demokrasi dan hak asasi manusia (KESEHATAN, DEMOKRASI & HAK-HAK EKOSOSBUD: BELAJAR DARI RINTISAN DOKTER ”CHE”). Berikut saya petikan bagian artikel ini dimana ditunjukkan perbandingan indikator kesehatan masyarakan di Kuba dan AS (sebagai komparasi antar model sosialis/kerakyatan dan kapitalistik/liberal dalam pelayanan kesehatan) . George Aditjondro kemudian mengangkat hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman Kuba dengan pelayanan kesehatan terbaik di dunia. Berbagai indikator kesehatan di Kuba, sama atau lebih tinggi dari AS. Harapan hidup di Kuba rata-rata 77 tahun, hanya setahun lebih rendah dari harapan hidup orang AS. Tahun 2007, angka kematian bayi di Kuba 5,3 per seribu kelahiran, lebih rendah dari angka kematian bayi di AS yang 6,37 per seribu kelahiran. Ada 6,5 orang dokter per seribu orang penduduk di Kuba, dibandingkan dengan 2,4 orang dokter per seribu orang penduduk di AS. Digambarkan dengan cara lain, di Kuba tersedia seorang dokter bagi 155 orang penduduk, sedangkan di AS, tersedia seorang dokter bagi 417 orang penduduk (Hughes 2007; Brouwer 2009). Hebatnya lagi, tingkat kesehatan masyarakat begitu tinggi di Kuba, dicapai dengan pelayanan kesehatan (health care) yang hanya 250 dollar AS per kapita, dibandingkan dengan 6000 dollar per kapita di AS, dan sekitar 3000 dollar per kapita di kebanyakan negara kaya (Hughes 2007). Ironisnya, ketika topan Katrina memporakporandakan sejumlah negara bagian AS, dokter-dokter Kuba spontan datang membantu korban-korban topan itu. Walaupun rezim George Bush masih mempertahankan embargo ekonomi terhadap Kuba, mereka diminta memperpanjang masa pengabdiannya di AS. Padahal, Kuba sendiri belum lama sebelumnya dihantam topan yang menghancurkan ½ juta rumah dan jaringan listrik, namun hanya tujuh orang dari 10 juta penduduk yang meninggal. Bukti kecanggihan Kuba dalam siaga bencana menghadapi topan di seputar Laut Karibia sudah juga dibuktikan brigade-brigade medis Kuba, waktu topan George dan Mitch menghantam Haiti, Honduras, dan Guatemala (Brouwer 2009; www.oxfamblogs.org/fp2/?p=102, diakses 3 Mei 2009). ….. tingkat kesehatan Kuba tidak akan setinggi itu, seandainya seorang dokter tidak ikut memimpin Revolusi 1959, untuk mengubah Kuba dari negara kapitalis yang rasis, yang dibangun dari produsen tebu yang mengandalkan buruh keturunan budak dari Afrika, menjadi sebuah negara sosialis. Orang itu adalah Che Guevara. Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/sisi-lain-che-guevara-dokter-peletak.html Sesungguhnya binatang apakah neoliberalisme itu? silah kunjung juga ….. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-dan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hapus Delik Pencemaran Nama Baik Peninggalan Kolonial!
Pemenjaraan Prita Mulyasari kembali menguatkan desakan penghapusan Delik Pencemaran Nama Baik. TEMPO Interaktif Rabu, 03 Juni 2009 melaporkan Aliansi Jurnalis Independen(AJI) mendukung pasal pencemaran nama baik atau fitnah dalam semua ketentuan undang-undang untuk dihapuskan. "Pemindanaan pencemaran nama baik merupakan ancaman terbesar bagi kebebasan berekspresi di Indonesia," kata Nezar Patria, Ketua AJI dalam siaran persnya, Rabu(3/6). Menurut Nezar, delik pencemaran nama baik di berbagai negara sudah mulai dihapus dalam ketentuan undang-undang. Contohnya, Timor Leste, negara bekas bagian Indonesia, sudah menghapus ketentuan pencemaran nama baik dalam hukum pidananya. "Indonesia malah menambah delik pencemaran nama baik di Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik," ujarnya. Koordinator Advokasi AJI, Margiyono, mengatakan delik pencemaran nama baik merupakan peninggalan penjajah. "AJI akan terus mengusahakan agar pencemaran nama baik dihapuskan," kata dia saat menggelar keterangan pers di kantor AJI, Rabu (3/6). Penghapusan pasal pencemaran nama baik dapat dilakukan dengan mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi atau amandemen undang-undang itu di Dewan Perwakilan Rakyat. Siaran Pers selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/06/kontroversi-penangkapan-prita-mulyasari.html = Blogger Berlawan : Bebaskan Ibu Prita Mulyasari Dari Segala Tuntutan Hukum dan Cabut Ketentuan Hukum Pidana Tentang Pencemaran Nama Baik Silahkan memberi dukungan dan bergabunglah di causes facebook berikut (hingga kini dukungan telah mencapai 120.000 orang http://apps.facebook.com/causes/290597/64322377?m=37a084d6&ref=mf Berikut seruan dan sikap yang disuarakan DUKUNGAN BAGI IBU PRITA MULYASARI, PENULIS SURAT KELUHAN MELALUI INTERNET YANG DIPENJARA Bebaskan Ibu Prita Mulyasari Dari Penjara dan Segala Tuntutan Hukum 1. Cabut segala ketentuan hukum pidana tentang pencemaran nama baik karena sering disalahgunakan untuk membungkam hak kemerdekaan mengeluarkan pendapat 2. Keluhan/curhat ibu Prita Mulyasari thd RS Omni tidak bisa dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) UU ITE 3. Keluhan/curhat Ibu Prita Mulyasari dijamin oleh UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanpa Tanda ! : Refleksi Persoalan Gurita Neoliberalisme
gudang (link-link) artikel tentang Jerat Neoliberalisme (Penjajahan Baru) dan Wacana Tandingnya Silah kunjung untuk link-link serial bacaan kritis ini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme (Don Marut, Bonnie Setiawan, Puthut EA, I Gusti Agung Ayu Ratih, R. Herlambang Perdana Wiratraman, Eric Hiariej) serial paper sebelumnya Kompilasi paper Neoliberalisme : Pengertian, Asal Usul dan Perkembangnya di Indonesia (Revrisond Baswir, Herry B Priyono, Kwik Kian Gie, Yanuar Nugroho, Fahmy Radhy, Sri Edi Swasono, James Petras dan Film Dokumenter John Pilger The New Rulers of The World - subtitle bahasa indonesia) salam pembebasan andreas iswinarto pengumpul bacaan kritis NB - mohon bantuannya untuk menyebarluaskan informasi ini. - serial ini akan terus dimutakhirkan hingga 2 bulan ke depan Neoliberalisme dan Kapitalisme Bencana Kapitalisme bencana menjadi ekonomi baru dewasa ini. Bencana bisa dalam berbagai bentuk: persenjataan yang menghancurkan pusat tenaga listrik dan rumah sakit, alam yang menghancurkan infrastruktur, badai yang menyapu bersih kota dan desa, konflik ideologis, tsunami, gempa, Lumpur lapindo, dan sebagainya. Naomi Klein mengatakan bahwa “dewasa ini ketidakstabilan global tidak hanya menguntungkan pedagang senjata; juga membawa keuntungan yang luar biasa besarnya bagi sector keamanan yang menggunakan high technology, perusahaan konstruksi besar, perusahaan rumah sakit swasta, perusahaan minyak dan gas, perusahaan produksi pangan, dan tentu saja para kontraktor industri pertahanan. Rekonstruksi bencana alam dan bencana perang atau konflik dewasa ini menjadi bisnis yang sangat besar dan sangat menguntungkan. Perusahaan-perusahaan besar merasa gembira jika ada bencana (perang atau bencana alam), dan jika tidak ada bencana mereka akan memicu terjadinya bencana. Untuk rekonstruksi Iraq, dana yang digelontorkan sebesar $ 30 milyard, untuk rekonstruksi tsunami di Asia sebesar $ 13 milyar, dan untuk New Orleans dan Gulf Coast sebesar $ 110 milyar. Pendapatan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam rekonstruksi cukup untuk memicu boom ekonomi. Perusahaan-perusahaan gas dan minyak sangat dekat dengan ekonomi bencana, baik sebagai penyebab utama bencana maupun sebagai penerima manfaat utama dari bencana tersebut. Saking besarnya pengaruh perusahaan minyak dan gas dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari bencana, Naomi Klein menyebut perusahaan-perusahaan minyak dan gas ini sebagai “honorary adjunct of the disaster-capitalism complex”. Dipetik dari artikel Don Marut KAPITALISME BENCANA DAN BENCANA KAPITALISME di tikarpandan.org Neoliberal dan Kejahatan Multinasional Untuk memahami Globalisasi dan mekanisme dunia sekarang, orang perlu memahami Neo-Liberalisme. Inilah ideologi mutakhir kapitalisme yang saat ini sedang jaya-jayanya, terutama slogan TINA (There is No Alternatives) dari mulut Margaret Thatcher. Semenjak 1970-an hingga kini, Neo-Liberalisme mulai menanjak naik menjadi kebijakan dan praktek negara-negara kapitalis maju, dan didukung oleh pilar-pilar badan dunia: Bank Dunia, IMF dan WTO. Neo-Liberal tidak lain adalah antitesa welfare state, antitesa neo-klasik, dan antitesa Keynesian. Dengan kata lain antitesa kaum liberal sendiri, yaitu Liberal Baru atau kaum Kanan Baru (New-Rightist). Dengan memahami Neo-Liberal, maka kita dapat memahami berbagai sepak terjang badan-badan multilateral dunia; kita dapat memahami perubahan kebijakan domestik di negara-negara maju; kita dapat memahami mengapa terjadi krisis moneter dan ekonomi yang tidak berkesudahan; kita dapat memahami mengapa Indonesia didikte dan ditekan terus oleh IMF; kita dapat memahami mengapa Rupiah tidak pernah stabil; kita dapat memahami mengapa BUMN didorong untuk di-privatisasi; kita dapat memahami mengapa listrik, air, BBM, dan pajak naik; kita dapat memahami mengapa impor beras dan bahan pangan lain masuk deras ke Indonesia; kita dapat memahami mengapa ada BPPN, Paris Club, Debt Rescheduling dan lain-lain; dan banyak lagi soal-soal yang membingungkan dan memperdayai publik. Nama dari program Neo-Liberal yang terkenal dan dipraktekkan dimana-mana adalah SAP (Structural Adjustment Program). Program penyesuaian struktural merupakan program utama dari Bank Dunia dan IMF, termasuk juga WTO dengan nama lain. WTO memakai istilah-istilah seperti fast-track, progressive liberalization, harmonization dan lain-lain. Intinya tetap sama. Di balik nama sopan "penyesuaian struktural", adalah "penghancuran dan pendobrakan radikal" terhadap struktur dan sistem lama yang tidak bersesuaian dengan mekanisme pasar bebas murni. Neo-Liberal adalah ideologinya, dan SAP adalah praktek atau implementasinya. Sementara tujuannya adalah ekspansi sistem kapitalisme global Dipetik dari artikel Bonnie Setiawan (IGJ) Neoliberal dan Kejahatan Multinasional Tanpa Tanda Seru : Refleksi Persoalan Globalisasi Nenek Moyangku Orang Pelaut Meng
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Fakta Kekejian Sistem Sosial Neoliberal dan Mesin-mesinnya
mohon maaf untuk yang satu ini dan semoga bermanfaat. Silah simak film dokumenter tatanan sosial dunia dan keterpurukan Indonesia dalam Jerat Neoliberalisme (Penjajahan Baru) John Pigler – The New Rules of The World (subtitle bahasa Indonesia dalam 6 bagian) Beserta kompilasi 10 artikel terkait Neoliberalisme : Pengertian, Asal Mula dan Perkembangannya Revrisond Baswir : Neoliberalisme; B Herry-Priyono : Neoliberalisme – Kolonisasi Homo Ekonomikus dan Homo Finansialis; B Herry Priyono : Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan; Yanuar Nugroho : Rekayasa Merawat Neoliberalisme: Menggagas Kembali Peran Teknologi untuk Akumulasi Laba; Kwik Kian Gie “Apa Neoliberalisme Itu? ; Revrisond Baswir : Jalan Neoliberal Pak Bud; Fahmy Radhi : Analisis Pasangan Yudhoyono – Boediono; Sri Edi Swasono : Mewaspadai Neoliberalisme, Dr George Aditjondro Track Record : Bisnis Capres Cawapres Seri Khusus Belajar dari Pengalaman Amerika Latin : Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas (James Petras) Selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-dan.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Neoliberalisme dan Para Jenderal Berkuasa, Kasihan Indonesia!
Terkait dengan semakin mendekatnya pemilu presiden, semakin memanas pula perdebatan dan perang wacana di media massa. Diantaranya yang paling seru adalah hiruk pikuk Boediono neoliberal hingga terus bergulir sampai kehulunya. SBY Neoliberal, sesungguhnya lengkapnya duet SBY-JK yang masih berkuasa hari ini. Padahal ada soal yang juga sama pentingnya dan kritis (tapi hampir tenggelam) yakni soal ramainya para jenderal di kancah kompetisi politik negeri ini. Rene L Pattiradjawane dalam artikelnya Politik Jenderal : Militer Dalam Politik Kartel Demokrasi di Kompas (20 Mei 2009) menulis dengan sangat baik dan lugas soal ini. Rene melihat politik demokrasi di negeri ini ibarat sebuah labirin….. Rene mencatat, menggugah, menggugat, tulisnya….. Ada jenderal calon wapres yang masih dituduh melakukan pelanggaran HAM berat sehingga kita pun harus siap-siap dan waswas jangan smpai setelah menjadi wapres terpilih, jenderal ini ditankap polisi di luar negeri, seperti yang terjadi pada Jendearal Spinoza ketika berkunjung ke Lomdon.” Ada jenderal dituduh melakukan penculikan menyebabkan sekitar belasan orang tidak jelas rimbanya sampai sekarang. Atau, jenderal yang mengendalikan negara selama lima tahun terakhir ini yang condong mengulangi perilaku pemimpin Orde Baru dalam versi 2.0. Belum lagi jenderal-jenderal lain pendukung para capres dan cawapres, menjadi semacam kartel kekuasaan dan kekuatan politik pasca-Orde Baru Khusus untuk partai pemenang pemilu legislatif (Demokrat) saya mencatat bertaburan bintang di tim sukses atau pemenangan Partai Demokrat. Paling tidak pada 6 tim, mantan militer (jenderal purnawirawan) menjadi pendiri, pengurus atau pembinanya. Tim Echo, Gerakan Pro SBY, Tim Delta, Tim Romeo, Barisan Indonesia dan Yayasan Dzikir SBY Nurussalam. (silah lihat lebih lanjut di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/mantan-militer-purnawirwan-dominasi-tim.html) Selanjutnya Rene menulis bagi rakyat kebanyakan, kehadiran para jenderal ini menjadi dilema tersendiri, karena kehadiran para jenderal selama 32 tahun Orde Baru sebenarnya tidak memberikan arti dan makna yang luas dalam meningkatkan kehidupan demokrasi. Selanjutnya ditulisnya, disisi lain politisi sipil seperti terjebak dalam labirin politik kartel yang menganggap seolah-olah para jenderal ini mampu memperbaiki kehidupan kita semua. Kasihan Indonesia! Begitu Rene menutup artikelnya. Saya jadi teringat juga pernyataan Imparsial dalam satu siaran persnya yang menyebut politik Indonesia hari ini sebagai Politik yang Tuna Sejarah. Imparsial menyatakan Politik Indonesia adalah politik yang “Tuna Sejarah”. Politik ini tidak mengkoreksi kesalahan masa lalu, dan bahkan sebaliknya melupakannya. Di sini, bukannya keadilan korban yang terpenuhi, tetapi kemenangan pelaku pelanggaran HAM yang terlihatkan. Imparsial juga menyatakan “…….oleh karenanya, disisa akhir pemerintahannya adalah benar apabila pemerintahan SBY-JK untuk berani mengungkap semua kejahatan yang terjadi, termasuk kasus pembunuhan aktifis HAM Munir. Jika tidak, SBY- JK tidak hanya telah menjadi bagian dari kejahatan itu sendiri dengan membiarkannya, tetapi juga telah menjadi bagian dari politik yang tuna sejarah”. ( Silah tengok http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/politik-yang-tuna-sejarah-partai-partai.html) Alkisah dibanyak negeri miskin dan berkembang dalam prakteknya militer dan pendukung neoliberalisme (sebuah jalan ekonomi sekaligus politik, sosial, budaya dan tentu saja ideologi) adalah pasangan ideal (mutualis simbiosis) untuk terus memerkaya segelintir orang di satu sisi dan melanggengkan kekuasaan yang menindas dan menghisap di sisi lain. Kasihan Sekali Indonesia! Begitu saya menutup catatan kecil ini salam pembebasan andreas iswinarto NB Tentunya masih tetap banyak harapan bagi negeri ini silah simak pembelajaran dari argentina pada kegigihan ibu-ibu plaza de mayo (ibu-ibu yang anaknya dihilangkan, ibu-ibu revolusioner) juga perjuangan zapatista (kaum underground, kaum adat yang gigih melawan penguasa yang menghamba pada AS dan kaum modal serta pendukung neoliberalisme di dalam negri - kompradornya atawa antek-antek - serta militer Mexico). Ya perjuangan Zapatista, adalah tonggak, batu penjuru, trigger perjuangan global melawan kuasa modal). Terpenting adalah kegigihan para korban/keluarga korban di negeri ini. E-Book Saatnya Korban Bicara “Menata Derap Merajut Langkah” Jaringan Relawan Kemanusiaan, Jaringan Solidaritas Korban Untuk Keadilan, TIFA 2009; xxiv + 200 hlm, kumpulan tulisan. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-saatnya-korban-bicara-menata.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sesat Pikir : Utang Luar Negeri Bukan Bantuan
Catatan Kecil dari Buku Kumpulan Karya Finalis Mochtar Lubis Award (Menuju Jurnalisme Berkualitas, Kumpulan Karya Finalis dan Pemenang Mochtar Lubis Award 2008, KPG-LSPP-Open Society Institute 2009) Dalam artikelnya Hancurnya Infrastruktur di Sulawesi Barat, Sidik Pramono (Kompas) menulis 'Untuk tahun 2008 dana bantuan Bank Dunia Rp. 500 milyar diperuntukkan bagi pembangunan dan perbaikan trans-Sulawesi". (Karya ini adalah salah satu finalis Mochtar Lubis Award untuk kategori penulisan tentang Pelayanan Publik.) Saya cukup terganggu dengan cara pandang Pramono terhadap peran Bank Dunia. Pertama, pertanyaan saya adalah apakah ini hibah sehingga Pramono menyebutkan dana Rp. 500 miliar sebagai bantuan. Kedua, apakah Pramono tidak melihat bahwa Bank Dunia bukanlah lembaga donor tetapi sepenuhnya adalah bank. Dan semua pinjaman tentu ada bunganya. Kalau pun benar hibah (saya meragukan) saya pikir Bank Dunia tidak begitu saja memberikan bantuan tetapi pasti ada kalkulasi ekonomi di belakang hibah tersebut. Revrisond di harian Kontan bahkan mengatakan komitmen utang adalah bahaya bagi negeri ini. Dalam analisisnya Hasil ADB Bahaya buat Kita ia menuliskan "semua hasil pertemuan tahunan ADB ke-42 di Bali (2009) justru membahayakan Indonesia. Karena apa yang didapat Indonesia adalah utang, walaupun bahasa ADB adalah bantuan. Jadi sebenarnya bukan membantu, tapi menawarkan pinjaman.." Revrisond juga menuliskan bahwa dibolak-balik ADB (juga Bank Dunia, catatan saya) adalah bank. Tidak ada sejarahnya bank membantu anggotanya tegasnya. Semua pinjaman berbunga. Celakanya lagi, Revrisond mengingatkan pinjaman yang diberikan ke Indonesia bukan merupakan pinjaman tunai, tapi berupa fasilitas belanja. Cukup banyak diketahui begitulah dalam proyek-proyek pembangunan dari dana utang, semua kebutuhan untuk pembangunannya harus dibeli dari negara pemberi utang, berikut kontraktor dan konsultannya. Paling tidak joint venture dengan kontraktor lokal. Artinya sebenarnya Indonesialah yang 'membantu' negara-negara maju dengan membeli barang dari mereka, apalagi dalam kondisi krisis saat ini. Jadi kita membantu mereka untuk melancarkan roda produksi yang mulai tersendat-sendat dari negara-negara pemilik saham terbesar di ADB dan Bank Dunia. Catatan kecil ini barangkali juga menjadi sentilan untuk panitia Mochtar Lubis Award. Karena dalam menilai karya-karya yang disertakan dalam kompetisi ini juri selalu mengacu kepada semangat dan nilai-nilai didalam karier jurnalistik Mochtar Lubis. Menurut saya ketidakkritisan membaca peran uang luar negeri, economically incorrect ini tidak sejalan dengan spirit Mochtar Lubis dalam Award ini. Saya juga ingat Yayasan Obor Indonesia yang dipimpinnya menerbitkan buku kritis soal bantuan dan utang luar negeri, seingat saja diantaranya Bantuan yang Mematikan dan Menggadaikan Bumi. Memang karya Pramono tidak menjadi pemenang jadi pada buku ini kita tidak bisa melihat sikap dewan juri. Karena catatan dan penilaian dewan juri hanya diberikan kepada pemenang. Pada bagian lain ada contoh bagus tentang catatan kritis terhadap karya Muhlis Subaeri "Lost Generation" pemenang kategori karya investigasi oleh dewan juri. Juri memberi catatan atas penggunaan terminologi G30S PKI oleh Suhaeri, walau di beberapa bagian tulisan digunakan G30S saja. Menurut dewan juri pengunaan terminologi G30S PKI adalah tidak tepat. Ini contoh koreksi atas politically incorrect. salam andreas iswinarto http://lenteradiatasbukit.blogspot.com Yang terbaru dari lentera Neoliberalisme : Pengertian, Asa Mula dan Perkmbangnya (kompilasi artikel Herry B Priyono, Revrisond Baswir, Kwik Kian Gie, Yanuar Nogroho, Fahmy Radhy) Seri 1 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-asal-mula-dan.html Seri 2 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-asal-mula-dan_19.html Seri 3 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-asal-mula-dan_7106.html Seri 4 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-asal-mula-dan_5673.html Seri 5 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/neoliberalisme-pengertian-asal-mula-dan_20.html Seri 6 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/jalan-neoliberal-boediono-analisis.html Seri 7 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/kebijakan-ekonomi-kabinet-indonesia.html [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mohon Dukungan, Petisi Pembebasan Aung San Suu Kyi
Mohon dukungan solidaritas untuk rakyat Burma. Petisi Pembebasan Aung San Suu Kyi! Untuk dukungan petisi silah kunjung http://www.avaaz.org/en/free_aung_san_suu_kyi/?cl=238912666&v=3337 info selengkapnya tentang situasi burma (email dari avaaz) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/solidarity-for-aung-san-suu-kyi-please.html Free Aung San Suu Kyi! Nobel Laureate Aung San Suu Kyi is seriously ill, locked up by the brutal Burmese regime on new trumped up charges. This cruel maneuver comes days before her 13 years of detention expires and will keep her jailed until after the 2010 elections. The only 'crime' she committed was to peacefully call for democracy. Burma's brave democracy activists are calling on UN Secretary General Ban Ki Moon to secure all 2,100 political prisoners release -- he can make this a condition of any renewed international engagement. We have just six days to get Ban Ki Moon's attention -- the petition will be presented on May 26th. Sign the petition below and forward the email. To UN Secretary General Ban Ki-moon: The military government must immediately and unconditionally release all political prisoners including Daw Aung San Suu Kyi, Khun Tun Oo and Min Ko Naing. The release of all political prisoners is the first and most important step towards freedom and democracy in Burma. We, the undersigned, call upon UN Secretary-General Ban Ki-moon to make it his personal priority to secure the release of all of Burma's political prisoners. salam pembebasan andreas iswinarto [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Imajinasi Zapatista dan Kegigihan Ibu Plaza de Mayo
Jika kami bunga Engkau adalah tembok itu Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji suatu saat kami tumbuh bersama dengan keyakinan:engkau akan hancur …….. Dari Bunga dan Tembok, kemudian di karya lain Wiji Thukul (Peringatan) menyerukan Maka hanya ada satu kata: lawan! selamat pagi, sahabat, kaum muda, kita memang bukan ksatria baja hitam tentu ada saat kita mengalami kelelahan, melempem seperti krupuk diguyur air tak ada salahnya, tak usah enggan jeda sejenak, temukan oase, charge battery lagi. atau kita sampai pada simpulan gerakan sosial makin kehabisan gagasan, kekeringan imajinasi atau sekedar ingin mendengarkan puisi, kisah, musik dan film (dokumenter) pembebasan silah kunjung antologi dibawah ini (memang sudah lawas, tapi semoga masih relevan), serap kegigihan dan daya tahan ibu-ibu plaza de mayo (meminjam maria hartiningsih-kompas; ibu-ibu yang anaknya dihilangkan, ibu-ibu kaum muda argentina sekaligus ibu-ibu revolusioner), dan zapatista (kaum underground, kaum adat yang tak pernah kehilangan gagasan dan imajinasi) AIKONISASI ZAPATISTA (EZLN) : Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas RAGE AGAINTS THE MACHINE (Album Battle Of Mexico ) untuk Gerakan Masyarakat Adat Zapatista http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/aikonisasi-zapatista-ezln-menyaksikan.html Persembahan Musisi Dunia U2, Sting, Joan Baez untuk Ibu-ibu Plaza de Mayo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/persembahan-musisi-dunia-u2-sting-joan.html salam hangat andreas iswinarto http://lenteradiatasbukit.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kedaulatan Digadaikan, Kuasa Modal & Kapitalis Hijau (Konservasi) Berjaya
Kritik dan otokritik untuk kawan-kawan gerakan sosial dan masyarakat sipil Indonesia pada umumnya (belajar dari advokasi ADB dan WOC-CTI) Dalam waktu yang berdekatan telah berlangsung peristiwa pertemuan internasional di Indonesia. Pertama adalah Pertemuan Tahunan ADB di Bali dan kedua adalah Konferensi Kelautan Internasional di Manado. Dalam bacaan kami kedua momen tersebut adalah kisah tentang kooptasi yang dilakukan oleh negara-negara kapitalis maju untuk mencari jalan keluar (sesungguhnya outlet krisis lainnya) atas krisis kronis kapitalisme yang kini mereka hadapi. Dalam kasus WCO-CTI ini adalah kisah tentang kedaulatan yang digadaikan di satu sisi dan kemenangan kapitalisme hijau (konservasi) dan Kuasa Modal Internasional di sisi lain. Percayakah anda ada solusi kapitalisme untuk persoalan krisis pemanasan global (perubahan iklim) juga krisis ekonomi global (lelucon jeruk makan jeruk?). Bagi saya pada akhirnya pesta pora internasional ini hanya akan semakin meminggirkan kaum tani, nelayan, buruh, miskin kota, masyarakat adat juga masyarakat Indonesia pada umumnya. Lagi-lagi wong cilik menjadi tumbal Kami sesungguhnya prihatin pula atas minimnya keperdulian dan partisipasi masyarakat sipil, gerakan sosial pada umumnya (yang tidak memiliki fokus langsung pada isu kelautan-lingkungan hidup dan utang). Kalau partai-partai politik tidak perduli, kita sudah maklum karena mereka lebih senang membicarkan kursi atau dagang sapi kekuasaan. Ironis memang begitu banyak perbincangan (paling tidak di mailing-list) terkait isu pemilu, koalisi partai, capres-cawapres, sementara sunyi sepi terkait WCO dan ADB (soal penggadaian kedaulatan, obral sumber daya alam, ketergantungan, rakyat kecil yang jadi tumbal kesepakatan-kesepakatan internasional) Memang memahami soal-soal yang dibincangkan di pertemuan ADB maupun WOC-CTI bukan soal mudah. Contoh saja tentang dampak utang luar negeri terhadap perekonomian Indonesia, apalagi soal-soal pelik dan kompleks terkait perubahan iklim (sebut saja istilah-istilah semacam carbon trading). Ini barangkali juga perlu menjadi refleksi kawan-kawan yang terlibat dalam Aliansi Manado atau Asian People Movement Against (saya termasuk di dalamnya; mayoritas anggotanya untuk level organisasi nasional terlibat dalam kedua aliansi ini dan juga sebagian besar menggeluti isu agraria/sumber daya alam/lingkungan) untuk lebih gencar lagi membumikan agenda-agenda kampanye dan advokasi atau secara khusus disemasi informasi dan pendidikan di kalangan publik luas (juga tak kalah penting konsolidasi di kalangan organisasi gerakan sosial lainnya baik yang bergerak pada isu-isu luas maupun isu spesifik). Saya paham betul memang pekerjaaan yang tidak mudah berhadapan dengan gelontoran dana mega dari perusahaan dan pemilik modal yang sama giatnya melakukan kampanye. Dalam dunia gerakan lingkungan hidup dikenal dengn praktek GREEN WASH (cuci otak publik untuk membangun citra perusahaan atau negara yang ramah lingkungan). Jangan dilupakan pula represi dari aparat negara dan kriminalisasi terhadap rakyat yang trendnya semakin menguat belakangan ini. Belum lagi bila kita telusuri bagaimana negara-negara maju gencar pula melakukan kooptasi dan hegemoni dunia pendidikan di negeri ini. Kami teringat sinisme Revrisond Baswir yang menyatakan perguruan tinggi pada umumnya adalah pusat pengkaderan AGEN-AGEN KOLONIAL. Dengan rendah hati (kami bukan apa-apa tanpa keterlibatan masyarakat sipil yang luas), sudi kiranya anda mengunjungi suara perlawanan/wacana tanding atas Pesta Pora WOC-CTI dan Pertemuan ADB, kritik kami untuk memajukan gerakan, tentukan sikap anda. Tentunya bukan untuk sekedar mensikapi peristiwa-peristiwa, tetapi membangun wacana dan kekuatan rakyat yang massif secara berkelanjutan (baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, maupun bangun organisasinya) untuk perubahan jangka panjang di negeri ini. WOC (Double VOC) Watch http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/WOC%20(Double%20VOC)%20Watch a-People Against ADB http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/a-PEOPLES%20%20AGAINST%20ADB Nb. Semoga kami bisa sesegera mungkin membuat resume atas wacana-wacana dan pengalaman belajar yang sangat berharga yang kami peroleh di bali maupun manado ini. salam pembebasan andreas iswinarto anggota sarekat hijau indonesia, dinamisator nasional walhi institute dan redaksi jurnal bersatu, dalam hal ini adalah atas nama diri sendiri Blog Personal : http://lenteradiatasbukit.blogspot.com Newsalert:15 Mei 2009 (10.30 WIB) Manado 1. Siang ini, Aliansi Manado berencana mengadakan parade perahu tradisionil sebagai bagian menunjukkan WOC-CTI telah berlaku tidak adil terhadap nelayan miskin. Namun 3 motor boat polisi air Manado telah bersiap-siap berjaga di lokasi. 2. Pengadilan menjatuhkan hukuman terhadap Berry Nahdian Forqan (Direktur Eksekutif Nasional WALHI) dan Erwin Usman (Kepala Departemen Regional WALHI) pidana 1 bulan, dan putusan percobaan selama 2 bulan,