Re: [iagi-net-l] BP Migas Teken 14 Kesepakatan Bisnis dengan KPS

2002-12-30 Terurut Topik Andang Bachtiar
Dari 17 blok yang ditawarkan katanya ada 2 yang diambil,... yang satu Muara
Bakau, satunya lagi mana ya ???

adb

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, December 30, 2002 2:01 PM
Subject: [iagi-net-l] BP Migas Teken 14 Kesepakatan Bisnis dengan KPS



 FYIdr detikcom


 BP Migas Teken 14 Kesepakatan Bisnis dengan KPS

 Reporter : Anita Hendranugraha
 detikcom - Jakarta, Badan Pelaksana Migas, Senin (30/12/2002) ini
 menandatangani 14 kesepakatan bisnis dengan Kontraktor Production Sharing
 (KPS). Perjanjian itu berupa perjanjian jual beli gas, perjanjian interim,
 surat kesepakatan, perjanjian jual beli elpiji, pokok perjanjian dan nota
 kesepakatan.
 Penandatanganan itu disaksikan oleh Menteri Energi Purnomo Yusgiantoro dan
 Kepala Badan Pelaksana Migas Rachmat Sudibyo di Gedung Patra Jasa, Jl
Gatot
 Soebroto, Jakarta, Senin (30/12/2002).

 Adapun 14 kesepakat bisnis antara produsen gas dan ditunjuk BP Migas
adalah
 sebagai berikut: PT Exspan akan dibeli oleh PLN dengan kuantitas 10,42
 bbtu, EMOI dengan Pertamina akan dibeli oleh PIM dan Aceh Fertilizer
 sebesar 100 bbtu per hari. Total Finaelf untuk Pupuk Kaltim I dan IV
 sebesar 100 bbtu per hari. Conoco Philips untuk PLN sebesar 13,5 bbtu.

 Sementara Amerada Hess untuk PLN sebesar 57,44 bbtu. Lapindo Berantas
untuk
 PGN Jatim minimal 42 bbtu per hari sedangkan Santos untuk Indonesia Power
 sebesar 29,10 bbtu.
 Sedangkan 4 kontrak perjanjian jual beli berupa elpiji sebesar 488.000 ton
 elpiji per tahun dengan produsen BP West Java untuk JA Petrochemical,
 Petrochina untuk Petredec dan Unocal untuk Marubeni dan Petredec.

 Pada hari ini pula terdapat sebuah KPS baru yakni konsursium Eni Lasmo
 Company in Indonesia dan Unocal Indonesia yang masing-masing memiliki
saham
 50 persen. Adapun wilayah kerjanya terdapat di blok offshore Muara Bakau
 lepas pantai selat Makassar. Untuk 6 tahun ke depan konsursium tersebut
 akan menanamkan investasinya sebesar US$ 35 juta.(san)


 -
 To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -






-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi 
Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




Re: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik sugeng.hartono
Kembali mas Bambang memaparkan: Cadangan Indonesia kecil tetapi enak untuk
cari duit karena berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah oleh sistem
cost recovery...  Bagaimana agar supaya cost recovery ini tidak
disalah-gunakan para KPS. Benar, kita sudah punya sistem pengawasan tetapi
para KPS tetap jeli bisa mencari selah-celah. Dan pengawasan tidak bisa
masuk sampai detail.
Konon sistem PSC di Malaysia ada ketentuan revenue over cost yang
mempengaruhi split keuntungan (semakin besar cost, perolehan KPS semakin
kecil). Dengan demikian para KPS akan berusaha sehemat mungkin untuk
mendapatkan split yang bagus. Sementara di sini ... pokoknya bisa di cost
recovery. Nuansa praktek NKK (nulung konco-konco) tercium baunya. Buktinya:
TKA pengawas pemboran dengan honor US$1400/hari masih banyak
Semoga rekan-rekan pengawas lebih jeli melihat ini.
Salam,
Sugeng


- Original Message -
From: RUSDIANTO Djoko [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, December 27, 2002 7:59 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


 Suatu analysa yang tajam dan mengena.. dan memang begitulah
 adanya..
 Mudah-mudahan masukan ini bisa diperhatikan terutama oleh yang punya
 wewenang dalam decision maker.
 Salam,

 Djoko Rusdianto




-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi 
Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




[iagi-net-l] Merapi workshop Indonesia 2003

2002-12-30 Terurut Topik IAGI Pusat
MERAPI WORKSHOP
INDONESIA
2003

WORKSHOP ON
MERAPI TYPE VOLCANOES IN THE WORLD

Organized by
Directorate of Volcanology and Geological
Hazard Mitigation - Bandung 
GeoForschungsZentrum Potsdam
Address of the local organizing committee:
Directorate of Volcanology and
Geological Hazard Mitigation
Jalan Diponegoro No. 57
BANDUNG 40122 - INDONESIA
: +62-22-7272606
FAX : +62-22-7202761
E-mail : [EMAIL PROTECTED]

BACKGROUND
Merapi volcano in Central Java belongs to the most active volcanoes in the
world. Located at the subduction zone between the Eurasian and the
Indo-Australian Plate, the dominant magmatic mechanism of Merapi is
andesitic, i.e. explosive. Large eruptions, usually classified by a volcanic
eruption index (VEI) of 3, occur every 30 years. The largest event in
historical times was a VEI = 4 eruption in 1872. Pyroclastic flows with a
length between 2 km and 8 km occur about once per year.

Even small volcanic events are a permanent danger to life and limb within
the densely populated area at the flanks of the volcano. A paroxysmal
eruption would immediately endanger more than one million of inhabitants in
the region around Yogyakarta, about 35 km south of the summit. Another
potential danger are mudflows (Lahars) that occur during the rainy session
and may reach distances up to 20 km. Due to these reasons Merapi has been
classified as a high-risk volcano and was included into the list of 15
Decade Volcanoes by the International Association of Volcanology and
Chemistry of  the Earth's Interior (IAVCEI).

Since more than 60 years Merapi's state of activity is observed
systematically. During the 30ies the Dutch colonial government established
five observation posts around Merapi, equipped with seismographs and
meteorological sensors. From here, observers monitored Merapi's activity
visually and acoustically, a procedure that is kept until nowadays.
International cooperation featured a considerable enhancement of the
observation capabilities at the beginning of the 80ies. Integrated projects,
interdisciplinary observations and  international cooperation are essential
in order to make progress in exploring the nature of an active
stratovolcano, and coping with socio-economic impact and reducing
catastrophic consequences of volcanic events. Following this strategy,
volcano research on Merapi has been considerably intensified during the last
decade by the activities within numerous national and international
projects.
The symposium is addressed to any scientist working on Merapi as well as in
the field of Merapi type volcano research in the world. It is considered
to provide a platform for presenting the results of the wide activities,
including volcano tourism, to promote national and international cooperation
between the involved institutions.

SUBJECT
eruption history and magma development
 mechanism of the explosive behavior
 the internal geophysical structure of  strato volcanoes
 volcano monitoring
 volcano hazard and risk mitigation
 volcano environment

LOCATIOM  DATE
The symposium will be held in Yogyakarta, Indonesia, February 18 to Feb. 20,
2003.
Following the conference a 1-day field trip will be organized to visit
Merapi volcano, Dieng volcano complex, and Bromo Volcano.

CALL FOR PAPERS
Contributions (oral or poster) concerning any aspect of Merapi type volcano
research are welcome. Participants are invited to submit an abstract which
should not exceed 250 words
The abstract should be mailed to the following address:
E-mail :[EMAIL PROTECTED]
Not later than January 10, 2003

The following information should be
given:
subject of the paper
name(s) and full address(es) of the   author(s), email
title
abstract
oral or poster

authors will be informed by January 15,
2003 about the acceptance of their
contributions.

PARTICIPANTS
The symposium is intended not only to attract scientists concerned with
research on Merapi, but also on other Merapi type volcanoes in the world.

REGISTRATION
Registration form:
Available on the website on November.
Those interested in attending this
Symposium are requested to forward the
form before January 31, 2003.

Registration fee:
- Registration with payment: US$250
  (Inc. Symposium publications, seminar kits,
  meals, gala dinner, and accommodation;
  excluded bank transfer fee)

DATELINE
 submission of abstracts : January 10, 2003
 registration with payment : January 31, 2003
  (later registration will be 25% higher)
 Arrival confirmation: not later than
  January 20, 2003

ORGANIZING COMMITTEE
Advisory Board :
 Wimpy S. Tjetjep (DGMR)
 Jochen Zschau (GFZ-Potsdam)
 Chris G. Newhall (USGS)
 M. Diament (France)
 Steve Sparks (IAVCEI)

Chairman : Achmad Djumarma Wirakusumah
 (VSI-Bandung)

Secretary General : Mas Atje Purbawinata
(VSI-Bandung)

Secretary : Birger G. Lühr (GFZ-Potsdam)
 Asnawir Nasution (VSI-Bandung)
 Dali A. Musnandar (VSI-Bandung)
 Hetty Triastuty (VSI-Bandung)
 Nia Haerani (VSI-Bandung)
 Dewi 

RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik redesmon munir
Pak Bambang,

Analisisnya sangat menarik. Nah, apakah sinyalemen
malasnya para perusahaan migas untuk berinvestasi di
hulu dibuktikan dengan penandatanganan kontrak WKP
baru hanya 2 blok kemaren ? wallahu'alam.
Mungkin rekan-rekan kita yang ada di Ditjen Migas bisa
menjawab, kenapa beberapa blok yang ditawarkan tidak
atau belum terjual ? Apakah skim PSC sudah tidak
menarik ? atau country risk sebagai penyebabnya ?
Upah, saya rasa tidak.

Pada sektor migas tentu kita kita tidak ingin seperti
Sony, PG, Nike dll yang memindahkan pabrik atau
portofolio investasinya ke negara tetangga. Yang saya
rasakan faktor Otda, tumpang tindih lahan sebagai
unsur yang ikut mengganggu operasional para pengusaha
migas. Ada baiknya usulan kawan-kawan (pak Bambang cs)
melalui IAGI disampaikan ke Departemen ESDM.
Mas, selamat tahun baru. 

rds 

--- Istadi, Bambang P
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Nengah,
 
 Saya pikir sih ngga masalah pekerjaan diberikan ke
 sub-kontraktor atau
 service company yang asing ataupun yang semi asing
 (berafiliasi dengan
 perusahaan lokal).  Kalau Exspan sih bisa kasih
 drillingnya ke Medco,
 anak perusahaannya sendiri,.. he he he.  Kalau
 logging tool dll,
 perkembangan teknologi cepat sekali dan hampir ngga
 mungkin perusahaan
 lokal melakukannya sendiri tanpa keterlibatan asing
 sama sekali (dana,
 teknologi, expertise, knowledge).  Asing tetap
 

__
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi 
Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik SYARIFUDDIN Noor
Faktanya dan yang dikhawatirkan saat ini adalah: produksi Indonesia
sudah turun,(sekarang tinggal 1,2 juta bopd, perlu lihat grafik produksi
!), sedangkan penemuan baru ngga banyak, i.e reserve replacement
rationya rendah

Iseng-iseng saya pernah ngeplot annual production dari sekitar 12 lapangan 
minyak dan dan gas yang cukup besar. 

Untuk minyak kita memang sangat prihatin, karena produksi nasional masih 
mengandalkan dari lapangan yang sudah ditemukan tahun 40-an (Minas  
Duri). Sementara untuk penemuan-penemuan baru kontribusinya masih jauh di 
bawah ke dua lapangan tsb.
Untuk gas memang agak menggembirakan, karena lapangan-lapangan tua sudah 
'terbaharui' oleh penemuan-penemuan yang lebih baru. Jadi produksi 
nasional boleh dikatakan cukup aman.

Sebenarnya angka penemuan baru cukup besar (banyak, kurang lebih 30% dari 
seluruh lapangan yang ada sekarang), hanya saja reserves-nya memang 
kecil-kecil. Barangkali memang gajah-nya sudah pada habis ya, yang ada 
tinggal kelinci-kelinci saja. Kalau untung ya mungkin masih bisa nemu yang 
ukuran kerbau/sapi he...he...he

Tapi sebenarnya ada fenomena yang agak sedikit memprihatinkan juga, karena 
hampir semua player itu senengnya 'ngrubutin' area yang sedang panas saja 
alias jarang yang berani bersolo karier di daerah yang agak 'nyleneh'. 
Coba perhatikan ramai di Natuna, ramai di Selat Makasar, dan sebentar lagi 
mungkin rame di East Java Sea he...he..he...
Ini kali mungkin ada kaitannya dengan keberanian untuk 'thinking out of 
the box' yang belum termasyarakatkan ya.


salam,






Istadi, Bambang P [EMAIL PROTECTED]
12/31/02 06:51 AM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Pak Nengah,

Saya pikir sih ngga masalah pekerjaan diberikan ke sub-kontraktor atau
service company yang asing ataupun yang semi asing (berafiliasi dengan
perusahaan lokal).  Kalau Exspan sih bisa kasih drillingnya ke Medco,
anak perusahaannya sendiri,.. he he he.  Kalau logging tool dll,
perkembangan teknologi cepat sekali dan hampir ngga mungkin perusahaan
lokal melakukannya sendiri tanpa keterlibatan asing sama sekali (dana,
teknologi, expertise, knowledge).  Asing tetap dibutuhkan dengan azaz
saling menguntungkan tentunya.  Saudi Aramco pun begitu, mereka
majikannya, pihak asing sebagai konsultan dan service company.  Skema
kerjasama yang saling menguntungkan banyak, e.g Petrobras nya Brazil
yang menggandeng TFE berusaha di Bolivia dan Argentina etc, etc,..

Faktanya dan yang dikhawatirkan saat ini adalah: produksi Indonesia
sudah turun,(sekarang tinggal 1,2 juta bopd, perlu lihat grafik produksi
!), sedangkan penemuan baru ngga banyak, i.e reserve replacement
rationya rendah, dan kita hanya mengandalkan asing untuk melakukan
exploration. Kata hanya mungkin perlu digaris bawahi. Padahal belum
tentu aktifitas explorasi di Indonesia termasuk dari bagian agenda
mereka (email saya yang pertama).  Selain masalah2 dan strategy internal
perusahaan2 migas, juga lead timenya yang lama antara exploration,
discovery to first oil, dan belum tentu mereka bisa me-monetize usaha
mereka, apalagi kalau kesandung kasus seperti Cepu atau Terang-Sirasun.
Dimata mereka political dan security risk bukan isapan jempol belaka.

Masalah diatas akan berakibat pada long term impact tapi mungkin saja
pemerintah merasa ini bukan masalah, karena dewi fortuna masih berpihak
pada kita. Lihat saja, pendapatan sektor migas melampaui target APBN
2002 karena harga minyak yang tinggi saat ini, kurs rupiah yang kuat
dibandingkan dengan asumsi, sehingga pendapatan surplus 8% dari yang
ditargetkan dalam APBN 2002.  Jadi santai2 aja dulu akh,.. kumaha engke
! Toch masih ada beberapa mega projects yang bisa mendatangkan devisa
dimasa mendatang (LNG Tangguh, LNG Donggi dll). Padahal ada beberapa hal
yang perlu dicermati mengenai bisnis ini dimasa mendatang.

Kalau saja kita mau mengantipasi keadaan buruk,.. barangkali kita musti
mengambil alih beberapa bagian dari industri ini, termaksud fasa
explorasi dengan studi2 khusus antara lain di daerah2/basin2 yang belum
berproduksi. Pilihannya adalah menunggu orang lain untuk merubah nasib,
atau diri kita sendiri yang berubah  untuk merubah nasib. Kalau
semua2nya diserahkan ke asing dan hanya menunggu asing saja mengambil
daerah2 yang ditawarkan,.. mungkin bisa jadi sama saja dengan menunggu
Godot,... Wallaahu a'lam bisshawab. 

wass.w.w.
Bambang Istadi
ConocoPhillips Inc.
+1-281-293-3763


-Original Message-
From: I Nengah D. Sadiarta [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Sunday, December 29, 2002 9:46 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Pak Bambang,
Saya juga salut dengan Exspan atas prestasinya yang tidak kalah dengan
oil
company asing. Akan tetapi, apakah untuk pekerjaan2 yg
di-subcontract-kan
ke service company (drilling, logging dll) juga diberikan ke service
company lokal yang tidak ada ada 

RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik SYARIFUDDIN Noor
redesmon munir [EMAIL PROTECTED]
12/31/02 07:12 AM
Nah, apakah sinyalemen
malasnya para perusahaan migas untuk berinvestasi di
hulu dibuktikan dengan penandatanganan kontrak WKP
baru hanya 2 blok kemaren ? wallahu'alam.
Mungkin rekan-rekan kita yang ada di Ditjen Migas bisa
menjawab, kenapa beberapa blok yang ditawarkan tidak
atau belum terjual ? Apakah skim PSC sudah tidak
menarik ? atau country risk sebagai penyebabnya ?
Upah, saya rasa tidak.


Mungkin yang harus disadari juga adalah dengan adanya trend merger dan 
akuisisi, maka distribusi modal akan lebih terkonsolidasi. Jadi yang dulu 
tersebar sekarang akan lebih terfokus kepada beberapa 'hot spot' saja. 
Masing-masing player tentunya punya portfolio global, jadi invetasi di 
satu tempat akan dibandingkan dengan investasi semacam di seluruh penjuru 
dunia. Akibatnya bisa saja Indonesia jadi nggak 'kebagian' karena ada 
tempat lain yang lebih menarik (bisa karena reserve size-nya, exploration 
risk-nya, atau mungkin juga skim-nya).

salam,








RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik Rachmat S Uweh
Ass. Wr. Wb

Kawan-kawanku, mungkin kita selalu ingat rumus ekonomi yang sangat simpel
keuntungan adalah revenue - operating cost. Operating cost terdiri dari upah
pekerja, pembelian barang,pembelian teknologi
Kalau melihat rumus ini, maka agar devisa negara tidak terlalu banyak lari
ke luar negeri strateginya adalah memaintain upah pekerja untuk tidak boros
dikasihkan kepegawai asing, pembelian barang buatan dalam negeri tapi sayang
untuk bidang perminyakan ini dari hal yang kecil sampai besar masih diimpor
terutama dari USA, juga teknologi untuk meningkatkan produksi/explorasi
(contoh 3D seismic) masih bergantung pada teknologi luar negeri sehingga
tentu devisa akan lari ke luar negeri. Kalau melihat diatas kita dan
generasi penerus masih harus berjuang agar keuntungan untuk negara tetap
tinggi tidak hanya kebagian sisanya yang kecil, karena sebagian besar devisa
lari  ke luar negeri gara-gara tersebut diatas.

Agar keuntungan berputar didalam negeri maka usaha Exspan diantaranya
Drilling, simple logging dikejakan sendiri dengan menggunakan mostly
perusahaan lokal dan orang lokal yang tentu perlu kita dukung/perbaiki
bersama. 

Wassalam,
Rachmat S. Uweh
[EMAIL PROTECTED] 

  -Original Message-
 From: Toto Santosa  
 Sent: Monday, December 30, 2002 3:57 PM
 To:   Rachmat S Uweh; Hendri Wahyudiatmoko
 Subject:  FW: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.
 
 Fyi.
 
 -Original Message-
 From: Istadi, Bambang P [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 mailto:[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Tuesday, December 31, 2002 6:52 AM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.
 
 Pak Nengah,
 
 Saya pikir sih ngga masalah pekerjaan diberikan ke sub-kontraktor atau
 service company yang asing ataupun yang semi asing (berafiliasi dengan
 perusahaan lokal).  Kalau Exspan sih bisa kasih drillingnya ke Medco, anak
 perusahaannya sendiri,.. he he he.  Kalau logging tool dll, perkembangan
 teknologi cepat sekali dan hampir ngga mungkin perusahaan lokal
 melakukannya sendiri tanpa keterlibatan asing sama sekali (dana,
 teknologi, expertise, knowledge).  Asing tetap dibutuhkan dengan azaz
 saling menguntungkan tentunya.  Saudi Aramco pun begitu, mereka
 majikannya, pihak asing sebagai konsultan dan service company.  Skema
 kerjasama yang saling menguntungkan banyak, e.g Petrobras nya Brazil yang
 menggandeng TFE berusaha di Bolivia dan Argentina etc, etc,..
 Faktanya dan yang dikhawatirkan saat ini adalah: produksi Indonesia sudah
 turun,(sekarang tinggal 1,2 juta bopd, perlu lihat grafik produksi !),
 sedangkan penemuan baru ngga banyak, i.e reserve replacement rationya
 rendah, dan kita hanya mengandalkan asing untuk melakukan exploration.
 Kata hanya mungkin perlu digaris bawahi. Padahal belum tentu aktifitas
 explorasi di Indonesia termasuk dari bagian agenda mereka (email saya yang
 pertama).  Selain masalah2 dan strategy internal perusahaan2 migas, juga
 lead timenya yang lama antara exploration, discovery to first oil, dan
 belum tentu mereka bisa me-monetize usaha mereka, apalagi kalau kesandung
 kasus seperti Cepu atau Terang-Sirasun.  Dimata mereka political dan
 security risk bukan isapan jempol belaka.
 Masalah diatas akan berakibat pada long term impact tapi mungkin saja
 pemerintah merasa ini bukan masalah, karena dewi fortuna masih berpihak
 pada kita. Lihat saja, pendapatan sektor migas melampaui target APBN 2002
 karena harga minyak yang tinggi saat ini, kurs rupiah yang kuat
 dibandingkan dengan asumsi, sehingga pendapatan surplus 8% dari yang
 ditargetkan dalam APBN 2002.  Jadi santai2 aja dulu akh,.. kumaha engke !
 Toch masih ada beberapa mega projects yang bisa mendatangkan devisa dimasa
 mendatang (LNG Tangguh, LNG Donggi dll). Padahal ada beberapa hal yang
 perlu dicermati mengenai bisnis ini dimasa mendatang.
 Kalau saja kita mau mengantipasi keadaan buruk,.. barangkali kita musti
 mengambil alih beberapa bagian dari industri ini, termaksud fasa explorasi
 dengan studi2 khusus antara lain di daerah2/basin2 yang belum berproduksi.
 Pilihannya adalah menunggu orang lain untuk merubah nasib, atau diri kita
 sendiri yang berubah  untuk merubah nasib. Kalau semua2nya diserahkan ke
 asing dan hanya menunggu asing saja mengambil daerah2 yang ditawarkan,..
 mungkin bisa jadi sama saja dengan menunggu Godot,... Wallaahu a'lam
 bisshawab.  
 wass.w.w.
 Bambang Istadi
 ConocoPhillips Inc.
 +1-281-293-3763
 
 
 -Original Message-
 From: I Nengah D. Sadiarta [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
 mailto:[mailto:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Sunday, December 29, 2002 9:46 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.
 
 
 Pak Bambang,
 Saya juga salut dengan Exspan atas prestasinya yang tidak kalah dengan oil
 company asing. Akan tetapi, apakah untuk pekerjaan2 yg di-subcontract-kan
 ke service company (drilling, logging dll) juga diberikan ke service
 company lokal yang tidak ada ada expat-nya?
 

RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-30 Terurut Topik Bambang Murti
mBang,
Ini bukan berarti mau membela semangat corps lho...
Awal bulan lalu ada diskusi menarik denagn para engineer di Sumatra Selatan,
salah satu topiknya persis seperti analisa-mu dibawah.
Nah, kalau kita mau introspeksi, explorasi sebetulnya masih menemukan
cadangan baru, masalahnya, itu akan memerlukan infrastruktur investasi
tambahan untuk put on-stream.
Sementara kalau ambil dari proven reserves, kan kasarnya tinggal main choke
saja. Investasi tambahan, hmm, relatif sedikit (kecuali kalau mau sampai ke
EOR). Inikan UUD juga. Ada lagi kasus-kasus di Sumatra Tengah, yang
engineer-nya mau ngejar ROR, main tancap aja, terus reservoir-nya bodhol dan
banyak ninggalin by-passed reserves.
Kalau kita mau fair, kebanyakan engineer masih melihat ke ROR sebelum
memutuskan mau buka reservoir yang mana. Coba lihat, rata-rata yang nemuin
field baru, buat on-stream saja pasti ada waktu yang cukup lama, walaupun
sudah di fast track (aku ndak punya database-nya untuk yang ini, kali
teman-teman di BPMigas punya, tolong di share dong).
Belum kalau kita mau thinking out of the box, go deeper, go down dip (ini
rasanya sudah terbukti kan?) dan go-go lainnya, itu masih banyak
barang-barang yang bisa dibawa keatas kan ? Masalahnya sangat sederhana.
Mau ndak sih GG ngomong  duduk bareng sama Engineer? Kan kita bisa cuci
gudang, lantas naikin produksi ? Jadi, struggling-nya masih bisa ditanggung
barengan deh. Tapi, ini jangan ditafsirkan sebagai semangat pemulung
lho

Kalau perkara asing-non asing, kayaknya akan seperti telur dan ayam. Ini
juga bukan berarti xeno phobia, tapi, dalam hati kecil awak ini juga
kepengen sih melihat anak bangsa ini berdiri dengan membusungkan dada. Ini
lho...karyaku...gitu lho.
Nah, kalau begini, mau ndak IAGI - HAGI take the lead ? 
Terus terang aja, masih banyak PT Telo (minjam istilahnya mas Sri) yang
disini cuma bertindak sebagai calo.
Lha kapan kita mau jadi majikan kalau begini ? 
Alih dan transfer technology ? Sepertinya masih mengharapkan patung menari.
Investasi di human resources ? Boro-boro. Mendingan bikin perusahaan taksi
aja. Invest pagi, sore dapet duit.
Memang, bener-bener mental inlander ...!!!

Bambang liyane
(lagi metu sungune)

-Original Message-
From: Istadi, Bambang P [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: 31 Desember 2002 6:52
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Pak Nengah,

Saya pikir sih ngga masalah pekerjaan diberikan ke sub-kontraktor atau
service company yang asing ataupun yang semi asing (berafiliasi dengan
perusahaan lokal).  Kalau Exspan sih bisa kasih drillingnya ke Medco,
anak perusahaannya sendiri,.. he he he.  Kalau logging tool dll,
perkembangan teknologi cepat sekali dan hampir ngga mungkin perusahaan
lokal melakukannya sendiri tanpa keterlibatan asing sama sekali (dana,
teknologi, expertise, knowledge).  Asing tetap dibutuhkan dengan azaz
saling menguntungkan tentunya.  Saudi Aramco pun begitu, mereka
majikannya, pihak asing sebagai konsultan dan service company.  Skema
kerjasama yang saling menguntungkan banyak, e.g Petrobras nya Brazil
yang menggandeng TFE berusaha di Bolivia dan Argentina etc, etc,..

Faktanya dan yang dikhawatirkan saat ini adalah: produksi Indonesia
sudah turun,(sekarang tinggal 1,2 juta bopd, perlu lihat grafik produksi
!), sedangkan penemuan baru ngga banyak, i.e reserve replacement
rationya rendah, dan kita hanya mengandalkan asing untuk melakukan
exploration. Kata hanya mungkin perlu digaris bawahi. Padahal belum
tentu aktifitas explorasi di Indonesia termasuk dari bagian agenda
mereka (email saya yang pertama).  Selain masalah2 dan strategy internal
perusahaan2 migas, juga lead timenya yang lama antara exploration,
discovery to first oil, dan belum tentu mereka bisa me-monetize usaha
mereka, apalagi kalau kesandung kasus seperti Cepu atau Terang-Sirasun.
Dimata mereka political dan security risk bukan isapan jempol belaka.

Masalah diatas akan berakibat pada long term impact tapi mungkin saja
pemerintah merasa ini bukan masalah, karena dewi fortuna masih berpihak
pada kita. Lihat saja, pendapatan sektor migas melampaui target APBN
2002 karena harga minyak yang tinggi saat ini, kurs rupiah yang kuat
dibandingkan dengan asumsi, sehingga pendapatan surplus 8% dari yang
ditargetkan dalam APBN 2002.  Jadi santai2 aja dulu akh,.. kumaha engke
! Toch masih ada beberapa mega projects yang bisa mendatangkan devisa
dimasa mendatang (LNG Tangguh, LNG Donggi dll). Padahal ada beberapa hal
yang perlu dicermati mengenai bisnis ini dimasa mendatang.

Kalau saja kita mau mengantipasi keadaan buruk,.. barangkali kita musti
mengambil alih beberapa bagian dari industri ini, termaksud fasa
explorasi dengan studi2 khusus antara lain di daerah2/basin2 yang belum
berproduksi. Pilihannya adalah menunggu orang lain untuk merubah nasib,
atau diri kita sendiri yang berubah  untuk merubah nasib. Kalau
semua2nya diserahkan ke asing dan hanya menunggu asing saja mengambil
daerah2 yang ditawarkan,.. 

[iagi-net-l] Indonesia Trek Raises Funds - Geologists Take Walk for Mankind - [AAPG Explorer News]

2002-12-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Ah kemaren Kang Andang merasa kudului nulis soal itu
aku sekarang merasa malu sama mereka 

rdp
'buat temen IAGI di Conocophilips : aku salut buat temen anda ini

Indonesia Trek Raises Funds
Geologists Take Walk for Mankind

In a world that seems to be getting angrier by the day, two oil company
geologists did something good and literally walked into the hearts of
hundreds of Javanese.
Having fun, doing good for others: Maynard, Elliott and Pazera prepare for
their adventure in Java.
On a lark, AAPG member Keith Maynard and co-worker Jon Elliott, both with
ConocoPhillips, decided to walk coast-to-coast across Java after getting
their co-workers and friends to back them with donations to aid the children
of Indonesia.
The idea was to come up with a project or stunt that would be significant
enough to attract people's imagination and attention -- and when their
defenses were down get them to pledge lots of money to children's based
charity projects across Indonesia, said Maynard, a geophysical advisor with
ConocoPhillips Indonesia.


Tea
The geologists figured that while oil companies spend billions of dollars in
aid to countries all over the world bringing everything from education,
medical care and clean drinking water to people in need, sometimes it's the
smaller, more personal outreach that profoundly touches the local
population.
After living in Burma and Indonesia and traveling the world pursuing my
career in the oil business, I have always been troubled by the contrast
between local poverty and expatriate wealth, Maynard said. Our lives in
Indonesia are sheltered and it is easy to live here and not see the extreme
poverty and difficulties of the local people.
So, about a year ago I thought it would be good to try and do something
beyond the 'normal' levels of charity donations we typically undertake.


Tea Ladies
After traveling coast to coast in Java for family holidays, Maynard realized
a person could walk across Java. The idea was born -- and then he enlisted
the help of colleague Jon Elliott, a consultant operations geologist based
in Perth, Australia, for ConocoPhillips Indonesia.
Both men said this walk was a more personal effort to help the local
population, particularly children. Elliott has sponsored students and funded
cleft palate operations for children during his time in Indonesia. Maynard
made similar contributions in Burma.
All you have to do is look at the picture of a little girl who has had the
cleft palate operation and realize for just a few hundred dollars you can
change the life of a child, Elliott said. That's what motivated us.
Making A Difference
The pair initially planned to just e-mail friends and colleagues to sponsor
their walk, but the response was phenomenal and the project quickly grew
into something much bigger. Maynard and Elliott raised over $40,000 --
primarily from individuals and companies from the oil business.
Many saw this as an opportunity to make a donation and actually see where
that money goes, Maynard said. We were able to assure people that 100
percent of the money would go to specific causes -- for instance, the doctor
who would perform cleft palate operations.
 Muslim children.
We actually see the children who are helped, and contributors get something
back for their aid, he added. Before and after pictures of children who
have received cleft palate operations are provided and those who donate to
sponsor students get three progress reports annually.
In addition to individuals, several companies sponsored the project.
ConocoPhillips topped the list of corporate contributors.
The distribution of funds was coordinated by a volunteer charitable
organization, which identified the most urgent needs. The charities that
will receive funds cover a broad spectrum, but all will impact children.
These include:
A deep water well will be dug at Batu Ceper, Tangerang, to provide clean
water. Toilets, showers and laundry facilities for 500 hundred people in
West Jakarta also will be constructed. This project will cost $8,500 to
$9,000 (US).
Harelip and cleft palate operations will be funded through local doctors at
a cost of just $330 (US) for both procedures.
Tuberculosis cures, which provide six months of medication for one child at
a cost of $30 (US).
Yayasan Balita Sehat clinic in South Jakarta to combat malnutrition through
health, education and hygiene. The funds will provide essential supplies
such as milk, de-worming syrup and vitamins as well as a teacher's salary.
East Bali Project: Moringa Tree Project. This program offers sustainable
organic farming for the poverty-stricken people of the infertile mountain
slopes of East Bali at a cost of $3,300 (US).
Student sponsorship for high school students at a cost of about $72 (US) per
year per student.
A three-month supply of milk for 30 children in a nutrition program in the
extremely poor area of Kamal Muara. The cost is $111 (US).
Ready, Fire, Aim


Rice farm.
Of course, a great deal of planning must go 

RE: [iagi-net-l] Mental Majikan -- Re: [iagi-net-l] Indonesia struggling for mining company.

2002-12-30 Terurut Topik Bondan Brillianto

kalau ndak salah kutip
jadi memang betul jabatan setinggi apapun
kalau belum bisa memerangi praktek2 laknat/brutal
tetap saja mentalnya kuli
 
 apakah yang mentalnya kuli selalu laknat/brutal ?
 atau apakah yang laknat/brutal itu diidentifikasikan bermental kuli ? 
 bingung euy

 
bondan brillianto
(masih jadi kuli)

-Original Message-
From: Witan OA [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: 31 Desember 2002 10:16
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Mental Majikan -- Re: [iagi-net-l] Indonesia
struggling for mining company.


Ini memang perlu komitment yang kuat dari para pelakunya. Coba perhatikan
visi dan misi perusahaan minyak manapun pasti salah satunya adalah
memakmurkan pemilik perusahaan/saham. Penjabarannya yg kadang keliru atau
dikelirukan sehingga sering akhirnya menghalalkan segala cara untuk
mencapainya. Dengan cara melacurkan profesionalisme, memperkosa
prosedur/peraturan, menyelingkuhkan etika bisnis; pokoknya dapat untung
besar. Tidak perduli atau lupa bahwa 85% saham rakyat teraniaya jadinya.

Untuk yg masih bekerja di level operasional sebetulnya tidak terlalu sulit,
karena tidak bisa lepas/keluar dari data dan koridor geologi sbg ilmu.
Misalnya anda disuruh perang melawan rekan2 di BP Migas untuk meng-claim
suatu discovery supaya mendapatkan exploration insentive/investment
credit, rekayasa konsep geologi yang anda buat sah sah saja asal berdasarkan
data dan tidak bertentangan dgn teori geologi, kalau tidak yah daftar saja
ke Bagito jadi badut menggantikan Unang.

Begitu terlibat  masalah yg mengkait komersil dan ekonomi mulailah kesulitan
timbul. Integritas profesionalisme dan moral betul2 diuji, batas antara
benar dan salah sering sangat tipis dan abu2. Jadi memang betul jabatan
setinggi apapun kalau belum bisa memerangi praktek2 laknat/brutal tetap saja
mentalnya kuli.
Untuk punya mental majikan kayaknya kita musti dibekali otak seperti punya
pak Andang atau pak Hasan dan bermoral seperti Aa Gym, atau mirip2
lah.Mari kita mulai dari diri kita sendiri
Wass
Witan

- Original Message -
From: Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, December 30, 2002 7:51 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mental Majikan -- Re: [iagi-net-l] Indonesia
struggling for mining company.






-

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

-

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi 
Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-