Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Sedikit ikut nimbrung walaupun tanpa data. Kalo ambil dari referensi dan cerita yang ada di kitab suci dan agama-agama samawi.Bukannya memang dikatakan jaman lalu pun pernah ada peradaban yang sangat modern lalu di hancurkan oleh Allah karena dosa-dosa penduduknya? Apakah mungkin yang disebut homo sapiens itu adalah manusia pertama generasi terakhir setelah dimusnahkannya penduduk suatu bangsa oleh Allah tersebut? Sedangkan yang diteliti itu memang manusia sebelum pemusnahan massal tersebut? Salam Ridwan (RiFa TeA) 2013/5/6 bandon...@gmail.com Menarik sekali semen/perekat jaman purba yang dibuat dari lempung, unsur karbon dan besi. Bagi saya kalau jaman 13000 tahun lalu sdh ditemukan perekat batu yang bagus dan bertahan sampai sekarang; kenapa tidak kita coba sekarang? Kita tidak perlu buat pabrik besar, menghancurkan bukit kapur yang juga berfungsi sbg tandon air, tidak perlu impor gipsum dan gali pasir besi dan bukit kwarsa. Mohon komposisi semen yang ditemukan di gn Padang dpt dimanfaatkan bagi pembangunan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Date: Sun, 5 May 2013 06:22:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: bandon...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry® -- Salam, RiFa TeA http://refleksirifa.blogspot.com/ -Indahnya Nikmatnya berbagi dalam Kebaikan dan Kebenaran (modifikasi dari KZ) -Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF) -Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi) - YM Gtalk : rifa120
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa. Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan
Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA
Setuju dengan Pak Koesoema Daripada berdebat terus tentang prospect (interpretasi) G.Padang , bagaimana kalau kita bor atau sekalian kita lakukan excavasi.. jadi persoalan akan segera selesai, semua akan terpuaskan dan mendapat jawaban apakah teori (prospect) nya benar atau salah. Nah sekarang siapa yang tertarik untuk mendanai pengeboran / excavasinya tentunya kalau benar ada harta karun maka akan menjadi milik yang mendanai. Salam Kartiko On 5/6/13, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Saya sudah beberapa tahun tidak masuk mailing list ini, dan waktu saya mendapatkan akses kembali ternyata perdebatan G. Padang masih berlanjut. Beberapa hari ini saya termenung apakah yang terjadi dengan ilmu geologi di Indonesia ini? Ini menjadi pikiran, sayapun merenungkan masalah ini terutama menjelang tidur. Akhirna saya tuangkan renungan itu dalam bentuk tulisan terlampir yang cukup panjang, dengan harapan bahwa dengan selesainya renungan ini saya dapat tidur dengan pulas. Wassalam R.P.Koesoemadinata - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 05, 2013 6:11 PM Subject: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Rekan-rekan IAGI yang budiman, Di postingan mang Okim tanggal 2 Mei 2013 berjudul Petisi 34 : Situs Gunung Padang Terselamatkan , disebutkan bahwa dari hasil peninjauan ke lokasi lobang ekskavasi di tebing timur Teras III ( mang Okim salah, yang benar Teras I ), mang Okim dkk menyimpulkan bahwa beberapa balok andesit yang terlihat di lokasi tersebut adalah fenomena alamiah, bukan produk budaya. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa batuan andesit penyusun Gunung Padang hanya nongol di permukaan Teras I , Teras II, dan Teras III, sedangkan Teras IV dan V tertutup oleh produk klastik gunung api yang telah lapuk. Dari tulisan Pak Danny Hilman di VIVAnews Senin 1 April 2013, interpretasi mang Okim dkk tersebut ternyata tidak berbeda dengan hasil interpretasi geolistrik -georadar di lintasan sekitar lobang ekskavasi Teras I. Cobalah rekan-rekan simak dengan seksama sebagian dari tulisan Pak Danny Hilman di bawah ini . Seandainya Tim Mandiri tidak tergesa-gesa menganggap bahwa balok-balok andesit di lobang ekskavasi adalah struktur bangunan ( gara-gara susunannya yang dianggap bikinan orang dan ada bahan pengisi yang diyakini sebagai semen purba ), maka hasil interpretasi geolistrik-georadar sudah sangat sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan ( andesit ) dengan ketebalan 30-50 meter. Analisa petrologi oleh Dr. Andri Subandrio demikian juga, sangat aneh bahwa retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit diduga non-alamiah. Kalau non-alamiah, apakah retakan mikroskopik tersebut hasil kerjaan manusia prasejarah ??? Hal lainnya yang membuat mang Okim bersorak gembira adalah interpretasi Pak Danny Hilman tentang adanya lidah lava dengan leher intrusinya di area selatan Situs Gunung Padang. Nah, kalau sudah demikian, mengapa Tim Mandiri masih keukeuh menyatakan bahwa Gunung Padang adalah Bangunan Mahakarya Peradaban yang Hilang ta' iya !!! Bukankah yang dijelaskan Pak Danny Hilman tersebut , yang didasarkan pada hasil interpretasi geolistrik-georadar , adalah fenomena geologi dari sebuah gunung api purba ??? Sehubungan dengan itu, marilah kita tinggalkan imaginasi yang tidak-tidak tentang isi perut Gunung Padang. Bangunan Megalitik Punden Berundak yang ada di atasnya sudah berstatus terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara. Janganlah kita merindukan burung di langit, sementara burung di tangan dilepaskan. Salam Cinta Geo-Arkeologi Mang Okim --- Gunung Padang, Mahakarya Peradaban yang Hilang ( Dr Danny Hilman ,VIVAnews 1 April 2013 ) : Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja, namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai kedalaman lebih dari 10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah dapat memperlihatkan struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk morfologi bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter yang mempunyai nilai tahanan listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah dengan posisi hampir horisontal, selaras dengan bukit memanjang utara-selatan, dan miring landai ke arah utara. Jadi selaras juga dengan undak-undak teras yang dibangun di atasnya. Lapisan batu berbentuk seperli lidah ini juga mempunyai bidang miring yang rata ke arah barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya. Lapisan lava ini berada pada kedalaman
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Setau aku, sisa 2 orang di itb yang faham! Tentang delapsi, Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Irwandi Nurdin wandi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 12:52:40 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Sepertinya teori delapsi bukan saja telah ditinggalkan, namun mencari infonya di internet pun tidak saya peroleh. Bagi yang baru belajar geologi tentu langsung belajar dari teori lempeng tektonik. Sehingga saya menarik juga untuk sedikit mengetahui bagaimana teori delapsi, khususnya *Olisostrom-Delapsi*. Bagi kebanyakan geologiwan ini merupakan pertanyaan sederhana dan sepele. Namun kalau dilihat dari sisi sejarah perkembangan ilmu geologi khususnya di Indonesia ini menjadi menarik. Dan apa yang menjadi mapan saat ini akan usang dimasa yang akan datang. Oleh karena itu kalau ada link yang menjelaskan teori tersebut mohon dibagikan, sekedar ingin mengetahui sejarah perkembagan ilmu geologi di Indonesia. Maklum yang antik2 susah dapatnya kecuali dari sesepuh. Wassalam. Irwandi
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 10:41 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. ** ** Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. ** ** Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. ** ** begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz ** ** ** ** ** ** Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei
Re: [iagi-net] Kekar kolom
Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? ** ** Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * ** ** maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz ** ** Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 10:41 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung,
Re: [iagi-net] Kekar kolom
Pak Danny Jangan menyerah, tapi ada bagusnya team anda itu diperkuat, misalnya ada structural expert, Hard rock expert shg semua loop holes yg mungkin ada bisa teratasi. Kalau melibatkan ADB dan anda berdua rasanya masih belum cukup, biar bisa bikin well rounded story. Dan seperti pak Kusuma bilang be open minded, kalau Geoscientist memang bisa membuka tabir yg masuk ranahnya Arkeolog kenapa tidak. Oh saya mau urun rembuk aja bahwa High Resistive bisa ruang terbuka (baca ruangan kaya auditorium) atau very damned tight rock juga loh. Selama chancesnya 50-50, maka anda harus menyiapkan jawaban untuk itu. OK salam sukses Avi - Bendahara IAGI 2013/5/6 MINARWAN minarw...@gmail.com Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan
Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA
Mohon maaf dulu kalau apa yang saya tulis menyinggung Pak Koesoema, saya belajar petroleum geology dari buku karangannya Pak Koesoemadinata jadi takut kualat. Pak, menurut pengamatan saya dari email2 an selama ini di milis kita. Pak Danny dan Pak Andang itu tidak mau men generalisasi bahwa semua columnar jointing itu buatan manusia. hanya saja di Gunung Padang ini kedua duanya ada (buatan alam dan manusia) menurut pengamatan mereka. Hasil penelitian Pak Andang, Pak Danny dan Pak Ali Akbar tidak akan membuat ilmu baru di geology atau arkeology. tetapi mereka mengharapkan membuat temuan bangunan baru yang masih mematuhi kaidah geology. dan saya setuju sekali bahwa pelarangan seseorang atau satu group melakukan riset adalah pelanggrana hak asasi, apalagi mereka tidak pakai uang orang lain, mereka pakai uang mereka sendiri. yang harus nya protes adalah istri2 mereka. salam, frank From: R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 2:10 PM Subject: Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Saya sudah beberapa tahun tidak masuk mailing list ini, dan waktu saya mendapatkan akses kembali ternyata perdebatan G. Padang masih berlanjut. Beberapa hari ini saya termenung apakah yang terjadi dengan ilmu geologi di Indonesia ini? Ini menjadi pikiran, sayapun merenungkan masalah ini terutama menjelang tidur. Akhirna saya tuangkan renungan itu dalam bentuk tulisan terlampir yang cukup panjang, dengan harapan bahwa dengan selesainya renungan ini saya dapat tidur dengan pulas. Wassalam R.P.Koesoemadinata - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 05, 2013 6:11 PM Subject: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Rekan-rekan IAGI yang budiman, Di postingan mang Okim tanggal 2 Mei 2013 berjudul Petisi 34 : Situs Gunung Padang Terselamatkan , disebutkan bahwa dari hasil peninjauan ke lokasi lobang ekskavasi di tebing timur Teras III ( mang Okim salah, yang benar Teras I ), mang Okim dkk menyimpulkan bahwa beberapa balok andesit yang terlihat di lokasi tersebut adalah fenomena alamiah, bukan produk budaya. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa batuan andesit penyusun Gunung Padang hanya nongol di permukaan Teras I , Teras II, dan Teras III, sedangkan Teras IV dan V tertutup oleh produk klastik gunung api yang telah lapuk. Dari tulisan Pak Danny Hilman di VIVAnews Senin 1 April 2013, interpretasi mang Okim dkk tersebut ternyata tidak berbeda dengan hasil interpretasi geolistrik -georadar di lintasan sekitar lobang ekskavasi Teras I. Cobalah rekan-rekan simak dengan seksama sebagian dari tulisan Pak Danny Hilman di bawah ini . Seandainya Tim Mandiri tidak tergesa-gesa menganggap bahwa balok-balok andesit di lobang ekskavasi adalah struktur bangunan ( gara-gara susunannya yang dianggap bikinan orang dan ada bahan pengisi yang diyakini sebagai semen purba ), maka hasil interpretasi geolistrik-georadar sudah sangat sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan ( andesit ) dengan ketebalan 30-50 meter. Analisa petrologi oleh Dr. Andri Subandrio demikian juga, sangat aneh bahwa retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit diduga non-alamiah. Kalau non-alamiah, apakah retakan mikroskopik tersebut hasil kerjaan manusia prasejarah ??? Hal lainnya yang membuat mang Okim bersorak gembira adalah interpretasi Pak Danny Hilman tentang adanya lidah lava dengan leher intrusinya di area selatan Situs Gunung Padang. Nah, kalau sudah demikian, mengapa Tim Mandiri masih keukeuh menyatakan bahwa Gunung Padang adalah Bangunan Mahakarya Peradaban yang Hilang ta' iya !!! Bukankah yang dijelaskan Pak Danny Hilman tersebut , yang didasarkan pada hasil interpretasi geolistrik-georadar , adalah fenomena geologi dari sebuah gunung api purba ??? Sehubungan dengan itu, marilah kita tinggalkan imaginasi yang tidak-tidak tentang isi perut Gunung Padang. Bangunan Megalitik Punden Berundak yang ada di atasnya sudah berstatus terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara. Janganlah kita merindukan burung di langit, sementara burung di tangan dilepaskan. Salam Cinta Geo-Arkeologi Mang Okim --- Gunung Padang, Mahakarya Peradaban yang Hilang ( Dr Danny Hilman ,VIVAnews 1 April 2013 ) : Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja, namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai kedalaman lebih dari 10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah dapat memperlihatkan
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau 'artepak' yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih 'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:31 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA
maksudnya columnar jointing buatan manusia adalah columnar jointing yang satu dan lain hal di re arranged oleh manusia. kalau tidak salah begitu ulasan mereka. fbs From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, May 6, 2013 3:37 AM Subject: Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Mohon maaf dulu kalau apa yang saya tulis menyinggung Pak Koesoema, saya belajar petroleum geology dari buku karangannya Pak Koesoemadinata jadi takut kualat. Pak, menurut pengamatan saya dari email2 an selama ini di milis kita. Pak Danny dan Pak Andang itu tidak mau men generalisasi bahwa semua columnar jointing itu buatan manusia. hanya saja di Gunung Padang ini kedua duanya ada (buatan alam dan manusia) menurut pengamatan mereka. Hasil penelitian Pak Andang, Pak Danny dan Pak Ali Akbar tidak akan membuat ilmu baru di geology atau arkeology. tetapi mereka mengharapkan membuat temuan bangunan baru yang masih mematuhi kaidah geology. dan saya setuju sekali bahwa pelarangan seseorang atau satu group melakukan riset adalah pelanggrana hak asasi, apalagi mereka tidak pakai uang orang lain, mereka pakai uang mereka sendiri. yang harus nya protes adalah istri2 mereka. salam, frank From: R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 2:10 PM Subject: Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Saya sudah beberapa tahun tidak masuk mailing list ini, dan waktu saya mendapatkan akses kembali ternyata perdebatan G. Padang masih berlanjut. Beberapa hari ini saya termenung apakah yang terjadi dengan ilmu geologi di Indonesia ini? Ini menjadi pikiran, sayapun merenungkan masalah ini terutama menjelang tidur. Akhirna saya tuangkan renungan itu dalam bentuk tulisan terlampir yang cukup panjang, dengan harapan bahwa dengan selesainya renungan ini saya dapat tidur dengan pulas. Wassalam R.P.Koesoemadinata - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 05, 2013 6:11 PM Subject: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Rekan-rekan IAGI yang budiman, Di postingan mang Okim tanggal 2 Mei 2013 berjudul Petisi 34 : Situs Gunung Padang Terselamatkan , disebutkan bahwa dari hasil peninjauan ke lokasi lobang ekskavasi di tebing timur Teras III ( mang Okim salah, yang benar Teras I ), mang Okim dkk menyimpulkan bahwa beberapa balok andesit yang terlihat di lokasi tersebut adalah fenomena alamiah, bukan produk budaya. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa batuan andesit penyusun Gunung Padang hanya nongol di permukaan Teras I , Teras II, dan Teras III, sedangkan Teras IV dan V tertutup oleh produk klastik gunung api yang telah lapuk. Dari tulisan Pak Danny Hilman di VIVAnews Senin 1 April 2013, interpretasi mang Okim dkk tersebut ternyata tidak berbeda dengan hasil interpretasi geolistrik -georadar di lintasan sekitar lobang ekskavasi Teras I. Cobalah rekan-rekan simak dengan seksama sebagian dari tulisan Pak Danny Hilman di bawah ini . Seandainya Tim Mandiri tidak tergesa-gesa menganggap bahwa balok-balok andesit di lobang ekskavasi adalah struktur bangunan ( gara-gara susunannya yang dianggap bikinan orang dan ada bahan pengisi yang diyakini sebagai semen purba ), maka hasil interpretasi geolistrik-georadar sudah sangat sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan ( andesit ) dengan ketebalan 30-50 meter. Analisa petrologi oleh Dr. Andri Subandrio demikian juga, sangat aneh bahwa retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit diduga non-alamiah. Kalau non-alamiah, apakah retakan mikroskopik tersebut hasil kerjaan manusia prasejarah ??? Hal lainnya yang membuat mang Okim bersorak gembira adalah interpretasi Pak Danny Hilman tentang adanya lidah lava dengan leher intrusinya di area selatan Situs Gunung Padang. Nah, kalau sudah demikian, mengapa Tim Mandiri masih keukeuh menyatakan bahwa Gunung Padang adalah Bangunan Mahakarya Peradaban yang Hilang ta' iya !!! Bukankah yang dijelaskan Pak Danny Hilman tersebut , yang didasarkan pada hasil interpretasi geolistrik-georadar , adalah fenomena geologi dari sebuah gunung api purba ??? Sehubungan dengan itu, marilah kita tinggalkan imaginasi yang tidak-tidak tentang isi perut Gunung Padang. Bangunan Megalitik Punden Berundak yang ada di atasnya sudah berstatus terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara. Janganlah kita merindukan burung di langit, sementara burung di tangan dilepaskan. Salam Cinta Geo-Arkeologi Mang Okim
RE: [iagi-net] Kekar kolom
Benar Pak Avi, makin banyak ahli yang ikut meneliti akan makin baik dan seru. Sulitnya penelitian ini bukan funded project jadi harus atas dasar volunteer. Saran pak Avi sudah dibahas diemail sebelumnya, memang benar demikian. Metoda lain yang bisa membantu untuk membedakan dengan jelas antara sangat padat dan ruang adalah survey microgravity. Alternatif lainnya ya di bor atau di gali. Di Tim kami tidak ada yang punya peralatannya. Kalau ada rekan IAGI yang berminat untuk iseng-iseng survey microgravity di sana akan sangat membantu. Salam Danny From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of rakhmadi avianto Sent: 06 Mei 2013 15:33 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Kekar kolom Pak Danny Jangan menyerah, tapi ada bagusnya team anda itu diperkuat, misalnya ada structural expert, Hard rock expert shg semua loop holes yg mungkin ada bisa teratasi. Kalau melibatkan ADB dan anda berdua rasanya masih belum cukup, biar bisa bikin well rounded story. Dan seperti pak Kusuma bilang be open minded, kalau Geoscientist memang bisa membuka tabir yg masuk ranahnya Arkeolog kenapa tidak. Oh saya mau urun rembuk aja bahwa High Resistive bisa ruang terbuka (baca ruangan kaya auditorium) atau very damned tight rock juga loh. Selama chancesnya 50-50, maka anda harus menyiapkan jawaban untuk itu. OK salam sukses Avi - Bendahara IAGI 2013/5/6 MINARWAN minarw...@gmail.com Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam, Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran. Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data arkeologi lah yg bicara. Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data arkeologi. Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan. Ini menurut saya pak. Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..), kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg sangat kuat. Apapun sukses deh pak benz Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau ‘artepak’ yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:31 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.** ** Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. ** ** semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz ** ** ** ** Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Tim belum pernah merencanakan eskavasi besar pak. Yang mau dilakukan adalah testpit dangkal, itupun dilakukan oleh Tim Arkeologi UI bukan oleh Tim Geologi Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 16:21:48 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran. Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data arkeologi lah yg bicara. Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data arkeologi. Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan. Ini menurut saya pak. Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..), kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg sangat kuat. Apapun sukses deh pak benz Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau ‘artepak’ yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:31 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.** ** Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. ** ** semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz ** ** ** ** Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau sisa artefaknya keramik cina, eropa, yaa itu kan masa 1400M dan 1600M. . Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 16:05:36 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG 'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau 'artepak' yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih 'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:31 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam
Re: [iagi-net] Kekar kolom
jadi ikut ikutan browsing saking serunya baca perdebatan ini :) kalo paper ini gimana ya? ada horizontal dan vertical juga tergantung tempat pembentukannya http://web2.nmns.edu.tw/PubLib/Library/research/200412-83.pdf salam, Razi 2013/5/6 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Benar Pak Avi, makin banyak ahli yang ikut meneliti akan makin baik dan seru. Sulitnya penelitian ini bukan “funded project” jadi harus atas dasar volunteer. Saran pak Avi sudah dibahas diemail sebelumnya, memang benar demikian. Metoda lain yang bisa membantu untuk membedakan dengan jelas antara sangat padat dan ruang adalah survey microgravity. Alternatif lainnya ya di bor atau di gali. Di Tim kami tidak ada yang punya peralatannya. Kalau ada rekan IAGI yang berminat untuk iseng-iseng survey microgravity di sana akan sangat membantu. ** ** Salam Danny ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *rakhmadi avianto *Sent:* 06 Mei 2013 15:33 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] Kekar kolom ** ** Pak Danny ** ** Jangan menyerah, tapi ada bagusnya team anda itu diperkuat, misalnya ada structural expert, Hard rock expert shg semua loop holes yg mungkin ada bisa teratasi. Kalau melibatkan ADB dan anda berdua rasanya masih belum cukup, biar bisa bikin well rounded story. Dan seperti pak Kusuma bilang be open minded, kalau Geoscientist memang bisa membuka tabir yg masuk ranahnya Arkeolog kenapa tidak. ** ** Oh saya mau urun rembuk aja bahwa High Resistive bisa ruang terbuka (baca ruangan kaya auditorium) atau very damned tight rock juga loh. Selama chancesnya 50-50, maka anda harus menyiapkan jawaban untuk itu. ** ** OK salam sukses Avi - Bendahara IAGI ** ** 2013/5/6 MINARWAN minarw...@gmail.com Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan ** **
Re: [iagi-net] Kekar kolom
Nun di selatan cianjur di desa Buled, th 74an aku ketemu kekar kolom seperti kipas, hehehe pilemnya sdh meleleh. Ada juga batu2 bersusun spt meja dan kursi, jelas sbg geolog lihat itu potongan kekar kolom, ada didasar sungai, jelas terlihat krn sungainya lagi saat. Kt orang sana itu meja d kursi Prebu Siliwangi. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Muhammad Razi mufar...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 14:24:41 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Kekar kolom jadi ikut ikutan browsing saking serunya baca perdebatan ini :) kalo paper ini gimana ya? ada horizontal dan vertical juga tergantung tempat pembentukannya http://web2.nmns.edu.tw/PubLib/Library/research/200412-83.pdf salam, Razi 2013/5/6 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Benar Pak Avi, makin banyak ahli yang ikut meneliti akan makin baik dan seru. Sulitnya penelitian ini bukan “funded project” jadi harus atas dasar volunteer. Saran pak Avi sudah dibahas diemail sebelumnya, memang benar demikian. Metoda lain yang bisa membantu untuk membedakan dengan jelas antara sangat padat dan ruang adalah survey microgravity. Alternatif lainnya ya di bor atau di gali. Di Tim kami tidak ada yang punya peralatannya. Kalau ada rekan IAGI yang berminat untuk iseng-iseng survey microgravity di sana akan sangat membantu. ** ** Salam Danny ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *rakhmadi avianto *Sent:* 06 Mei 2013 15:33 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] Kekar kolom ** ** Pak Danny ** ** Jangan menyerah, tapi ada bagusnya team anda itu diperkuat, misalnya ada structural expert, Hard rock expert shg semua loop holes yg mungkin ada bisa teratasi. Kalau melibatkan ADB dan anda berdua rasanya masih belum cukup, biar bisa bikin well rounded story. Dan seperti pak Kusuma bilang be open minded, kalau Geoscientist memang bisa membuka tabir yg masuk ranahnya Arkeolog kenapa tidak. ** ** Oh saya mau urun rembuk aja bahwa High Resistive bisa ruang terbuka (baca ruangan kaya auditorium) atau very damned tight rock juga loh. Selama chancesnya 50-50, maka anda harus menyiapkan jawaban untuk itu. ** ** OK salam sukses Avi - Bendahara IAGI ** ** 2013/5/6 MINARWAN minarw...@gmail.com Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan ** **
Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia.
Pengin tanya lagi, bagaimana mendapatkan surat referensi dari orang pertama yang ber CPI? Apa ada formulirnya? Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Arif Zardi Dahlius za...@bdg.centrin.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 12:22:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pak Bandono ysh, Sedikit memberi gambaran mengenai KCMI. Betul, KCMI singkatan dari Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang merupakan produk bersama (join committee) antara IAGI (yang dalam hal ini diwakili MGEI) dan PERHAPI. Produk kerjasama ini hasilnya adalah Kode KCMI 2011 (mirip2 dengan JORC nya Aussie), yang sudah disyahkan oleh Ketua IAGI pada saat itu (Prof Lambok) dan Ketua Perhapi pada saat itu (Prof Irwandi). Setelah Kode KCMI 2011 selesai dan disyahkan, sosialisasi pun mulai dilakukan, dengan cara mengadakan beberapa workshop (Jakarta, Bandung, Yogya dan Balikpapan) dan juga audiensi ke beberapa instanti pemerintah dan Lembaga Keuangan. Pada intinya Kode KCMI 2011 ini berisi standard pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral. Disamping itu, implementasi dari KCMI ini, IAGI dan PERHAPI membuat Panitia Implementasi Kode KCMI yang tugasnya antara lain memilih dan menentukan CPI (Competent Person Indonesia). IAGI (dalam hal ini MGEI) secara periodik (3 bulan sekali) menjalankan sidang untuk menetapkan CPI. Informasi lengkap KCMI dan CPI bisa dilihat di www.mgei-iagi.org Salam, aZd Pak ketua KCMI itu apasih? Trus bagaimana mendapatkannya? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 07:52:08 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; economicgeologyeconomicgeol...@yahoogroups.com; geosaintist...@googlegroups.com Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Dear All IAGI-ers, Sabtu siang kemarin saya bertemu Pak Junus Ketua Umum IAAI di Chitos, saya sendiri dan beliau juga sendiri saja, empat mata. Sehingga saya tidak dapat hadir diacara FGMI MGEI di hari yg sama. Kami ngobrol santai sampai hampir 2 jam tentang issue Gunung Padang. Dan kami saling mengemukakan pandangan organisasi pada issue yang sedang berkembang ini. Beliau mengemukakan kekhawatiran kalau issue ini berkembang lanjut akan mempengaruhi profesi arkeologi secara umum. Saya mengerti concern beliau tentang hal ini. Saya juga mengemukakan bahwa dalam eksplorasi situs arkeologi ini, anggota IAGI atau geolog sebagai *supporting science*nya. Penggalian situs Arkeologi bukan ranah utamanya ahli geologi. Namun ilmu geologi sudah berinteraksi dengan arkeologi dalam hal ini. * Gunung Padang* Saya memberitahukan bahwa IAGI sebagai organisasi profesi sangat terbuka kepada semua anggotanya untuk berkreasi dan berkiprah dalam bidang apapun asalkan masih dalam koridor ilmiah akademis. Walaupun pada akhirnya ada perbedaan dan bahkan kontradiksi dalam hal interpretasi atau opini, IAGI tidak akan memihak salah satu. Justru dengan dua tiga hingga berapapun macam hasil interpretasinya akan menambah wawasan dan perkembangan berpendapat, dan IAGI tetap akan melindunginya sebagai hak mengemukakan pendapat, sekali lagi, asalkan semuanya kaidah keilmuannya tidak dilanggar. Saya memberikan contoh bagaimana IAGI saat ini berusaha tidak memberikan opini karena adanya perbedaan pendapat tentang Lusi yang juga ada pro-kontra diantara anggota IAGI. Pak Junus mengerti pendapat IAGI diatas, beliau juga sama dalam hal hak dan kebebasan berpendapat pada anggotanya ini. Tetapi beliau, sebagai arkeolog, dan kawan-kawan lainnya, sangat konsen dengan masa depan profesinya (ahli arkeologi) bila pengambilan kesimpulan yang menurut beliau sangat terburu-buru ini masuk dalam keputusan kepemerintahan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Saya rasa ini hal yang wajar kalau beliau sangat konsen. Beberapa aspek keilmuan dalam pengujian hipotesa arkeologi juga diceritakan termasuk bagaimana menjelaskan aspek *supporting socia (community, group, kelopon state dll)* ketika sebuah bangunan (konstruksi) yang sangat besar dibangun pada satu masa saja. Seberapa besarnya aspek sosial ini. Dalam pembangunan sebuah candi yg besar, memerlukan waktu, jumlah tenaga manusia yang besar, *food*, *shelter*, dll dimana didalamnya ada sebuah manajemen sosial yg tentunya juga masih harus dijawab sebelum memberikan sebuah kesimpulan final adanya bangunan besar dibawah situs, apalagi untuk melakukan sebuah excavasi atau penggalian penemuan yang baru. Salah satu diskusi lain yaitu tentang ijin, justifikasi serta otorita excavasi situs purbakala juga mengemuka tadi siang. Kalau misalnya ada satu penemuan situs candi di Jogja tentunya relatif mudah untuk melakukan justifikasi serta ijin excavasi, apalagi diatasnya tidak ada situs yg harus dilindungi. Namun untuk excavasi di G Padang tentunya harus
Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia.
Pak Bandono ysh, Surat referensi tdk ada formulirnya. Silakan Bapak menghubungi (via email) grand father clause (GFC). Alamat email para GFC bisa dilihat pada www.mgei-iagi.org. Utk Geologist lain nya...Pendaftaran CPI Gel-2 thn 2013 ditutup 30 Juni 2013 dan direncanakan awal Juli 2013, GFC (kali ini dibawah pimpinan DR Ade Kadarusman) akan sidang utk menentukan dan memilih the next CPI. Salam, Zardi® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 11:10:10 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pengin tanya lagi, bagaimana mendapatkan surat referensi dari orang pertama yang ber CPI? Apa ada formulirnya? Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Arif Zardi Dahlius za...@bdg.centrin.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 12:22:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pak Bandono ysh, Sedikit memberi gambaran mengenai KCMI. Betul, KCMI singkatan dari Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang merupakan produk bersama (join committee) antara IAGI (yang dalam hal ini diwakili MGEI) dan PERHAPI. Produk kerjasama ini hasilnya adalah Kode KCMI 2011 (mirip2 dengan JORC nya Aussie), yang sudah disyahkan oleh Ketua IAGI pada saat itu (Prof Lambok) dan Ketua Perhapi pada saat itu (Prof Irwandi). Setelah Kode KCMI 2011 selesai dan disyahkan, sosialisasi pun mulai dilakukan, dengan cara mengadakan beberapa workshop (Jakarta, Bandung, Yogya dan Balikpapan) dan juga audiensi ke beberapa instanti pemerintah dan Lembaga Keuangan. Pada intinya Kode KCMI 2011 ini berisi standard pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral. Disamping itu, implementasi dari KCMI ini, IAGI dan PERHAPI membuat Panitia Implementasi Kode KCMI yang tugasnya antara lain memilih dan menentukan CPI (Competent Person Indonesia). IAGI (dalam hal ini MGEI) secara periodik (3 bulan sekali) menjalankan sidang untuk menetapkan CPI. Informasi lengkap KCMI dan CPI bisa dilihat di www.mgei-iagi.org Salam, aZd Pak ketua KCMI itu apasih? Trus bagaimana mendapatkannya? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 07:52:08 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; economicgeologyeconomicgeol...@yahoogroups.com; geosaintist...@googlegroups.com Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Dear All IAGI-ers, Sabtu siang kemarin saya bertemu Pak Junus Ketua Umum IAAI di Chitos, saya sendiri dan beliau juga sendiri saja, empat mata. Sehingga saya tidak dapat hadir diacara FGMI MGEI di hari yg sama. Kami ngobrol santai sampai hampir 2 jam tentang issue Gunung Padang. Dan kami saling mengemukakan pandangan organisasi pada issue yang sedang berkembang ini. Beliau mengemukakan kekhawatiran kalau issue ini berkembang lanjut akan mempengaruhi profesi arkeologi secara umum. Saya mengerti concern beliau tentang hal ini. Saya juga mengemukakan bahwa dalam eksplorasi situs arkeologi ini, anggota IAGI atau geolog sebagai *supporting science*nya. Penggalian situs Arkeologi bukan ranah utamanya ahli geologi. Namun ilmu geologi sudah berinteraksi dengan arkeologi dalam hal ini. * Gunung Padang* Saya memberitahukan bahwa IAGI sebagai organisasi profesi sangat terbuka kepada semua anggotanya untuk berkreasi dan berkiprah dalam bidang apapun asalkan masih dalam koridor ilmiah akademis. Walaupun pada akhirnya ada perbedaan dan bahkan kontradiksi dalam hal interpretasi atau opini, IAGI tidak akan memihak salah satu. Justru dengan dua tiga hingga berapapun macam hasil interpretasinya akan menambah wawasan dan perkembangan berpendapat, dan IAGI tetap akan melindunginya sebagai hak mengemukakan pendapat, sekali lagi, asalkan semuanya kaidah keilmuannya tidak dilanggar. Saya memberikan contoh bagaimana IAGI saat ini berusaha tidak memberikan opini karena adanya perbedaan pendapat tentang Lusi yang juga ada pro-kontra diantara anggota IAGI. Pak Junus mengerti pendapat IAGI diatas, beliau juga sama dalam hal hak dan kebebasan berpendapat pada anggotanya ini. Tetapi beliau, sebagai arkeolog, dan kawan-kawan lainnya, sangat konsen dengan masa depan profesinya (ahli arkeologi) bila pengambilan kesimpulan yang menurut beliau sangat terburu-buru ini masuk dalam keputusan kepemerintahan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Saya rasa ini hal yang wajar kalau beliau sangat konsen. Beberapa aspek keilmuan dalam pengujian hipotesa arkeologi juga diceritakan termasuk bagaimana menjelaskan aspek *supporting socia (community, group, kelopon state dll)* ketika sebuah bangunan (konstruksi) yang sangat besar dibangun pada satu masa saja. Seberapa besarnya aspek sosial ini. Dalam pembangunan sebuah candi yg besar, memerlukan waktu,
Re: [iagi-net] Kekar kolom
Pak Danny dan Mang Okim, bagi di milis ini dong foto kekar kolom nya Gn. Padang. supaya kita bisa lihat2 juga dan ikutan diskusi. terima kasih sebelumnya. salam, frank From: bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, May 6, 2013 5:30 AM Subject: Re: [iagi-net] Kekar kolom Nun di selatan cianjur di desa Buled, th 74an aku ketemu kekar kolom seperti kipas, hehehe pilemnya sdh meleleh. Ada juga batu2 bersusun spt meja dan kursi, jelas sbg geolog lihat itu potongan kekar kolom, ada didasar sungai, jelas terlihat krn sungainya lagi saat. Kt orang sana itu meja d kursi Prebu Siliwangi. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Muhammad Razi mufar...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 14:24:41 +0400 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Kekar kolom jadi ikut ikutan browsing saking serunya baca perdebatan ini :) kalo paper ini gimana ya? ada horizontal dan vertical juga tergantung tempat pembentukannya http://web2.nmns.edu.tw/PubLib/Library/research/200412-83.pdf salam, Razi 2013/5/6 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Benar Pak Avi, makin banyak ahli yang ikut meneliti akan makin baik dan seru. Sulitnya penelitian ini bukan “funded project” jadi harus atas dasar volunteer. Saran pak Avi sudah dibahas diemail sebelumnya, memang benar demikian. Metoda lain yang bisa membantu untuk membedakan dengan jelas antara sangat padat dan ruang adalah survey microgravity. Alternatif lainnya ya di bor atau di gali. Di Tim kami tidak ada yang punya peralatannya. Kalau ada rekan IAGI yang berminat untuk iseng-iseng survey microgravity di sana akan sangat membantu. Salam Danny From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of rakhmadi avianto Sent: 06 Mei 2013 15:33 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Kekar kolom Pak Danny Jangan menyerah, tapi ada bagusnya team anda itu diperkuat, misalnya ada structural expert, Hard rock expert shg semua loop holes yg mungkin ada bisa teratasi. Kalau melibatkan ADB dan anda berdua rasanya masih belum cukup, biar bisa bikin well rounded story. Dan seperti pak Kusuma bilang be open minded, kalau Geoscientist memang bisa membuka tabir yg masuk ranahnya Arkeolog kenapa tidak. Oh saya mau urun rembuk aja bahwa High Resistive bisa ruang terbuka (baca ruangan kaya auditorium) atau very damned tight rock juga loh. Selama chancesnya 50-50, maka anda harus menyiapkan jawaban untuk itu. OK salam sukses Avi - Bendahara IAGI 2013/5/6 MINARWAN minarw...@gmail.com Pak, Diskusi yang menarik sehingga membuat saya iseng-iseng berusaha membaca mengenai topik kekar kolom ini, selalu vertikal atau bisa ada posisi lain. Kebetulan saya menemukan abstrak tentang kekar kolom yang horisontal, katanya ada di Korsel: http://adsabs.harvard.edu/abs/2010AGUFM.V23B2451J Saya sendiri tak ikut memikirkan perdebatan G. Padang ini jadi tak bisa berkomentar lebih banyak. Salam Minarwan 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Waktu saya lihat singkapan susunan batu kolom di bawah permukaan Gunung Padang, ekspresinya sebaliknya, saya benar-benar terkesiap karena posisi horisontalnya (dan arahnya persis sama dengan yang terlihat di dinding situs Teras 1 ke 2) menunjukkan jelas bukan insitu alamiah, tapi rapihnya susunanalamak LUARBIASA RAPIH SEPERTI BUATAN ALAM saja! -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan
Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia.
Terimakasih. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Arif Zardi Dahlius za...@bdg.centrin.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 11:38:37 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pak Bandono ysh, Surat referensi tdk ada formulirnya. Silakan Bapak menghubungi (via email) grand father clause (GFC). Alamat email para GFC bisa dilihat pada www.mgei-iagi.org. Utk Geologist lain nya...Pendaftaran CPI Gel-2 thn 2013 ditutup 30 Juni 2013 dan direncanakan awal Juli 2013, GFC (kali ini dibawah pimpinan DR Ade Kadarusman) akan sidang utk menentukan dan memilih the next CPI. Salam, Zardi® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 11:10:10 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pengin tanya lagi, bagaimana mendapatkan surat referensi dari orang pertama yang ber CPI? Apa ada formulirnya? Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Arif Zardi Dahlius za...@bdg.centrin.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 12:22:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] KCMI komite Cadangan Mineral INdonesia. Pak Bandono ysh, Sedikit memberi gambaran mengenai KCMI. Betul, KCMI singkatan dari Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang merupakan produk bersama (join committee) antara IAGI (yang dalam hal ini diwakili MGEI) dan PERHAPI. Produk kerjasama ini hasilnya adalah Kode KCMI 2011 (mirip2 dengan JORC nya Aussie), yang sudah disyahkan oleh Ketua IAGI pada saat itu (Prof Lambok) dan Ketua Perhapi pada saat itu (Prof Irwandi). Setelah Kode KCMI 2011 selesai dan disyahkan, sosialisasi pun mulai dilakukan, dengan cara mengadakan beberapa workshop (Jakarta, Bandung, Yogya dan Balikpapan) dan juga audiensi ke beberapa instanti pemerintah dan Lembaga Keuangan. Pada intinya Kode KCMI 2011 ini berisi standard pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral. Disamping itu, implementasi dari KCMI ini, IAGI dan PERHAPI membuat Panitia Implementasi Kode KCMI yang tugasnya antara lain memilih dan menentukan CPI (Competent Person Indonesia). IAGI (dalam hal ini MGEI) secara periodik (3 bulan sekali) menjalankan sidang untuk menetapkan CPI. Informasi lengkap KCMI dan CPI bisa dilihat di www.mgei-iagi.org Salam, aZd Pak ketua KCMI itu apasih? Trus bagaimana mendapatkannya? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 07:52:08 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; economicgeologyeconomicgeol...@yahoogroups.com; geosaintist...@googlegroups.com Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Dear All IAGI-ers, Sabtu siang kemarin saya bertemu Pak Junus Ketua Umum IAAI di Chitos, saya sendiri dan beliau juga sendiri saja, empat mata. Sehingga saya tidak dapat hadir diacara FGMI MGEI di hari yg sama. Kami ngobrol santai sampai hampir 2 jam tentang issue Gunung Padang. Dan kami saling mengemukakan pandangan organisasi pada issue yang sedang berkembang ini. Beliau mengemukakan kekhawatiran kalau issue ini berkembang lanjut akan mempengaruhi profesi arkeologi secara umum. Saya mengerti concern beliau tentang hal ini. Saya juga mengemukakan bahwa dalam eksplorasi situs arkeologi ini, anggota IAGI atau geolog sebagai *supporting science*nya. Penggalian situs Arkeologi bukan ranah utamanya ahli geologi. Namun ilmu geologi sudah berinteraksi dengan arkeologi dalam hal ini. * Gunung Padang* Saya memberitahukan bahwa IAGI sebagai organisasi profesi sangat terbuka kepada semua anggotanya untuk berkreasi dan berkiprah dalam bidang apapun asalkan masih dalam koridor ilmiah akademis. Walaupun pada akhirnya ada perbedaan dan bahkan kontradiksi dalam hal interpretasi atau opini, IAGI tidak akan memihak salah satu. Justru dengan dua tiga hingga berapapun macam hasil interpretasinya akan menambah wawasan dan perkembangan berpendapat, dan IAGI tetap akan melindunginya sebagai hak mengemukakan pendapat, sekali lagi, asalkan semuanya kaidah keilmuannya tidak dilanggar. Saya memberikan contoh bagaimana IAGI saat ini berusaha tidak memberikan opini karena adanya perbedaan pendapat tentang Lusi yang juga ada pro-kontra diantara anggota IAGI. Pak Junus mengerti pendapat IAGI diatas, beliau juga sama dalam hal hak dan kebebasan berpendapat pada anggotanya ini. Tetapi beliau, sebagai arkeolog, dan kawan-kawan lainnya, sangat konsen dengan masa depan profesinya (ahli arkeologi) bila pengambilan kesimpulan yang menurut beliau sangat terburu-buru ini masuk dalam keputusan kepemerintahan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Saya rasa ini hal yang wajar kalau beliau sangat konsen. Beberapa aspek keilmuan dalam pengujian hipotesa
Re: [iagi-net] Ekskursi sebagai step penting dalam evaluasi geologi -- was: Kekar kolom
ditunggu deskripsi dan foto2 dari kekar kolom nya habis field trip. sayang ngak bisa ikutan. jadi ingat diberitahu dulu waktu hari pertama kerja di ARCO, 1 geologist satu interpretasi, dua geologist dapat dua interpretasi. kalau geologistnya diskusi maka ada 3 interpretasi. ini 50 an geologist ke lapangan berapa interpretasinya? selama ber ekskursi. fbs From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, May 6, 2013 8:44 AM Subject: [iagi-net] Ekskursi sebagai step penting dalam evaluasi geologi -- was: Kekar kolom 2013/5/6 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Pak Danny dan Mang Okim, bagi di milis ini dong foto kekar kolom nya Gn. Padang. supaya kita bisa lihat2 juga dan ikutan diskusi. terima kasih sebelumnya. Franc, dan rekan-rekan IAGI Satu basic scientific step dalam geologi sering terlewatkan yaitu peninjauan ke lapangan. Atau melihat primary data yg berupa outcrop. Sehingga banyak yang akhir berspekulasi dari gambar 2D berupa foto yg itupun akan memiliki distorsi akibat lensa. Nah saya melihat hal-hal yg sangat mendasar seperti ini sering dilewatkan begitu saja oleh kawan-kawan geologist. Sehingga ketika ikut berdiskusi memberikan pendapat menjadi tambah mbulet. Sekali lagi karena tidak meninjau ke lapangan. PP IAGI sejak awal selalu meminta kepada kawan2 yg ingin ikut berdiskusi, untuk ikutan menengok dulu ke lapangan. Karena untuk issue G Padang ini bisa dilihat di lapangan. Apalagi ini lokasinya dapat dijangkau dengan relatif mudah. Kalau memang datanya seismic atau log sumur tentunya kita bisa memaklumi karena memang tidak ada hand specimen. Pak Koesoema sudah mengingatkanpentingnya ekskursi dalam email yang panjang, lebar dan dalam. Beliapun juga meninjau ke lokasi sebelum memberikan komentar, suatu teladan yang memang harus diikuti. PP IAGI-pun telah melakukan peninjauan lapangan tahun lalu. Bahkan akhir pekan ini akan ada lagi peninjauan lapangan yang dikoordinir oleh FGMI. Tentunya kesempatan ini jangan dilewatkan begitu saja. Diskusi yang baik dalam mainstream science semestinya data yang diamati sama, kalau ingin menolak interpretasi semen purba ya mestinya melihat sayatan batuannya (thin section), atau bahkan membuat studi tandingan dengan uji karbon dating sendiri, serta GPR sendiri. Memang ada kalanya ketika sebuah publikasi akan disanggah datanya semestinya dilampirkan secara terbuka. Namun sayangnya hingga kini Tim Mandiri inipun belum membuat publikasi untuk kebutuhan ilmiahnya akademis. Permintaan data ke Tim Mandiri inipun malah menjadi rancu. Mungkin ini masuk kategori Science Journalism yang disinggung pak ADB sebagai cara baru mengkomunikasikan sebuah penemuan. Sehingga, kalau kita lihat dalam mainstream keilmuan, sangah-menyanggah yg terjadi saat ini juga sebenernya bukan sebuah sanggahan saintifik akademis. (mohon saya dikoreksi kalau keliru). Disini berbeda statusnya dengan kontroversi yg sampai tahap lanjut dalam kasus Lusi yang sudah menghasilkan berpuluh-puluh naskah akademis (paper ilmiah) yg dipublikasikan secara terbuka. Saya dengar peserta eksursi FGMI akhir pekan besok sudah cukup banyak bahkan harus pesan satu bus tambahan. Ini menunjukkan animo geolog pada masalah ini memang sangat tinggi. Lihat data primer yang paling memungkinkan sebelum berdiskusi Salam nyaintifik. RDP
Re: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang.
Good point Pak Ketum, jalan terus! OH ya Kompas hari ini memuat lagi berita penelitian G Padang dihentikan sementara. YSY 2013/5/6 bandon...@gmail.com ** Bbrp hari lalu, aku ketemu prof YZaim, ternyata dia mengikuti milis Iagi ttg gn padang. Mnrt aku, beliau terbuka kok kalau diminta bicara ttg gn padang. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Mon, 6 May 2013 07:52:08 +0700 *To: *IAGIiagi-net@iagi.or.id; economicgeology economicgeol...@yahoogroups.com; geosaintist...@googlegroups.com *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *[iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Dear All IAGI-ers, Sabtu siang kemarin saya bertemu Pak Junus Ketua Umum IAAI di Chitos, saya sendiri dan beliau juga sendiri saja, empat mata. Sehingga saya tidak dapat hadir diacara FGMI MGEI di hari yg sama. Kami ngobrol santai sampai hampir 2 jam tentang issue Gunung Padang. Dan kami saling mengemukakan pandangan organisasi pada issue yang sedang berkembang ini. Beliau mengemukakan kekhawatiran kalau issue ini berkembang lanjut akan mempengaruhi profesi arkeologi secara umum. Saya mengerti concern beliau tentang hal ini. Saya juga mengemukakan bahwa dalam eksplorasi situs arkeologi ini, anggota IAGI atau geolog sebagai *supporting science*nya. Penggalian situs Arkeologi bukan ranah utamanya ahli geologi. Namun ilmu geologi sudah berinteraksi dengan arkeologi dalam hal ini. * Gunung Padang* Saya memberitahukan bahwa IAGI sebagai organisasi profesi sangat terbuka kepada semua anggotanya untuk berkreasi dan berkiprah dalam bidang apapun asalkan masih dalam koridor ilmiah akademis. Walaupun pada akhirnya ada perbedaan dan bahkan kontradiksi dalam hal interpretasi atau opini, IAGI tidak akan memihak salah satu. Justru dengan dua tiga hingga berapapun macam hasil interpretasinya akan menambah wawasan dan perkembangan berpendapat, dan IAGI tetap akan melindunginya sebagai hak mengemukakan pendapat, sekali lagi, asalkan semuanya kaidah keilmuannya tidak dilanggar. Saya memberikan contoh bagaimana IAGI saat ini berusaha tidak memberikan opini karena adanya perbedaan pendapat tentang Lusi yang juga ada pro-kontra diantara anggota IAGI. Pak Junus mengerti pendapat IAGI diatas, beliau juga sama dalam hal hak dan kebebasan berpendapat pada anggotanya ini. Tetapi beliau, sebagai arkeolog, dan kawan-kawan lainnya, sangat konsen dengan masa depan profesinya (ahli arkeologi) bila pengambilan kesimpulan yang menurut beliau sangat terburu-buru ini masuk dalam keputusan kepemerintahan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Saya rasa ini hal yang wajar kalau beliau sangat konsen. Beberapa aspek keilmuan dalam pengujian hipotesa arkeologi juga diceritakan termasuk bagaimana menjelaskan aspek *supporting socia (community, group, kelopon state dll)* ketika sebuah bangunan (konstruksi) yang sangat besar dibangun pada satu masa saja. Seberapa besarnya aspek sosial ini. Dalam pembangunan sebuah candi yg besar, memerlukan waktu, jumlah tenaga manusia yang besar, *food*, *shelter*, dll dimana didalamnya ada sebuah manajemen sosial yg tentunya juga masih harus dijawab sebelum memberikan sebuah kesimpulan final adanya bangunan besar dibawah situs, apalagi untuk melakukan sebuah excavasi atau penggalian penemuan yang baru. Salah satu diskusi lain yaitu tentang ijin, justifikasi serta otorita excavasi situs purbakala juga mengemuka tadi siang. Kalau misalnya ada satu penemuan situs candi di Jogja tentunya relatif mudah untuk melakukan justifikasi serta ijin excavasi, apalagi diatasnya tidak ada situs yg harus dilindungi. Namun untuk excavasi di G Padang tentunya harus ada banyak *reasons based on researches* yang perlu dilakukan sebelum melakukan excavasi besar-besaran. Beliau mengingatkan juga bahwa situs G Padang bukanlah satu-satunya situs megalith di Jawa Barat, namun merupakan situs Megalith terbesar di Asia. Jadi perlu perlindungan khusus. Penggalian dibawah situs purbakala ini memang sepertinya belum ada rujukan pastinya. (catatan: ini PR untuk institusi kepurbakalaan) Sebagai seorang PNS Penyidik, beliau mengkhawatirkan apabila nantinya mengarah pada penyidikan. Salah satu kasus yang beliau lakukan pada kasus pembongkaran Batutulis dahulu, yang merupakan salah satu dugaan (kemungkinan) adanya pelanggaran aturan yang berlaku. Sepertinya memang team mandiri ini harus bersabar sebelum melakukan pembuktian melalui excavasi dibawah Gunung Padang. Dan saya pribadi beberapa kali menyingung dengan menuliskan bahwa *sebuah penemuan besar itu sering tidak disadari oleh penemunya*. Jadi kalau ini nantinya menjadi sebuah penemuan besar ya waktulah yang membuktikan, seolah begitu. Yang penting ada* publikasi ilmiah yang akan menjadi catatan* dan rekaman sebuah penelitian ilmiah. Ini berkali-kali saya dorong ke semua Anggota IAGI
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: * Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga *Humans* (*Homo sapiens*) are primateshttp://en.wikipedia.org/wiki/Primate of the family Hominidae http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae, and the only extant http://en.wiktionary.org/wiki/extant species of the genus * Homo http://en.wikipedia.org/wiki/Homo*.[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [3] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 Humans are characterized by having a largehttp://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization brain http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain relative to body size, with a particularly well developed neocortexhttp://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex , prefrontal cortex http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex and temporal lobes http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe, making them capable of abstract reasoning http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning, languagehttp://en.wikipedia.org/wiki/Language , introspection http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection, problem solving http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving and culturehttp://en.wikipedia.org/wiki/Culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools http://en.wikipedia.org/wiki/Tool than any other species. Humans are the only extant species known to build fireshttp://en.wikipedia.org/wiki/Fire and cook their food http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking, as well as the only known species to clothe http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing themselves and create and use numerous other technologieshttp://en.wikipedia.org/wiki/Technology and arts http://en.wikipedia.org/wiki/Art. The scientific study of humans is the discipline of anthropologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology . Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structureshttp://en.wikipedia.org/wiki/Social_structure composed of many cooperating and
RE: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang.
Tidak benar berita Kompas itu. Koran Kompas aneh, biasanya beritanya teliti dan berimbang tapi untuk masalah ini kok sangat tendensius ya. Ada faktor X mungkin. Tapi mudah-mudahan tidak pake conspiracy theorylah, ngeri. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:42 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Good point Pak Ketum, jalan terus! OH ya Kompas hari ini memuat lagi berita penelitian G Padang dihentikan sementara. YSY 2013/5/6 bandon...@gmail.com Bbrp hari lalu, aku ketemu prof YZaim, ternyata dia mengikuti milis Iagi ttg gn padang. Mnrt aku, beliau terbuka kok kalau diminta bicara ttg gn padang. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 07:52:08 +0700 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; economicgeologyeconomicgeol...@yahoogroups.com; geosaintist...@googlegroups.com ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Pertemuan 'empat mata' Ketua IAGI dan IAAI seputar Gunung Padang. Dear All IAGI-ers, Sabtu siang kemarin saya bertemu Pak Junus Ketua Umum IAAI di Chitos, saya sendiri dan beliau juga sendiri saja, empat mata. Sehingga saya tidak dapat hadir diacara FGMI MGEI di hari yg sama. Kami ngobrol santai sampai hampir 2 jam tentang issue Gunung Padang. Dan kami saling mengemukakan pandangan organisasi pada issue yang sedang berkembang ini. Beliau mengemukakan kekhawatiran kalau issue ini berkembang lanjut akan mempengaruhi profesi arkeologi secara umum. Saya mengerti concern beliau tentang hal ini. Saya juga mengemukakan bahwa dalam eksplorasi situs arkeologi ini, anggota IAGI atau geolog sebagai supporting sciencenya. Penggalian situs Arkeologi bukan ranah utamanya ahli geologi. Namun ilmu geologi sudah berinteraksi dengan arkeologi dalam hal ini. Gunung Padang Saya memberitahukan bahwa IAGI sebagai organisasi profesi sangat terbuka kepada semua anggotanya untuk berkreasi dan berkiprah dalam bidang apapun asalkan masih dalam koridor ilmiah akademis. Walaupun pada akhirnya ada perbedaan dan bahkan kontradiksi dalam hal interpretasi atau opini, IAGI tidak akan memihak salah satu. Justru dengan dua tiga hingga berapapun macam hasil interpretasinya akan menambah wawasan dan perkembangan berpendapat, dan IAGI tetap akan melindunginya sebagai hak mengemukakan pendapat, sekali lagi, asalkan semuanya kaidah keilmuannya tidak dilanggar. Saya memberikan contoh bagaimana IAGI saat ini berusaha tidak memberikan opini karena adanya perbedaan pendapat tentang Lusi yang juga ada pro-kontra diantara anggota IAGI. Pak Junus mengerti pendapat IAGI diatas, beliau juga sama dalam hal hak dan kebebasan berpendapat pada anggotanya ini. Tetapi beliau, sebagai arkeolog, dan kawan-kawan lainnya, sangat konsen dengan masa depan profesinya (ahli arkeologi) bila pengambilan kesimpulan yang menurut beliau sangat terburu-buru ini masuk dalam keputusan kepemerintahan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Saya rasa ini hal yang wajar kalau beliau sangat konsen. Beberapa aspek keilmuan dalam pengujian hipotesa arkeologi juga diceritakan termasuk bagaimana menjelaskan aspek supporting socia (community, group, kelopon state dll) ketika sebuah bangunan (konstruksi) yang sangat besar dibangun pada satu masa saja. Seberapa besarnya aspek sosial ini. Dalam pembangunan sebuah candi yg besar, memerlukan waktu, jumlah tenaga manusia yang besar, food, shelter, dll dimana didalamnya ada sebuah manajemen sosial yg tentunya juga masih harus dijawab sebelum memberikan sebuah kesimpulan final adanya bangunan besar dibawah situs, apalagi untuk melakukan sebuah excavasi atau penggalian penemuan yang baru. Salah satu diskusi lain yaitu tentang ijin, justifikasi serta otorita excavasi situs purbakala juga mengemuka tadi siang. Kalau misalnya ada satu penemuan situs candi di Jogja tentunya relatif mudah untuk melakukan justifikasi serta ijin excavasi, apalagi diatasnya tidak ada situs yg harus dilindungi. Namun untuk excavasi di G Padang tentunya harus ada banyak reasons based on researches yang perlu dilakukan sebelum melakukan excavasi besar-besaran. Beliau mengingatkan juga bahwa situs G Padang bukanlah satu-satunya situs megalith di Jawa Barat, namun merupakan situs Megalith terbesar di Asia. Jadi perlu perlindungan khusus. Penggalian dibawah situs purbakala ini memang sepertinya belum ada rujukan pastinya. (catatan: ini PR untuk institusi kepurbakalaan) Sebagai seorang PNS Penyidik, beliau mengkhawatirkan apabila nantinya mengarah pada penyidikan. Salah satu kasus yang beliau lakukan pada kasus pembongkaran Batutulis dahulu, yang merupakan salah satu dugaan (kemungkinan) adanya pelanggaran aturan yang berlaku. Sepertinya memang team mandiri ini harus bersabar sebelum melakukan pembuktian melalui excavasi dibawah Gunung Padang. Dan saya pribadi beberapa kali menyingung dengan
RE: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI _ From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are http://en.wikipedia.org/wiki/Primate primates of the family http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae Hominidae, and the only http://en.wiktionary.org/wiki/extant extant species of the genus http://en.wikipedia.org/wiki/Homo Homo. http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [2] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 [3] Humans are characterized by having a http://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization large http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain brain relative to body size, with a particularly well developed http://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex neocortex, http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex prefrontal cortex and http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe temporal lobes, making them capable of abstract http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning reasoning, http://en.wikipedia.org/wiki/Language language, http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection introspection, http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving problem solving and http://en.wikipedia.org/wiki/Culture culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of http://en.wikipedia.org/wiki/Tool tools than any other species. Humans are the only extant species known to build http://en.wikipedia.org/wiki/Fire firesand http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking cook their food, as well as the only known species to http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing clothe themselves and create and use numerous other http://en.wikipedia.org/wiki/Technology technologies and
[iagi-net] (OOT) Wawancara
#Wwncra-1. Apa itu geologist merdeka? Geologist yg tdk pernah diterima lamaran kerjanya u/jadi pegawe biasa di-mana2. #Wwncra-2. Knp sering ke lapangan? Karena sadar diri tdk mengerti dan kemauan besar untuk belajar (geologi) #Wwncra-3. Mengapa geologist ngurusi batu? Karena kayu sdh diurusi orang lain (orang kehutanan). #Wwncra-4. Bgmna hubungan sampeyan dg Lumpur Lapindo, Bakrie, Gunung Lumpur dan Gempa? Tidak selaras! #Wwncra-5. Spt apa nanti masa depan energi di Indonesia? Tak berenergi (loyo) #Wwncra-6. Kpn cadangan minyakbumi Indonesia akan nambah 10x? Ketika BBM sdh tdk lagi disubsidi #Wwncra-7. Kemana eksplorasi migas Indonesia se-hrs-nya diarahkan? Ke kesadaran para peneliti dasar geosains u/tdk hanyut di proyek2 ngurusi cadangan terbukti #Wwncra-8. Siapa yg cocok jadi Menteri Perminyakan kalau presidennya bang haji? Bang Samin (urusan minyak samin) #Wwncra-9. Knp org2 ribut soal Gn.Padang? Krn tabu org neliti pake duit sndiri yg duitnya bkn dr proyek yg bs dikorupsi #Wwncra-10. Knp cuma Danny yg muncul di milis IAGI? Kalau yg lain turun juga,diskusi bisa lngsng trhenti. Pdhl sensasinya ada di pameran posting2 inquiry. Makassar, ba'da subuh 7 Mei 2013 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Date: Tue, 7 May 2013 02:08:00 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI _ From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are http://en.wikipedia.org/wiki/Primate primates of the family http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae Hominidae, and the only
Re: [iagi-net] (OOT) Wawancara
Wawancara# 11: Mengapa ada di Makasar? Karena Makasar adalah Ujung Pandang, merdeka memandang masa depan Indonesia yang penuh harapan namun banyak korak. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 21:35:38 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] (OOT) Wawancara #Wwncra-1. Apa itu geologist merdeka? Geologist yg tdk pernah diterima lamaran kerjanya u/jadi pegawe biasa di-mana2. #Wwncra-2. Knp sering ke lapangan? Karena sadar diri tdk mengerti dan kemauan besar untuk belajar (geologi) #Wwncra-3. Mengapa geologist ngurusi batu? Karena kayu sdh diurusi orang lain (orang kehutanan). #Wwncra-4. Bgmna hubungan sampeyan dg Lumpur Lapindo, Bakrie, Gunung Lumpur dan Gempa? Tidak selaras! #Wwncra-5. Spt apa nanti masa depan energi di Indonesia? Tak berenergi (loyo) #Wwncra-6. Kpn cadangan minyakbumi Indonesia akan nambah 10x? Ketika BBM sdh tdk lagi disubsidi #Wwncra-7. Kemana eksplorasi migas Indonesia se-hrs-nya diarahkan? Ke kesadaran para peneliti dasar geosains u/tdk hanyut di proyek2 ngurusi cadangan terbukti #Wwncra-8. Siapa yg cocok jadi Menteri Perminyakan kalau presidennya bang haji? Bang Samin (urusan minyak samin) #Wwncra-9. Knp org2 ribut soal Gn.Padang? Krn tabu org neliti pake duit sndiri yg duitnya bkn dr proyek yg bs dikorupsi #Wwncra-10. Knp cuma Danny yg muncul di milis IAGI? Kalau yg lain turun juga,diskusi bisa lngsng trhenti. Pdhl sensasinya ada di pameran posting2 inquiry. Makassar, ba'da subuh 7 Mei 2013 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Date: Tue, 7 May 2013 02:08:00 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI _ From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May
Re: [iagi-net] (OOT) Wawancara
Wawancara #12: kenapa kok kelihatannya mutung? Ngga mutung. Cuma lagi sebel... On May 7, 2013 4:40 AM, aluthfi...@gmail.com wrote: Wawancara# 11: Mengapa ada di Makasar? Karena Makasar adalah Ujung Pandang, merdeka memandang masa depan Indonesia yang penuh harapan namun banyak korak. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- *From: * abacht...@cbn.net.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Mon, 6 May 2013 21:35:38 + *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *[iagi-net] (OOT) Wawancara #Wwncra-1. Apa itu geologist merdeka? Geologist yg tdk pernah diterima lamaran kerjanya u/jadi pegawe biasa di-mana2. #Wwncra-2. Knp sering ke lapangan? Karena sadar diri tdk mengerti dan kemauan besar untuk belajar (geologi) #Wwncra-3. Mengapa geologist ngurusi batu? Karena kayu sdh diurusi orang lain (orang kehutanan). #Wwncra-4. Bgmna hubungan sampeyan dg Lumpur Lapindo, Bakrie, Gunung Lumpur dan Gempa? Tidak selaras! #Wwncra-5. Spt apa nanti masa depan energi di Indonesia? Tak berenergi (loyo) #Wwncra-6. Kpn cadangan minyakbumi Indonesia akan nambah 10x? Ketika BBM sdh tdk lagi disubsidi #Wwncra-7. Kemana eksplorasi migas Indonesia se-hrs-nya diarahkan? Ke kesadaran para peneliti dasar geosains u/tdk hanyut di proyek2 ngurusi cadangan terbukti #Wwncra-8. Siapa yg cocok jadi Menteri Perminyakan kalau presidennya bang haji? Bang Samin (urusan minyak samin) #Wwncra-9. Knp org2 ribut soal Gn.Padang? Krn tabu org neliti pake duit sndiri yg duitnya bkn dr proyek yg bs dikorupsi #Wwncra-10. Knp cuma Danny yg muncul di milis IAGI? Kalau yg lain turun juga,diskusi bisa lngsng trhenti. Pdhl sensasinya ada di pameran posting2 inquiry. Makassar, ba'da subuh 7 Mei 2013 Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com *Date: *Tue, 7 May 2013 02:08:00 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *yustinus yuwono *Sent:* 07 Mei 2013 1:56 *To:* iagi-net *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY ** ** On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. ** ** Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. ** ** DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada
Re: [iagi-net] (OOT) Wawancara
Wawancara 13# Mengapa para peneliti tidak bahu membahu mengungkap misteri Gn Padang ? Karena lidah tak bertulang ! Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id Sender: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 7 May 2013 05:32:55 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] (OOT) Wawancara Wawancara #12: kenapa kok kelihatannya mutung? Ngga mutung. Cuma lagi sebel... On May 7, 2013 4:40 AM, aluthfi...@gmail.commailto:aluthfi...@gmail.com wrote: Wawancara# 11: Mengapa ada di Makasar? Karena Makasar adalah Ujung Pandang, merdeka memandang masa depan Indonesia yang penuh harapan namun banyak korak. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: abacht...@cbn.net.idmailto:abacht...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 21:35:38 + To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] (OOT) Wawancara #Wwncra-1. Apa itu geologist merdeka? Geologist yg tdk pernah diterima lamaran kerjanya u/jadi pegawe biasa di-mana2. #Wwncra-2. Knp sering ke lapangan? Karena sadar diri tdk mengerti dan kemauan besar untuk belajar (geologi) #Wwncra-3. Mengapa geologist ngurusi batu? Karena kayu sdh diurusi orang lain (orang kehutanan). #Wwncra-4. Bgmna hubungan sampeyan dg Lumpur Lapindo, Bakrie, Gunung Lumpur dan Gempa? Tidak selaras! #Wwncra-5. Spt apa nanti masa depan energi di Indonesia? Tak berenergi (loyo) #Wwncra-6. Kpn cadangan minyakbumi Indonesia akan nambah 10x? Ketika BBM sdh tdk lagi disubsidi #Wwncra-7. Kemana eksplorasi migas Indonesia se-hrs-nya diarahkan? Ke kesadaran para peneliti dasar geosains u/tdk hanyut di proyek2 ngurusi cadangan terbukti #Wwncra-8. Siapa yg cocok jadi Menteri Perminyakan kalau presidennya bang haji? Bang Samin (urusan minyak samin) #Wwncra-9. Knp org2 ribut soal Gn.Padang? Krn tabu org neliti pake duit sndiri yg duitnya bkn dr proyek yg bs dikorupsi #Wwncra-10. Knp cuma Danny yg muncul di milis IAGI? Kalau yg lain turun juga,diskusi bisa lngsng trhenti. Pdhl sensasinya ada di pameran posting2 inquiry. Makassar, ba'da subuh 7 Mei 2013 Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commailto:danny.hil...@gmail.com Date: Tue, 7 May 2013 02:08:00 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.commailto:danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI From: Ben Sapiie bsap...@geodin.netmailto:bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar
Re: [iagi-net] : ekskursi SITUS GUNUNG PADANG
Andang, itu pak Bambang Priadi, bertanya siapa yang dapayt dihubungi kalau mau ikutan ekskursi gn Padang, tapi berangkat dari bandung? Makasih. Sala bdn. Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net] : ekskursi SITUS GUNUNG PADANG
Pak utk kegiatan ekskursi g.padang fgmi-mgei. Dpt menghubungi Saudari Elok - fgmi : elok_ga...@yahoo.com Salam Bhaskara Aji FGMI Salam Bhaskara Aji / Koko -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 7 May 2013 01:40:25 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] : ekskursi SITUS GUNUNG PADANG Andang, itu pak Bambang Priadi, bertanya siapa yang dapayt dihubungi kalau mau ikutan ekskursi gn Padang, tapi berangkat dari bandung? Makasih. Sala bdn. Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) == Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA
Sangat menarik yang dikupas dalam buku Merchants of Doubt ini, yang dari uncertainty dimanfaatkan oleh kepentingan business dan politics. Di Indonesia jelas peristiwa Lumpur Lapindo, walaupun disini uncertainty-nya sangat-sangat kecil sekali, dimanfaatkan kepentingan business and politics Namun simak pula buku dari penulis science fiction terkenal Michael Creighton menulis buku State of Fear yang menyanggah bahwa climate change disebabkan carbon emmision (atau bahkan mungkin tidak mengakui adanya climate change sama sekali) bahkan sebaliknya dia bahwa seorang peneliti yang menemukan data yang tidak mendukung perubahan iklim, malah dalam publikasinya harus merubahnya, takut kalau dana researchnya dikebiri. Michael Creighton dapat penghargaan dari AAPG atas karangannya ini lho!, walaupun banyak anggota AAPG yang protes. AAPG suatu scientific society yg sangat bergengsi ini dikendalikan industri minyak seperti Exxon Mobil? Silahkan merenung, apakah science itu bisa netral dan objective? Wassalam RPK - Original Message - From: F. Hasan Sidi fhs...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 07, 2013 7:17 AM Subject: Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) == Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Renungan yang menarik dan kebetulan sedang membaca buku Merchants of Doubt yang banyak mengupas tentang ketidakpastian/uncertainty dalam sejarah science (dari hubungan kanker dengan rokok, teori lubang ozon, sampai perubahan iklim) yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan politik atau bisnis. Strategi yang dipergunakan berulang kali semenjak beberapa dekade silam selalu sama: mendiskreditkan science, mempublikasikan argumentasi lain yang acap kali tidak didukung oleh data yang seimbang, dan kemudian menghadirkan kerancuan di masyarakat luas. Sebagai contoh adalah usaha memerangi pembatasan rokok di awal 70-an dengan membuat kabur hipotesa bahwasanya kanker paru-paru disebabkan oleh tembakau. Dan bisa ditebak bahwasanya dunia industri terlibat dalam usaha membingungkan masyarakat ini (Phillip Morris dalam hal ini atau Exxon dalam kasus global warming). All scientific work is incomplete, whether it be observational or experimental. Celah ini lah yang dipergunakan untuk mengadu domba kalangan awam. Moga-moga saja modus ini tidak ada dalam kasus Gunung Padang. FHS 2013/5/6 Andang Bachtiar abacht...@cbn.net.id Membaca lampiran yang disertakan dalam posting-an Prof Koesoemadinata yang membahas tentang kontroversi Gunung Padang, saya terinspirasi untuk mengajak nikmati bersama (sharing) tulisan yang saya buat seminggu sebelumnya (28 April 2013) yang saya posting di facebook saya persis setelah munculnya Petisi Menghentikan Penelitian Gunung Padang. Mudah-mudahan inti dan semangat tulisan saya tersebut masih juga sejalan dengan apa yang ditulis Prof Koesoemadinata dan juga dapat mencerahkan khalayak komunitas geosains kita. Tulisan tersebut saya narasikan sebagai surat kepada Gesit - yang saat ini sedang menyelesaikan program graduate Science Journalism-nya di Canada - supaya dapat lebih nikmat mengalirdicerna, dan juga saya edit sedikit dari aslinya yang terpampang di dinding facebook saya, hanya sekedar untuk menambah penekanan pada maksud beberapa pernyataan yang ada di dalamnya. Silakan dinikmati dan diresapi. “SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) IN THE MAKING EXPLORER VERSUS MAINSTREAMER” (SURAT UNTUK GESIT DI KANADA) Gesit Mutiarta, coba browsing, kumpulkan, dan kemudian klippingkan pemberitaan ttg bencana (gempa, tsunami, letusan gn.api, banjir, tanah longsor, sampai ke meteor impact) yg terkait dg Andi Arief Dua Staff khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial Bencana, termasuk pemberitaan tentang Katastrofi Purba dan ramainya perang opini ttg riset Gn Padang (Petisi Arkenas dll) akhir2 ini. Perhatikan gaya komunikasi AA (Andi Arief): pernyataan2 yang dilontarkannya, prediksi2nya, warningnya, dan sejenisnya. Itu semua bisa jadi bahan telaahan fenomena baru: SCIENCE JOURNALISM yang skrg sdg kamu utak-atik di sana. Gaya komunikasi AA tsb menghadapkan sains langsung kepada masyarakat. Tidak lagi menyembunyikannya diam2 dan menunggu menggodoknya matang sebelum hasil akhirnya nanti dilemparkan ke masyarakat. Gaya tersebut mencoba menyuguhkan sains yang rumit menjadi sederhana untuk dicerna dan -yang terpenting- BERMANFAAT untuk masyarakat, bahkan ketika masih dalam fasa penelitian. Prediksi ttg masih akan munculnya mega-thrust di barat Sumbar/Bengkulu dalam waktu dekat, tentang Jakarta yang dpt sewaktu-waktu terimbas gempa dan tsunami dari Selat Sunda, mengingatkan gempa2 susulan setelah adanya gempa2 besar, banjir2, tanah longsor, aktifitas gunung berapi yang silih berganti di Indonesia, dsb dsb. Hal2 yg dulu pra-2009 (apalagi pra-2004) tabu untuk dibicarakan dan jarang dimuat di media massa terkait dg potensi2 bencana tersebut, makin kesini makin hampir tiap hari tersebar lewat social-media bahkan sampai ke media konvensional.
RE: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) == Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA
Merchants of Doubt karangannya siapa ya San? Parvita Siregar | Senior Geologist | AWE (NorthWest Natuna) Pte Ltd | AWE Limited P +62 21 2934 2934 | D ext 107 | F +62 21 780 3566 | M +62 811 996 616 | E mailto:parvita.sire...@awexplore.com -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of R.P.Koesoemadinata Sent: Tuesday, May 07, 2013 12:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) == Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Sangat menarik yang dikupas dalam buku Merchants of Doubt ini, yang dari uncertainty dimanfaatkan oleh kepentingan business dan politics. Di Indonesia jelas peristiwa Lumpur Lapindo, walaupun disini uncertainty-nya sangat-sangat kecil sekali, dimanfaatkan kepentingan business and politics Namun simak pula buku dari penulis science fiction terkenal Michael Creighton menulis buku State of Fear yang menyanggah bahwa climate change disebabkan carbon emmision (atau bahkan mungkin tidak mengakui adanya climate change sama sekali) bahkan sebaliknya dia bahwa seorang peneliti yang menemukan data yang tidak mendukung perubahan iklim, malah dalam publikasinya harus merubahnya, takut kalau dana researchnya dikebiri. Michael Creighton dapat penghargaan dari AAPG atas karangannya ini lho!, walaupun banyak anggota AAPG yang protes. AAPG suatu scientific society yg sangat bergengsi ini dikendalikan industri minyak seperti Exxon Mobil? Silahkan merenung, apakah science itu bisa netral dan objective? Wassalam RPK - Original Message - From: F. Hasan Sidi fhs...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 07, 2013 7:17 AM Subject: Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) == Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA Renungan yang menarik dan kebetulan sedang membaca buku Merchants of Doubt yang banyak mengupas tentang ketidakpastian/uncertainty dalam sejarah science (dari hubungan kanker dengan rokok, teori lubang ozon, sampai perubahan iklim) yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan politik atau bisnis. Strategi yang dipergunakan berulang kali semenjak beberapa dekade silam selalu sama: mendiskreditkan science, mempublikasikan argumentasi lain yang acap kali tidak didukung oleh data yang seimbang, dan kemudian menghadirkan kerancuan di masyarakat luas. Sebagai contoh adalah usaha memerangi pembatasan rokok di awal 70-an dengan membuat kabur hipotesa bahwasanya kanker paru-paru disebabkan oleh tembakau. Dan bisa ditebak bahwasanya dunia industri terlibat dalam usaha membingungkan masyarakat ini (Phillip Morris dalam hal ini atau Exxon dalam kasus global warming). All scientific work is incomplete, whether it be observational or experimental. Celah ini lah yang dipergunakan untuk mengadu domba kalangan awam. Moga-moga saja modus ini tidak ada dalam kasus Gunung Padang. FHS 2013/5/6 Andang Bachtiar abacht...@cbn.net.id Membaca lampiran yang disertakan dalam posting-an Prof Koesoemadinata yang membahas tentang kontroversi Gunung Padang, saya terinspirasi untuk mengajak nikmati bersama (sharing) tulisan yang saya buat seminggu sebelumnya (28 April 2013) yang saya posting di facebook saya persis setelah munculnya Petisi Menghentikan Penelitian Gunung Padang. Mudah-mudahan inti dan semangat tulisan saya tersebut masih juga sejalan dengan apa yang ditulis Prof Koesoemadinata dan juga dapat mencerahkan khalayak komunitas geosains kita. Tulisan tersebut saya narasikan sebagai surat kepada Gesit - yang saat ini sedang menyelesaikan program graduate Science Journalism-nya di Canada - supaya dapat lebih nikmat mengalirdicerna, dan juga saya edit sedikit dari aslinya yang terpampang di dinding facebook saya, hanya sekedar untuk menambah penekanan pada maksud beberapa pernyataan yang ada di dalamnya. Silakan dinikmati dan diresapi. SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) IN THE MAKING EXPLORER VERSUS MAINSTREAMER (SURAT UNTUK GESIT DI KANADA) Gesit Mutiarta, coba browsing, kumpulkan, dan kemudian klippingkan pemberitaan ttg bencana (gempa, tsunami, letusan gn.api, banjir, tanah longsor, sampai ke meteor impact) yg terkait dg Andi Arief Dua Staff khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial Bencana, termasuk pemberitaan tentang Katastrofi Purba dan ramainya perang opini ttg riset Gn Padang (Petisi Arkenas dll) akhir2 ini. Perhatikan gaya komunikasi AA (Andi Arief): pernyataan2 yang dilontarkannya, prediksi2nya, warningnya, dan sejenisnya. Itu semua bisa jadi bahan telaahan fenomena baru: SCIENCE JOURNALISM yang skrg sdg kamu utak-atik di sana. Gaya komunikasi AA tsb menghadapkan sains langsung kepada masyarakat. Tidak lagi menyembunyikannya diam2 dan menunggu menggodoknya matang sebelum hasil akhirnya nanti dilemparkan ke masyarakat. Gaya tersebut mencoba menyuguhkan sains yang rumit menjadi sederhana untuk dicerna dan -yang terpenting- BERMANFAAT untuk