RE: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-18 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Iman,
 
Biasanya bila kandungan gas H2S pada suatu lapangan tinggi, dari awal pun sudah 
terbaca melalui hasil DST-nya. Belum lama ini sebuah perusahaan melakukan 
re-test untu memastikan apakah benar H2S di areanya tinggi sebab data lama 
menunjukkan kandungan H2S yang tinggi. Bila benar tinggi, kan akan butuh 
fasilitas2 tambahan yang khusus atau paling tidak semua fasprodnya disiapkan 
yang antikarat.
 
Saya belum pernah mendengar ada lapangan yang biasa2 saja semula lalu setelah 
sekian lama diproduksikan tiba2 gas H2S-nya muncul dan tinggi. Bila ada 
kejadian begitu, saya pikir penanganannya harus dicek dulu apakah gejala itu 
sesaat atau permanen. Bila permanen, tentu akan memerlukan penanganan khusus 
dalam pemakaian fasprod-nya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 12/4/10, RM Iman Argakoesoemah 
 menulis:


Dari: RM Iman Argakoesoemah 
Judul: RE: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" 
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Senin, 12 April, 2010, 8:09 AM


Apakah ada lapangan minyak yang mengalami pemunculan H2S secara "tiba-tiba" 
padahal sebelumnya tidak terlihat adanya H2S dari gas analysis-nya (misal pd 
analisa gas hasil DST di sumur eksplorasi). Kalau ya, bagaimana treatment-nya?

Thanks. Iman

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Sunday, April 11, 2010 12:14 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S

Yusak,

Seperti gas non-HC lainnya, sumber H2S bisa organik atau anorganik, yaitu  :

- reduksi sulfat oleh bakteri khususnya pada reservoir bertemperatur rendah (< 
80 C)
- pada saat terjadi thermal cracking dari minyak menjadi gas, khususnya untuk 
minyak yang sources-nya marine carbonate (di Indonesia Timur ada),
- gas souring (pengasaman gas) di reservoir karbonat dan evaporit yang 
temperaturnya panas (khsusnya reservoir di tempat dalam) melalui reaksi antara 
methane dengan gypsum.
Untuk menentukan yang mana tepatnya dari ketiga kemungkinan itu, sampel gas H2S 
dari suatu lapangan harus dianalisis rasio isotop sulfur-32 dan sulfur-34. H2S 
itu toxic dan beracun, jadi kehadirannya dan kadarnya harus sangat diwaspadai.
salam,
Awang



--- Pada Sab, 10/4/10, batu gamping  menulis:


Dari: batu gamping 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 9:34 AM


Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S.

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang 
bisa di share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
> "Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas
> produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan
> ConocoPhillips.
>
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi
> (menarik untuk dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu
> lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : organik dan
> anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin
> dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka). Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat
> tinggi atas breakdown kerogen dan temperatur reservoir
> tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa dibedakan
> dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>
> Asal CO2 pun bisa berasal 

Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-18 Terurut Topik Awang Satyana
Fendy,
 
1. Saya tak tahu apakah pernah dilakukan percobaan aktivitas bakteri mereduksi 
sulfat dalam hal menghasilkan sulfur. Percobaan aktivitas bakteri yang pernah 
dilakukan adalah dalam hal mendegradasi minyak (biodegradasi).Jobson et 
al.(1972) pernah menginkubasi sejumlah bakteri pada minyak dari Saskatchewan 
Kanada untuk melihat berapa lama terjadi biodegradasi dari minyak segar menjadi 
minyak yang terbiodegradasi parah. Tidak lama waktu yang dibutuhkannya, yaitu 
hanya tiga minggu minyak yang semula segar (nonbiodegraded) menjadi heavily 
biodegraded. Lingkungan temperatur reservoir < 80 C diperlukan.
 
2. Setahu saya hanyalah isotop S-34 yang selama ini digunakan untuk mengetahui 
asal gas H2S dari suatu lapangan minyak. Komposisi isotop marine evaporitic 
sulfat akan punya isotop S34 + 22 per mile. Sulfur asal biogenik akan jauh 
lebih ringan daripada itu (menuju negatif), sedangkan sulfur asal anorganik 
(interaksi termal minyak dengan sulfat) akan mendekati +22 per mile. Tetapi 
interpretasi asal H2S menggunakan isotop S34 tak mudah sebab ada lapangan2 
minyak yang dari semula mengandung elemental sulfur yang cukup tinggi (misalnya 
yang source-nya marine carbonates). Fraksionasi spesies sulfur di minyak dan 
menganalisisnya secara terpisah mestinya dapat mengatasi hal ini.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 12/4/10, fendy.kusdiant...@geologist.com 
 menulis:


Dari: fendy.kusdiant...@geologist.com 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 12 April, 2010, 7:01 AM



Salam kenal untuk semuanya, perkenalkan saya fendy alumni geologi UGM 2003.
Pak Awang,
Saya tertarik dengan gas H2S ini, saya ada beberapa pertanyaan:
1. seberapa cepat bakteri menghasilkan gas H2S yang tinggi (>50 ppm)?, apakah 
bisa kurang dari 10 tahun? dan apakah sudah ada studi mengenai pengaruh 
lingkungan (reservoir) dan jumlah nutrisi bagi bakteri ini untuk menghasilkan 
H2S?
2. Apakah ada metode lain selain isotop sulfur-32 dan sulfur-34 untuk 
mendeteksi asal muasal gas H2S sehingga reservoir bisa kita perlakukan lebih 
baik lagi.

terima kasih  untuk penjelasannya.

Fendy






-Original Message-
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad ; Forum HAGI ; 
Eksplorasi BPMIGAS 
Sent: Sun, Apr 11, 2010 12:13 am
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S


Yusak,

Seperti gas non-HC lainnya, sumber H2S bisa organik atau anorganik, yaitu  : 

- reduksi sulfat oleh bakteri khususnya pada reservoir bertemperatur rendah (< 
80 C)
- pada saat terjadi thermal cracking dari minyak menjadi gas, khususnya untuk 
minyak yang sources-nya marine carbonate (di Indonesia Timur ada), 
- gas souring (pengasaman gas) di reservoir karbonat dan evaporit yang 
temperaturnya panas (khsusnya reservoir di tempat dalam) melalui reaksi 
antara methane dengan gypsum.
Untuk menentukan yang mana tepatnya dari ketiga kemungkinan itu, sampel gas H2S 
dari suatu lapangan harus dianalisis rasio isotop sulfur-32 dan sulfur-34. H2S 
itu toxic dan beracun, jadi kehadirannya dan kadarnya harus sangat diwaspadai.
salam,
Awang



--- Pada Sab, 10/4/10, batu gamping  menulis:


Dari: batu gamping 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 9:34 AM


Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S. 

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah 
satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana 
yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang bisa di 
share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>  
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>  
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera 

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-12 Terurut Topik Irfan Yuliandri
Terima Kasih Pak Awang dan bapak-bapak lainnya atas penjelasannya. 

Salam,
Irfan

--- On Mon, 4/12/10, yanto R.Sumantri  wrote:

From: yanto R.Sumantri 
Subject: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
To: "iagi-net" 
Date: Monday, April 12, 2010, 3:16 AM



    Pak Taufik

    Agak
"mengejutkan "  saya , kalau CO2 60 70 % masih dikembangkan
?
    Berapa besar  cadangan totalnya ?
   Apakah Petronas dan PTT sudah mempunai teknologi murah
untuk CO2 removal ?

  
 Secara teorotis sih sebenarnya
banyak teknologi yang sudah ada ,
hanya operasionalmya
sangat  mahal.
  
  Irfan , kalau tidak salah ada
studi kecil mengenai ini yang "memprkirakan" kandungan N2 dan CO
2 ini diakibatkan le aktifitas vulkanisme  Hanay sayangnya studi ini
menurut saya kurang komprehensif dari segi analisis  yang mereka
lakukan.

Si Abah.

   Si Abah.

> Pak Taufik,
>  
> Tentang cut off CO2 untuk
layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya
> ditentukan oleh
keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih,
> akan
dikembangkan bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas
>
superraksasa Natuna D Alpha yang contingent resources-nya (post-drill)
> mendekati 50 TCFG (setelah dipotong 75 % CO2) akan mulai
>
dikembangkan sebab tentu akan tetap
 ekonomis meskipun CO2-nya 75
%.
> Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani CO2 memang
perlu diadakan,
> tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap
ekonomis.
>  
> Berbeda halnya dengan contingent
resources (post-drill) penemuan gas di
> Rembang-Blora
(Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok
>
sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %.
Jadi
> tak ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya
dikembalikan.
> Beberapa penemuan lainnya di area sekitar Jambi
dengan kadar CO2 tinggi
> masih menunggu untuk dikembangkan sebab
saat ini keekonomiannya belum
> baik.
>  
>
salam,
> Awang
> 
> --- Pada Jum, 9/4/10, OK
Taufik  menulis:
> 
>
 
> Dari: OK Taufik 
> Judul: Re:
[iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM
> 
> 
> Pak Awang,
> Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep
thailand) berani mengembangkan
> lapangan gas dengan kadar CO2
antara 60-70% di Offshore
> Shongkla-Thailand?,
> seberapa
besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di
kembangkan,
> sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke
negara?..apa ada
> pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran
CO2 yang tinggi ini?.
> 
> Ok Taufik
> 
>
2010/4/9 Awang Satyana 
> 
>> Irfan,
>>
>> Selamat bergabung di milis
IAGI.
>>
>> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry
termasuk sebagai non-hydrocarbon
>> gases,
>> yaitu
gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
>> propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat
memotong
>> reserve
>> HC gas dan menyebabkan
problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
>> jelas akan
mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
>>
terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
>> sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve
HC
>> gasnya
>> tinggal 53 TCFG (kebetulan saja
masih besar sekali). Banyak Wilayah
>> Kerja
>>
dikembalikan ke Pemerintah
 karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
>> kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex
Lundin.
>> Banyak
>> lapangan gas dengan CO2 tinggi
terkendala segera diproduksikan akibat
>> fasilitas produksinya
belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
>> lapangan gas
CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
>>
>> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik
untuk
>> dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan
gas berasosiasi
>> dengan
>> dua sumber : organik
dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan
>> magmatic
>> origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere
(kasus
>> langka).
>> Yang organik berhubungan
dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
>> kerogen dan
temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas
 nitrogen
>>
berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen
>> disertai
>> analisis geologi.
>>
>> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik.
Organik
>> bisa
>> berasal dari dua sumber :
fermentasi bakteri dan oksidasi selama
>> diagenesis
>> kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik
melalui proses
>> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga
bisa berasal dari dua sumber
>> :
>> degradasi
termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan
>>
sumber
>> magmatic origin atau vo

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-11 Terurut Topik yanto R.Sumantri


    Pak Taufik

    Agak
"mengejutkan "  saya , kalau CO2 60 70 % masih dikembangkan
?
    Berapa besar  cadangan totalnya ?
   Apakah Petronas dan PTT sudah mempunai teknologi murah
untuk CO2 removal ?

   Secara teorotis sih sebenarnya
banyak teknologi yang sudah ada ,
hanya operasionalmya
sangat  mahal.
  
  Irfan , kalau tidak salah ada
studi kecil mengenai ini yang "memprkirakan" kandungan N2 dan CO
2 ini diakibatkan le aktifitas vulkanisme  Hanay sayangnya studi ini
menurut saya kurang komprehensif dari segi analisis  yang mereka
lakukan.

Si Abah.

   Si Abah.

> Pak Taufik,
>  
> Tentang cut off CO2 untuk
layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya
> ditentukan oleh
keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih,
> akan
dikembangkan bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas
>
superraksasa Natuna D Alpha yang contingent resources-nya (post-drill)
> mendekati 50 TCFG (setelah dipotong 75 % CO2) akan mulai
>
dikembangkan sebab tentu akan tetap ekonomis meskipun CO2-nya 75
%.
> Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani CO2 memang
perlu diadakan,
> tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap
ekonomis.
>  
> Berbeda halnya dengan contingent
resources (post-drill) penemuan gas di
> Rembang-Blora
(Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok
>
sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %.
Jadi
> tak ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya
dikembalikan.
> Beberapa penemuan lainnya di area sekitar Jambi
dengan kadar CO2 tinggi
> masih menunggu untuk dikembangkan sebab
saat ini keekonomiannya belum
> baik.
>  
>
salam,
> Awang
> 
> --- Pada Jum, 9/4/10, OK
Taufik  menulis:
> 
> 
> Dari: OK Taufik 
> Judul: Re:
[iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM
> 
> 
> Pak Awang,
> Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep
thailand) berani mengembangkan
> lapangan gas dengan kadar CO2
antara 60-70% di Offshore
> Shongkla-Thailand?,
> seberapa
besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di
kembangkan,
> sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke
negara?..apa ada
> pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran
CO2 yang tinggi ini?.
> 
> Ok Taufik
> 
>
2010/4/9 Awang Satyana 
> 
>> Irfan,
>>
>> Selamat bergabung di milis
IAGI.
>>
>> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry
termasuk sebagai non-hydrocarbon
>> gases,
>> yaitu
gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
>> propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat
memotong
>> reserve
>> HC gas dan menyebabkan
problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
>> jelas akan
mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
>>
terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
>> sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve
HC
>> gasnya
>> tinggal 53 TCFG (kebetulan saja
masih besar sekali). Banyak Wilayah
>> Kerja
>>
dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
>> kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex
Lundin.
>> Banyak
>> lapangan gas dengan CO2 tinggi
terkendala segera diproduksikan akibat
>> fasilitas produksinya
belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
>> lapangan gas
CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
>>
>> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik
untuk
>> dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan
gas berasosiasi
>> dengan
>> dua sumber : organik
dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan
>> magmatic
>> origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere
(kasus
>> langka).
>> Yang organik berhubungan
dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
>> kerogen dan
temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
>>
berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen
>> disertai
>> analisis geologi.
>>
>> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik.
Organik
>> bisa
>> berasal dari dua sumber :
fermentasi bakteri dan oksidasi selama
>> diagenesis
>> kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik
melalui proses
>> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga
bisa berasal dari dua sumber
>> :
>> degradasi
termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan
>>
sumber
>> magmatic origin atau volkanik (mantle degassing).
>>
>> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai
sumber penyebab
>> degradasi
>> termal (termasuk
magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak
>>
karbonat dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan

RE: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-11 Terurut Topik RM Iman Argakoesoemah
Apakah ada lapangan minyak yang mengalami pemunculan H2S secara "tiba-tiba" 
padahal sebelumnya tidak terlihat adanya H2S dari gas analysis-nya (misal pd 
analisa gas hasil DST di sumur eksplorasi). Kalau ya, bagaimana treatment-nya?

Thanks. Iman

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Sunday, April 11, 2010 12:14 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S

Yusak,

Seperti gas non-HC lainnya, sumber H2S bisa organik atau anorganik, yaitu  :

- reduksi sulfat oleh bakteri khususnya pada reservoir bertemperatur rendah (< 
80 C)
- pada saat terjadi thermal cracking dari minyak menjadi gas, khususnya untuk 
minyak yang sources-nya marine carbonate (di Indonesia Timur ada),
- gas souring (pengasaman gas) di reservoir karbonat dan evaporit yang 
temperaturnya panas (khsusnya reservoir di tempat dalam) melalui reaksi antara 
methane dengan gypsum.
Untuk menentukan yang mana tepatnya dari ketiga kemungkinan itu, sampel gas H2S 
dari suatu lapangan harus dianalisis rasio isotop sulfur-32 dan sulfur-34. H2S 
itu toxic dan beracun, jadi kehadirannya dan kadarnya harus sangat diwaspadai.
salam,
Awang



--- Pada Sab, 10/4/10, batu gamping  menulis:


Dari: batu gamping 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 9:34 AM


Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S.

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang 
bisa di share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
> "Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas
> produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan
> ConocoPhillips.
>
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi
> (menarik untuk dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu
> lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : organik dan
> anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin
> dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka). Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat
> tinggi atas breakdown kerogen dan temperatur reservoir
> tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa dibedakan
> dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan
> anorganik. Organik bisa berasal dari dua sumber : fermentasi
> bakteri dan oksidasi selama diagenesis kerogen (pematangan
> tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari
> dua sumber : degradasi termal karbonat yang terpanaskan di
> overmature window, dan sumber magmatic origin atau volkanik
> (mantle degassing).
>
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber
> penyebab degradasi termal (termasuk magmatic origin). Kapan
> intrusi dike dan sill merusak karbonat dan menjadi sumber
> CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di sekitarnya harus
> dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap di
> lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi
> tua atas karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan
> menyebabkan efek apa2 atas pencemaran CO2. Tetapi, intrusi
> yang terjadi setelah pemerangkapan, itu berbahaya. Demikian
> juga dengan volkanisme.
>
> Asal CO2 pun bisa diinterpre

Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-11 Terurut Topik fendy . kusdiantoro

 Salam kenal untuk semuanya, perkenalkan saya fendy alumni geologi UGM 2003.
Pak Awang,
Saya tertarik dengan gas H2S ini, saya ada beberapa pertanyaan:
1. seberapa cepat bakteri menghasilkan gas H2S yang tinggi (>50 ppm)?, apakah 
bisa kurang dari 10 tahun? dan apakah sudah ada studi mengenai pengaruh 
lingkungan (reservoir) dan jumlah nutrisi bagi bakteri ini untuk menghasilkan 
H2S?
2. Apakah ada metode lain selain isotop sulfur-32 dan sulfur-34 untuk 
mendeteksi asal muasal gas H2S sehingga reservoir bisa kita perlakukan lebih 
baik lagi.

terima kasih  untuk penjelasannya.

Fendy


 

 

-Original Message-
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad ; Forum HAGI ; 
Eksplorasi BPMIGAS 
Sent: Sun, Apr 11, 2010 12:13 am
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S


Yusak,
 
Seperti gas non-HC lainnya, sumber H2S bisa organik atau anorganik, yaitu  : 
 
- reduksi sulfat oleh bakteri khususnya pada reservoir bertemperatur rendah (< 
80 C)
- pada saat terjadi thermal cracking dari minyak menjadi gas, khususnya untuk 
minyak yang sources-nya marine carbonate (di Indonesia Timur ada), 
- gas souring (pengasaman gas) di reservoir karbonat dan evaporit yang 
temperaturnya panas (khsusnya reservoir di tempat dalam) melalui reaksi 
antara methane dengan gypsum.
Untuk menentukan yang mana tepatnya dari ketiga kemungkinan itu, sampel gas H2S 
dari suatu lapangan harus dianalisis rasio isotop sulfur-32 dan sulfur-34. H2S 
itu toxic dan beracun, jadi kehadirannya dan kadarnya harus sangat diwaspadai.
salam,
Awang
 


--- Pada Sab, 10/4/10, batu gamping  menulis:


Dari: batu gamping 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 9:34 AM


Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S. 

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah 
satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana 
yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang bisa di 
share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>  
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>  
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas
> produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan
> ConocoPhillips.
>  
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi
> (menarik untuk dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu
> lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : organik dan
> anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin
> dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka). Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat
> tinggi atas breakdown kerogen dan temperatur reservoir
> tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa dibedakan
> dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>  
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan
> anorganik. Organik bisa berasal dari dua sumber : fermentasi
> bakteri dan oksidasi selama diagenesis kerogen (pematangan
> tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari
> dua sumber : degradasi termal karbonat yang terpanaskan di
> overmature window, dan sumber magmatic origin atau volkanik
> (mantle degassing). 
>  
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber
> penyebab degradasi termal (termasuk magmatic origin). Kapan
> intrusi dike dan sill merusak karbonat dan menjadi sumber
> CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di sekitarnya harus
> dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap di

Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-10 Terurut Topik Awang Satyana
Yusak,
 
Seperti gas non-HC lainnya, sumber H2S bisa organik atau anorganik, yaitu  : 
 
- reduksi sulfat oleh bakteri khususnya pada reservoir bertemperatur rendah (< 
80 C)
- pada saat terjadi thermal cracking dari minyak menjadi gas, khususnya untuk 
minyak yang sources-nya marine carbonate (di Indonesia Timur ada), 
- gas souring (pengasaman gas) di reservoir karbonat dan evaporit yang 
temperaturnya panas (khsusnya reservoir di tempat dalam) melalui reaksi 
antara methane dengan gypsum.
Untuk menentukan yang mana tepatnya dari ketiga kemungkinan itu, sampel gas H2S 
dari suatu lapangan harus dianalisis rasio isotop sulfur-32 dan sulfur-34. H2S 
itu toxic dan beracun, jadi kehadirannya dan kadarnya harus sangat diwaspadai.
salam,
Awang
 


--- Pada Sab, 10/4/10, batu gamping  menulis:


Dari: batu gamping 
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2-->H2 S
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 9:34 AM


Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S. 

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang 
bisa di share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
> "Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>  
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>  
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas
> produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan
> ConocoPhillips.
>  
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi
> (menarik untuk dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu
> lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : organik dan
> anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin
> dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka). Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat
> tinggi atas breakdown kerogen dan temperatur reservoir
> tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa dibedakan
> dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>  
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan
> anorganik. Organik bisa berasal dari dua sumber : fermentasi
> bakteri dan oksidasi selama diagenesis kerogen (pematangan
> tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari
> dua sumber : degradasi termal karbonat yang terpanaskan di
> overmature window, dan sumber magmatic origin atau volkanik
> (mantle degassing). 
>  
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber
> penyebab degradasi termal (termasuk magmatic origin). Kapan
> intrusi dike dan sill merusak karbonat dan menjadi sumber
> CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di sekitarnya harus
> dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap di
> lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi
> tua atas karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan
> menyebabkan efek apa2 atas pencemaran CO2. Tetapi, intrusi
> yang terjadi setelah pemerangkapan, itu berbahaya. Demikian
> juga dengan volkanisme.
>  
> Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop
> karbon, dibantu dengan isotop helium pada wilayah2 yang
> tumpang tindih dengan jalur volkanik dan magmatik. Isotop
> helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
>  
> Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data
> gas geochemistry yang lengkap dan analisis geologi yang
> tepat. Semakin tinggi temperatur reservoir, semakin besar
> kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila terjadi
> pencemaran olehnya.
>  
> 

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-10 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
Kan itu ada ketentuannya per Negara total inject ke udara (ada yang dibolehkan 
dibuang ke udara, tetapi sangat dibatasi) yang diatur oleh UNEP PBB, 
sebagian negara2 bertetangga malah bisa saling bertukar/"membeli"/berunding 
tentang modifikasi atas batas injeksi itu selama total di wilayah tersebut 
tetap sama.
 
Kalau untuk Natuna D Alpha jelas yang mengatur berapa yang diinjeksi ke udara 
dan yang di-reinjeksi ke bawah permukaan adalah Migas dan KLH tetapi mengikuti 
aturan2 internasional.
 
salam,
Awang

--- Pada Sab, 10/4/10, Rovicky Dwi Putrohari  menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari 
Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Forum HAGI" , "Geo Unpad" , 
"Eksplorasi BPMIGAS" 
Tanggal: Sabtu, 10 April, 2010, 11:51 PM


Pak Awang dkk
Berapa % CO2 yang boleh direlease (flared) ke angkasa ? Atau harus zero
(reinject) ?
Siapa yang menentukan angka % CO2 yg bebas direlease ke udara ini ?

Salam

2010/4/10 Awang Satyana 

> Pak Taufik,
>
> Tentang cut off CO2 untuk layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya
> ditentukan oleh keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih,
> akan dikembangkan bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas superraksasa
> Natuna D Alpha yang contingent resources-nya (post-drill) mendekati 50 TCFG
> (setelah dipotong 75 % CO2) akan mulai dikembangkan sebab tentu akan tetap
> ekonomis meskipun CO2-nya 75 %. Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani
> CO2 memang perlu diadakan, tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap
> ekonomis.
>
> Berbeda halnya dengan contingent resources (post-drill) penemuan gas di
> Rembang-Blora (Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok
> sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %. Jadi
> tak ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya dikembalikan. Beberapa
> penemuan lainnya di area sekitar Jambi dengan kadar CO2 tinggi masih
> menunggu untuk dikembangkan sebab saat ini keekonomiannya belum baik.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Jum, 9/4/10, OK Taufik  menulis:
>
>
> Dari: OK Taufik 
> Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM
>
>
> Pak Awang,
> Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep thailand) berani mengembangkan
> lapangan gas dengan kadar CO2 antara 60-70% di Offshore Shongkla-Thailand?,
> seberapa besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di kembangkan,
> sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke negara?..apa ada
> pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran CO2 yang tinggi ini?.
>
> Ok Taufik
>
> 2010/4/9 Awang Satyana 
>
> > Irfan,
> >
> > Selamat bergabung di milis IAGI.
> >
> > N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases,
> > yaitu gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
> > propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong
> reserve
> > HC gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
> > jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
> > terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
> > sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya
> > tinggal 53 TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja
> > dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
> > kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex Lundin.
> Banyak
> > lapangan gas dengan CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat
> > fasilitas produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> > lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
> >
> > Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk
> > dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi
> dengan
> > dua sumber : organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan
> magmatic
> > origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka).
> > Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
> > kerogen dan temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
> > berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen
> disertai
> > analisis geologi.
> >
> > Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa
> > berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama
> diagenesis
> > kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> > dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber :
> > degradasi termal karbonat yang te

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-10 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Pak Awang dkk
Berapa % CO2 yang boleh direlease (flared) ke angkasa ? Atau harus zero
(reinject) ?
Siapa yang menentukan angka % CO2 yg bebas direlease ke udara ini ?

Salam

2010/4/10 Awang Satyana 

> Pak Taufik,
>
> Tentang cut off CO2 untuk layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya
> ditentukan oleh keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih,
> akan dikembangkan bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas superraksasa
> Natuna D Alpha yang contingent resources-nya (post-drill) mendekati 50 TCFG
> (setelah dipotong 75 % CO2) akan mulai dikembangkan sebab tentu akan tetap
> ekonomis meskipun CO2-nya 75 %. Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani
> CO2 memang perlu diadakan, tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap
> ekonomis.
>
> Berbeda halnya dengan contingent resources (post-drill) penemuan gas di
> Rembang-Blora (Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok
> sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %. Jadi
> tak ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya dikembalikan. Beberapa
> penemuan lainnya di area sekitar Jambi dengan kadar CO2 tinggi masih
> menunggu untuk dikembangkan sebab saat ini keekonomiannya belum baik.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Jum, 9/4/10, OK Taufik  menulis:
>
>
> Dari: OK Taufik 
> Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM
>
>
> Pak Awang,
> Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep thailand) berani mengembangkan
> lapangan gas dengan kadar CO2 antara 60-70% di Offshore Shongkla-Thailand?,
> seberapa besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di kembangkan,
> sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke negara?..apa ada
> pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran CO2 yang tinggi ini?.
>
> Ok Taufik
>
> 2010/4/9 Awang Satyana 
>
> > Irfan,
> >
> > Selamat bergabung di milis IAGI.
> >
> > N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases,
> > yaitu gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
> > propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong
> reserve
> > HC gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
> > jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
> > terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
> > sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya
> > tinggal 53 TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja
> > dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
> > kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex Lundin.
> Banyak
> > lapangan gas dengan CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat
> > fasilitas produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> > lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
> >
> > Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk
> > dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi
> dengan
> > dua sumber : organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan
> magmatic
> > origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka).
> > Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
> > kerogen dan temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
> > berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen
> disertai
> > analisis geologi.
> >
> > Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa
> > berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama
> diagenesis
> > kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> > dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber :
> > degradasi termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan
> sumber
> > magmatic origin atau volkanik (mantle degassing).
> >
> > Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber penyebab
> degradasi
> > termal (termasuk magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak
> > karbonat dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di
> > sekitarnya harus dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan
> perangkap
> > di lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi tua atas
> > karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan menyebabkan efek apa2
> atas
> > pencemaran CO2. Tetapi, intrusi yang terjadi setelah pemerangkapan, itu
> > berbahaya. Demikian juga dengan volkanisme.
> >
> > Asal CO2 pun bisa diinterpretasi denga

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-10 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Taufik,
 
Tentang cut off CO2 untuk layak dikembangkan, saya pikir seluruhnya ditentukan 
oleh keekonomiannya. CO2 75 % di Indonesia pun, bahkan lebih, akan dikembangkan 
bila keekonomiannya tetap baik. Lapangan gas superraksasa Natuna D Alpha yang 
contingent resources-nya (post-drill) mendekati 50 TCFG (setelah dipotong 75 % 
CO2) akan mulai dikembangkan sebab tentu akan tetap ekonomis meskipun CO2-nya 
75 %. Fasilitas2 produksi tambahan untuk menangani CO2 memang perlu diadakan, 
tetapi semua sudah diperhitungkan dan tetap ekonomis. 
 
Berbeda halnya dengan contingent resources (post-drill) penemuan gas di 
Rembang-Blora (Lundin) atau di Titan-Bawean (BP) yang volumetriknya anjlok 
sampai belasan-beberapa puluh BCFG saja setelah dipotong CO2 60-90 %. Jadi tak 
ekonomis lagi bila dikembangkan, maka wilayahnya dikembalikan. Beberapa 
penemuan lainnya di area sekitar Jambi dengan kadar CO2 tinggi masih menunggu 
untuk dikembangkan sebab saat ini keekonomiannya belum baik.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 9/4/10, OK Taufik  menulis:


Dari: OK Taufik 
Judul: Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 8:02 PM


Pak Awang,
Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep thailand) berani mengembangkan
lapangan gas dengan kadar CO2 antara 60-70% di Offshore Shongkla-Thailand?,
seberapa besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di kembangkan,
sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke negara?..apa ada
pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran CO2 yang tinggi ini?.

Ok Taufik

2010/4/9 Awang Satyana 

> Irfan,
>
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases,
> yaitu gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
> propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve
> HC gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
> jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
> terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
> sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya
> tinggal 53 TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja
> dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
> kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak
> lapangan gas dengan CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat
> fasilitas produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
>
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk
> dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi dengan
> dua sumber : organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic
> origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus langka).
> Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
> kerogen dan temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
> berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa
> berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama diagenesis
> kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber :
> degradasi termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan sumber
> magmatic origin atau volkanik (mantle degassing).
>
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber penyebab degradasi
> termal (termasuk magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak
> karbonat dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di
> sekitarnya harus dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap
> di lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi tua atas
> karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan menyebabkan efek apa2 atas
> pencemaran CO2. Tetapi, intrusi yang terjadi setelah pemerangkapan, itu
> berbahaya. Demikian juga dengan volkanisme.
>
> Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop karbon, dibantu
> dengan isotop helium pada wilayah2 yang tumpang tindih dengan jalur volkanik
> dan magmatik. Isotop helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
>
> Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data gas geochemistry
> yang lengkap dan analisis geologi yang tepat. Semakin tinggi temperatur
> reservoir, semakin besar kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila
> terjadi pencemaran olehnya.
>
> Untuk informasi lebih lanjut, saya dkk. (Satyana et al., 2007, IPA
> Proceedings) telah menganalisis dan menginterpretasikan secara regional gas
> geochemistry Indonesia, termasuk gene

Re: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2------>H2 S

2010-04-09 Terurut Topik batu gamping
Pak Awang,

Agak melenceng dari subjek makanya saya ganti dengan subjek baru H2S. 

Saya sedang membaca baca tentang adanya kandungan H2S yang cukup tinggi di 
salah satu sumur di daerah kepala burung Papua. yang menjadi pertanyaan saya, 
darimana yah kira kiran H2 S tersebut berasal? Apakah pak Awang punya info yang 
bisa di share?

terimakasih

Yusak





--- On Fri, 4/9/10, Awang Satyana  wrote:

> From: Awang Satyana 
> Subject: Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" , "Forum HAGI" , 
> "Eksplorasi BPMIGAS" 
> Date: Friday, April 9, 2010, 7:47 PM
> Irfan,
>  
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>  
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai
> non-hydrocarbon gases, yaitu gas-gas yang tak berhubungan
> dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, butana).
> Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC
> gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll)
> sehingga jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan
> gas. Sebagai contoh terkenal adalah lapangan gas Natuna D
> alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi
> dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53
> TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah
> Kerja dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya
> tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya
> Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan
> CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas
> produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan
> ConocoPhillips.
>  
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi
> (menarik untuk dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu
> lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : organik dan
> anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin
> dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus
> langka). Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat
> tinggi atas breakdown kerogen dan temperatur reservoir
> tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa dibedakan
> dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>  
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan
> anorganik. Organik bisa berasal dari dua sumber : fermentasi
> bakteri dan oksidasi selama diagenesis kerogen (pematangan
> tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari
> dua sumber : degradasi termal karbonat yang terpanaskan di
> overmature window, dan sumber magmatic origin atau volkanik
> (mantle degassing). 
>  
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber
> penyebab degradasi termal (termasuk magmatic origin). Kapan
> intrusi dike dan sill merusak karbonat dan menjadi sumber
> CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di sekitarnya harus
> dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap di
> lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi
> tua atas karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan
> menyebabkan efek apa2 atas pencemaran CO2. Tetapi, intrusi
> yang terjadi setelah pemerangkapan, itu berbahaya. Demikian
> juga dengan volkanisme.
>  
> Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop
> karbon, dibantu dengan isotop helium pada wilayah2 yang
> tumpang tindih dengan jalur volkanik dan magmatik. Isotop
> helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
>  
> Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data
> gas geochemistry yang lengkap dan analisis geologi yang
> tepat. Semakin tinggi temperatur reservoir, semakin besar
> kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila terjadi
> pencemaran olehnya.
>  
> Untuk informasi lebih lanjut, saya dkk. (Satyana et al.,
> 2007, IPA Proceedings) telah menganalisis dan
> menginterpretasikan secara regional gas geochemistry
> Indonesia, termasuk genetic gas types HC dan nonHC gasnya.
>  
> salam,
> Awang
> 
> --- Pada Rab, 7/4/10, Irfan Yuliandri 
> menulis:
> 
> 
> Dari: Irfan Yuliandri 
> Judul: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 5:08 PM
> 
> 
> Bapak-bapak Yth.
> 
> Perkenalkan saya Irfan Yuliandri - new member di milis
> IAGI. Saya Alumni Teknik Geofisika ITB angk.2003.
> 
> Mau bertanya mengenai adanya kandungan nitrogen pada suatu
> sumur gas, biasanya kehadiran nitrogen tersebut disebabkan
> oleh apa ? Kebetulan kandungan nitrogennya lumayan banyak
> sekitar 20%, dan juga ada tambahan kandungan CO2 sebanyak
> 12%.
> 
> Pertanyaan berikutnya, apakah kehadiran dikes dan 

Re: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-09 Terurut Topik OK Taufik
Pak Awang,
Kenapa CPOC (konsorsium petronas-pptep thailand) berani mengembangkan
lapangan gas dengan kadar CO2 antara 60-70% di Offshore Shongkla-Thailand?,
seberapa besar cut off CO2 sehingga  gas field  tetap layak di kembangkan,
sementara di Indoensia 75% sdh dikembalikan balik ke negara?..apa ada
pertimbangan/faktor lainnya selain kehadiran CO2 yang tinggi ini?.

Ok Taufik

2010/4/9 Awang Satyana 

> Irfan,
>
> Selamat bergabung di milis IAGI.
>
> N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases,
> yaitu gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana,
> propana, butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve
> HC gas dan menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga
> jelas akan mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh
> terkenal adalah lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve
> sekitar 212 TCFG tetapi dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya
> tinggal 53 TCFG (kebetulan saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja
> dikembalikan ke Pemerintah karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat
> kandungan CO2 yang besar, misalnya Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak
> lapangan gas dengan CO2 tinggi terkendala segera diproduksikan akibat
> fasilitas produksinya belum ada (misalnya Natuna D alpha dan beberapa
> lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
>
> Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk
> dipelajari). Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi dengan
> dua sumber : organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic
> origin dan berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus langka).
> Yang organik berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown
> kerogen dan temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen
> berasal bisa dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai
> analisis geologi.
>
> Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa
> berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama diagenesis
> kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses
> dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber :
> degradasi termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan sumber
> magmatic origin atau volkanik (mantle degassing).
>
> Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber penyebab degradasi
> termal (termasuk magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak
> karbonat dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di
> sekitarnya harus dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap
> di lapangan itu, kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi tua atas
> karbonat sebelum terjadi pemerangkapan tak akan menyebabkan efek apa2 atas
> pencemaran CO2. Tetapi, intrusi yang terjadi setelah pemerangkapan, itu
> berbahaya. Demikian juga dengan volkanisme.
>
> Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop karbon, dibantu
> dengan isotop helium pada wilayah2 yang tumpang tindih dengan jalur volkanik
> dan magmatik. Isotop helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
>
> Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data gas geochemistry
> yang lengkap dan analisis geologi yang tepat. Semakin tinggi temperatur
> reservoir, semakin besar kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila
> terjadi pencemaran olehnya.
>
> Untuk informasi lebih lanjut, saya dkk. (Satyana et al., 2007, IPA
> Proceedings) telah menganalisis dan menginterpretasikan secara regional gas
> geochemistry Indonesia, termasuk genetic gas types HC dan nonHC gasnya.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Rab, 7/4/10, Irfan Yuliandri  menulis:
>
>
> Dari: Irfan Yuliandri 
> Judul: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 5:08 PM
>
>
> Bapak-bapak Yth.
>
> Perkenalkan saya Irfan Yuliandri - new member di milis IAGI. Saya Alumni
> Teknik Geofisika ITB angk.2003.
>
> Mau bertanya mengenai adanya kandungan nitrogen pada suatu sumur gas,
> biasanya kehadiran nitrogen tersebut disebabkan oleh apa ? Kebetulan
> kandungan nitrogennya lumayan banyak sekitar 20%, dan juga ada tambahan
> kandungan CO2 sebanyak 12%.
>
> Pertanyaan berikutnya, apakah kehadiran dikes dan sill dapat berkontribusi
> pada kontaminasi CO2 ?
>
> Terima Kasih. Mohon pencerahan Bapak-bapak sekalian.
>
> Salam,
> Irfan
>
>
>
>
>
> __
> Apakah Anda Yahoo!?
> Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
> spam
> http://id.mail.yahoo.com
>


Bls: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-09 Terurut Topik Awang Satyana
Irfan,
 
Selamat bergabung di milis IAGI.
 
N2 dan CO2 dalam gas geochemistry termasuk sebagai non-hydrocarbon gases, yaitu 
gas-gas yang tak berhubungan dengan hidrokarbon (metana, etana, propana, 
butana). Kehadirannya tak diinginkan sebab dapat memotong reserve HC gas dan 
menyebabkan problem produksi (korosif, beracun, dll) sehingga jelas akan 
mengurangi keekonomian suatu lapangan gas. Sebagai contoh terkenal adalah 
lapangan gas Natuna D alpha yang mempunyai gas reserve sekitar 212 TCFG tetapi 
dengan kandungan CO2 75 %, maka reserve HC gasnya tinggal 53 TCFG (kebetulan 
saja masih besar sekali). Banyak Wilayah Kerja dikembalikan ke Pemerintah 
karena penemuan gasnya tidak ekonomis akibat kandungan CO2 yang besar, misalnya 
Bawean ex BP dan Blora ex Lundin. Banyak lapangan gas dengan CO2 tinggi 
terkendala segera diproduksikan akibat fasilitas produksinya belum ada 
(misalnya Natuna D alpha dan beberapa lapangan gas CO2 tinggi di Sumatra 
Selatan kepunyaan ConocoPhillips.
 
Nitrogen yang Irfan sebutkan termasuk sangat tinggi (menarik untuk dipelajari). 
Nitrogen yang tinggi di suatu lapangan gas berasosiasi dengan dua sumber : 
organik dan anorganik. Yang anorganik berkaitan dengan magmatic origin dan 
berhubungan dengan primitive Earth's atmosphere (kasus langka). Yang organik 
berhubungan dengan kematangan tingkat tinggi atas breakdown kerogen dan 
temperatur reservoir tinggi. Dari mana suatu gas nitrogen berasal bisa 
dibedakan dengan menggunakan analisis isotop nitrogen disertai analisis geologi.
 
Asal CO2 pun bisa berasal dari sumber organik dan anorganik. Organik bisa 
berasal dari dua sumber : fermentasi bakteri dan oksidasi selama diagenesis 
kerogen (pematangan tingkat awal), pematangan zat organik melalui proses 
dekarboksilasi zat organik. Anorganik juga bisa berasal dari dua sumber : 
degradasi termal karbonat yang terpanaskan di overmature window, dan sumber 
magmatic origin atau volkanik (mantle degassing). 
 
Intrusi dike dan sill pada karbonat bisa sebagai sumber penyebab degradasi 
termal (termasuk magmatic origin). Kapan intrusi dike dan sill merusak karbonat 
dan menjadi sumber CO2 kemudian mencemarkan lapangan gas di sekitarnya harus 
dilihat timing kapan intrusi, kapan pembentukan perangkap di lapangan itu, 
kapan pengisian gas ke lapangan itu. Intrusi tua atas karbonat sebelum terjadi 
pemerangkapan tak akan menyebabkan efek apa2 atas pencemaran CO2. Tetapi, 
intrusi yang terjadi setelah pemerangkapan, itu berbahaya. Demikian juga dengan 
volkanisme.
 
Asal CO2 pun bisa diinterpretasi dengan analisis isotop karbon, dibantu dengan 
isotop helium pada wilayah2 yang tumpang tindih dengan jalur volkanik dan 
magmatik. Isotop helium akan tinggi di wilayah magmatik/volkanik.
 
Semua CO2 dan N2 ini dapat dihindari bila kita punya data gas geochemistry yang 
lengkap dan analisis geologi yang tepat. Semakin tinggi temperatur reservoir, 
semakin besar kecenderungannya memerangkap CO2 dan N2 bila terjadi pencemaran 
olehnya.
 
Untuk informasi lebih lanjut, saya dkk. (Satyana et al., 2007, IPA Proceedings) 
telah menganalisis dan menginterpretasikan secara regional gas geochemistry 
Indonesia, termasuk genetic gas types HC dan nonHC gasnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 7/4/10, Irfan Yuliandri  menulis:


Dari: Irfan Yuliandri 
Judul: [iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 7 April, 2010, 5:08 PM


Bapak-bapak Yth.

Perkenalkan saya Irfan Yuliandri - new member di milis IAGI. Saya Alumni Teknik 
Geofisika ITB angk.2003.

Mau bertanya mengenai adanya kandungan nitrogen pada suatu sumur gas, biasanya 
kehadiran nitrogen tersebut disebabkan oleh apa ? Kebetulan kandungan 
nitrogennya lumayan banyak sekitar 20%, dan juga ada tambahan kandungan CO2 
sebanyak 12%.

Pertanyaan berikutnya, apakah kehadiran dikes dan sill dapat berkontribusi pada 
kontaminasi CO2 ?

Terima Kasih. Mohon pencerahan Bapak-bapak sekalian.

Salam,
Irfan



      

__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[iagi-net-l] CO2 Pollutant dan N2

2010-04-07 Terurut Topik Irfan Yuliandri
Bapak-bapak Yth.

Perkenalkan saya Irfan Yuliandri - new member di milis IAGI. Saya Alumni Teknik 
Geofisika ITB angk.2003.

Mau bertanya mengenai adanya kandungan nitrogen pada suatu sumur gas, biasanya 
kehadiran nitrogen tersebut disebabkan oleh apa ? Kebetulan kandungan 
nitrogennya lumayan banyak sekitar 20%, dan juga ada tambahan kandungan CO2 
sebanyak 12%.

Pertanyaan berikutnya, apakah kehadiran dikes dan sill dapat berkontribusi pada 
kontaminasi CO2 ?

Terima Kasih. Mohon pencerahan Bapak-bapak sekalian.

Salam,
Irfan