Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-09 Terurut Topik Bandono Salim
Maaf pak D (RDP), ide apa yang dijual sebegitu cepatnya dapat menurunkan uang 
sebanyak itu.?

Pasti ide tersebut juga akan memberikan keuntungan/nilai tinggi bagi pemberi 
dana. 
 
Kejayaan negara dan peninggalan arkeologi berupa artefak, atau yang bisa dijual 
akan menarik investor.

Kadang aku ingat waktu menteri agama menggali batu tulis di BOgor.
Semoga tidak demikian.

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Mon, 10 Sep 2012 07:46:16 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
2012/9/6 

> Untuk Gn. Padang kayanya memang kita semua hrs menunggu hasil dan
> kesimpulan yang lebih matang berkaitan dengan hipotesa dan dreamnya. Karena
> kita semua tidak ikutan dalam penelitian dan juga tidak bisa membuat
> interpretasi tandingan jika memang tidak setuju. Sekali lagi pembuktian
> hipotesa bisa memakan waktu yang sangat panjang bahkan pada akhirnya tetap
> saja ada yang skeptik.. Sebagai conto teori tektonik lempeng yang masih di
> challenge sampai hari ini walaupun seabrek bukti sdh di presentasikan.
>
> Yang salut utk penelitian ini disupport sampai - milyar.. Sedangkan kita
> cari utk penelitian unconventional energi susah sekali dapetnya.
>

Salah satu tantangan geologist atau explorationist adalah menjual ide
(opini atau hipotesa) supaya dibiayai oleh orang yang berkepentingan.
Intinya mencari dana riset untuk tetap bekerja dan menghasilkan. Nah daya
tarik yang sering manjur dan mampu menarik dana adalah sebuah ide yang
memberikan dampak LANGSUNG dan CEPAT (Direct and Quick). Menjual ide untuk
penelitian yang hasilnya tidak langsung dan dampaknya memakan waktu lama
ini memerlukan ilmu yang jauh lebih sulit.

Penelitian geologi, seringkali tidak memberikan dampak langsung dan cepat,
berbeda dengan pengeboran yg memberikan iming2 hasilnya langsung dan cepat.
Penelitian geologi, eksplorasi, dan riset sangat mungkin memberikan hasil
rekomendasi yang *efisien *dalam jangka panjang tetapi tidak *efektif *untuk
menyembuhkan "luka" secara cepat.

Apalagi menunggu turunnya dana bantuan riset untuk unconventional energi.
Pasti pengusulan dana support untuk riset ini mudah dikalahkan dengan riset
atau survey untuk mengurangi subsidi BBM, karena BBM dampaknya langsung dan
cepat, walaupun belum tentu efisien dalam jangka panjang.

Kembali ke Gunung Padang. Saya sepakat hasil akhir atau kesimpulannya
dilakukan dengan excavasi, bukan pengeboran maupun GPR. Pengeboran serta
GPR akan mengarahkan untuk pembuktian dengan excavasi. Tentusaja pengeboran
tidak cukup untuk membuktikan "human activity artefac".

rdp



Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-09 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2012/9/6 

> Untuk Gn. Padang kayanya memang kita semua hrs menunggu hasil dan
> kesimpulan yang lebih matang berkaitan dengan hipotesa dan dreamnya. Karena
> kita semua tidak ikutan dalam penelitian dan juga tidak bisa membuat
> interpretasi tandingan jika memang tidak setuju. Sekali lagi pembuktian
> hipotesa bisa memakan waktu yang sangat panjang bahkan pada akhirnya tetap
> saja ada yang skeptik.. Sebagai conto teori tektonik lempeng yang masih di
> challenge sampai hari ini walaupun seabrek bukti sdh di presentasikan.
>
> Yang salut utk penelitian ini disupport sampai - milyar.. Sedangkan kita
> cari utk penelitian unconventional energi susah sekali dapetnya.
>

Salah satu tantangan geologist atau explorationist adalah menjual ide
(opini atau hipotesa) supaya dibiayai oleh orang yang berkepentingan.
Intinya mencari dana riset untuk tetap bekerja dan menghasilkan. Nah daya
tarik yang sering manjur dan mampu menarik dana adalah sebuah ide yang
memberikan dampak LANGSUNG dan CEPAT (Direct and Quick). Menjual ide untuk
penelitian yang hasilnya tidak langsung dan dampaknya memakan waktu lama
ini memerlukan ilmu yang jauh lebih sulit.

Penelitian geologi, seringkali tidak memberikan dampak langsung dan cepat,
berbeda dengan pengeboran yg memberikan iming2 hasilnya langsung dan cepat.
Penelitian geologi, eksplorasi, dan riset sangat mungkin memberikan hasil
rekomendasi yang *efisien *dalam jangka panjang tetapi tidak *efektif *untuk
menyembuhkan "luka" secara cepat.

Apalagi menunggu turunnya dana bantuan riset untuk unconventional energi.
Pasti pengusulan dana support untuk riset ini mudah dikalahkan dengan riset
atau survey untuk mengurangi subsidi BBM, karena BBM dampaknya langsung dan
cepat, walaupun belum tentu efisien dalam jangka panjang.

Kembali ke Gunung Padang. Saya sepakat hasil akhir atau kesimpulannya
dilakukan dengan excavasi, bukan pengeboran maupun GPR. Pengeboran serta
GPR akan mengarahkan untuk pembuktian dengan excavasi. Tentusaja pengeboran
tidak cukup untuk membuktikan "human activity artefac".

rdp


Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-09 Terurut Topik kartiko samodro
Salah satu skill yang penting dari geologist adalah kemampuan menjual
harapan
Beberapa tahun terakhir ini , saya melihat ada geologist nasional yang bisa
menjual harapan besar, sampai sampai banyak perusahaan berani mengeluarkan
ratusan juta dollar untuk membuktikan harapannya

2012/9/6 

> Untuk Gn. Padang kayanya memang kita semua hrs menunggu hasil dan
> kesimpulan yang lebih matang berkaitan dengan hipotesa dan dreamnya. Karena
> kita semua tidak ikutan dalam penelitian dan juga tidak bisa membuat
> interpretasi tandingan jika memang tidak setuju. Sekali lagi pembuktian
> hipotesa bisa memakan waktu yang sangat panjang bahkan pada akhirnya tetap
> saja ada yang skeptik.. Sebagai conto teori tektonik lempeng yang masih di
> challenge sampai hari ini walaupun seabrek bukti sdh di presentasikan.
>
> Yang salut utk penelitian ini disupport sampai - milyar.. Sedangkan kita
> cari utk penelitian unconventional energi susah sekali dapetnya.
>
> Salam,
>
> BS
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * "Danny Hilman Natawidjaja" 
> *Date: *Thu, 6 Sep 2012 10:31:15 +0700
> *To: *
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> Bung Avi,
>
> Data dan analisa yang kami punya sekarang sudah jauh lebih banyak dan
> lebih baik processing-nya.  Misalnya waktu di Supomo kami belum punya data
> velocity lapisan untuk me-migrasikan data georadarnya,  sekarang sudah
> punya sehingga semua lintasan georadar sudah di-migrasi dengan baik.
> Lintasan georadarnya pun sudah jauh lebih banyak.
>
> Konsep dan hipotesis kami bukan sekedar angan-angan tapi ada background
> ilmiah yang kuat... akan panjang kalau diuraikan lagi.  
>
> Geologi Gunung Padang memang komplek sehingga banyak tes yang harus
> dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada “man-made structures” didalam
> itu.   Ini penelitian “frontier” dan hipotesisnya memang cukup
> kontroversial.  Sayang anda tidak hadir pada presentasi Gunung Padang di
> SetNeg tgl 14 Agustus lalu.  Waktu itu Bu WaMen Dikbud hadir dan sangat
> mendukung penelitian ini untuk diteruskan dan dikembangkan.
>
> ** **
>
> ** **
>
> ** **
>
> *From:* rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com]
> *Sent:* 06 September 2012 7:39
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> ** **
>
> Bung Dani DR,
>
> Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo
> bbrapa waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi
> setuju dg rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream"
> awal kita. Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA
> PURBA" maka angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa
> berupa kampung KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.
>
> Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
> cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
> katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
> ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
> buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.
>
> Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
> daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
> mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
> bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
> artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
> bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
> disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
> atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
> sudah sangat tinggi.
>
> yang  ke tiga SEMANGAT PAGI! . jangan lupa daftar PIT
> IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).
>
> Avi
> npa 0666 nomor cantik
>
> 2012/9/5 
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah

FW: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-06 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 13:40
To: danny.hil...@gmail.com
Subject: Re: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 

Oke itu bagus.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: danny.hil...@gmail.com 

Date: Thu, 6 Sep 2012 04:15:17 +

To: 

ReplyTo: danny.hil...@gmail.com 

Subject: Re: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 

Istilah piramid itu yang mempopulerkan media massa bukan kami. Pemahaman orang 
ttg istilah inipun berlain-lainan. Kami menganggap istilah tidak penting (tapi 
mungkin penting utk media massa). Debat istilah hanya menjurus ke debat kusir 
saja. Siapa tahu nanti para arkelog harus membuat definisi baru utk G Padang 
yang bukan piramid bukan juga punden berundak, tapi yang "sesuatu banget". :-) 

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _  

From: "Bandono Salim"  

Date: Thu, 6 Sep 2012 03:51:07 +

To: Danny Hilman Natawidjaja

ReplyTo: bandon...@gmail.com 

Subject: Re: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 

Lah wong dasar nyebut piramidanya juga tidak ada dasar arkeologinya, 
sesungguhnya apa yang menjadi patokan bahwa bentuk bentuk mirip piramid (sada 
hurip, gn lelakon) itu apa pak? 
Apakah bentuk mirip piramida pasti piramid?

Apalagi gn padang, sama sekali tidak mirip piramid. Punden berundak malah lebih 
mengena.

Maaf sampai kini saya masih menganggap dasar bentuk piramid itu dari apa yang 
disebut oleh MITnya suatu kelompok yang sdh tidak pernah di ceritakan lagi. 
Mohon maaf, sekali lagi maaf.

Salam. 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: "Danny Hilman Natawidjaja"  

Date: Thu, 6 Sep 2012 10:27:38 +0700

To: ; 

Subject: RE: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 

Kalo yang dikatakan Pak Bandono itu namanya PSEUDO SCIENCE alias penelitian 
boong-boongan untuk suatu tujuan tertentu (yang bukan untuk tujuan mencari 
kebenaran ilmiah), sehingga yang dilakukan adalah mencari-cari ‘bukti/data’ 
yang dapat menguatkan dan kalau perlu membuang atau menutup data yang 
melemahkan sesuatu tujuan tersebut.  Kalo ini namanya penipuan bukan penelitian.

Hipotesa awal bisa dirubah kalau data penelitian menunjukkan sebaliknya atau 
bisa juga dihentikan dengan kesimpulan bahwa hipotesa itu tidak benar, dan 
inipun dapat dikatakan hasil penelitian bukan kegagalan.

 

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 06 September 2012 6:18
To: iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com
Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 


Pak Bandono,
Adakah rambu atau batasan / kaidah / aturan yg mesti di"patuhi" sebelum 
berasumsi atau mengajukan hipotesis dalam konteks keilmuan? Tks



Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android

 

  _  

From: Bandono Salim ; 
To: Iagi ; 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik 
Sent: Wed, Sep 5, 2012 11:10:38 PM 


Lho kan saat diagak awal sudah saya katakan, asumsinya/dasar 
pikiran/hipotesisnya apa, maka semua data akan dibawa untuk membenarkan asumsi 
awal.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: kartiko samodro  

Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 +0700

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray tulang 
mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter sudah tahu 
apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan sangat terbatas), 
sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum tahu apa yg kita cari 
dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan sebelumnya oleh pak noor, 
konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira bentuk apa yang kita cari 
sehingga kita juga tidak asal saat  menginterpretasi mouth bar delta atau lobe 
turbidit. Sama seperti gunung padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn 
maka dia menginterpretasi bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya 
dia menginterpretasi columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita 
bongkar gunung padang dan buktikan apa itu...

On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  > 
wrote:

Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 

 

Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan 
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar Anggaran 
(3-9 Sep 2012).

 

 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah hasil 
“Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap pernyataan 
Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan pernyataan adanya 
bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”. Ok, sekarang saya 
paham Pak.

 

Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana y

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik bsapiie
Untuk Gn. Padang kayanya memang kita semua hrs menunggu hasil dan kesimpulan 
yang lebih matang berkaitan dengan hipotesa dan dreamnya. Karena kita semua 
tidak ikutan dalam penelitian dan juga tidak bisa membuat interpretasi 
tandingan jika memang tidak setuju.  Sekali lagi pembuktian hipotesa bisa 
memakan waktu yang sangat panjang bahkan pada akhirnya tetap saja ada yang 
skeptik.. Sebagai conto teori tektonik lempeng yang masih di challenge sampai 
hari ini walaupun seabrek bukti sdh di presentasikan. 

Yang salut utk penelitian ini disupport sampai - milyar.. Sedangkan kita cari 
utk penelitian unconventional energi susah sekali dapetnya. 

Salam, 

BS
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Danny Hilman Natawidjaja" 
Date: Thu, 6 Sep 2012 10:31:15 
To: 
Reply-To: 
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Bung Avi,

Data dan analisa yang kami punya sekarang sudah jauh lebih banyak dan lebih
baik processing-nya.  Misalnya waktu di Supomo kami belum punya data
velocity lapisan untuk me-migrasikan data georadarnya,  sekarang sudah punya
sehingga semua lintasan georadar sudah di-migrasi dengan baik.  Lintasan
georadarnya pun sudah jauh lebih banyak.

Konsep dan hipotesis kami bukan sekedar angan-angan tapi ada background
ilmiah yang kuat... akan panjang kalau diuraikan lagi.  

Geologi Gunung Padang memang komplek sehingga banyak tes yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada "man-made structures" didalam
itu.   Ini penelitian "frontier" dan hipotesisnya memang cukup
kontroversial.  Sayang anda tidak hadir pada presentasi Gunung Padang di
SetNeg tgl 14 Agustus lalu.  Waktu itu Bu WaMen Dikbud hadir dan sangat
mendukung penelitian ini untuk diteruskan dan dikembangkan.

 

 

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 7:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Bung Dani DR,

Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo bbrapa
waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi setuju dg
rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream" awal kita.
Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA PURBA" maka
angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa berupa kampung
KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.

Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.

Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
sudah sangat tinggi.

yang  ke tiga SEMANGAT PAGI! . jangan lupa daftar PIT
IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).

Avi
npa 0666 nomor cantik

2012/9/5 

Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel')
ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah
dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res
GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _  

From: bsap...@geodin.net 

Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: noor syarifuddin  

Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

uppsss...

saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
makanya sangat tergantung kontek dan hipotes

RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Kayanya Bung Ben (Mino) Sapii kamarnya emang terlalu banyak jadi wajar kalo
salah-salah kamar, mungkin belum ngopi J

Setuju dengan apa yang dibilang Bung Ben.  Ngomong-ngomong, memang ada tuh
'penampakan' body GPR berbentuk kotak di bawah teras batu yang kontak dengan
sampingna tegas dan tegak lurus; jadi bukan perubahan facies, bukan juga
kontak patahan karena tidak menerus ke kanan-kirinya, lalu apa? Intrusi
batuan beku (korok) berbentuk kubus?  Hmmm J

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 9:03
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Ini email balasan dari Benyamin Safiie DR yg salah kamar ke PP-IAGI aku kopi
paste ke sini, duduh pak DR pagi2 kok ya udah ngantuk toh. Peace bro

Secara umum pendekatan interpretasi bisa dua2nya dalam science. Bisa
berdasarkan hipotesa sehingga sudah mengarah pada pembuktian mengikuti model
tertentu. Science juga bisa menginterpretasi yang lebih bebas dengan tujuan
mentes banyak kemungkinan. Satu persatu interpretasinya dites utk
mendapatkan hal yang lebih non-bias. Keburukannya metoda ini bisa sangat
panjang dan rumit dibandingkan yang pendekatan hipotesa. Utk suatu science
yang sudah banyak modelnya dan lebih pasti seperti xray tulang pendekatan
hipotesa akan lebih tepat karena kita sudah banyak kasus dan model yang bisa
digunakan utk menginterpretasi. 

Bagi saya interpretasi adalah sesuatu yg hrs dibuktikan kebenarannya jadi
tergantung pada siapa dan apa (hipotesa dan asumsi) yg akan dicari.
Seandainya sama sekalai tidak dikenali ya susah membuat interpretasi. Ini
yang saya kira dumaksud oleh Cak Noor. Ya Geologist kalau image dari otak
nanti interpretasinya hidrocarbon. Dalam kasus Gn. Padang misalnya hasil
georadar menunjukan object yang mempunyai sudut tajam seperti kotak,
piramida dll. Kan wajar saja berhipotesa bahwa ini tidak alami karena agak
sulit atau sangat jarang alam membuat sesuatu yang sangat perfect. Ya, hrs
dibuktikan.. Seperti lead tadi.. Banyak interpretasi akan sangat baik krn
akan memdapat banyak hipotesa yg hrs dibuktikan, ya kalau sdh pasti tidak
diperlukan scientist utk membuktikan. Walaupun geologi tidak bisa seperti
hukum matematika, rupa seperti monyet, bentuk seperti monyet, jalan seperti
monyet ini pasti monyet. Mungkin geologist lain akan mengatakan bisa enggak
ya beruang? 

Teman2 saya kira kita sebagai scientist harus open minded dan skeptist biar
mempunyai banyak inovasi dan kreativitas.. Kerennya out of the box
thinking... As long as not too far from the box. 

Sekedar sumbangan... Just my cent contribution..

Salam, 

BS

2012/9/5 

Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel')
ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah
dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res
GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _  

From: bsap...@geodin.net 

Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: noor syarifuddin  

Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

uppsss...

saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
prosesnya

interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
ketukar-tukar..

 

 

salam,

 

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Rekan Bob,

"Kalimat" itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa 'INTERPRETASI' bukan
'HIPOTESIS'. Itu poinnya.

Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/mel

RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Bung Avi,

Data dan analisa yang kami punya sekarang sudah jauh lebih banyak dan lebih
baik processing-nya.  Misalnya waktu di Supomo kami belum punya data
velocity lapisan untuk me-migrasikan data georadarnya,  sekarang sudah punya
sehingga semua lintasan georadar sudah di-migrasi dengan baik.  Lintasan
georadarnya pun sudah jauh lebih banyak.

Konsep dan hipotesis kami bukan sekedar angan-angan tapi ada background
ilmiah yang kuat... akan panjang kalau diuraikan lagi.  

Geologi Gunung Padang memang komplek sehingga banyak tes yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada "man-made structures" didalam
itu.   Ini penelitian "frontier" dan hipotesisnya memang cukup
kontroversial.  Sayang anda tidak hadir pada presentasi Gunung Padang di
SetNeg tgl 14 Agustus lalu.  Waktu itu Bu WaMen Dikbud hadir dan sangat
mendukung penelitian ini untuk diteruskan dan dikembangkan.

 

 

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 7:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Bung Dani DR,

Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo bbrapa
waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi setuju dg
rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream" awal kita.
Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA PURBA" maka
angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa berupa kampung
KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.

Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.

Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
sudah sangat tinggi.

yang  ke tiga SEMANGAT PAGI! . jangan lupa daftar PIT
IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).

Avi
npa 0666 nomor cantik

2012/9/5 

Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel')
ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah
dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res
GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _  

From: bsap...@geodin.net 

Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: noor syarifuddin  

Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

uppsss...

saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
prosesnya

interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
ketukar-tukar..

 

 

salam,

 

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Rekan Bob,

"Kalimat" itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa 'INTERPRETASI' bukan
'HIPOTESIS'. Itu poinnya.

Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya 

RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Gunung Padang sudah di-bor untuk mengetahui stratifikasi dan bentukan yang
terlihat pada georadar dan geolistrik meskipun sayangnya belum mencapai
target depth yang diinginkan, dan juga belum di lokasi yang benar-benar
strategis (karena kalau di-bor dilokasi itu terpaksa harus 'mengganggu situs
batu di permukaannya). Sudah juga dilakukan penggalian (test-pit) tapi belum
mencapai kedalaman yang diinginkan untuk mendapatkan bukti yang lebih
"solid" karena waktu itu masih ada pihak-pihak yang 'berisik' sehingga kami
malas meneruskannya.

 

From: Ruskamto [mailto:rsoeri...@yahoo.com] 
Sent: 06 September 2012 6:54
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Betul juga Pak, explorasionist berbuih-buih menerangkan interpretasi data,
paling-paling statusnya setingkat drillable prospect.. Untuk membuktikan nya
ya harus di bor sampai ke basement, baru interpretasinya terbukti Selama
interpretasi G padang belum dilakukan penggalian, ya statusnya tetap lead
atau paling banter prospek. Biarkanlah statusnya spt itu, supaya masih punya
banyak lead-lead yang lain. 
RUS 1061. 

  _  

From: kartiko samodro  

Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 +0700

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...

On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  wrote:

Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 

 

Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar
Anggaran (3-9 Sep 2012).

 

 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu - 2 Sep 2012) adalah
hasil "Interpretasi", sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai "Hipotesis diatas Hipotesis".
Ok, sekarang saya paham Pak.

 

Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
Interpretasi?

 

Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,

 

Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
penjelasannya.

 

Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah "alat bantu" untuk melihat "ruas
tulang tangan" saya yang tertutup jaringan tubuh.  

Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi)
karena konteksnya jelas, yaitu "jelas2 difoto rontgen diatas tangan", maka
tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang
dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.

 

Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
georadar / geolistrik adalah "potret" sebagaimana foto kamera? atau
merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?

 

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

 

From: kartiko samodro 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin
bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A untuk
Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>  
>  
>  
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com" 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama 

RE: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Kalo yang dikatakan Pak Bandono itu namanya PSEUDO SCIENCE alias penelitian 
boong-boongan untuk suatu tujuan tertentu (yang bukan untuk tujuan mencari 
kebenaran ilmiah), sehingga yang dilakukan adalah mencari-cari ‘bukti/data’ 
yang dapat menguatkan dan kalau perlu membuang atau menutup data yang 
melemahkan sesuatu tujuan tersebut.  Kalo ini namanya penipuan bukan penelitian.

Hipotesa awal bisa dirubah kalau data penelitian menunjukkan sebaliknya atau 
bisa juga dihentikan dengan kesimpulan bahwa hipotesa itu tidak benar, dan 
inipun dapat dikatakan hasil penelitian bukan kegagalan.

 

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 06 September 2012 6:18
To: iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com
Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 


Pak Bandono,
Adakah rambu atau batasan / kaidah / aturan yg mesti di"patuhi" sebelum 
berasumsi atau mengajukan hipotesis dalam konteks keilmuan? Tks




Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android

 

  _  

From: Bandono Salim ; 
To: Iagi ; 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik 
Sent: Wed, Sep 5, 2012 11:10:38 PM 


Lho kan saat diagak awal sudah saya katakan, asumsinya/dasar 
pikiran/hipotesisnya apa, maka semua data akan dibawa untuk membenarkan asumsi 
awal.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: kartiko samodro  

Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 +0700

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray tulang 
mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter sudah tahu 
apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan sangat terbatas), 
sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum tahu apa yg kita cari 
dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan sebelumnya oleh pak noor, 
konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira bentuk apa yang kita cari 
sehingga kita juga tidak asal saat  menginterpretasi mouth bar delta atau lobe 
turbidit. Sama seperti gunung padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn 
maka dia menginterpretasi bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya 
dia menginterpretasi columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita 
bongkar gunung padang dan buktikan apa itu...

On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  > 
wrote:

Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 

 

Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan 
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar Anggaran 
(3-9 Sep 2012).

 

 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah hasil 
“Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap pernyataan 
Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan pernyataan adanya 
bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”. Ok, sekarang saya 
paham Pak.

 

Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi dengan 
Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut 
Interpretasi?

 

Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,

 

Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk 
penjelasannya.

 

Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil 
fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya 
menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas tulang 
tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  

Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi) 
karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen diatas tangan”, maka 
tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang dibuat 
oleh Pak Danny, menjadi relevan.

 

Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic / 
georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau merupakan 
hasil olah data dari suatu instrument elektronik?

 

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

 

From: kartiko samodro  >
To: iagi-net@iagi.or.id   
Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin 
bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A untuk Tuhan, B 
untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin"  > wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal 
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>  
>  
>  
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com  "   >
> To: iagi-net@iagi.or.id   
> Sent: We

RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Benar.  Seperti yang saya bilang sebelumnya, image x-ray tulang patah lebih
cocok disebandingkan dengan image hi-res GPR (Georadar) dari struktur besi
di dalam satu tembok bangunan yang "skin-depth"nya berskala senti - puluhan
senti saja.  Kasus Gunung Padang jauh lebih kompleks.  Itulah sebabnya
kenapa sampai harus dilakukan lintasan georadar sampai puluhan dan dicoba
pula dengan berbagai frekuensi (resolusi dan skin depth), kemudian dilakukan
juga survey geolistrik 2-D dan 3-D untuk dibandingkan, terus di bor untuk
melihat apa litologi/material yang terlihat pada image georadar dan
geolistrik tersebut dan juga melakukan analisis carbon dating dari
sampelnya... Dan kami menganggap semua itu masih belum cukup.  Masih akan
dilakukan analisis dan survey lanjutan, Insya Allah.

 

 

From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 6:01
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...

On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  wrote:

Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 

 

Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar
Anggaran (3-9 Sep 2012).

 

 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu - 2 Sep 2012) adalah
hasil "Interpretasi", sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai "Hipotesis diatas Hipotesis".
Ok, sekarang saya paham Pak.

 

Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
Interpretasi?

 

Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,

 

Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
penjelasannya.

 

Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah "alat bantu" untuk melihat "ruas
tulang tangan" saya yang tertutup jaringan tubuh.  

Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi)
karena konteksnya jelas, yaitu "jelas2 difoto rontgen diatas tangan", maka
tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang
dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.

 

Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
georadar / geolistrik adalah "potret" sebagaimana foto kamera? atau
merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?

 

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

 

From: kartiko samodro 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin
bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A untuk
Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>  
>  
>  
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com" 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa 

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik rakhmadi avianto
Ini email balasan dari Benyamin Safiie DR yg salah kamar ke PP-IAGI aku
kopi paste ke sini, duduh pak DR pagi2 kok ya udah ngantuk toh. Peace bro

Secara umum pendekatan interpretasi bisa dua2nya dalam science. Bisa
berdasarkan hipotesa sehingga sudah mengarah pada pembuktian mengikuti
model tertentu. Science juga bisa menginterpretasi yang lebih bebas dengan
tujuan mentes banyak kemungkinan. Satu persatu interpretasinya dites utk
mendapatkan hal yang lebih non-bias. Keburukannya metoda ini bisa sangat
panjang dan rumit dibandingkan yang pendekatan hipotesa. Utk suatu science
yang sudah banyak modelnya dan lebih pasti seperti xray tulang pendekatan
hipotesa akan lebih tepat karena kita sudah banyak kasus dan model yang
bisa digunakan utk menginterpretasi.

Bagi saya interpretasi adalah sesuatu yg hrs dibuktikan kebenarannya jadi
tergantung pada siapa dan apa (hipotesa dan asumsi) yg akan dicari.
Seandainya sama sekalai tidak dikenali ya susah membuat interpretasi. Ini
yang saya kira dumaksud oleh Cak Noor. Ya Geologist kalau image dari otak
nanti interpretasinya hidrocarbon. Dalam kasus Gn. Padang misalnya hasil
georadar menunjukan object yang mempunyai sudut tajam seperti kotak,
piramida dll. Kan wajar saja berhipotesa bahwa ini tidak alami karena agak
sulit atau sangat jarang alam membuat sesuatu yang sangat perfect. Ya, hrs
dibuktikan.. Seperti lead tadi.. Banyak interpretasi akan sangat baik krn
akan memdapat banyak hipotesa yg hrs dibuktikan, ya kalau sdh pasti tidak
diperlukan scientist utk membuktikan. Walaupun geologi tidak bisa seperti
hukum matematika, rupa seperti monyet, bentuk seperti monyet, jalan seperti
monyet ini pasti monyet. Mungkin geologist lain akan mengatakan bisa enggak
ya beruang?

Teman2 saya kira kita sebagai scientist harus open minded dan skeptist biar
mempunyai banyak inovasi dan kreativitas.. Kerennya out of the box
thinking... As long as not too far from the box.

Sekedar sumbangan... Just my cent contribution..

Salam,

BS

2012/9/5 

> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
> dilihar dari hi-res GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> --
> *From: * bsap...@geodin.net
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
> *To: *
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * noor syarifuddin 
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
> geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
> makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
> prosesnya
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
> dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
> ketukar-tukar..
>
>
> salam,
>
>   *From:* Danny Hilman Natawidjaja 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>   Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan
> ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
> bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
> ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
> resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
> 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang
> patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
> sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
> bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
> dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?
> Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat d

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik rakhmadi avianto
Bung Dani DR,

Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo
bbrapa waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi
setuju dg rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream"
awal kita. Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA
PURBA" maka angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa
berupa kampung KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.

Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.

Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
sudah sangat tinggi.

yang  ke tiga SEMANGAT PAGI! . jangan lupa daftar PIT
IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).

Avi
npa 0666 nomor cantik

2012/9/5 

> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
> dilihar dari hi-res GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> --
> *From: * bsap...@geodin.net
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
> *To: *
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * noor syarifuddin 
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
> geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
> makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
> prosesnya
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
> dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
> ketukar-tukar..
>
>
> salam,
>
>   *From:* Danny Hilman Natawidjaja 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>   Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan
> ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
> bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
> ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
> resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
> 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang
> patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
> sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
> bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
> dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?
> Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
> struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya
> seperti survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin
> tinggi frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin
> dangkal penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum
> desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian
> menjadi lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau men

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Ruskamto
Betul juga Pak, explorasionist berbuih-buih menerangkan interpretasi data, 
paling-paling statusnya setingkat drillable prospect.. Untuk membuktikan nya ya 
harus di bor sampai ke basement, baru interpretasinya terbuktiSelama 
interpretasi G padang belum dilakukan penggalian, ya  statusnya tetap lead atau 
paling banter prospek. Biarkanlah statusnya spt itu,  supaya masih punya banyak 
lead-lead yang lain.  
RUS 1061.
-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...
On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  wrote:

> Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. **
> ** **
> Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap
> dengan jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi
> Bandar Anggaran (3-9 Sep 2012).
> ** **
>  Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah
> hasil “Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
> pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
> pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”.
> Ok, sekarang saya paham Pak.
> ** **
> Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
> dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
> Interpretasi?
> ** **
> *Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,*
> ** **
> Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
> penjelasannya.
> ** **
> Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
> fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
> menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas
> tulang tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  
> Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa
> interpretasi) karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen
> diatas tangan”, maka tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan
> USG / X-ray yang dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.
> ** **
> Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
> georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau
> merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?
>
> Bob Yuris Chandra
> *Palynologist Partikelir*
>
>
>   *From:* kartiko samodro 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>  Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi
> kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A
> untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
> On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
> wrote:
> >
> > Kang Dhanny,
> > apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> > - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> > - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
> >
> >
> >
> > salam,
> >
> > From: "danny.hil...@gmail.com" 
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
> >
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Apa yang bikin bingung ya ?
> > Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> > Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> > Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap palin

Bls: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik bob yuris
Pak Bandono,
Adakah rambu atau batasan / kaidah / aturan yg mesti di"patuhi" sebelum 
berasumsi atau mengajukan hipotesis dalam konteks keilmuan? Tks



Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android



Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Bandono Salim
Lho kan saat diagak awal sudah saya katakan, asumsinya/dasar 
pikiran/hipotesisnya apa, maka semua data akan dibawa untuk membenarkan asumsi 
awal.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...
On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  wrote:

> Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. **
> ** **
> Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap
> dengan jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi
> Bandar Anggaran (3-9 Sep 2012).
> ** **
>  Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah
> hasil “Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
> pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
> pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”.
> Ok, sekarang saya paham Pak.
> ** **
> Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
> dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
> Interpretasi?
> ** **
> *Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,*
> ** **
> Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
> penjelasannya.
> ** **
> Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
> fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
> menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas
> tulang tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  
> Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa
> interpretasi) karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen
> diatas tangan”, maka tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan
> USG / X-ray yang dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.
> ** **
> Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
> georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau
> merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?
>
> Bob Yuris Chandra
> *Palynologist Partikelir*
>
>
>   *From:* kartiko samodro 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>  Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi
> kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A
> untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
> On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
> wrote:
> >
> > Kang Dhanny,
> > apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> > - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> > - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
> >
> >
> >
> > salam,
> >
> > From: "danny.hil...@gmail.com" 
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
> >
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Apa yang bikin bingung ya ?
> > Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> > Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> > Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> > Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam b

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik kartiko samodro
Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...
On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris"  wrote:

> Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. **
> ** **
> Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap
> dengan jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi
> Bandar Anggaran (3-9 Sep 2012).
> ** **
>  Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah
> hasil “Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
> pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
> pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”.
> Ok, sekarang saya paham Pak.
> ** **
> Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
> dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
> Interpretasi?
> ** **
> *Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,*
> ** **
> Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
> penjelasannya.
> ** **
> Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
> fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
> menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas
> tulang tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  
> Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa
> interpretasi) karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen
> diatas tangan”, maka tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan
> USG / X-ray yang dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.
> ** **
> Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
> georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau
> merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?
>
> Bob Yuris Chandra
> *Palynologist Partikelir*
>
>
>   *From:* kartiko samodro 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>  Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi
> kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A
> untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
> On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
> wrote:
> >
> > Kang Dhanny,
> > apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> > - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> > - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
> >
> >
> >
> > salam,
> >
> > From: "danny.hil...@gmail.com" 
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
> >
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Apa yang bikin bingung ya ?
> > Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> > Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> > Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> > Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
> dilihar dari hi-res GPR.
> >
> > DHN
> > Danny Hilman Natawidjaja
> > LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> > Geoteknologi - LIPI
> > From: bsap...@geodin.net
> > Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
> > To: 
> > ReplyTo: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar da

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik bob yuris
Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 
 
Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan 
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar Anggaran 
(3-9 Sep 2012).
 
 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah hasil 
“Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap pernyataan 
Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan pernyataan adanya 
bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”. Ok, sekarang saya 
paham Pak.
 
Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi dengan 
Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut 
Interpretasi?
 
Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,
 
Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk 
penjelasannya.
 
Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil 
fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya 
menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas tulang 
tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  
Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi) 
karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen diatas tangan”, maka 
tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang dibuat 
oleh Pak Danny, menjadi relevan.
 
Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic / 
georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau merupakan 
hasil olah data dari suatu instrument elektronik?
 
Palynologist Partikelir
 

From: kartiko samodro 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin 
bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A untuk Tuhan, B 
untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin"  wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal 
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>  
>  
>  
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com" 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan 
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') 
> ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah 
> dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res 
> GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> From: bsap...@geodin.net
> Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: noor syarifuddin 
> Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
> geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
> makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam 
> prosesnya
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
> dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
> ketukar-tukar..
>  
>  
> salam,
>
> From: Danny Hilman Natawidjaja 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
> ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) 
> bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
> ultrasonografi dan x-ray.  Tent

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik kartiko samodro
Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi
kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahirjadi inget cerita nilai..A
untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" 
wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>
>
>
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com" 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
dilihar dari hi-res GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> From: bsap...@geodin.net
> Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: noor syarifuddin 
> Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika
(georadar, geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya
interpretatif/tafsiran... makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis
yang dipakai dalam prosesnya
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu
sangat dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya
bisa ketukar-tukar..
>
>
> salam,
>
> From: Danny Hilman Natawidjaja 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’
bukan ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang
patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?
> Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya
seperti survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin
tinggi frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin
dangkal penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum
desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian
menjadi lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan
prinsip tomografi.  Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian
tentu beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan.
>
> Salam
> DHN
>
> From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com]
> Sent: 04 September 2012 20:02
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik
>
> Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
> Yth Bapak / Ibu Geologist,
> Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai
Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya
hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul
sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan
berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak
sepaham.
> Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tul

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Up

Mino , kam memang ngelmu geologi itu begitu kan , termasuk cabangnya yaitu 
geofisika.
By nature begitu , tetapi bukan berarti "ngawur". 


si Abah





 From: "bsap...@geodin.net" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 2:53 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  noor syarifuddin  
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


 
Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.
Salam Pencerahan,
Bob Yuris Chandra
Palynologist Partikelir

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik danny . hilman

Yang ngomong pertama 'jelas-jelasan' kan Bung Bob Yuris ttg X-Ray tulang patah 
yg engga pake interpretasi dokter juga udah jelas.  Nah contoh anda ttg 
interpretasi USG yg bisa salah itu setuju banget.  Artinya dokter juga bisa 
salah kaya geolog toh. 
Jadi membandingkan interpretasi geolog dan dokter bentul kan?  :-)

Ngomong-ngomong kalo misalnya Bung Mino interpretasi narik garis patahan dari 
Seismic section bisa dibilang jelas engga ya?  Atau masih hipotesa?  :-) wk wk 
wk

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: noor syarifuddin 
Date: Wed, 5 Sep 2012 03:17:38 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Kang Dhanny,
apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
- menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
- dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal sudah 
via USG yang Hi-res ...:-)
 
 
 
salam,

From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan yg 
mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') ya 
interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah dari 
xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI
From: bsap...@geodin.net 
Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: noor syarifuddin  
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya s

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik noor syarifuddin
Kang Dhanny,
apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
- menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
- dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal sudah 
via USG yang Hi-res ...:-)
 
 
 
salam,

From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan yg 
mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') ya 
interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah dari 
xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI
From: bsap...@geodin.net 
Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: noor syarifuddin  
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik danny . hilman
Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
komplek obyeknya. Konteks  tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
kemungkinannya),  ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan yg 
mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') ya 
interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah dari 
xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: bsap...@geodin.net
Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: noor syarifuddin 
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yan

Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik bsapiie
Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: noor syarifuddin 
Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.
Salam Pencerahan,
Bob Yuris Chandra
Palynologist Partikelir


Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-05 Terurut Topik noor syarifuddin
uppsss...
saya malah jadi bingung saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya
interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
ketukar-tukar..
 
 
salam,

From: Danny Hilman Natawidjaja 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik


Rekan Bob,
“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  
Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  
 
Salam
DHN
 
From:bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
 
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.
Salam Pencerahan,
Bob Yuris Chandra
Palynologist Partikelir

RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Rekan Bob,

“Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.

Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa 
dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, 
obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa 
dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah atau bengkok 
atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat 
memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama 
seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya 
bukan?  

Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, 
seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  Singkatnya 
detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan 
tujuannya bisa dianalogikan.  

 

Salam

DHN

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”

Yth Bapak / Ibu Geologist,

Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.

Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 

“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.

Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.

Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?

Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.

Salam Pencerahan,

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir





  



[iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

2012-09-04 Terurut Topik bob yuris
Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
Yth Bapak / Ibu Geologist,
Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof 
Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat 
tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 
“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya 
kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya “Interpretasi”. Saya 
punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil 
rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas 
tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk 
meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah.
Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang 
tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
Georadar / Geolistrik.
Salam Pencerahan,
Bob Yuris Chandra
Palynologist Partikelir