Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik astyka pamumpuni
Selamat Siang,

Artikel di NatGeo beberapa edisi yang lalu menyatakan Jerman berniat
menutup seluruh reaktor pada 2022 (yang hanya 16%-17% dari seluruh pasokan
listrik), menggantikannya dengan energi terbarukan -terutama angin- dan
menambah pasokan listrik dari bahan bakar fossil (batubara dan gas)

Beberapa alasan yang mengemuka adalah mahal dan lamanya proses setelah
reaktor berhenti/tutup usia serta pembuangan sampah nuklirnya.
Untuk  Indonesia sepertinya batubara dan panas bumi masih bisa ditingkatkan
penggunaannya. yang ekonomis (murah) dan cepat tentu saja batubara.

Note kutipan dari
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/:

"However, despite this safety assurance, on 30 May 2011, after increasing
pressure from anti-nuclear federal states, the government decided to revive
the previous government's phase-out plan and close all reactors by 2022 but
without abolishing the fuel tax, thus reneging on the new fuel tax
trade-off. The Bundestag passed the measures by 513 to 79 votes at the end
of June, and the Bundesrat vote on 8 July confirmed this. Both houses of
parliament approved construction of new coal and gas-fired plants despite
claiming to retain its CO2 emission reduction targets, as well as expanding
wind energy. This policy of replacing nuclear power with extra fossil fuel
capacity and vastly expanding highly-subsidised renewables is known as the
*Energiewende*."


Astyka P

2016-01-11 23:51 GMT+07:00 BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com <
SRS0-/cog=NL=ymail.com=birija...@iagi.or.id>:

> Salam Geologi,
>
> Itulah POLEMIK yang dibuat...agar ENERGI INDONESIA disibukkan dengan "
> RESIKO "...sejak 30 tahun yang lalu.
>
> Apakah Negara Negara Pengguna Energi Nuklir ...tidak mengetahui RESIKO
> nya..?!?
>
> Apakah ada Sumber Daya Energi di Indonesia yang tidak ber RESIKO..?!?
>
> Penutupan PLTN di beberapa Negara Pengguna Energi Nuklir, adalah
> Penggantian Reaktor Tipe Lama dengan Tipe BARU yang lebih efesien dari
> segala aspek.
> Dan Penelitian dan Pengembangan Reaktor Nuklir untuk Energi Listrik Dunia,
> Tentu mengalami perkembangan sesuai Tuntutan Zaman.
>
> Salam,
> BerTo
>
>
>
> Sent from Yahoo Mail on Android
> 
>
> On Mon, Jan 11, 2016 at 23:15, MINARWAN
>  wrote:
> Para Bapak dan Ibu yth,
>
> Polemik PLTN ini sebenarnya bukan persoalan memandang rendah bangsa
> sendiri atau takut londo, tapi lebih pada perlu vs tak perlu, aman vs tak
> aman, berpikir jangka pendek vs jangka panjang, haruskah PLTN vs belum
> perlu PLTN. Masih adakah sumber daya lain untuk membangkitkan listrik di
> Indonesia?
>
> Saat ini ada negara maju yang sudah menyetop pembangunan PLTN baru dan
> berusaha menutup PLTN mereka (Jerman) karena khawatir akan faktor keamanan.
> Berapa lama kita bisa menyimpan sisa pembakaran uranium tersebut dan di
> mana? Bisakah kita menyimpannya untuk waktu 50th, 100th, 200th, 300th?
>
> Artikel mengenai dekomisioning reaktor nuklir di Jerman ada di sini
> (Jerman Barat tidak percaya dengan reaktor nuklir Jerman Timur-Russia):
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/
>
> Sedangkan Indonesia sepertinya ingin menggunakan teknologi Russia? Jepang?
> Korsel?
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Indonesia/
>
> Sementara itu, Korsel sepertinya sudah punya reaktor nuklir lebih dulu
> daripada Indonesia, malah sudah mengekspor teknologi mereka.
>
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-O-S/South-Korea/
>
> Vietnam mendapatkan bantuan dari Russia dan Jepang. Perusahaan Russia yang
> membantu Vietnam ini juga sama dengan yang membantu Indonesia (Rosatom).
>
> PLTN ini, kalau hanya berpikir menggunakan listriknya tanpa peduli dengan
> resiko untuk orang2 di sekitar wilayah PLTN, yah memang enak, indah dan
> terasa hebat. :)
>
> Salam
> Minarwan
>
> --
> - when one teaches, two learn -
> http://www.linkedin.com/in/minarwan
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting
> from l

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik Eko Prasetyo
Pak Ronald,

Setahu saya pembangunan2 itu hanya pembangunan jalan-jalan dan rel-rel
kereta.
Untuk growth centernya sendiri belum ada gambaran. Mungkin ada yang bisa
memberikan info lebih lanjut?


2016-01-13 11:04 GMT+08:00 Ronal Nizori :

> Pak Dandy dan Pak Eko,
>
> Setau saya dari informasi - informasi media yang beredar akhir-akhir ini
> memang program jkw-jk untuk infrastruktur, pembangunan dan fasilitas
> penunjang di daerah daerah diluar jawa lagi gencar, mulai jalan kereta api,
> listrik, jalan aspal sampai daerah pelosok.
>
> Mudah-mudahan berjalan sesuai harapan kita.
>
> Salam,
>
> RN
>
> Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
> *From: *Dandy Hidayat
> *Sent: *Wednesday, 13 January 2016 08:09
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *Re: FW: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
> Mas Eko Prasetyo
>
> Saya berharap pernyataan mas makin banyak di dengungkan , Kami yang
> tinggal di Kalimantan selalu kekurangan Listrik , Maaf bukan saya tidak
> setuju ada pembangunan di pulau Jawa , tapi sudah saatnya "Gula"
> pembangunan juga ada di Kalimantan dan pulau - pulau lain seperti Maluku ,
> Irian dan Sulawesi . agar para "semut" atau pelaku ekonomi mau datang ke
> sana
>
> Mau PLTN atau Matahari .. terserah yang penting jangan lagi ada Byar Pet
> diantara Kita
>
> Salam
>
> Dandy
>
> 2016-01-13 8:11 GMT+08:00 Eko Prasetyo :
>
>> Tergelitik urun komen,
>> karena Kalimantan Tengah adalah lokasi ideal untuk PLTN di Indonesia,
>> tetapi gagal karena konsumen listrik terpusat di Jawa,
>> mungkin sudah seharusnya pemerintah merubah paradigma pembangunan jadi
>> "lupakan Jawa, kembangkan Kalimantan."
>>
>> 
>>
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> 
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> 
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> 
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
>> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but
>> not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
>> resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
>> the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> 
>>
>>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
> the use of
> any information posted on IAGI mailing list.
> 
>
>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no event shall IAGI or it

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik Ronal Nizori
Pak Dandy dan Pak Eko,Setau saya dari informasi - informasi media yang beredar akhir-akhir ini memang program jkw-jk untuk infrastruktur, pembangunan dan fasilitas penunjang di daerah daerah diluar jawa lagi gencar, mulai jalan kereta api, listrik, jalan aspal sampai daerah pelosok.Mudah-mudahan berjalan sesuai harapan kita.Salam,RN  Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network. From: Dandy HidayatSent: Wednesday, 13 January 2016 08:09To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: FW: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di DetikMas Eko Prasetyo Saya berharap pernyataan mas makin banyak di dengungkan , Kami yang tinggal di Kalimantan selalu kekurangan Listrik , Maaf bukan saya tidak setuju ada pembangunan di pulau Jawa , tapi sudah saatnya "Gula" pembangunan juga ada di Kalimantan dan pulau - pulau lain seperti Maluku , Irian dan Sulawesi . agar para "semut" atau pelaku ekonomi mau datang ke sana Mau PLTN atau Matahari .. terserah yang penting jangan lagi ada Byar Pet diantara Kita Salam Dandy 2016-01-13 8:11 GMT+08:00 Eko Prasetyo :Tergelitik urun komen,
karena Kalimantan Tengah adalah lokasi ideal untuk PLTN di Indonesia,tetapi gagal karena konsumen listrik terpusat di Jawa, mungkin sudah seharusnya pemerintah merubah paradigma pembangunan jadi "lupakan Jawa, kembangkan Kalimantan."





Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti



Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id



DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of 

any information posted on IAGI mailing list.









Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti



Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id



DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of 

any information posted on IAGI mailing list.








Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti



Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id



DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its ma

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik seno aji
Menarik sekali bah,

Yang jadi pertanyaan, kenapa fukushima bisa mendirikan PLTN padahal disana. 
Juga rawan gempa, rawan tsunami, dan IAEA mengijinkan mereka membangun disana 
ya? Sementara Indonesia susah banget. Dari tahun 70 an sampai sekarang gak ada 
perkembangannya.

Salam
warm regards seno aji

-Original Message-
From: noor syarifuddin 
Sender: 
Date: Tue, 12 Jan 2016 17:37:16 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

menarik sekali pencerahannya Prof satu perspektif baru...


salam,

2016-01-12 16:24 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata :

> Sedikit tambahan dan ralat:
> Keterlibatan saya dengan BATAN adalah tahun 2008-2009
> Jarak Semarang-Karimun Jawa: sekitar 100 km, bukan 100 m (hahaha)
> RPK
> - Original Message - From: "R.P.Koesoemadinata" <
> koeso...@melsa.net.id>
> To: 
> Sent: Tuesday, January 12, 2016 3:30 PM
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
>
> Saya pernah terlibat dengan project Batan untuk menenentukan tapak (site)
>> untuk PLTN. Ternyata dalam menentukan tapak ini harus mengikuti
>> persyaratan-persyaratan yang sangat ultra ketat dari IAEA, yang melibatkan
>> banyak aspek kemungkinan bencara alam, khususnya gempa dan gunung-api.
>> Jangkauan abu gunung-api menjadi masalah. Kemungkinan gempa sangat
>> diperhatikan. Adanya patahan/sesar harus diteliti dan diyakini bahwa tidak
>> aktif lagi untuk masa geologi yang cukup lama. Karena PLTN harus dekat
>> perairan yang cukup untuk pendinginan, maka pantai lah merupakan tapak yang
>> biasanya dipilih, Ini menimbulkan masalah dengan kemungkinan tsunami rob
>> dsb. Ingat Fukushima di Jepang. Juga faktor meteorologi juga harus
>> diperhatikan seandainya terjadi kebocoran, partikel radioaktif akan terbang
>> kemana. Dari pembicaraan2 dengan para Ahli yang didatangkan dari IAEA,
>> sangat sulit untuk mencari tapak yang aman di Pulau Jawa. Di lain pihak
>> Batan meminta lokasi ini di Jawa mengingat pasaran tenaga listrik ini
>> terkonsentrasi di Jawa. Dengan susah payah pantai Jepara dipilih, itupun
>> masih berisiko karena disana ada sesar yang harus dibuktikan tidak aktif
>> lagi. Juga rakyat setempat menolak, tetapi Gus Dur menganjurkan malah
>> Karimun Jawa, suatu pilihan yang secara geologi tepat, karena pulau ini
>> terdiri dari batuan metamorphic pre-Tersier  yang stabil secara tektonik,
>> jauh dari kemungkin gempa atau tsunami maupun bencana volcanik. Namun Batan
>> menolak karena harus dialirkan melalui kabel bawah laut sepanjang sekitar
>> 100 m. Akhirnya Batan mengalihkan perhatiannya ke Jawa Barat/Banten (di
>> mana saya terlibat langsung dalam pemilihan tapaknya, juga masalahnya sami
>> mawon. Akhirnya daerah pantai Banten utara dipilih, karena disana bupatinya
>> menginginkan. Tetapi saya berpendapat masih berisiko, dengan adanya
>> Krakatau dan kegempaan, dan masih ada kemungkinan tsunami, walaupun
>> terlindung dalam suatu teluk.
>> Akhirnya dipilih Bangka, memang disini secara tektonik sangat stabil,
>> juga jauh dari gempa dan gunungapi. Listriknya akan dialirkan dengan kabel
>> bawah laut ke Palembang, kemudian dialirkan melalui jaringan listrik
>> permukaan, dan kabel bawah laut lewat Selat Sunda  ke Pulau Jawa. Pada
>> pemilihan tapak disini saya sudah tidak terlibat lagi. Memang kalau mau
>> aman betul dan memenuhi persyaratan ultra-ketat  IAEA Kalimantan Tengah lah
>> daerah yang paling layak untuk tapak PLTN, hanya disana tidak ada pasaran
>> untuk listrik.
>> Mengenai cadangan Uranium, memang sudah terbukti ada di Kalimantan barat
>> dengan cadangan yang cukup, walaupun sebenarnya kecil. Tetapi bijih uranium
>> ini perlu diperkaya dan ini menjadi urusan lagi dengan IAEA (ingat Iran).
>> UGM pernah berhasil memperkaya uranium menjadi apa yang disebut "yellow
>> cake", secara diam-diam tanpa izin IAEA, walaupun belakangan ketahuan dan
>> jadi masalah. Enrichment dari uranium ini menggunakan instalasi yang rumit
>> dan lama dan harus diawasi oleh IAEA. Pada akhirnya akan jauh lebih murah
>> import aja. Sampai begitulah keadaulan dan ketahanan energi kita dari segi
>> PLTN. Memang gagah kalau Indonesia mempunyai PLTN, menunjukkan kemampuan
>> teknologi tinggi, tetapi tidak memperlihatkan kedaulatan energi kita,
>> Jadi masalahnya PLTN itu bukan soal teknologi yang bisa kita kuasai.
>> Menurut saya untuk Jawa Sumatra dan kepulauan volcanic lainnya mengapa
>> tidak geothermal saja yang dikembangkan: bukan saja renewable dan clean
>> energy, tetapi "inexhaustible" (tidak perlu diperbaharui, tidak akan
>> habis), dan uninterruptable ( tidak akan terganggu si

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com
Yah Sangat baik dan Benar semua kajian oleh para pakarnya, sangking semua 
Benar, anehnya adanya hanya FS  PLTP ( Pembangkit Listrik Tenaga POLEMIK ).
Sepertinya bukan Kedaulatan Energi dan kehebatan teknologi posisi Energi 
Indonesia sekarang ini.KEBUTUHAN DAN KECUKUPAN saja, Masih Jauh...
Salam POLEMIK,
BerTo

Sent from Yahoo Mail on Android 
 
  On Tue, Jan 12, 2016 at 17:37, noor syarifuddin 
wrote:   menarik sekali pencerahannya Prof satu perspektif baru...  salam,
2016-01-12 16:24 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata :

Sedikit tambahan dan ralat:
Keterlibatan saya dengan BATAN adalah tahun 2008-2009
Jarak Semarang-Karimun Jawa: sekitar 100 km, bukan 100 m (hahaha)
RPK
- Original Message - From: "R.P.Koesoemadinata" 
To: 
Sent: Tuesday, January 12, 2016 3:30 PM
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik



Saya pernah terlibat dengan project Batan untuk menenentukan tapak (site) untuk 
PLTN. Ternyata dalam menentukan tapak ini harus mengikuti 
persyaratan-persyaratan yang sangat ultra ketat dari IAEA, yang melibatkan 
banyak aspek kemungkinan bencara alam, khususnya gempa dan gunung-api. 
Jangkauan abu gunung-api menjadi masalah. Kemungkinan gempa sangat 
diperhatikan. Adanya patahan/sesar harus diteliti dan diyakini bahwa tidak 
aktif lagi untuk masa geologi yang cukup lama. Karena PLTN harus dekat perairan 
yang cukup untuk pendinginan, maka pantai lah merupakan tapak yang biasanya 
dipilih, Ini menimbulkan masalah dengan kemungkinan tsunami rob dsb. Ingat 
Fukushima di Jepang. Juga faktor meteorologi juga harus diperhatikan seandainya 
terjadi kebocoran, partikel radioaktif akan terbang kemana. Dari pembicaraan2 
dengan para Ahli yang didatangkan dari IAEA, sangat sulit untuk mencari tapak 
yang aman di Pulau Jawa. Di lain pihak Batan meminta lokasi ini di Jawa 
mengingat pasaran tenaga listrik ini terkonsentrasi di Jawa. Dengan susah payah 
pantai Jepara dipilih, itupun masih berisiko karena disana ada sesar yang harus 
dibuktikan tidak aktif lagi. Juga rakyat setempat menolak, tetapi Gus Dur 
menganjurkan malah Karimun Jawa, suatu pilihan yang secara geologi tepat, 
karena pulau ini terdiri dari batuan metamorphic pre-Tersier  yang stabil 
secara tektonik, jauh dari kemungkin gempa atau tsunami maupun bencana 
volcanik. Namun Batan menolak karena harus dialirkan melalui kabel bawah laut 
sepanjang sekitar 100 m. Akhirnya Batan mengalihkan perhatiannya ke Jawa 
Barat/Banten (di mana saya terlibat langsung dalam pemilihan tapaknya, juga 
masalahnya sami mawon. Akhirnya daerah pantai Banten utara dipilih, karena 
disana bupatinya menginginkan. Tetapi saya berpendapat masih berisiko, dengan 
adanya Krakatau dan kegempaan, dan masih ada kemungkinan tsunami, walaupun 
terlindung dalam suatu teluk.
Akhirnya dipilih Bangka, memang disini secara tektonik sangat stabil, juga jauh 
dari gempa dan gunungapi. Listriknya akan dialirkan dengan kabel bawah laut ke 
Palembang, kemudian dialirkan melalui jaringan listrik permukaan, dan kabel 
bawah laut lewat Selat Sunda  ke Pulau Jawa. Pada pemilihan tapak disini saya 
sudah tidak terlibat lagi. Memang kalau mau aman betul dan memenuhi persyaratan 
ultra-ketat  IAEA Kalimantan Tengah lah daerah yang paling layak untuk tapak 
PLTN, hanya disana tidak ada pasaran untuk listrik.
Mengenai cadangan Uranium, memang sudah terbukti ada di Kalimantan barat dengan 
cadangan yang cukup, walaupun sebenarnya kecil. Tetapi bijih uranium ini perlu 
diperkaya dan ini menjadi urusan lagi dengan IAEA (ingat Iran). UGM pernah 
berhasil memperkaya uranium menjadi apa yang disebut "yellow cake", secara 
diam-diam tanpa izin IAEA, walaupun belakangan ketahuan dan jadi masalah. 
Enrichment dari uranium ini menggunakan instalasi yang rumit dan lama dan harus 
diawasi oleh IAEA. Pada akhirnya akan jauh lebih murah import aja. Sampai 
begitulah keadaulan dan ketahanan energi kita dari segi PLTN. Memang gagah 
kalau Indonesia mempunyai PLTN, menunjukkan kemampuan teknologi tinggi, tetapi 
tidak memperlihatkan kedaulatan energi kita,
Jadi masalahnya PLTN itu bukan soal teknologi yang bisa kita kuasai. Menurut 
saya untuk Jawa Sumatra dan kepulauan volcanic lainnya mengapa tidak geothermal 
saja yang dikembangkan: bukan saja renewable dan clean energy, tetapi 
"inexhaustible" (tidak perlu diperbaharui, tidak akan habis), dan 
uninterruptable ( tidak akan terganggu siang-malam, mendung, hujan, badai dsb). 
Memang risiko kegagalan tinggi (tidak didapatkan sekali bor), biaya tinggi dsb. 
tetapi merupakan life-time investment. Sebaiknya pemerintah dapat minta 
investor BOT (built, operate and transfer) dan sementara listrik yang 
dihasilkan sementara itu disubsidi, sampai balik modal. Anggaplah subsidi ini 
biaya investasi jangka seumur hidup bumi, hanya tinggal biaya maintenance saja, 
ngisi ulang air dsb.
Wassalam
RPK

- Original Message - From: 
To: 
Sent: Tuesday, January 12, 2016 10:51 AM
Subject: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik noor syarifuddin
menarik sekali pencerahannya Prof satu perspektif baru...


salam,

2016-01-12 16:24 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata :

> Sedikit tambahan dan ralat:
> Keterlibatan saya dengan BATAN adalah tahun 2008-2009
> Jarak Semarang-Karimun Jawa: sekitar 100 km, bukan 100 m (hahaha)
> RPK
> - Original Message - From: "R.P.Koesoemadinata" <
> koeso...@melsa.net.id>
> To: 
> Sent: Tuesday, January 12, 2016 3:30 PM
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
>
> Saya pernah terlibat dengan project Batan untuk menenentukan tapak (site)
>> untuk PLTN. Ternyata dalam menentukan tapak ini harus mengikuti
>> persyaratan-persyaratan yang sangat ultra ketat dari IAEA, yang melibatkan
>> banyak aspek kemungkinan bencara alam, khususnya gempa dan gunung-api.
>> Jangkauan abu gunung-api menjadi masalah. Kemungkinan gempa sangat
>> diperhatikan. Adanya patahan/sesar harus diteliti dan diyakini bahwa tidak
>> aktif lagi untuk masa geologi yang cukup lama. Karena PLTN harus dekat
>> perairan yang cukup untuk pendinginan, maka pantai lah merupakan tapak yang
>> biasanya dipilih, Ini menimbulkan masalah dengan kemungkinan tsunami rob
>> dsb. Ingat Fukushima di Jepang. Juga faktor meteorologi juga harus
>> diperhatikan seandainya terjadi kebocoran, partikel radioaktif akan terbang
>> kemana. Dari pembicaraan2 dengan para Ahli yang didatangkan dari IAEA,
>> sangat sulit untuk mencari tapak yang aman di Pulau Jawa. Di lain pihak
>> Batan meminta lokasi ini di Jawa mengingat pasaran tenaga listrik ini
>> terkonsentrasi di Jawa. Dengan susah payah pantai Jepara dipilih, itupun
>> masih berisiko karena disana ada sesar yang harus dibuktikan tidak aktif
>> lagi. Juga rakyat setempat menolak, tetapi Gus Dur menganjurkan malah
>> Karimun Jawa, suatu pilihan yang secara geologi tepat, karena pulau ini
>> terdiri dari batuan metamorphic pre-Tersier  yang stabil secara tektonik,
>> jauh dari kemungkin gempa atau tsunami maupun bencana volcanik. Namun Batan
>> menolak karena harus dialirkan melalui kabel bawah laut sepanjang sekitar
>> 100 m. Akhirnya Batan mengalihkan perhatiannya ke Jawa Barat/Banten (di
>> mana saya terlibat langsung dalam pemilihan tapaknya, juga masalahnya sami
>> mawon. Akhirnya daerah pantai Banten utara dipilih, karena disana bupatinya
>> menginginkan. Tetapi saya berpendapat masih berisiko, dengan adanya
>> Krakatau dan kegempaan, dan masih ada kemungkinan tsunami, walaupun
>> terlindung dalam suatu teluk.
>> Akhirnya dipilih Bangka, memang disini secara tektonik sangat stabil,
>> juga jauh dari gempa dan gunungapi. Listriknya akan dialirkan dengan kabel
>> bawah laut ke Palembang, kemudian dialirkan melalui jaringan listrik
>> permukaan, dan kabel bawah laut lewat Selat Sunda  ke Pulau Jawa. Pada
>> pemilihan tapak disini saya sudah tidak terlibat lagi. Memang kalau mau
>> aman betul dan memenuhi persyaratan ultra-ketat  IAEA Kalimantan Tengah lah
>> daerah yang paling layak untuk tapak PLTN, hanya disana tidak ada pasaran
>> untuk listrik.
>> Mengenai cadangan Uranium, memang sudah terbukti ada di Kalimantan barat
>> dengan cadangan yang cukup, walaupun sebenarnya kecil. Tetapi bijih uranium
>> ini perlu diperkaya dan ini menjadi urusan lagi dengan IAEA (ingat Iran).
>> UGM pernah berhasil memperkaya uranium menjadi apa yang disebut "yellow
>> cake", secara diam-diam tanpa izin IAEA, walaupun belakangan ketahuan dan
>> jadi masalah. Enrichment dari uranium ini menggunakan instalasi yang rumit
>> dan lama dan harus diawasi oleh IAEA. Pada akhirnya akan jauh lebih murah
>> import aja. Sampai begitulah keadaulan dan ketahanan energi kita dari segi
>> PLTN. Memang gagah kalau Indonesia mempunyai PLTN, menunjukkan kemampuan
>> teknologi tinggi, tetapi tidak memperlihatkan kedaulatan energi kita,
>> Jadi masalahnya PLTN itu bukan soal teknologi yang bisa kita kuasai.
>> Menurut saya untuk Jawa Sumatra dan kepulauan volcanic lainnya mengapa
>> tidak geothermal saja yang dikembangkan: bukan saja renewable dan clean
>> energy, tetapi "inexhaustible" (tidak perlu diperbaharui, tidak akan
>> habis), dan uninterruptable ( tidak akan terganggu siang-malam, mendung,
>> hujan, badai dsb). Memang risiko kegagalan tinggi (tidak didapatkan sekali
>> bor), biaya tinggi dsb. tetapi merupakan life-time investment. Sebaiknya
>> pemerintah dapat minta investor BOT (built, operate and transfer) dan
>> sementara listrik yang dihasilkan sementara itu disubsidi, sampai balik
>> modal. Anggaplah subsidi ini biaya investasi jangka seumur hidup bumi,
>> hanya tinggal biaya maintenance saja, ngisi ulang air dsb.
>> Wa

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata

Sedikit tambahan dan ralat:
Keterlibatan saya dengan BATAN adalah tahun 2008-2009
Jarak Semarang-Karimun Jawa: sekitar 100 km, bukan 100 m (hahaha)
RPK
- Original Message - 
From: "R.P.Koesoemadinata" 

To: 
Sent: Tuesday, January 12, 2016 3:30 PM
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Saya pernah terlibat dengan project Batan untuk menenentukan tapak (site) 
untuk PLTN. Ternyata dalam menentukan tapak ini harus mengikuti 
persyaratan-persyaratan yang sangat ultra ketat dari IAEA, yang melibatkan 
banyak aspek kemungkinan bencara alam, khususnya gempa dan gunung-api. 
Jangkauan abu gunung-api menjadi masalah. Kemungkinan gempa sangat 
diperhatikan. Adanya patahan/sesar harus diteliti dan diyakini bahwa tidak 
aktif lagi untuk masa geologi yang cukup lama. Karena PLTN harus dekat 
perairan yang cukup untuk pendinginan, maka pantai lah merupakan tapak 
yang biasanya dipilih, Ini menimbulkan masalah dengan kemungkinan tsunami 
rob dsb. Ingat Fukushima di Jepang. Juga faktor meteorologi juga harus 
diperhatikan seandainya terjadi kebocoran, partikel radioaktif akan 
terbang kemana. Dari pembicaraan2 dengan para Ahli yang didatangkan dari 
IAEA, sangat sulit untuk mencari tapak yang aman di Pulau Jawa. Di lain 
pihak Batan meminta lokasi ini di Jawa mengingat pasaran tenaga listrik 
ini terkonsentrasi di Jawa. Dengan susah payah pantai Jepara dipilih, 
itupun masih berisiko karena disana ada sesar yang harus dibuktikan tidak 
aktif lagi. Juga rakyat setempat menolak, tetapi Gus Dur menganjurkan 
malah Karimun Jawa, suatu pilihan yang secara geologi tepat, karena pulau 
ini terdiri dari batuan metamorphic pre-Tersier  yang stabil secara 
tektonik, jauh dari kemungkin gempa atau tsunami maupun bencana volcanik. 
Namun Batan menolak karena harus dialirkan melalui kabel bawah laut 
sepanjang sekitar 100 m. Akhirnya Batan mengalihkan perhatiannya ke Jawa 
Barat/Banten (di mana saya terlibat langsung dalam pemilihan tapaknya, 
juga masalahnya sami mawon. Akhirnya daerah pantai Banten utara dipilih, 
karena disana bupatinya menginginkan. Tetapi saya berpendapat masih 
berisiko, dengan adanya Krakatau dan kegempaan, dan masih ada kemungkinan 
tsunami, walaupun terlindung dalam suatu teluk.
Akhirnya dipilih Bangka, memang disini secara tektonik sangat stabil, juga 
jauh dari gempa dan gunungapi. Listriknya akan dialirkan dengan kabel 
bawah laut ke Palembang, kemudian dialirkan melalui jaringan listrik 
permukaan, dan kabel bawah laut lewat Selat Sunda  ke Pulau Jawa. Pada 
pemilihan tapak disini saya sudah tidak terlibat lagi. Memang kalau mau 
aman betul dan memenuhi persyaratan ultra-ketat  IAEA Kalimantan Tengah 
lah daerah yang paling layak untuk tapak PLTN, hanya disana tidak ada 
pasaran untuk listrik.
Mengenai cadangan Uranium, memang sudah terbukti ada di Kalimantan barat 
dengan cadangan yang cukup, walaupun sebenarnya kecil. Tetapi bijih 
uranium ini perlu diperkaya dan ini menjadi urusan lagi dengan IAEA (ingat 
Iran). UGM pernah berhasil memperkaya uranium menjadi apa yang disebut 
"yellow cake", secara diam-diam tanpa izin IAEA, walaupun belakangan 
ketahuan dan jadi masalah. Enrichment dari uranium ini menggunakan 
instalasi yang rumit dan lama dan harus diawasi oleh IAEA. Pada akhirnya 
akan jauh lebih murah import aja. Sampai begitulah keadaulan dan ketahanan 
energi kita dari segi PLTN. Memang gagah kalau Indonesia mempunyai PLTN, 
menunjukkan kemampuan teknologi tinggi, tetapi tidak memperlihatkan 
kedaulatan energi kita,
Jadi masalahnya PLTN itu bukan soal teknologi yang bisa kita kuasai. 
Menurut saya untuk Jawa Sumatra dan kepulauan volcanic lainnya mengapa 
tidak geothermal saja yang dikembangkan: bukan saja renewable dan clean 
energy, tetapi "inexhaustible" (tidak perlu diperbaharui, tidak akan 
habis), dan uninterruptable ( tidak akan terganggu siang-malam, mendung, 
hujan, badai dsb). Memang risiko kegagalan tinggi (tidak didapatkan sekali 
bor), biaya tinggi dsb. tetapi merupakan life-time investment. Sebaiknya 
pemerintah dapat minta investor BOT (built, operate and transfer) dan 
sementara listrik yang dihasilkan sementara itu disubsidi, sampai balik 
modal. Anggaplah subsidi ini biaya investasi jangka seumur hidup bumi, 
hanya tinggal biaya maintenance saja, ngisi ulang air dsb.

Wassalam
RPK

- Original Message - 
From: 

To: 
Sent: Tuesday, January 12, 2016 10:51 AM
Subject: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik



Ini daerah daerah yg pernah disurvai untuk Lokasi PLTN dari
1975 sampai 1996.
Survai tahn 1996 Menempatkan Pantai Jepara khususnya Ujung
Lemah Abang menjadi lokasi yg layak

ISM


PARAMETER TAPAK
SITE SELECTION CRITERIA AND CANDIDATES

1st SELECTION (Karangkates Workshop, 1975)
SCREENING/RANKING FACTORS
Direct Factors: Indirect Factors:
1. Meteorology
2. Seismicity
3. hydrology
4. geology
5. population
6. urban planning
7. manpower
8. inventarization and additional data 1. Load Centre
2. Infrastructure
3. Other P

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-12 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Saya pernah terlibat dengan project Batan untuk menenentukan tapak (site) 
untuk PLTN. Ternyata dalam menentukan tapak ini harus mengikuti 
persyaratan-persyaratan yang sangat ultra ketat dari IAEA, yang melibatkan 
banyak aspek kemungkinan bencara alam, khususnya gempa dan gunung-api. 
Jangkauan abu gunung-api menjadi masalah. Kemungkinan gempa sangat 
diperhatikan. Adanya patahan/sesar harus diteliti dan diyakini bahwa tidak 
aktif lagi untuk masa geologi yang cukup lama. Karena PLTN harus dekat 
perairan yang cukup untuk pendinginan, maka pantai lah merupakan tapak yang 
biasanya dipilih, Ini menimbulkan masalah dengan kemungkinan tsunami rob 
dsb. Ingat Fukushima di Jepang. Juga faktor meteorologi juga harus 
diperhatikan seandainya terjadi kebocoran, partikel radioaktif akan terbang 
kemana. Dari pembicaraan2 dengan para Ahli yang didatangkan dari IAEA, 
sangat sulit untuk mencari tapak yang aman di Pulau Jawa. Di lain pihak 
Batan meminta lokasi ini di Jawa mengingat pasaran tenaga listrik ini 
terkonsentrasi di Jawa. Dengan susah payah pantai Jepara dipilih, itupun 
masih berisiko karena disana ada sesar yang harus dibuktikan tidak aktif 
lagi. Juga rakyat setempat menolak, tetapi Gus Dur menganjurkan malah 
Karimun Jawa, suatu pilihan yang secara geologi tepat, karena pulau ini 
terdiri dari batuan metamorphic pre-Tersier  yang stabil secara tektonik, 
jauh dari kemungkin gempa atau tsunami maupun bencana volcanik. Namun Batan 
menolak karena harus dialirkan melalui kabel bawah laut sepanjang sekitar 
100 m. Akhirnya Batan mengalihkan perhatiannya ke Jawa Barat/Banten (di mana 
saya terlibat langsung dalam pemilihan tapaknya, juga masalahnya sami mawon. 
Akhirnya daerah pantai Banten utara dipilih, karena disana bupatinya 
menginginkan. Tetapi saya berpendapat masih berisiko, dengan adanya Krakatau 
dan kegempaan, dan masih ada kemungkinan tsunami, walaupun terlindung dalam 
suatu teluk.
Akhirnya dipilih Bangka, memang disini secara tektonik sangat stabil, juga 
jauh dari gempa dan gunungapi. Listriknya akan dialirkan dengan kabel bawah 
laut ke Palembang, kemudian dialirkan melalui jaringan listrik permukaan, 
dan kabel bawah laut lewat Selat Sunda  ke Pulau Jawa. Pada pemilihan tapak 
disini saya sudah tidak terlibat lagi. Memang kalau mau aman betul dan 
memenuhi persyaratan ultra-ketat  IAEA Kalimantan Tengah lah daerah yang 
paling layak untuk tapak PLTN, hanya disana tidak ada pasaran untuk listrik.
Mengenai cadangan Uranium, memang sudah terbukti ada di Kalimantan barat 
dengan cadangan yang cukup, walaupun sebenarnya kecil. Tetapi bijih uranium 
ini perlu diperkaya dan ini menjadi urusan lagi dengan IAEA (ingat Iran). 
UGM pernah berhasil memperkaya uranium menjadi apa yang disebut "yellow 
cake", secara diam-diam tanpa izin IAEA, walaupun belakangan ketahuan dan 
jadi masalah. Enrichment dari uranium ini menggunakan instalasi yang rumit 
dan lama dan harus diawasi oleh IAEA. Pada akhirnya akan jauh lebih murah 
import aja. Sampai begitulah keadaulan dan ketahanan energi kita dari segi 
PLTN. Memang gagah kalau Indonesia mempunyai PLTN, menunjukkan kemampuan 
teknologi tinggi, tetapi tidak memperlihatkan kedaulatan energi kita,
Jadi masalahnya PLTN itu bukan soal teknologi yang bisa kita kuasai. Menurut 
saya untuk Jawa Sumatra dan kepulauan volcanic lainnya mengapa tidak 
geothermal saja yang dikembangkan: bukan saja renewable dan clean energy, 
tetapi "inexhaustible" (tidak perlu diperbaharui, tidak akan habis), dan 
uninterruptable ( tidak akan terganggu siang-malam, mendung, hujan, badai 
dsb). Memang risiko kegagalan tinggi (tidak didapatkan sekali bor), biaya 
tinggi dsb. tetapi merupakan life-time investment. Sebaiknya pemerintah 
dapat minta investor BOT (built, operate and transfer) dan sementara listrik 
yang dihasilkan sementara itu disubsidi, sampai balik modal. Anggaplah 
subsidi ini biaya investasi jangka seumur hidup bumi, hanya tinggal biaya 
maintenance saja, ngisi ulang air dsb.

Wassalam
RPK

- Original Message - 
From: 

To: 
Sent: Tuesday, January 12, 2016 10:51 AM
Subject: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik



Ini daerah daerah yg pernah disurvai untuk Lokasi PLTN dari
1975 sampai 1996.
Survai tahn 1996 Menempatkan Pantai Jepara khususnya Ujung
Lemah Abang menjadi lokasi yg layak

ISM


PARAMETER TAPAK
SITE SELECTION CRITERIA AND CANDIDATES

1st SELECTION (Karangkates Workshop, 1975)
SCREENING/RANKING FACTORS
Direct Factors: Indirect Factors:
1. Meteorology
2. Seismicity
3. hydrology
4. geology
5. population
6. urban planning
7. manpower
8. inventarization and additional data 1. Load Centre
2. Infrastructure
3. Other Power Resources

THE CANDIDATES:
1. Tanjung Pujul
2. Tanjung Pontang
3. Cabang Bungin
4. Pedes
5. Ujung Pamanukan
6. Semenanjung Muria
7. Lasem
8. Situbondo
9. Popoh
10. Pacitan
11. Pangandaran
12. Parigi
13. Pelabuhan Ratu selatan
14. Pelabuhan Ratu utara


2nd SELECTION (Karangkates Workshop, 1979)
SCREENING/RANKING FACTORS
Direct Factors: In

RE: RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Kosandi, Ervan (KPC)
Para anggota IAGI ysh,

Saya sebagai orang awam dan masih kurang pengetahuannya, merasa bingung dengan 
pernyataan2 yang keluarkan oleh para ahli ataupun pejabat pemerintahan selama 
ini, sulit membedakan yang benar dan yang tidak. Begitu banyak orang pandai di 
bidangnya masing2 dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemerintahan 
sepertinya sulit untuk berkolaborasi dengan satu visi dan misi. Masing masing 
hanya “menciptakan” prestasi/prestise di bidangnya. Sbagai rakyat biasa yang 
mungkin juga sebagai besar rakyat negeri ini saat ini memiliki keinginan yang 
sederhana dan mendasar, hanya butuh kebutuhan hidupnya terpenuhi dan lingkungan 
hidup nyaman dan aman. Persoalan kebutuhan dasar saja seperti listrik, bbm, dan 
pangan dari dulu (puluhan tahun), tidak pernah ada perbaikan yang signifikan. 
Rakyat selalu tertekan setiap tahunnya dengan tingginya tariff listrik naiknya 
harga bbm yang berimbas terhadap kebutuhan pangan/pokok lainnya. Negara lain 
saat ini sudah jauh dengan teknologi energi terbarukan yang akan memenuhi 
kebutuhan energinya. Bagaimana dengan bangsa ini, sebaiknya jangan ikut2 dengan 
sesuatu yang kita belum siap sampai melupakan kebutuhan dan kondisi bangsa saat 
ini. Alangkah lebih baik memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang ada seperti 
minyak bumi dan batu bara. Para ahli bangsa ini tetap melanjutkan pengembangan 
keilmuannya sesuai dengan bidangnya, dan mengikuti perkembangan dunia seperti 
energy terbarukan demi masa depan bangsa. Para ahli wajib memberikan masukan 
ide-ide yang memeberi kontribusi yang positif, menyeluruh, tepat sasaran, 
sehingga dampaknya bisa dirasakan rakyat bangsa ini. Ide-ide ini tentunya 
menyesuaikan kondisi bangsa kita, ada yang bersifat jangka pendek dan jangka 
panjang. Saya yakin kalau rakyat bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya, dengan 
mudah dan murah, memulai atau mengambangkan sesuatu yang lebih baik dan baru 
akan lebih mudah, dan hal ini mendukung bangsa untuk ikut sejajar atau bahkan 
lebih baik dari Negara lain.

Semuanya butuh pengorbanan dan waktu. Mulailah dengan apa yang kita miliki dan 
yang bisa kita lakukan, setidaknya hari ini lebih baik dari kemarin.

Mohon maaf atas tulisan saya ini jika tidak berkenan.

Salam
Ervan Kosandi


From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Yanto R. 
Sumantri - yrs_nki@
Sent: Tuesday, January 12, 2016 10:02 AM
To: iagi-net@iagi or. id
Subject: Re: RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

Hahaha kritik yg bagus
Si Abah

Sent from Yahoo Mail on 
Android<https://overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android>


From:"BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com<mailto:birija...@ymail.com>" 
mailto:SRS0-7SRv=NM=ymail.com=birija...@iagi.or.id>>
Date:Tue, 12 Jan, 2016 at 8:57
Subject:RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

Salam Geologi,

Yah, banyak Pakar kita yang Justru membuat POLEMIK tentang PLTN ini sejak 30 
TAHUN yang lalu.

Hasilnya adalah : Krisis Energi.semata.

DEN hanya Organisasi POLEMIK, Pakar Energi hanya menjadi Pakar POLEMIK yang 
hasilnya adalah : ENERGI POLEMIK.

Sumber Energi Pembangkit Listrik Tenaga POLEMIK ( PLTP )he...he...he
Proyek ONGKOS MULTI YEARSyang dibuat oleh Pakar Energi PRIMER POLEMIK.

Salam,

BerTo


Sent from Yahoo Mail on 
Android<https://overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android>

On Tue, Jan 12, 2016 at 6:13, lia...@indo.net.id<mailto:lia...@indo.net.id>
mailto:lia...@indo.net.id>> wrote:
Lumayan jadi ramai lagi millist nya , nih dibawah ada tulisan
ttg PLTN oleh yg Pakarnya :
salam

ISM

MENGGUGAT RENCANA PLTN MINI

Nengah Sudja
Sekretaris Komisi Persiapan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir(1970-1980-an)
Kompas | 19 Juni 2015
Badan Tenaga Nuklir Nasional mencanangkan pembangunan reaktor
daya non-komersial  atau reaktor daya eksperimental di Kompleks
Puspitek Serpong, Banten, pada 2015. RDE yang pada dasarnya
pembangkit listrik tenaga nuklir mini diklaim mampu
menghasilkan listrik 10-30 megawatt dan diharapkan beroperasi
sebelum 2019.Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Susilo
Wisnubruto dalam siaran persnya menjelaskan, reaktor daya
eksperimental (RDE) merupakan suatu strategi pemerintah untuk
mengenalkan reaktor nuklir yang menghasilkan listrik sekaligus
dapat digunakan untuk eksperimen/riset.Djarot mengklaim bahwa RDE yang dipilih 
adalah generasi ke-4
yang memiliki  teknologi keselamatan tinggi dibandingkan dengan
RDE generasi sebelumnya. Lebih jauh dikatakan, RDE merupakan
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mini yang pada masa
depan dapat diaplikasikan di daerah yang tidak membutuhkan daya
besar, terutama di wilayah  bagian tengah dan timur.Publik perlu penjelasan
Pernyataan bahwa teknologi RDE yang dipilih adalah generasi
ke-4 perlu mendapatkan klarifikasi dari Batan. Apa benar sudah
ada RDE generasi ke-4? Pemakaian istilah teknologi generasi
ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 selama itu ditujukan untuk PLTN
kom

Re: RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
 riset dan reaktor daya.  Reaktor riset
yang desain bejana reaktornya terbuka, bertekanan, dan bersuhu
rendah lebih mudah dioperasikan dan berisiko rendah
dibandingkan dengan reaktor daya (PLTN) yang desain bejananya
tertutup, beroperasi dengan tekanan 150 atmosfer, dan suhu
tinggi 350 derajat celsius untuk dapat  menghasilkan uap yang
memutar turbin/generator listrik.Pada reaktor daya terdapat risiko critically 
accident yang
dapat mengakibatkan pelelehan teras PLTN dan berdampak
mengerikan serta terbukti terjadi pada reaktor PLTN yang
beroperasi saat ini. Risiko ini tidak pada reaktor riset.Batan sepertinya 
mencoba meredam risiko RDE dengan
menyamarkannya sebagai reaktor riset. Apakah kajian risiko
dipertimbangkan sehingga PLTN mini ini dengan mudah ditetapkan
akan dibangun di Serpong yang dalam kawasan radius 5 km  dihuni
lebih dari 200. 000 orang? Apakah warga di Serpong, Bintaro,
Tangerang, dan Jakarta dapat menerima dan menyetujui risiko
kecelakaan PLTN mini?Kelayakan tekno-ekonomi
Batan menyatakan pembangunan PLTN kecil ini akan siap
beroperasi pada 2019. Kalau tahap kedua pembangunan prototipe
benar dapat diselesaikan pada 2019, berapa tahun diperlukan
lagi untuk melakukan uji coba operasi untuk membuktikan
kelayakan tekno-ekonominya?Asumsikanlah setelah  10 tahun baru akan diketahui 
keberhasilan
atau kegagalannya. Kalau gagal, berapa nilai kegagalan itu?
Pada setiap  anggaran kegiatan, seperti  untuk membuat studi
kelayakan, pembangunan proyek prototipe, biaya operasi, dan
pemeliharaan selama operasi diasumsikan 10 tahun. Kemudian
dilakukan audit pertanggungjawaban kelayakan tekno-ekomisnya.
Setelah itu, berapa tahun lagi diperlukan untuk sampai pada
tahap ketiga untuk memproduksinya secara besar-besaran.Di media massa dapat 
dibaca Pengumuman Lelang Pengadaan Jasa
Konsultasi Penyusunan Dokumen Desain Rekayasa Awal RDE sebesar
Rp 49 miliar untuk penyusunan Desain Rekayasa  Awal. Kalau ini
baru biaya awal, tentunya biaya lainnya masih ada lagi.  Berapa
perkiraan seluruh anggaran yang diperlukan untuk perencanaan
dan konstruksi RDE? Karena menggunakan APBN, demi asas good
governance, rencana anggaran ini sepatutnya dibuka kepada
publik,  mengikuti model e-budget Provinsi DKI Jakarta.Alternatif RDE
Pertanyaan lanjutan: kapan akhirnya RDE ini dapat
diaplikasikan,  sejak perancanangan tahun 2015, lalu beroperasi
tahun 2019, dan selesai percobaan uji kelayakan. Diasumsikan
baru setelah 2029, RDE baru bisa diaplikasikan secara massal ke
daerah- daerah yang terpencil, seperti yang dijanjikan Kepala
Batan.Coba bandingkan, jika pemerintah menggunakan anggaran untuk RDE
dalam 10 tahun mendatang untuk mengembangkan teknologi energi
terbarukan sehingga bisa menyediakan listrik  di daerah-daerah
terpencil dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan
setempat. Strategi ini tentunya lebih cepat meningkatkan
elektrifikasi dan mengatasi pemadaman listrik di wilayah
terpencil di seluruh negeri ini ketimbang menunggu hasil RDE.Galileo Galilei 
(1564-1642), ilmuwan dan perintis ilmu modern,
pendorong terjadinya perubahan budaya dari abad kegelapan ke
abad pencerahan (bersama Copernicus, Newton), pernah
menyatakan, kalau ingin maju, "Ukur semua, dan yang tak dapat
diukur buat jadi terukur."Rencana RDE ini pun harus dapat diukur dengan presisi 
sehingga
persoalan akan jadi lebih transparan dan jelas. Dengan
demikian, publik dapat menilai rencana pembangunan PLTN ini
berlandaskan pada data, informasi, dan fakta, bukan gosip.
Semoga bangsa ini cepat maju dan dapat memenuhi kebutuhan
listriknya. Nengah Sudja
Sekretaris Komisi Persiapan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir(1970-1980-an)



> Haaa..produksi uranium?
> BATAN itu tidak pernah memproduksi uranium (setidaknya
> sampai sekarang)
Uranium itu adalah bahan bakar untuk PLTN
> !!
> Selama ini BATAN hanya punya reaktor riset, bukan PLTN
> (belum).
> Hasil BATAN hanya produk rekayasa untuk pertanian dan
> kedokteran.

> Btw, saya setuju Indonesia memiliki PLTN. Gak ada deh negara
> maju yang enggak punya PLTN. Ilmuwan/SDM kita juga mampu
> menguasai teknologinya. Gak usah memandang rendah bangsa
> sendiri.

>
> Salam,
>
> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]>
>  Nugrahani
>
>
>
> Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana
> Pengembangan Lapangan (PRKRPL)

>
>
> Gedung Wisma Mulia Lantai 39
>
> Jl. Gatot Subroto No.42, Jakarta 12710
> Telp:(+62-21) 29241607 EXT : 4300
> Fax:(+62-21) 2924
>
>
>
> Website: www.skkmigas.go.id
>
> Sent from my Samsung Galaxy smartphone.
>
>
>  Original message 
> From: godang shaban
> Date:01/11/2016 20:52 (GMT+07:00)
> To: Ronal Nizori , iagi-net@iagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Mailist MGEI
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
> Omong sini-omong sana :
> Sebenarn

RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com
tertutup, beroperasi dengan tekanan 150 atmosfer, dan suhu
tinggi 350 derajat celsius untuk dapat  menghasilkan uap yang
memutar turbin/generator listrik.Pada reaktor daya terdapat risiko critically 
accident yang
dapat mengakibatkan pelelehan teras PLTN dan berdampak
mengerikan serta terbukti terjadi pada reaktor PLTN yang
beroperasi saat ini. Risiko ini tidak pada reaktor riset.Batan sepertinya 
mencoba meredam risiko RDE dengan
menyamarkannya sebagai reaktor riset. Apakah kajian risiko
dipertimbangkan sehingga PLTN mini ini dengan mudah ditetapkan
akan dibangun di Serpong yang dalam kawasan radius 5 km  dihuni
lebih dari 200. 000 orang? Apakah warga di Serpong, Bintaro,
Tangerang, dan Jakarta dapat menerima dan menyetujui risiko
kecelakaan PLTN mini?Kelayakan tekno-ekonomi
Batan menyatakan pembangunan PLTN kecil ini akan siap
beroperasi pada 2019. Kalau tahap kedua pembangunan prototipe
benar dapat diselesaikan pada 2019, berapa tahun diperlukan
lagi untuk melakukan uji coba operasi untuk membuktikan
kelayakan tekno-ekonominya?Asumsikanlah setelah  10 tahun baru akan diketahui 
keberhasilan
atau kegagalannya. Kalau gagal, berapa nilai kegagalan itu?
Pada setiap  anggaran kegiatan, seperti  untuk membuat studi
kelayakan, pembangunan proyek prototipe, biaya operasi, dan
pemeliharaan selama operasi diasumsikan 10 tahun. Kemudian
dilakukan audit pertanggungjawaban kelayakan tekno-ekomisnya.
Setelah itu, berapa tahun lagi diperlukan untuk sampai pada
tahap ketiga untuk memproduksinya secara besar-besaran.Di media massa dapat 
dibaca Pengumuman Lelang Pengadaan Jasa
Konsultasi Penyusunan Dokumen Desain Rekayasa Awal RDE sebesar
Rp 49 miliar untuk penyusunan Desain Rekayasa  Awal. Kalau ini
baru biaya awal, tentunya biaya lainnya masih ada lagi.  Berapa
perkiraan seluruh anggaran yang diperlukan untuk perencanaan
dan konstruksi RDE? Karena menggunakan APBN, demi asas good
governance, rencana anggaran ini sepatutnya dibuka kepada
publik,  mengikuti model e-budget Provinsi DKI Jakarta.Alternatif RDE
Pertanyaan lanjutan: kapan akhirnya RDE ini dapat
diaplikasikan,  sejak perancanangan tahun 2015, lalu beroperasi
tahun 2019, dan selesai percobaan uji kelayakan. Diasumsikan
baru setelah 2029, RDE baru bisa diaplikasikan secara massal ke
daerah- daerah yang terpencil, seperti yang dijanjikan Kepala
Batan.Coba bandingkan, jika pemerintah menggunakan anggaran untuk RDE
dalam 10 tahun mendatang untuk mengembangkan teknologi energi
terbarukan sehingga bisa menyediakan listrik  di daerah-daerah
terpencil dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan
setempat. Strategi ini tentunya lebih cepat meningkatkan
elektrifikasi dan mengatasi pemadaman listrik di wilayah
terpencil di seluruh negeri ini ketimbang menunggu hasil RDE.Galileo Galilei 
(1564-1642), ilmuwan dan perintis ilmu modern,
pendorong terjadinya perubahan budaya dari abad kegelapan ke
abad pencerahan (bersama Copernicus, Newton), pernah
menyatakan, kalau ingin maju, "Ukur semua, dan yang tak dapat
diukur buat jadi terukur."Rencana RDE ini pun harus dapat diukur dengan presisi 
sehingga
persoalan akan jadi lebih transparan dan jelas. Dengan
demikian, publik dapat menilai rencana pembangunan PLTN ini
berlandaskan pada data, informasi, dan fakta, bukan gosip.
Semoga bangsa ini cepat maju dan dapat memenuhi kebutuhan
listriknya. Nengah Sudja
Sekretaris Komisi Persiapan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir(1970-1980-an)



> Haaa..produksi uranium?
> BATAN itu tidak pernah memproduksi uranium (setidaknya
> sampai sekarang)
 Uranium itu adalah bahan bakar untuk PLTN
> !!
> Selama ini BATAN hanya punya reaktor riset, bukan PLTN
> (belum).
> Hasil BATAN hanya produk rekayasa untuk pertanian dan
> kedokteran.

> Btw, saya setuju Indonesia memiliki PLTN. Gak ada deh negara
> maju yang enggak punya PLTN. Ilmuwan/SDM kita juga mampu
> menguasai teknologinya. Gak usah memandang rendah bangsa
> sendiri.

>
> Salam,
>
> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]>
>  Nugrahani
>
>
>
> Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana
> Pengembangan Lapangan (PRKRPL)

>
>
> Gedung Wisma Mulia Lantai 39
>
> Jl. Gatot Subroto No.42, Jakarta 12710
> Telp:(+62-21) 29241607 EXT : 4300
> Fax:(+62-21) 2924
>
>
>
> Website: www.skkmigas.go.id
>
> Sent from my Samsung Galaxy smartphone.
>
>
>  Original message 
> From: godang shaban
> Date:01/11/2016 20:52 (GMT+07:00)
> To: Ronal Nizori , iagi-net@iagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Mailist MGEI
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
> Omong sini-omong sana :
> Sebenarnya BATAN sudah produksi uranium belom sampai detik
> ini (tgl 11 januari 2016, jam 20.50 wib)???
 Atau masih
> berangan-angan???
>
> Fr : godang
>
>
>
> Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the

RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik liamsi
 ini dengan mudah ditetapkan
akan dibangun di Serpong yang dalam kawasan radius 5 km  dihuni
lebih dari 200. 000 orang? Apakah warga di Serpong, Bintaro,
Tangerang, dan Jakarta dapat menerima dan menyetujui risiko
kecelakaan PLTN mini?Kelayakan tekno-ekonomi
Batan menyatakan pembangunan PLTN kecil ini akan siap
beroperasi pada 2019. Kalau tahap kedua pembangunan prototipe
benar dapat diselesaikan pada 2019, berapa tahun diperlukan
lagi untuk melakukan uji coba operasi untuk membuktikan
kelayakan tekno-ekonominya?Asumsikanlah setelah  10 tahun baru akan diketahui 
keberhasilan
atau kegagalannya. Kalau gagal, berapa nilai kegagalan itu?
Pada setiap  anggaran kegiatan, seperti  untuk membuat studi
kelayakan, pembangunan proyek prototipe, biaya operasi, dan
pemeliharaan selama operasi diasumsikan 10 tahun. Kemudian
dilakukan audit pertanggungjawaban kelayakan tekno-ekomisnya.
Setelah itu, berapa tahun lagi diperlukan untuk sampai pada
tahap ketiga untuk memproduksinya secara besar-besaran.Di media massa dapat 
dibaca Pengumuman Lelang Pengadaan Jasa
Konsultasi Penyusunan Dokumen Desain Rekayasa Awal RDE sebesar
Rp 49 miliar untuk penyusunan Desain Rekayasa  Awal. Kalau ini
baru biaya awal, tentunya biaya lainnya masih ada lagi.  Berapa
perkiraan seluruh anggaran yang diperlukan untuk perencanaan
dan konstruksi RDE? Karena menggunakan APBN, demi asas good
governance, rencana anggaran ini sepatutnya dibuka kepada
publik,  mengikuti model e-budget Provinsi DKI Jakarta.Alternatif RDE
Pertanyaan lanjutan: kapan akhirnya RDE ini dapat
diaplikasikan,  sejak perancanangan tahun 2015, lalu beroperasi
tahun 2019, dan selesai percobaan uji kelayakan. Diasumsikan
baru setelah 2029, RDE baru bisa diaplikasikan secara massal ke
daerah- daerah yang terpencil, seperti yang dijanjikan Kepala
Batan.Coba bandingkan, jika pemerintah menggunakan anggaran untuk RDE
dalam 10 tahun mendatang untuk mengembangkan teknologi energi
terbarukan sehingga bisa menyediakan listrik  di daerah-daerah
terpencil dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan
setempat. Strategi ini tentunya lebih cepat meningkatkan
elektrifikasi dan mengatasi pemadaman listrik di wilayah
terpencil di seluruh negeri ini ketimbang menunggu hasil RDE.Galileo Galilei 
(1564-1642), ilmuwan dan perintis ilmu modern,
pendorong terjadinya perubahan budaya dari abad kegelapan ke
abad pencerahan (bersama Copernicus, Newton), pernah
menyatakan, kalau ingin maju, "Ukur semua, dan yang tak dapat
diukur buat jadi terukur."Rencana RDE ini pun harus dapat diukur dengan presisi 
sehingga
persoalan akan jadi lebih transparan dan jelas. Dengan
demikian, publik dapat menilai rencana pembangunan PLTN ini
berlandaskan pada data, informasi, dan fakta, bukan gosip.
Semoga bangsa ini cepat maju dan dapat memenuhi kebutuhan
listriknya. Nengah Sudja
Sekretaris Komisi Persiapan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir(1970-1980-an)



> Haaa..produksi uranium?
> BATAN itu tidak pernah memproduksi uranium (setidaknya
> sampai sekarang)
 Uranium itu adalah bahan bakar untuk PLTN
> !!
> Selama ini BATAN hanya punya reaktor riset, bukan PLTN
> (belum).
> Hasil BATAN hanya produk rekayasa untuk pertanian dan
> kedokteran.

> Btw, saya setuju Indonesia memiliki PLTN. Gak ada deh negara
> maju yang enggak punya PLTN. Ilmuwan/SDM kita juga mampu
> menguasai teknologinya. Gak usah memandang rendah bangsa
> sendiri.

>
> Salam,
>
> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]>
>  Nugrahani
>
>
>
> Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana
> Pengembangan Lapangan (PRKRPL)

>
>
> Gedung Wisma Mulia Lantai 39
>
> Jl. Gatot Subroto No.42, Jakarta 12710
> Telp:(+62-21) 29241607 EXT : 4300
> Fax:(+62-21) 2924
>
>
>
> Website: www.skkmigas.go.id
>
> Sent from my Samsung Galaxy smartphone.
>
>
>  Original message 
> From: godang shaban
> Date:01/11/2016 20:52 (GMT+07:00)
> To: Ronal Nizori , iagi-net@iagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Mailist MGEI
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
> Omong sini-omong sana :
> Sebenarnya BATAN sudah produksi uranium belom sampai detik
> ini (tgl 11 januari 2016, jam 20.50 wib)???
 Atau masih
> berangan-angan???
>
> Fr : godang
>
>
>
> Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel
> network.
> From: Ronal Nizori
> Sent: Monday, 11 January 2016 21:31
> To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
> Reply To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Mailist MGEI
> Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik
>
>
> Secara general saya lihat SDM kita secara teknis bisa
> mengerjakan dari sejak dulu, tetapi sebenarnya indonesia
> kenapa ketinggalan (baca : mbuleet..let..let) untuk mengem
> bangkan dan merealisasikan teknologi nuklir? ‎Secara kasat
> menurut sa

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Rakhmadi Sulistyanto - rakhmadi_ge...@yahoo.com
Energi nuklir merupakan salah satu energi baru tetapi tidak terbarukan di 
indonesia, Jika indonesia ingin menjadi negara maju maka pltn menjadi 
keniscayaan karena negara maju membutuhkan energi listrik yang besar.pltn 
dengan luas daerah yg dibutuhkan seluas sekitar lapangan sepakbola akan sangat 
efisien dengan bahan bakar hanya dalam hitungan  1 kg kilogram uranium setara 
dengan 2.9 juta kg batubara bisa menghasilkan ribuan megawatt dibanding pltu yg 
membutuhkan puluhan juta ton batubara.standar keamanan, keselamatan dan 
pertahanan berlapis-lapis dan sangat ketat di pltn mulai dari konstruksi dan 
operasi merupakan standar paling tinggi dan sangat jauh dibanding pembangkit 
lain.Dampak pencemaran udara jauh sangat kecil dibandingkan pltu.Bahaya radiasi 
selama operasi dan jika terjadi kecelakaan jumlahnya sangat diperkecil sehingga 
dampaknya terhadap lingkungan tidak berarti.Sekedar sharing saja.Terimakasih.
Salam energi,
Rakhmadi SulistyantoMagister Energi Undip
Sent from Yahoo Mail on Android 
 
  On Sen, Jan 11, 2016 at 23:51, BERNABAS IRIJANTO - 
birija...@ymail.com wrote:   Salam 
Geologi, 
Itulah POLEMIK yang dibuat...agar ENERGI INDONESIA disibukkan dengan " RESIKO 
"...sejak 30 tahun yang lalu.
Apakah Negara Negara Pengguna Energi Nuklir ...tidak mengetahui RESIKO nya..?!?
Apakah ada Sumber Daya Energi di Indonesia yang tidak ber RESIKO..?!?
Penutupan PLTN di beberapa Negara Pengguna Energi Nuklir, adalah Penggantian 
Reaktor Tipe Lama dengan Tipe BARU yang lebih efesien dari segala aspek.Dan 
Penelitian dan Pengembangan Reaktor Nuklir untuk Energi Listrik Dunia, Tentu 
mengalami perkembangan sesuai Tuntutan Zaman.
Salam,BerTo


Sent from Yahoo Mail on Android 
 
 On Mon, Jan 11, 2016 at 23:15, MINARWAN wrote:  Para 
Bapak dan Ibu yth,

Polemik PLTN ini sebenarnya bukan persoalan memandang rendah bangsa sendiri 
atau takut londo, tapi lebih pada perlu vs tak perlu, aman vs tak aman, 
berpikir jangka pendek vs jangka panjang, haruskah PLTN vs belum perlu PLTN. 
Masih adakah sumber daya lain untuk membangkitkan listrik di Indonesia? 

Saat ini ada negara maju yang sudah menyetop pembangunan PLTN baru dan berusaha 
menutup PLTN mereka (Jerman) karena khawatir akan faktor keamanan. Berapa lama 
kita bisa menyimpan sisa pembakaran uranium tersebut dan di mana? Bisakah kita 
menyimpannya untuk waktu 50th, 100th, 200th, 300th?

Artikel mengenai dekomisioning reaktor nuklir di Jerman ada di sini (Jerman 
Barat tidak percaya dengan reaktor nuklir Jerman Timur-Russia):
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/

Sedangkan Indonesia sepertinya ingin menggunakan teknologi Russia? Jepang? 
Korsel?
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Indonesia/

Sementara itu, Korsel sepertinya sudah punya reaktor nuklir lebih dulu daripada 
Indonesia, malah sudah mengekspor teknologi mereka. 
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-O-S/South-Korea/

Vietnam mendapatkan bantuan dari Russia dan Jepang. Perusahaan Russia yang 
membantu Vietnam ini juga sama dengan yang membantu Indonesia (Rosatom).

PLTN ini, kalau hanya berpikir menggunakan listriknya tanpa peduli dengan 
resiko untuk orang2 di sekitar wilayah PLTN, yah memang enak, indah dan terasa 
hebat. :)

Salam
Minarwan

-- 
- when one teaches, two learn -
http://www.linkedin.com/in/minarwan


Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


  



Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shin

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik rakhmadi avianto
Ass wr wb

Setuju Ketum ... petakan dulu kemampuan Th dan U kita dimana ..brp besar
... hasilnya masukan ke KCMI ... shg IAGI main angka yg COUNTABLE  dan
RELIABLE... jangan kaya cadangan batubara sekian Juta Ton tanpa
menyertakan Stripping Rasio (SR) ... kalo ekonomis dan marketable pasti
banyak yg mau ikut ambil kemudian di jual ke PLTN  Tapi ... think tank
team kudu punya dulu dimana lokasinya ... kalo mungkin bikin IUP ... pasti
ada yg mau nambang dg buyernya GOI / PLTN ... PLTN bisa bikin listrin
 wrote:

> Salam Geologi,
>
> Itulah POLEMIK yang dibuat...agar ENERGI INDONESIA disibukkan dengan "
> RESIKO "...sejak 30 tahun yang lalu.
>
> Apakah Negara Negara Pengguna Energi Nuklir ...tidak mengetahui RESIKO
> nya..?!?
>
> Apakah ada Sumber Daya Energi di Indonesia yang tidak ber RESIKO..?!?
>
> Penutupan PLTN di beberapa Negara Pengguna Energi Nuklir, adalah
> Penggantian Reaktor Tipe Lama dengan Tipe BARU yang lebih efesien dari
> segala aspek.
> Dan Penelitian dan Pengembangan Reaktor Nuklir untuk Energi Listrik Dunia,
> Tentu mengalami perkembangan sesuai Tuntutan Zaman.
>
> Salam,
> BerTo
>
>
>
> Sent from Yahoo Mail on Android
> 
>
> On Mon, Jan 11, 2016 at 23:15, MINARWAN
>  wrote:
> Para Bapak dan Ibu yth,
>
> Polemik PLTN ini sebenarnya bukan persoalan memandang rendah bangsa
> sendiri atau takut londo, tapi lebih pada perlu vs tak perlu, aman vs tak
> aman, berpikir jangka pendek vs jangka panjang, haruskah PLTN vs belum
> perlu PLTN. Masih adakah sumber daya lain untuk membangkitkan listrik di
> Indonesia?
>
> Saat ini ada negara maju yang sudah menyetop pembangunan PLTN baru dan
> berusaha menutup PLTN mereka (Jerman) karena khawatir akan faktor keamanan.
> Berapa lama kita bisa menyimpan sisa pembakaran uranium tersebut dan di
> mana? Bisakah kita menyimpannya untuk waktu 50th, 100th, 200th, 300th?
>
> Artikel mengenai dekomisioning reaktor nuklir di Jerman ada di sini
> (Jerman Barat tidak percaya dengan reaktor nuklir Jerman Timur-Russia):
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/
>
> Sedangkan Indonesia sepertinya ingin menggunakan teknologi Russia? Jepang?
> Korsel?
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Indonesia/
>
> Sementara itu, Korsel sepertinya sudah punya reaktor nuklir lebih dulu
> daripada Indonesia, malah sudah mengekspor teknologi mereka.
>
> http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-O-S/South-Korea/
>
> Vietnam mendapatkan bantuan dari Russia dan Jepang. Perusahaan Russia yang
> membantu Vietnam ini juga sama dengan yang membantu Indonesia (Rosatom).
>
> PLTN ini, kalau hanya berpikir menggunakan listriknya tanpa peduli dengan
> resiko untuk orang2 di sekitar wilayah PLTN, yah memang enak, indah dan
> terasa hebat. :)
>
> Salam
> Minarwan
>
> --
> - when one teaches, two learn -
> http://www.linkedin.com/in/minarwan
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
> the use of
> any information posted on IAGI mailing list.
> 
>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no 

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com
Salam Geologi, 
Itulah POLEMIK yang dibuat...agar ENERGI INDONESIA disibukkan dengan " RESIKO 
"...sejak 30 tahun yang lalu.
Apakah Negara Negara Pengguna Energi Nuklir ...tidak mengetahui RESIKO nya..?!?
Apakah ada Sumber Daya Energi di Indonesia yang tidak ber RESIKO..?!?
Penutupan PLTN di beberapa Negara Pengguna Energi Nuklir, adalah Penggantian 
Reaktor Tipe Lama dengan Tipe BARU yang lebih efesien dari segala aspek.Dan 
Penelitian dan Pengembangan Reaktor Nuklir untuk Energi Listrik Dunia, Tentu 
mengalami perkembangan sesuai Tuntutan Zaman.
Salam,BerTo


Sent from Yahoo Mail on Android 
 
  On Mon, Jan 11, 2016 at 23:15, MINARWAN wrote:   Para 
Bapak dan Ibu yth,

Polemik PLTN ini sebenarnya bukan persoalan memandang rendah bangsa sendiri 
atau takut londo, tapi lebih pada perlu vs tak perlu, aman vs tak aman, 
berpikir jangka pendek vs jangka panjang, haruskah PLTN vs belum perlu PLTN. 
Masih adakah sumber daya lain untuk membangkitkan listrik di Indonesia? 

Saat ini ada negara maju yang sudah menyetop pembangunan PLTN baru dan berusaha 
menutup PLTN mereka (Jerman) karena khawatir akan faktor keamanan. Berapa lama 
kita bisa menyimpan sisa pembakaran uranium tersebut dan di mana? Bisakah kita 
menyimpannya untuk waktu 50th, 100th, 200th, 300th?

Artikel mengenai dekomisioning reaktor nuklir di Jerman ada di sini (Jerman 
Barat tidak percaya dengan reaktor nuklir Jerman Timur-Russia):
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/

Sedangkan Indonesia sepertinya ingin menggunakan teknologi Russia? Jepang? 
Korsel?
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Indonesia/

Sementara itu, Korsel sepertinya sudah punya reaktor nuklir lebih dulu daripada 
Indonesia, malah sudah mengekspor teknologi mereka. 
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-O-S/South-Korea/

Vietnam mendapatkan bantuan dari Russia dan Jepang. Perusahaan Russia yang 
membantu Vietnam ini juga sama dengan yang membantu Indonesia (Rosatom).

PLTN ini, kalau hanya berpikir menggunakan listriknya tanpa peduli dengan 
resiko untuk orang2 di sekitar wilayah PLTN, yah memang enak, indah dan terasa 
hebat. :)

Salam
Minarwan

-- 
- when one teaches, two learn -
http://www.linkedin.com/in/minarwan


Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


  





Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti



Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id



DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.





Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik MINARWAN
Para Bapak dan Ibu yth,

Polemik PLTN ini sebenarnya bukan persoalan memandang rendah bangsa sendiri
atau takut londo, tapi lebih pada perlu vs tak perlu, aman vs tak aman,
berpikir jangka pendek vs jangka panjang, haruskah PLTN vs belum perlu
PLTN. Masih adakah sumber daya lain untuk membangkitkan listrik di
Indonesia?

Saat ini ada negara maju yang sudah menyetop pembangunan PLTN baru dan
berusaha menutup PLTN mereka (Jerman) karena khawatir akan faktor keamanan.
Berapa lama kita bisa menyimpan sisa pembakaran uranium tersebut dan di
mana? Bisakah kita menyimpannya untuk waktu 50th, 100th, 200th, 300th?

Artikel mengenai dekomisioning reaktor nuklir di Jerman ada di sini (Jerman
Barat tidak percaya dengan reaktor nuklir Jerman Timur-Russia):
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Germany/

Sedangkan Indonesia sepertinya ingin menggunakan teknologi Russia? Jepang?
Korsel?
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Indonesia/

Sementara itu, Korsel sepertinya sudah punya reaktor nuklir lebih dulu
daripada Indonesia, malah sudah mengekspor teknologi mereka.
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-O-S/South-Korea/

Vietnam mendapatkan bantuan dari Russia dan Jepang. Perusahaan Russia yang
membantu Vietnam ini juga sama dengan yang membantu Indonesia (Rosatom).

PLTN ini, kalau hanya berpikir menggunakan listriknya tanpa peduli dengan
resiko untuk orang2 di sekitar wilayah PLTN, yah memang enak, indah dan
terasa hebat. :)

Salam
Minarwan

-- 
- when one teaches, two learn -
http://www.linkedin.com/in/minarwan



Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik BERNABAS IRIJANTO - birija...@ymail.com
Salam Geologi,
Beberapa Negara Asia, telah mengirim tenaga ahlinya untuk belajar dan bekerja 
sama dengan BATAN di Reaktor Serba Guna Siwabessy. Dan mereka pun kembali ke 
negara nya membuat Reaktor PLTN, contohnya Korea Selatan dan Vietnam.
Kalau kita melihat dan mempelajari Sumber Energi Listrik Negara Negara Maju, 
Tentu strategi Sumber Energi kita keliru dalam membuat " Blue Print "...program 
Energi Nasional kita.PLTN di Indonesia, sesungguhnya sudah sangat TERLAMBAT, 
oleh Karena Politik yang menekan Energi Indonesia tetap pada posisi MINUS dan 
tertatih tatih, sehingga disibukkan dengan Sumber Energy ALTERNATIF yang 
overhaul secara Riset, namun agak dalam skala ke ekonomiannya.Mestinya, Sumber 
Energi PRIMER ( PLTN + PLTU FOSIL ) mencapai minimal 60 % dari kebutuhan Energi 
Nasional, barulah Energi  ALTERNATIF dikembangkan.
Berapa kapasitas Energi Alternatif..?!?
Berapa yang mencapai Keekonomian..?!?
Berapa PERSEN prosentase Energi Negara Negara Maju yang surplus Energi..?!?
Negara Maju mana yang memposisikan. Energi Alternatif sebagai Sumber Energi 
PRIMER mereka ..?!?

ENERGI ALTERNATIF, sepertinya hanya " PROYEK ONGKOS "

Marilah kita dorong untuk FOKUS kepada Sumber Energi PRIMER seperti Strategi 
Energi Negara Negara Maju yang sudah TERUJI dan TERBUKTI.!!!
Eksperimentalminggir dululah!!!
BerTo

Sent from Yahoo Mail on Android 
 
  On Mon, Jan 11, 2016 at 22:25, Nugrahani wrote:   
Haaa..produksi uranium?
BATAN itu tidak pernah memproduksi uranium (setidaknya sampai sekarang)
Uranium itu adalah bahan bakar untuk PLTN !!
Selama ini BATAN hanya punya reaktor riset, bukan PLTN (belum).
Hasil BATAN hanya produk rekayasa untuk pertanian dan kedokteran.

Btw, saya setuju Indonesia memiliki PLTN. Gak ada deh negara maju yang enggak 
punya PLTN. Ilmuwan/SDM kita juga mampu menguasai teknologinya. Gak usah 
memandang rendah bangsa sendiri.


Salam,

[cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]
Nugrahani



Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana Pengembangan Lapangan 
(PRKRPL)



Gedung Wisma Mulia Lantai 39

Jl. Gatot Subroto No.42, Jakarta 12710
Telp:(+62-21) 29241607 EXT : 4300
Fax:(+62-21) 2924



Website: www.skkmigas.go.id

Sent from my Samsung Galaxy smartphone.


 Original message 
From: godang shaban
Date:01/11/2016 20:52 (GMT+07:00)
To: Ronal Nizori , iagi-net@iagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Omong sini-omong sana :
Sebenarnya BATAN sudah produksi uranium belom sampai detik ini (tgl 11 januari 
2016, jam 20.50 wib)???
Atau masih berangan-angan???

Fr : godang



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
From: Ronal Nizori
Sent: Monday, 11 January 2016 21:31
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Reply To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Secara general saya lihat SDM kita secara teknis bisa mengerjakan dari sejak 
dulu, tetapi sebenarnya indonesia kenapa ketinggalan (baca : mbuleet..let..let) 
untuk mengem bangkan dan merealisasikan teknologi nuklir? ‎Secara kasat menurut 
saya cuman "kepentingan" saja dengan berbagai alasan teknis atau non teknis 
yang tidak jelas.

Salam,

RN
Geo 99 UGM

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
From: S. (Daru) Prihatmoko
Sent: Monday, 11 January 2016 20:22
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Menambahkan komentar Abah (dan wak Liamsi)…terkait pernyataan pada berita tsb 
bahwa: "Pendirian
PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium. Itu mengurangi 
kemandirian energi,” …..ini menurut saya juga alasan yg lemah…

Perlu diketahui bahwa (dikutip dari Prihatmoko, 2015 dan Setiadji, 2015): BATAN 
telah melakukan eksplorasi sejak tahun 1960-an. Data terbaru BATAN menyebutkan 
jumlah cadangan Uranium Indonesia adalah 53.000 ton, terdiri dari 29.000 di 
Kalimantan Barat dan 24.000 di Bangka dan Belitung. Sejauh ini baru deposit 
Kalan di Kalimantan Barat yang telah dieksplorasi dengan baik. Deposit Kalan 
mulai dieksplorasi selama periode 1974 - 1988. Mineralisasi dijumpai dalam 
tubuh breksi sesar dalam batuan metasedimen. Tubuh breksi tebalnya bervariasi 
0,3 – 1,5 m dengan konsentrasi 300 - 3000 ppm U (Sarbini dan Wirakusumah, 
1988). Fokus eksplorasi saat ini berada di Sulawesi Barat (Mamuju area) berupa 
mineralisasi Th dan U yang berasosiasi dengan batuan volkanik Neogen Adang yang 
memiliki karakteristik alkalin-peralkalin (Syaeful et al., 2014; Sukadana et 
al., 2015).

Walaupun angka “cadangan” yg dirilis tersebut masih memerlukan verifikasi 
sesuai kaidah Kode KCMI maupun SNI (kerja sama untuk hal ini sdng dilakukan 
bersama MGEI-IAGI) namun ini cukup mengidikasikan adanya cukup banyak potensi 
mineral radioaktif di negeri ini. Pada salah satu worksh

RE: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Nugrahani
Haaa..produksi uranium?
BATAN itu tidak pernah memproduksi uranium (setidaknya sampai sekarang)
Uranium itu adalah bahan bakar untuk PLTN !!
Selama ini BATAN hanya punya reaktor riset, bukan PLTN (belum).
Hasil BATAN hanya produk rekayasa untuk pertanian dan kedokteran.

Btw, saya setuju Indonesia memiliki PLTN. Gak ada deh negara maju yang enggak 
punya PLTN. Ilmuwan/SDM kita juga mampu menguasai teknologinya. Gak usah 
memandang rendah bangsa sendiri.


Salam,

[cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]
Nugrahani



Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana Pengembangan Lapangan 
(PRKRPL)



Gedung Wisma Mulia Lantai 39

Jl. Gatot Subroto No.42, Jakarta 12710
Telp:(+62-21) 29241607 EXT : 4300
Fax:(+62-21) 2924



Website: www.skkmigas.go.id

Sent from my Samsung Galaxy smartphone.


 Original message 
From: godang shaban
Date:01/11/2016 20:52 (GMT+07:00)
To: Ronal Nizori , iagi-net@iagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Omong sini-omong sana :
Sebenarnya BATAN sudah produksi uranium belom sampai detik ini (tgl 11 januari 
2016, jam 20.50 wib)???
Atau masih berangan-angan???

Fr : godang



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
From: Ronal Nizori
Sent: Monday, 11 January 2016 21:31
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Reply To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Secara general saya lihat SDM kita secara teknis bisa mengerjakan dari sejak 
dulu, tetapi sebenarnya indonesia kenapa ketinggalan (baca : mbuleet..let..let) 
untuk mengem bangkan dan merealisasikan teknologi nuklir? ‎Secara kasat menurut 
saya cuman "kepentingan" saja dengan berbagai alasan teknis atau non teknis 
yang tidak jelas.

Salam,

RN
Geo 99 UGM

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
From: S. (Daru) Prihatmoko
Sent: Monday, 11 January 2016 20:22
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik


Menambahkan komentar Abah (dan wak Liamsi)…terkait pernyataan pada berita tsb 
bahwa: "Pendirian
PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium. Itu mengurangi 
kemandirian energi,” …..ini menurut saya juga alasan yg lemah…

Perlu diketahui bahwa (dikutip dari Prihatmoko, 2015 dan Setiadji, 2015): BATAN 
telah melakukan eksplorasi sejak tahun 1960-an. Data terbaru BATAN menyebutkan 
jumlah cadangan Uranium Indonesia adalah 53.000 ton, terdiri dari 29.000 di 
Kalimantan Barat dan 24.000 di Bangka dan Belitung. Sejauh ini baru deposit 
Kalan di Kalimantan Barat yang telah dieksplorasi dengan baik. Deposit Kalan 
mulai dieksplorasi selama periode 1974 - 1988. Mineralisasi dijumpai dalam 
tubuh breksi sesar dalam batuan metasedimen. Tubuh breksi tebalnya bervariasi 
0,3 – 1,5 m dengan konsentrasi 300 - 3000 ppm U (Sarbini dan Wirakusumah, 
1988). Fokus eksplorasi saat ini berada di Sulawesi Barat (Mamuju area) berupa 
mineralisasi Th dan U yang berasosiasi dengan batuan volkanik Neogen Adang yang 
memiliki karakteristik alkalin-peralkalin (Syaeful et al., 2014; Sukadana et 
al., 2015).

Walaupun angka “cadangan” yg dirilis tersebut masih memerlukan verifikasi 
sesuai kaidah Kode KCMI maupun SNI (kerja sama untuk hal ini sdng dilakukan 
bersama MGEI-IAGI) namun ini cukup mengidikasikan adanya cukup banyak potensi 
mineral radioaktif di negeri ini. Pada salah satu workshop IAGI/MGEI-BATAN bbrp 
waktu lalu sempat dibahas juga berapa kebutuhan mineral radioaktif untuk 
membangkitkan listrik per MW nya (hanya sayang sekali catatan saya ttg itu 
ketlingsut – kalau ada rekan lain yg masih simpan silakan dibabar).

Saya dapat cerita dari rekan-rekan di BATAN yg telah mengembangkan lembaga ini 
sejak tahun 60-an…dan telah banyak orang luar yg belajar di BATAN di antaranya 
dari Korsel dan Vietnam…. Dan spt bisa kita lihat, sekarang Korsel sudah maju 
sekali dng PLTN nya, dan sebentar lagi Vietnam akan menyusul…sementara 
Indonesia nampaknya harus menunggu sampai 2050-an (sesuai Kebijakan 
Energi?)…atau malah mungkin tidak sama sekali…

Salam,
Daru

From: "iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>" 
mailto:iagi-net@iagi.or.id>> on behalf of "Yanto R. 
Sumantri - yrs_...@yahoo.com<mailto:yrs_...@yahoo.com>" 
mailto:SRS0-GDuz=NL=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>>
Reply-To: "iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>" 
mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Date: Monday, January 11, 2016 at 3:14 PM
To: "iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>" 
mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Subject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

 Pak Liamsi

Pak Is , terima kasih atas infonya.

Statemen angota DEN ini benar benar sangat lemah , dalam artian :
1. Apakah beliau2 itu sudah mengetahui secara kwantitatif besaran potensi dari 

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik godang shaban
  Omong sini-omong sana : Sebenarnya BATAN sudah produksi uranium belom sampai detik ini (tgl 11 januari 2016, jam 20.50 wib)???Atau masih berangan-angan???Fr : godangSent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.From: Ronal NizoriSent: Monday, 11 January 2016 21:31To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idCc: Mailist MGEISubject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di DetikSecara general saya lihat SDM kita secara teknis bisa mengerjakan dari sejak dulu, tetapi sebenarnya indonesia kenapa ketinggalan (baca : mbuleet..let..let) untuk mengem bangkan dan merealisasikan teknologi nuklir? ‎Secara kasat menurut saya cuman "kepentingan" saja dengan berbagai alasan teknis atau non teknis yang tidak jelas.Salam,RNGeo 99 UGM  Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network. From: S. (Daru) PrihatmokoSent: Monday, 11 January 2016 20:22To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idCc: Mailist MGEISubject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik












Menambahkan komentar Abah (dan wak Liamsi)…terkait pernyataan pada berita tsb bahwa: "PendirianPLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium. Itu mengurangi kemandirian energi,” …..ini menurut saya juga alasan yg lemah…Perlu diketahui bahwa (dikutip dari Prihatmoko, 2015 dan Setiadji, 2015): BATAN
telah melakukan eksplorasi sejak tahun 1960-an. Data terbaru BATAN menyebutkan
jumlah cadangan Uranium Indonesia adalah 53.000 ton, terdiri dari 29.000 di
Kalimantan Barat dan 24.000 di Bangka dan Belitung. Sejauh ini baru deposit
Kalan di Kalimantan Barat yang telah dieksplorasi dengan baik. Deposit Kalan
mulai dieksplorasi selama periode 1974 - 1988. Mineralisasi dijumpai dalam
tubuh breksi sesar dalam batuan metasedimen. Tubuh breksi tebalnya bervariasi
0,3 – 1,5 m dengan konsentrasi 300 - 3000 ppm U (Sarbini dan Wirakusumah,
1988). Fokus eksplorasi saat ini berada di Sulawesi Barat (Mamuju area) berupa
mineralisasi Th dan U yang berasosiasi dengan batuan volkanik Neogen Adang yang
memiliki karakteristik alkalin-peralkalin (Syaeful et al., 2014; Sukadana et
al., 2015).Walaupun angka “cadangan” yg dirilis tersebut masih memerlukan verifikasi sesuai kaidah Kode KCMI maupun SNI (kerja sama untuk hal ini sdng dilakukan bersama MGEI-IAGI) namun ini cukup mengidikasikan adanya cukup banyak potensi mineral radioaktif di negeri ini. Pada salah satu workshop IAGI/MGEI-BATAN bbrp waktu lalu sempat dibahas juga berapa kebutuhan mineral radioaktif untuk membangkitkan listrik per MW nya (hanya sayang sekali catatan saya ttg itu ketlingsut – kalau ada rekan lain yg masih simpan silakan dibabar). Saya dapat cerita dari rekan-rekan di BATAN yg telah mengembangkan lembaga ini sejak tahun 60-an…dan telah banyak orang luar yg belajar di BATAN di antaranya dari Korsel dan Vietnam…. Dan spt bisa kita lihat, sekarang Korsel sudah maju sekali dng PLTN nya, dan sebentar lagi Vietnam akan menyusul…sementara Indonesia nampaknya harus menunggu sampai 2050-an (sesuai Kebijakan Energi?)…atau malah mungkin tidak sama sekali…Salam,Daru  














From:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> on behalf of "Yanto R. Sumantri  - yrs_...@yahoo.com" <SRS0-GDuz=NL=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>Reply-To:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>Date:  Monday, January 11, 2016 at 3:14 PMTo:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>Subject:  Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik Pak LiamsiPak Is , terima kasih atas infonya.Statemen angota DEN ini benar benar sangat lemah , dalam artian :1. Apakah beliau2 itu sudah mengetahui secara kwantitatif besaran potensi dari energi terbarukan yang disebutnya  (energi matahari , air , panasbumi dsb ?).Apakah beliau2 itu sudah mempunyai road mapnya ?Saya heran kalau DEN tidak mengetahui secar

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Ronal Nizori
Secara general saya lihat SDM kita secara teknis bisa mengerjakan dari sejak dulu, tetapi sebenarnya indonesia kenapa ketinggalan (baca : mbuleet..let..let) untuk mengem bangkan dan merealisasikan teknologi nuklir? ‎Secara kasat menurut saya cuman "kepentingan" saja dengan berbagai alasan teknis atau non teknis yang tidak jelas.Salam,RNGeo 99 UGM  Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network. From: S. (Daru) PrihatmokoSent: Monday, 11 January 2016 20:22To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idCc: Mailist MGEISubject: Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik












Menambahkan komentar Abah (dan wak Liamsi)…terkait pernyataan pada berita tsb bahwa: "PendirianPLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium. Itu mengurangi kemandirian energi,” …..ini menurut saya juga alasan yg lemah…Perlu diketahui bahwa (dikutip dari Prihatmoko, 2015 dan Setiadji, 2015): BATAN
telah melakukan eksplorasi sejak tahun 1960-an. Data terbaru BATAN menyebutkan
jumlah cadangan Uranium Indonesia adalah 53.000 ton, terdiri dari 29.000 di
Kalimantan Barat dan 24.000 di Bangka dan Belitung. Sejauh ini baru deposit
Kalan di Kalimantan Barat yang telah dieksplorasi dengan baik. Deposit Kalan
mulai dieksplorasi selama periode 1974 - 1988. Mineralisasi dijumpai dalam
tubuh breksi sesar dalam batuan metasedimen. Tubuh breksi tebalnya bervariasi
0,3 – 1,5 m dengan konsentrasi 300 - 3000 ppm U (Sarbini dan Wirakusumah,
1988). Fokus eksplorasi saat ini berada di Sulawesi Barat (Mamuju area) berupa
mineralisasi Th dan U yang berasosiasi dengan batuan volkanik Neogen Adang yang
memiliki karakteristik alkalin-peralkalin (Syaeful et al., 2014; Sukadana et
al., 2015).Walaupun angka “cadangan” yg dirilis tersebut masih memerlukan verifikasi sesuai kaidah Kode KCMI maupun SNI (kerja sama untuk hal ini sdng dilakukan bersama MGEI-IAGI) namun ini cukup mengidikasikan adanya cukup banyak potensi mineral radioaktif di negeri ini. Pada salah satu workshop IAGI/MGEI-BATAN bbrp waktu lalu sempat dibahas juga berapa kebutuhan mineral radioaktif untuk membangkitkan listrik per MW nya (hanya sayang sekali catatan saya ttg itu ketlingsut – kalau ada rekan lain yg masih simpan silakan dibabar). Saya dapat cerita dari rekan-rekan di BATAN yg telah mengembangkan lembaga ini sejak tahun 60-an…dan telah banyak orang luar yg belajar di BATAN di antaranya dari Korsel dan Vietnam…. Dan spt bisa kita lihat, sekarang Korsel sudah maju sekali dng PLTN nya, dan sebentar lagi Vietnam akan menyusul…sementara Indonesia nampaknya harus menunggu sampai 2050-an (sesuai Kebijakan Energi?)…atau malah mungkin tidak sama sekali…Salam,Daru  














From:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> on behalf of "Yanto R. Sumantri  - yrs_...@yahoo.com" <SRS0-GDuz=NL=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>Reply-To:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>Date:  Monday, January 11, 2016 at 3:14 PMTo:  "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>Subject:  Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik Pak LiamsiPak Is , terima kasih atas infonya.Statemen angota DEN ini benar benar sangat lemah , dalam artian :1. Apakah beliau2 itu sudah mengetahui secara kwantitatif besaran potensi dari energi terbarukan yang disebutnya  (energi matahari , air , panasbumi dsb ?).Apakah beliau2 itu sudah mempunyai road mapnya ?Saya heran kalau DEN tidak mengetahui secara kwantitatif potensi energi terbarukan itu.2. Apakah Jepang bukan  region yang juga memiliki density gempa yang tinggi ? Tokh mereka memanfaatkan PLTN - nya.3. Hampir seluruh negara yg memiliki PLTN mendatangkan bahan nuklirnya dari luar.4. Persiapan PLTN memerlukan waktu yang lama (11 tahun???),justru karena itu kebijakannya harus ditetapkan sekarang.Apakah baru akan diputuskan setelah bahan bakar fosil  kita habis baru ditetapkan ?Apabila pemikiran ini di ikuti , maka tinggalah menunggu rakyat Indonesia akan kekurangan listrik dalam sepuluh tahun mendatang.Alangkah berdosanya kita , .Memang di -negara2 pemakai masih ada pro - kon mengenai ini , akan tetapi tokh mereka tetap memakaiPLTN sebagai salah satu sumber listrik nasional.Perancis sebagai pengguna terbesar PLTN untuk listrik , ternyata memiliki udara terbersih .wasaalamsi Abah   On Monday, January 11, 2016 1:22 PM, Eko Prasetyo <strivea...@gmail.com> wrote:   Salam,sebenarnya apakah desain terkini PLTN masih rentan gempa? Jepang sendiri punya be

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik S. (Daru) Prihatmoko
Menambahkan komentar Abah (dan wak Liamsi)Šterkait pernyataan pada berita
tsb bahwa: "Pendirian
PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium. Itu
mengurangi kemandirian energi,² Š..ini menurut saya juga alasan yg lemahŠ

Perlu diketahui bahwa (dikutip dari Prihatmoko, 2015 dan Setiadji, 2015):
BATAN telah melakukan eksplorasi sejak tahun 1960-an. Data terbaru BATAN
menyebutkan jumlah cadangan Uranium Indonesia adalah 53.000 ton, terdiri
dari 29.000 di Kalimantan Barat dan 24.000 di Bangka dan Belitung. Sejauh
ini baru deposit Kalan di Kalimantan Barat yang telah dieksplorasi dengan
baik. Deposit Kalan mulai dieksplorasi selama periode 1974 - 1988.
Mineralisasi dijumpai dalam tubuh breksi sesar dalam batuan metasedimen.
Tubuh breksi tebalnya bervariasi 0,3 ­ 1,5 m dengan konsentrasi 300 - 3000
ppm U (Sarbini dan Wirakusumah, 1988). Fokus eksplorasi saat ini berada di
Sulawesi Barat (Mamuju area) berupa mineralisasi Th dan U yang berasosiasi
dengan batuan volkanik Neogen Adang yang memiliki karakteristik
alkalin-peralkalin (Syaeful et al., 2014; Sukadana et al., 2015).

Walaupun angka ³cadangan² yg dirilis tersebut masih memerlukan verifikasi
sesuai kaidah Kode KCMI maupun SNI (kerja sama untuk hal ini sdng dilakukan
bersama MGEI-IAGI) namun ini cukup mengidikasikan adanya cukup banyak
potensi mineral radioaktif di negeri ini. Pada salah satu workshop
IAGI/MGEI-BATAN bbrp waktu lalu sempat dibahas juga berapa kebutuhan mineral
radioaktif untuk membangkitkan listrik per MW nya (hanya sayang sekali
catatan saya ttg itu ketlingsut ­ kalau ada rekan lain yg masih simpan
silakan dibabar). 

Saya dapat cerita dari rekan-rekan di BATAN yg telah mengembangkan lembaga
ini sejak tahun 60-anŠdan telah banyak orang luar yg belajar di BATAN di
antaranya dari Korsel dan VietnamŠ. Dan spt bisa kita lihat, sekarang Korsel
sudah maju sekali dng PLTN nya, dan sebentar lagi Vietnam akan
menyusulŠsementara Indonesia nampaknya harus menunggu sampai 2050-an (sesuai
Kebijakan Energi?)Šatau malah mungkin tidak sama sekaliŠ

Salam,
Daru  

From:  "iagi-net@iagi.or.id"  on behalf of "Yanto R.
Sumantri  - yrs_...@yahoo.com" 
Reply-To:  "iagi-net@iagi.or.id" 
Date:  Monday, January 11, 2016 at 3:14 PM
To:  "iagi-net@iagi.or.id" 
Subject:  Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

 Pak Liamsi

Pak Is , terima kasih atas infonya.

Statemen angota DEN ini benar benar sangat lemah , dalam artian :
1. Apakah beliau2 itu sudah mengetahui secara kwantitatif besaran potensi
dari energi terbarukan yang disebutnya  (energi matahari , air , panasbumi
dsb ?).
Apakah beliau2 itu sudah mempunyai road mapnya ?
Saya heran kalau DEN tidak mengetahui secara kwantitatif potensi energi
terbarukan itu.
2. Apakah Jepang bukan  region yang juga memiliki density gempa yang tinggi
? Tokh mereka memanfaatkan PLTN - nya.
3. Hampir seluruh negara yg memiliki PLTN mendatangkan bahan nuklirnya dari
luar.
4. Persiapan PLTN memerlukan waktu yang lama (11 tahun???),justru karena itu
kebijakannya harus ditetapkan sekarang.
Apakah baru akan diputuskan setelah bahan bakar fosil  kita habis baru
ditetapkan ?Apabila pemikiran ini di ikuti , maka tinggalah menunggu rakyat
Indonesia akan kekurangan listrik dalam sepuluh tahun mendatang.
Alangkah berdosanya kita , .

Memang di -negara2 pemakai masih ada pro - kon mengenai ini , akan tetapi
tokh mereka tetap memakaiPLTN sebagai salah satu sumber listrik nasional.

Perancis sebagai pengguna terbesar PLTN untuk listrik , ternyata memiliki
udara terbersih .

wasaalam

si Abah 
 


 


 
 
 
 On Monday, January 11, 2016 1:22 PM, Eko Prasetyo 
wrote:
  

 
Salam,

sebenarnya apakah desain terkini PLTN masih rentan gempa? Jepang sendiri
punya beberapa PLTN dan negara itu salah satu negara hot spot gempa.

salam,
Eko

2016-01-11 14:17 GMT+08:00  :
> Abah , kalau  yg saya baca di Kompas spt dibawah ini :
> 
> 
> ISM
> 
> 
> Pembangkit Nuklir Pilihan Terakhir
>  Cetak | 11 Januari 2016
> JAKARTA, KOMPAS ‹ Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit
> listrik di Indonesia dinilai tak rasional sehingga menjadi
> pilihan terakhir. Selain memerlukan standar keamanan kerja dan
> keselamatan tinggi, radiasi nuklir berbahaya bagi lingkungan.
> Apalagi, tak ada wilayah yang bebas bencana alam.Hal itu mengemuka dalam
> diskusi tentang tenaga nuklir untuk
> listrik, Minggu (10/1) di Jakarta. Sebagai narasumber adalah
> dua anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi dan Syamsir
> Abduh, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Service
> Reform (IESR) Fabby Tumiwa.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
> Kebijakan
> Energi Nasional menyebut penggunaan energi nuklir sebagai
> pilihan terakhir. Pertimbangannya, pemanfaatan nuklir butuh
> standar keamanan kerja dan keselamatan tinggi serta bahaya
> radiasi nuklir bagi lingkungan. "Meski jadi pilihan terakhir,
> perlu pe

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Seno Aji - ajis...@ymail.com
Entah Indonesia ini belajar dari mana? Mungkin desain tahun 40 an yang dipakai. 
Atau memang dapat tekanan dari amerika agar tidak pakai nuklir. 
Bangsa ini takut karo londo, karena 130 tahun dijajah londo.


Warm regards seno aji

 Pesan Awal 
Dari:Eko Prasetyo 
Terkirim:Mon, 11 Jan 2016 14:21:22 +0800
Kepada:iagi-net@iagi.or.id
Subjek:Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

>Salam,
>
>
>sebenarnya apakah desain terkini PLTN masih rentan gempa? Jepang sendiri punya 
>beberapa PLTN dan negara itu salah satu negara hot spot gempa.
>
>
>salam,
>Eko
>
>
>2016-01-11 14:17 GMT+08:00 :
>
>Abah , kalau  yg saya baca di Kompas spt dibawah ini :
>
>
>ISM
>
>
>Pembangkit Nuklir Pilihan Terakhir
> Cetak | 11 Januari 2016
>JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit
>listrik di Indonesia dinilai tak rasional sehingga menjadi
>pilihan terakhir. Selain memerlukan standar keamanan kerja dan
>keselamatan tinggi, radiasi nuklir berbahaya bagi lingkungan.
>Apalagi, tak ada wilayah yang bebas bencana alam.Hal itu mengemuka dalam 
>diskusi tentang tenaga nuklir untuk
>listrik, Minggu (10/1) di Jakarta. Sebagai narasumber adalah
>dua anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi dan Syamsir
>Abduh, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Service
>Reform (IESR) Fabby Tumiwa.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang 
>Kebijakan
>Energi Nasional menyebut penggunaan energi nuklir sebagai
>pilihan terakhir. Pertimbangannya, pemanfaatan nuklir butuh
>standar keamanan kerja dan keselamatan tinggi serta bahaya
>radiasi nuklir bagi lingkungan. "Meski jadi pilihan terakhir,
>perlu pengembangan nuklir perlu diberi ruang," ucap Syamsir.Rinaldy menilai 
>pemanfaatan nuklir bagi listrik di Indonesia
>bukan solusi krisis listrik di Indonesia. "Banyak sumber energi
>terbarukan, seperti panas bumi, angin, air, matahari, dan
>biomassa. Ini prioritas utama," ujarnya.Tak rasional
>Selain itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
>tak rasional karena tak ada lokasi bebas gempa di Indonesia.
>Padahal, PLTN harus nol kesalahan manajemen risiko. "Dulu,
>Kalimantan disebut aman, ternyata ada gempa," ucapnya.Gempa pernah terjadi di 
>Bangka Belitung. Padahal, Badan Tenaga
>Nuklir Nasional (Batan) merekomendasikan lokasi PLTN di Bangka
>Barat dan Bangka Selatan setelah studi 2011-2013. "Pendirian
>PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium.
>Itu mengurangi kemandirian energi," ujarnya.Dalam Kebijakan Energi Nasional, 
>porsi energi terbarukan pada
>bauran energi nasional minimal 23 persen pada 2025. Angka itu
>ditargetkan naik jadi 32 persen pada 2050. Jadi, porsi minyak
>bumi akan ditekan."Negara maju, seperti Perancis dan Jepang, menekan porsi 
>nuklir
>bagi listrik karena berisiko tinggi," kata Fabby. Investasi
>nuklir mahal dan lama konstruksi 11 tahun. Pembangunan
>pembangkit nuklir 1.200 megawatt butuh investasi 14 miliar
>dollar AS, sedangkan proyek 35.000 MW dari batubara, gas,
>energi terbarukan butuh 73 miliar dollar AS.Terkait hasil survei oleh Batan 
>2015, 75,3 persen dari 4.000
>responden setuju PLTN, Fabby menyatakan, itu tak mengubah
>anggapan nuklir bagi listrik mahal dan penuh risiko. Kepala
>Bagian Humas Batan Eko Madi Parmanto berharap segera ada
>putusan berlanjut atau tidaknya rencana pendirian PLTN.
>(APO/JOG)
>
>
>
>
>> Pak Liamsi
>>
>>
>>
>> Lengkapnya bagaimana pernyataan DEN mengenai PLTN , apakah
>> ini pernyaaan DEN atau pernyataan salah seorang anggota DEN
>> ?Kalau benar , maka ini merupakan berita yang menggembirakan
>
>> si Abah
>>
>>
>> 
>>
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> 
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> 
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> 
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information  posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited to direct or indirect damages, or
>> damages of any kind whatsoever, resulting  from loss of use,
>> data or profits, arising out of or in connection with the
>> use of  any information posted on IAGI mailing list.
>> 
>
>
>
>___
>indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id
>
>
>
>
>
>Visit IAG

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-11 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
 Pak Liamsi
Pak Is , terima kasih atas infonya.
Statemen angota DEN ini benar benar sangat lemah , dalam artian :1. Apakah 
beliau2 itu sudah mengetahui secara kwantitatif besaran potensi dari energi 
terbarukan yang disebutnya  (energi matahari , air , panasbumi dsb ?).Apakah 
beliau2 itu sudah mempunyai road mapnya ?Saya heran kalau DEN tidak mengetahui 
secara kwantitatif potensi energi terbarukan itu.2. Apakah Jepang bukan  region 
yang juga memiliki density gempa yang tinggi ? Tokh mereka memanfaatkan PLTN - 
nya.3. Hampir seluruh negara yg memiliki PLTN mendatangkan bahan nuklirnya dari 
luar.4. Persiapan PLTN memerlukan waktu yang lama (11 tahun???),justru karena 
itu kebijakannya harus ditetapkan sekarang.Apakah baru akan diputuskan setelah 
bahan bakar fosil  kita habis baru ditetapkan ?Apabila pemikiran ini di ikuti , 
maka tinggalah menunggu rakyat Indonesia akan kekurangan listrik dalam sepuluh 
tahun mendatang.Alangkah berdosanya kita , .
Memang di -negara2 pemakai masih ada pro - kon mengenai ini , akan tetapi tokh 
mereka tetap memakaiPLTN sebagai salah satu sumber listrik nasional.
Perancis sebagai pengguna terbesar PLTN untuk listrik , ternyata memiliki udara 
terbersih .
wasaalam
si Abah  

 

On Monday, January 11, 2016 1:22 PM, Eko Prasetyo  
wrote:
 

 Salam,
sebenarnya apakah desain terkini PLTN masih rentan gempa? Jepang sendiri punya 
beberapa PLTN dan negara itu salah satu negara hot spot gempa.
salam,
Eko
2016-01-11 14:17 GMT+08:00 :

Abah , kalau  yg saya baca di Kompas spt dibawah ini :


ISM


Pembangkit Nuklir Pilihan Terakhir
 Cetak | 11 Januari 2016
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit
listrik di Indonesia dinilai tak rasional sehingga menjadi
pilihan terakhir. Selain memerlukan standar keamanan kerja dan
keselamatan tinggi, radiasi nuklir berbahaya bagi lingkungan.
Apalagi, tak ada wilayah yang bebas bencana alam.Hal itu mengemuka dalam 
diskusi tentang tenaga nuklir untuk
listrik, Minggu (10/1) di Jakarta. Sebagai narasumber adalah
dua anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi dan Syamsir
Abduh, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Service
Reform (IESR) Fabby Tumiwa.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang 
Kebijakan
Energi Nasional menyebut penggunaan energi nuklir sebagai
pilihan terakhir. Pertimbangannya, pemanfaatan nuklir butuh
standar keamanan kerja dan keselamatan tinggi serta bahaya
radiasi nuklir bagi lingkungan. "Meski jadi pilihan terakhir,
perlu pengembangan nuklir perlu diberi ruang," ucap Syamsir.Rinaldy menilai 
pemanfaatan nuklir bagi listrik di Indonesia
bukan solusi krisis listrik di Indonesia. "Banyak sumber energi
terbarukan, seperti panas bumi, angin, air, matahari, dan
biomassa. Ini prioritas utama," ujarnya.Tak rasional
Selain itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
tak rasional karena tak ada lokasi bebas gempa di Indonesia.
Padahal, PLTN harus nol kesalahan manajemen risiko. "Dulu,
Kalimantan disebut aman, ternyata ada gempa," ucapnya.Gempa pernah terjadi di 
Bangka Belitung. Padahal, Badan Tenaga
Nuklir Nasional (Batan) merekomendasikan lokasi PLTN di Bangka
Barat dan Bangka Selatan setelah studi 2011-2013. "Pendirian
PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium.
Itu mengurangi kemandirian energi," ujarnya.Dalam Kebijakan Energi Nasional, 
porsi energi terbarukan pada
bauran energi nasional minimal 23 persen pada 2025. Angka itu
ditargetkan naik jadi 32 persen pada 2050. Jadi, porsi minyak
bumi akan ditekan."Negara maju, seperti Perancis dan Jepang, menekan porsi 
nuklir
bagi listrik karena berisiko tinggi," kata Fabby. Investasi
nuklir mahal dan lama konstruksi 11 tahun. Pembangunan
pembangkit nuklir 1.200 megawatt butuh investasi 14 miliar
dollar AS, sedangkan proyek 35.000 MW dari batubara, gas,
energi terbarukan butuh 73 miliar dollar AS.Terkait hasil survei oleh Batan 
2015, 75,3 persen dari 4.000
responden setuju PLTN, Fabby menyatakan, itu tak mengubah
anggapan nuklir bagi listrik mahal dan penuh risiko. Kepala
Bagian Humas Batan Eko Madi Parmanto berharap segera ada
putusan berlanjut atau tidaknya rencana pendirian PLTN.
(APO/JOG)




> Pak Liamsi
>
>
>
> Lengkapnya bagaimana pernyataan DEN mengenai PLTN , apakah
> ini pernyaaan DEN atau pernyataan salah seorang anggota DEN
> ?Kalau benar , maka ini merupakan berita yang menggembirakan
> si Abah
>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-10 Terurut Topik Eko Prasetyo
Salam,

sebenarnya apakah desain terkini PLTN masih rentan gempa? Jepang sendiri
punya beberapa PLTN dan negara itu salah satu negara hot spot gempa.

salam,
Eko

2016-01-11 14:17 GMT+08:00 :

> Abah , kalau  yg saya baca di Kompas spt dibawah ini :
>
>
> ISM
>
>
> Pembangkit Nuklir Pilihan Terakhir
>  Cetak | 11 Januari 2016
> JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit
> listrik di Indonesia dinilai tak rasional sehingga menjadi
> pilihan terakhir. Selain memerlukan standar keamanan kerja dan
> keselamatan tinggi, radiasi nuklir berbahaya bagi lingkungan.
> Apalagi, tak ada wilayah yang bebas bencana alam.Hal itu mengemuka dalam
> diskusi tentang tenaga nuklir untuk
> listrik, Minggu (10/1) di Jakarta. Sebagai narasumber adalah
> dua anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi dan Syamsir
> Abduh, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Service
> Reform (IESR) Fabby Tumiwa.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014
> tentang Kebijakan
> Energi Nasional menyebut penggunaan energi nuklir sebagai
> pilihan terakhir. Pertimbangannya, pemanfaatan nuklir butuh
> standar keamanan kerja dan keselamatan tinggi serta bahaya
> radiasi nuklir bagi lingkungan. "Meski jadi pilihan terakhir,
> perlu pengembangan nuklir perlu diberi ruang," ucap Syamsir.Rinaldy
> menilai pemanfaatan nuklir bagi listrik di Indonesia
> bukan solusi krisis listrik di Indonesia. "Banyak sumber energi
> terbarukan, seperti panas bumi, angin, air, matahari, dan
> biomassa. Ini prioritas utama," ujarnya.Tak rasional
> Selain itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
> tak rasional karena tak ada lokasi bebas gempa di Indonesia.
> Padahal, PLTN harus nol kesalahan manajemen risiko. "Dulu,
> Kalimantan disebut aman, ternyata ada gempa," ucapnya.Gempa pernah terjadi
> di Bangka Belitung. Padahal, Badan Tenaga
> Nuklir Nasional (Batan) merekomendasikan lokasi PLTN di Bangka
> Barat dan Bangka Selatan setelah studi 2011-2013. "Pendirian
> PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium.
> Itu mengurangi kemandirian energi," ujarnya.Dalam Kebijakan Energi
> Nasional, porsi energi terbarukan pada
> bauran energi nasional minimal 23 persen pada 2025. Angka itu
> ditargetkan naik jadi 32 persen pada 2050. Jadi, porsi minyak
> bumi akan ditekan."Negara maju, seperti Perancis dan Jepang, menekan porsi
> nuklir
> bagi listrik karena berisiko tinggi," kata Fabby. Investasi
> nuklir mahal dan lama konstruksi 11 tahun. Pembangunan
> pembangkit nuklir 1.200 megawatt butuh investasi 14 miliar
> dollar AS, sedangkan proyek 35.000 MW dari batubara, gas,
> energi terbarukan butuh 73 miliar dollar AS.Terkait hasil survei oleh
> Batan 2015, 75,3 persen dari 4.000
> responden setuju PLTN, Fabby menyatakan, itu tak mengubah
> anggapan nuklir bagi listrik mahal dan penuh risiko. Kepala
> Bagian Humas Batan Eko Madi Parmanto berharap segera ada
> putusan berlanjut atau tidaknya rencana pendirian PLTN.
> (APO/JOG)
>
>
>
>
> > Pak Liamsi
> >
> >
> >
> > Lengkapnya bagaimana pernyataan DEN mengenai PLTN , apakah
> > ini pernyaaan DEN atau pernyataan salah seorang anggota DEN
> > ?Kalau benar , maka ini merupakan berita yang menggembirakan
> > si Abah
> >
> >
> > 
> >
> > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> > 
> > Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
> > (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> > No. Rek: 123 0085005314
> > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> > Bank BCA KCP. Manara Mulia
> > No. Rekening: 255-1088580
> > A/n: Shinta Damayanti
> > 
> > Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> > Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> > 
> > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> > information  posted on its mailing lists, whether posted by
> > IAGI or others.
> > In no event shall IAGI or its members be liable for any,
> > including but not limited to direct or indirect damages, or
> > damages of any kind whatsoever, resulting  from loss of use,
> > data or profits, arising out of or in connection with the
> > use of  any information posted on IAGI mailing list.
> > 
>
>
>
> ___
> indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id
>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geolo

Re: [iagi-net] Fw: Pernyataan DEN di Detik

2016-01-10 Terurut Topik liamsi
Abah , kalau  yg saya baca di Kompas spt dibawah ini :


ISM


Pembangkit Nuklir Pilihan Terakhir
 Cetak | 11 Januari 2016
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit
listrik di Indonesia dinilai tak rasional sehingga menjadi
pilihan terakhir. Selain memerlukan standar keamanan kerja dan
keselamatan tinggi, radiasi nuklir berbahaya bagi lingkungan.
Apalagi, tak ada wilayah yang bebas bencana alam.Hal itu mengemuka dalam 
diskusi tentang tenaga nuklir untuk
listrik, Minggu (10/1) di Jakarta. Sebagai narasumber adalah
dua anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi dan Syamsir
Abduh, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Service
Reform (IESR) Fabby Tumiwa.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang 
Kebijakan
Energi Nasional menyebut penggunaan energi nuklir sebagai
pilihan terakhir. Pertimbangannya, pemanfaatan nuklir butuh
standar keamanan kerja dan keselamatan tinggi serta bahaya
radiasi nuklir bagi lingkungan. "Meski jadi pilihan terakhir,
perlu pengembangan nuklir perlu diberi ruang," ucap Syamsir.Rinaldy menilai 
pemanfaatan nuklir bagi listrik di Indonesia
bukan solusi krisis listrik di Indonesia. "Banyak sumber energi
terbarukan, seperti panas bumi, angin, air, matahari, dan
biomassa. Ini prioritas utama," ujarnya.Tak rasional
Selain itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
tak rasional karena tak ada lokasi bebas gempa di Indonesia.
Padahal, PLTN harus nol kesalahan manajemen risiko. "Dulu,
Kalimantan disebut aman, ternyata ada gempa," ucapnya.Gempa pernah terjadi di 
Bangka Belitung. Padahal, Badan Tenaga
Nuklir Nasional (Batan) merekomendasikan lokasi PLTN di Bangka
Barat dan Bangka Selatan setelah studi 2011-2013. "Pendirian
PLTN juga akan membuat Indonesia bergantung pada impor uranium.
Itu mengurangi kemandirian energi," ujarnya.Dalam Kebijakan Energi Nasional, 
porsi energi terbarukan pada
bauran energi nasional minimal 23 persen pada 2025. Angka itu
ditargetkan naik jadi 32 persen pada 2050. Jadi, porsi minyak
bumi akan ditekan."Negara maju, seperti Perancis dan Jepang, menekan porsi 
nuklir
bagi listrik karena berisiko tinggi," kata Fabby. Investasi
nuklir mahal dan lama konstruksi 11 tahun. Pembangunan
pembangkit nuklir 1.200 megawatt butuh investasi 14 miliar
dollar AS, sedangkan proyek 35.000 MW dari batubara, gas,
energi terbarukan butuh 73 miliar dollar AS.Terkait hasil survei oleh Batan 
2015, 75,3 persen dari 4.000
responden setuju PLTN, Fabby menyatakan, itu tak mengubah
anggapan nuklir bagi listrik mahal dan penuh risiko. Kepala
Bagian Humas Batan Eko Madi Parmanto berharap segera ada
putusan berlanjut atau tidaknya rencana pendirian PLTN.
(APO/JOG)




> Pak Liamsi
>
>
>
> Lengkapnya bagaimana pernyataan DEN mengenai PLTN , apakah
> ini pernyaaan DEN atau pernyataan salah seorang anggota DEN
> ?Kalau benar , maka ini merupakan berita yang menggembirakan
> si Abah
>
>
> 
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> 
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> 
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> 
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information  posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
> including but not limited to direct or indirect damages, or
> damages of any kind whatsoever, resulting  from loss of use,
> data or profits, arising out of or in connection with the
> use of  any information posted on IAGI mailing list.
> 



___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id




Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whethe