RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-27 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
 
Buku Saburo Sakai (pilot Jepang selama PD II) Samurai (terbit pertama tahun 
1957) (ditulis oleh Martin Caidin dan jurnalis Fred Saito berdasarkan memoar 
dan wawancara dengan Saburo Sakai) bisa dilihat iklannya di www.amazon.com. Di 
situ banyak pilihannya dari berbagai edisi dan cetak ulang. Dulu yang Abah baca 
di koran/majalah barangkali terjemahannya (?)
 
Pilot Jepang keturunan bangsa Samurai ini mengaku telah menjatuhkan 64 pesawat 
tentara Sekutu di atas Samudra Pasifik. Ia sendiri tertembak sebelah matanya 
dan menjadi lumpuh sebelah badan saat peperangan tersebut. Terbang dalam 
keadaan fisik begitu sepanjang 600 mil dari Guadalacanal ke Rabaul merupakan 
memoarnya yang menarik. Tahun 80-an ia ternyata bertemu dalam suasana 
persahabatan dengan penembaknya itu. Saat itu Saburo Sakai telah menjadi 
penganut Buddha yang baik yang membunuh nyamuk pun ia tak mau. Saburo banyak 
berkunjung ke Amerika mengunjungi kesatuan-kesatuan tentara yang dulu musuhnya.
 
22 September 2000 saat hendak bersalaman dengan pejabat militer yang tengah 
mengunjunginya di Jepang, Saburai jatuh oleh serangan jantung dan nyawanya tak 
bisa diselamatkan dalam usia 84 tahun.
 
Bangsa Jepang mengenal Saburo Sakai sebagai satu dari sedikit pilot Jepang yang 
kembali dengan selamat dari pertempuran udara di atas Pasifik.
 
Buku Perang Pasifik (PK Ojong, cetakan pertama 1957, cetakan kesepuluh tahun 
2008) asyik juga diikuti, ditulis pengarangnya untuk menginspirasi putra-putri 
Indonesia agar mencintai laut dan udara di atasnya yang harus dipertahankan 
dari gangguan musuh. Di situ ada cerita tentang Iwojima, benteng pertahanan 
Jepang, yang dibangun di atas pulau volkanik seperti Krakatau tetapi yang di 
dalamnya banyak lorong-lorong persembunyian sepanjang 5000 meter.
 
I swore I would not go out like a coward, merely diving the plane into the the 
ocean for one bright flash of pain, and then nothing. If I must die, at least I 
could go out as a Samurai. My death would take several of the enemy with me. A 
ship. I needed a ship. (memoar Saburo Sakai sesaat setelah ia tertembak di 
udara).
 
salam,
awang
 
--- On Fri, 9/26/08, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi 
Hanguskan Minyak !
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Friday, September 26, 2008, 12:59 PM


Awang 

Terima kasih tas infomasi tambahan-nya.
Saya jadi ingin baca lagi ceritera Saburo Sakai , apa Anda tahu buku-ya
, karena kalau tidak salah dumu menjadi ceritera berambung dasalah satu
majalah apa koran , saya lupa.

Si Abah


 
  Abah,
  
 Kamikaze (kata orang luar
Jepang, atau tokubetsu kògeki tai kata orang

Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak
 dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya
sejak
 Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu

Amerika-Inggris-Australia.
  
 Tetapi praktek pertama
Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour
 7 Desember
1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat

itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan
 tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat,
Iida
 mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe
Naval Air
 Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia
telah mengatakan kepada
 teman-temannya bahwa bila pesawatnya
tertembak ia akan harakiri dengan
 cara menabrakkan
pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.
  
 Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab
akarnya
 sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode
Bushido, atau
 banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah
kepada lawan, dalam mati
 pun mereka masih bisa mematikan lawan
dengan cara kamikaze
  
 salam,

awang 
  
 Awang
  
 Sangat
penting temuan Anda , untuk melihat
 sejarah perminyakan kita
dengan lebih lengkap.
 Ada sedikit
 komentar dari saya ,
yaitu mengenai kimkikaze .
 Seingat
 saya ,
serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
 dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II
.
 Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok
agak
 sangsi.
  
  
 Si Abah


 
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.



  

RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-26 Terurut Topik yanto R.Sumantri



Awang 

Terima kasih tas infomasi tambahan-nya.
Saya jadi ingin baca lagi ceritera Saburo Sakai , apa Anda tahu buku-ya
, karena kalau tidak salah dumu menjadi ceritera berambung dasalah satu
majalah apa koran , saya lupa.

Si Abah


 
  Abah,
  
 Kamikaze (kata orang luar
Jepang, atau tokubetsu kògeki tai kata orang

Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak
 dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya
sejak
 Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu

Amerika-Inggris-Australia.
  
 Tetapi praktek pertama
Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour
 7 Desember
1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat

itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan
 tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat,
Iida
 mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe
Naval Air
 Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia
telah mengatakan kepada
 teman-temannya bahwa bila pesawatnya
tertembak ia akan harakiri dengan
 cara menabrakkan
pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.
  
 Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab
akarnya
 sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode
Bushido, atau
 banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah
kepada lawan, dalam mati
 pun mereka masih bisa mematikan lawan
dengan cara kamikaze
  
 salam,

awang 
  
 Awang
  
 Sangat
penting temuan Anda , untuk melihat
 sejarah perminyakan kita
dengan lebih lengkap.
 Ada sedikit
 komentar dari saya ,
yaitu mengenai kimkikaze .
 Seingat
 saya ,
serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
 dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II
.
 Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok
agak
 sangsi.
  
  
 Si Abah


 
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.


RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-26 Terurut Topik yanto R.Sumantri


 Awang

Terima kasih atas informasinya , oh jadi di Pearl
Harbour ada juga yang sudah memperaktekan .
Ngomong ngomong , Anda
tahu buku mengenai Sabiro Sakai , penerbang pesawat tempur Jeang yang
sangat hebat ?
Dulu rasanya jadi CerBer di koran atau majalah , saya
lupa..

Si Abah

_

 Abah,
  
 Kamikaze (kata orang luar Jepang,
atau tokubetsu kògeki tai kata orang
 Jepang
sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak

dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak
 Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu

Amerika-Inggris-Australia.
  
 Tetapi praktek pertama
Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour
 7 Desember
1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat

itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan
 tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat,
Iida
 mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe
Naval Air
 Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia
telah mengatakan kepada
 teman-temannya bahwa bila pesawatnya
tertembak ia akan harakiri dengan
 cara menabrakkan
pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.
  
 Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab
akarnya
 sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode
Bushido, atau
 banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah
kepada lawan, dalam mati
 pun mereka masih bisa mematikan lawan
dengan cara kamikaze
  
 salam,

awang 
  
 Awang
  
 Sangat
penting temuan Anda , untuk melihat
 sejarah perminyakan kita
dengan lebih lengkap.
 Ada sedikit
 komentar dari saya ,
yaitu mengenai kimkikaze .
 Seingat
 saya ,
serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
 dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II
.
 Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok
agak
 sangsi.
  
  
 Si Abah


 
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.


Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-26 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Vicky

Itu sih bagian dari pelajaran Psyhologi sosial
.
Memang menark ya , apalagi ada satu tipe bunuh diri masal seperti
yang baru baru ini terjdi di Sby .Seorang laki laki tega membunuh dua
anaknya ( Atagfirrallaha adzim.. difoto begitu lucu nya itu
anak 2) , lalu iterinya (kayanya cantik lagi ) , dan kemudia bunuh
diri...

Nah apa pula ini 

Tapi
secara garis besar mungkin ada dua macam bunuh diri yaitu 

1.
Yang Positip (??) 
2. Yang Negatip ( ???)

Apa itu ?

Maksudnya kalau yang positip dilandasi oleh
suatu ethos pengorbanan   yaitu dengan melalkkan bunuh diri dia
berbuat sesuatu yang positip berdasarkan pemikiran atau
ideologi-nya. Contohnya  : bom bunuh diri , kimikaze, 

Yang negatip adalah bunuh diri karena melarikan diri dari sesuatu ,
contohnya yang diSurabaya itu , karean malu punya g=hutang banyak ,
Tapi  saya belum menndengar di Indonesia ada Koruptor bunuh diri ya .
Akh mungkin mereka tidak merasa malu kali.

Si Abah

_

Si Abah .


   Apakah ide harakiri
Kamikaze ini yang akhirnya mendasari Bom bunuh
 diri
itu ya ?
 
 Cukup aneh sebenernya perilaku harakiri atau
kamikaze, hingga tiji
 tibeh (mati siji mati kabeh)
atau bumi hangus ini. Bahkan untuk
 perilaku bumi hanguspun sudah
merupakan sebuah loncatan pemikiran yang
 tidak sederhana.
 
 Darimana asal bunuhdiri itu ?
 

Setahuku binatang tidak mengenal bunuh diri, memang ada sih binatang
 yang diduga bunuh diri. Tetapi seringkali (my personal
opinion) itu
 bukan bunuh diri, hanya menyendiri sebelum mati.
Seperti beberapa
 gajah yang menyendiri ketika tua dan akan mati.
Bahkan kucing sering
 menghilang dari rumah ketika akan mati.
 Tetapi bunuh diri ? Yang saya tahu perilaku aneh itu bukan hal
 sederhana dalam proses evolusi.
 
 Selanjutnya,
perilaku yang agak ganjil juga ketika manusia memutuskan

mendingan mati bareng ketimbang sengsara. Membakar gedung daripada
 dipakai manusia lain (musuhnya). Perilaku ini juga rada absurd
kalau
 diamati dengan kacamata ini. Saya belum pernah melihat
binatang yang
 merusak sarangnya sendiri karena alasan daripada
dipakai oleh kawannya
 (masih satu satu species). Tetapi memang
ada beberapa binatang yang
 merusak sarangnya untuk
mengelabuhi musuhnya supaya tidak dikenali
 jejaknya.
Tentunya ini berbeda kaan ? Merusak disini sebagai

mempertahankan diri. Nah apakah Manusia membakar itu juga untuk

mempertahankan diri. Bisa jadi iya, karena (berdalih) akan

memperlambat laju musuh dalam menyerang.
 
 Bagaimana
dengan suicide bomb ?
 
 Ini bukan hanya
dilakukan untuk menghindari serangan tetapi justru
 dipakai untuk
menyerang Nah yang lebih mengagetkan itu temuan pada

beberapa runtuhan bom bunuh diri ini. Beberapa kali diketemukan adanya
 pemantik (pemicu) lain selain trigger yang dibawa oleh si pelaku
bom
 bunuh diri. Artinya bisa jadi yang terjadi adalah bom
pembunuhan bukan
  bom bunuh diri  Haddduh !
 
 Hmmmkalau kembali ke evolusi ... darimana (sejak kapan) mental
bunuh
 diri ini muncul pada manusia (homo sapiens) ?


 RDP
 
 2008/9/23 Awang Satyana
[EMAIL PROTECTED]:
 Abah,

 Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu
kôgeki tai kata orang
 Jepang sendiri yang
artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak
 dipraktekkan
angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak

Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu

Amerika-Inggris-Australia.

 Tetapi praktek
pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl
 Harbour 7
Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu

Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida
 tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari
tempat
 mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan
menabrakkan diri ke
 Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida
menerbangkan pesawatnya, ia
 telah mengatakan kepada
teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak
 ia akan
harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat
musuh
 atau fasilitas musuh lainnya.

 Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab
akarnya
 sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan
kode Bushido, atau
 banzai charge : lebih baik mati daripada
menyerah kepada lawan, dalam
 mati pun mereka masih bisa
mematikan lawan dengan cara kamikaze

 salam,
 awang


Awang

 Sangat penting temuan Anda , untuk
melihat
 sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap.
 Ada sedikit
 komentar dari saya , yaitu mengenai
kimkikaze .
 Seingat
 saya ,
serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
 dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD -
II .
 Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya
kok agak
 sangsi.



Si Abah



 
 
 
 --
 http://tempe.wordpress.com/

Telling the truth is important
 Telling the positive is better
!!!
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , 

Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-23 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Apakah ide harakiri Kamikaze ini yang akhirnya mendasari Bom bunuh
diri itu ya ?

Cukup aneh sebenernya perilaku harakiri atau kamikaze, hingga tiji
tibeh (mati siji mati kabeh) atau bumi hangus ini. Bahkan untuk
perilaku bumi hanguspun sudah merupakan sebuah loncatan pemikiran yang
tidak sederhana.

Darimana asal bunuhdiri itu ?

Setahuku binatang tidak mengenal bunuh diri, memang ada sih binatang
yang diduga bunuh diri. Tetapi seringkali (my personal opinion) itu
bukan bunuh diri, hanya menyendiri sebelum mati. Seperti beberapa
gajah yang menyendiri ketika tua dan akan mati. Bahkan kucing sering
menghilang dari rumah ketika akan mati.
Tetapi bunuh diri ? Yang saya tahu perilaku aneh itu bukan hal
sederhana dalam proses evolusi.

Selanjutnya, perilaku yang agak ganjil juga ketika manusia memutuskan
mendingan mati bareng ketimbang sengsara. Membakar gedung daripada
dipakai manusia lain (musuhnya). Perilaku ini juga rada absurd kalau
diamati dengan kacamata ini. Saya belum pernah melihat binatang yang
merusak sarangnya sendiri karena alasan daripada dipakai oleh kawannya
(masih satu satu species). Tetapi memang ada beberapa binatang yang
merusak sarangnya untuk mengelabuhi musuhnya supaya tidak dikenali
jejaknya. Tentunya ini berbeda kaan ? Merusak disini sebagai
mempertahankan diri. Nah apakah Manusia membakar itu juga untuk
mempertahankan diri. Bisa jadi iya, karena (berdalih) akan
memperlambat laju musuh dalam menyerang.

Bagaimana dengan suicide bomb ?

Ini bukan hanya dilakukan untuk menghindari serangan tetapi justru
dipakai untuk menyerang Nah yang lebih mengagetkan itu temuan pada
beberapa runtuhan bom bunuh diri ini. Beberapa kali diketemukan adanya
pemantik (pemicu) lain selain trigger yang dibawa oleh si pelaku bom
bunuh diri. Artinya bisa jadi yang terjadi adalah bom pembunuhan bukan
 bom bunuh diri  Haddduh !

Hmmmkalau kembali ke evolusi ... darimana (sejak kapan) mental bunuh
diri ini muncul pada manusia (homo sapiens) ?

RDP

2008/9/23 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]:
 Abah,

 Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang 
 Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak 
 dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 
 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia.

 Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 
 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, 
 pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan 
 bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju 
 pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida 
 menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila 
 pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke 
 pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.

 Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah 
 lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai 
 charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun 
 mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze

 salam,
 awang

 Awang

 Sangat penting temuan Anda , untuk melihat
 sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap.
 Ada sedikit
 komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze .
 Seingat
 saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
 dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II .
 Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak
 sangsi.


 Si Abah






-- 
http://tempe.wordpress.com/
Telling the truth is important
Telling the positive is better !!!


Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-23 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Seingat saya masih SD (Sekolah Rakyat di zaman Jepang) istilah kepahlawanan 
yang dipropagandakan Jepang di sekolah-sekolah untuk serangan bunuh diri itu 
adalah Jibaku Tai (Tai artinya pasukan). Maka pernah muncul dalam bahasa 
Indonesia istilah  berjibaku (mengorban diri), entah istilah ini masih 
dipakai atau tidak. Jauh sebelum Jepang kepepet, film2 propaganda 
memperlihatkan ritual untuk jibaku itu. Istilah kamikaze baru saya kenah 
dari film2 Amerika di tahun 50-an, sedangkan istilah tokubetsu kōgeki tai, 
baru tahu sekarang.

RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; 
Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS 
[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, September 23, 2008 12:36 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi 
Hanguskan Minyak !



Abah,

Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang 
Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak 
dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 
1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia.


Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 
Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, 
pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan 
bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju 
pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida 
menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa 
bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan 
pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.


Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya 
sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau 
banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati 
pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze


salam,
awang


Awang


Sangat penting temuan Anda , untuk melihat
sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap.
Ada sedikit
komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze .
Seingat
saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II .
Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak
sangsi.


Si Abah







__ NOD32 3244 (20080705) Information __

This message was checked by NOD32 antivirus system.
http://www.eset.com



PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-22 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Awang 

Sangat penting temuan Anda , untuk melihat
sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. 
Ada sedikit 
komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze .
Seingat
saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II .
Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak
sangsi.


Si Abah

___


   ldquo;Edaast Indies Episoderdquo; adalah
judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius
 tahun 1948.
ldquo;Bumi Hanguskan Minyak !rdquo; adalah instruksi resmi Pemerintah
 Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo,
Sumatra,
 Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam
setelah pecahnya
 Perang Pasifik. Ada apa ini ?
  
 Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga
mungkin
 akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda
barangkali. Saya
 mendapatkan buku ini dari seorang kenalan
berbangsa Belanda, sesama
 penggemar buku.
  

Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang
 akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia
tahun
 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak
lapangan minyak,
 kilang, jalur transportasi minyak, dan
pelabuhan agar tak jatuh ke tangan
 Jepang. Perusakan dilakukan
oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche
 Petroleum Maatschappij)
sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia.
  

Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah
 kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu
mesti kita
 hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau
diduduki musuh.
 Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM
saat itu. Menemukan lapangan
 minyak, mengembangkannya, membangun
fasilitasnya, dan memproduksinya kita
 tahu butuh waktu bukan
setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh
 tahun, bahkan
lebih.
  
 Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan
minyak, jalur pipa, kilang, dan
 pelabuhan membubung di seluruh
Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa,
 dan Papua.
 

 Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk
BPM,
 berdasarkan laporan-laporan ldquo;perusakan
lapanganrdquo; yang ditulis pimpinan dan
 karyawan BPM. Buku
diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur
 pelaksana BPM
tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The
 Shell
Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch  Zoon di Utrecht.
  
 Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan
lapangan dan
 fasilitas minyak di Hindia Timur ini dalam sekali
tulisan sebab akan
 terlalu panjang. Saya akan memulai dengan
mengapa perusakan terjadi dan
 perusakan paling pertama yang
terjadi : lapangan-lapangan minyak di
 Northwest Borneo : Miri
dan Seria (wilayah Brunei sekarang).
  
 Sejak Jepang
merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai
 sekaligus
melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam

Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan ldquo;hidup
dan
 matinyardquo;, terutama lapangan-lapangan minyak di
Kalimantan, Sumatra, Papua,
 dan Jawa. Minyak baginya akan
merupakan kunci ke supremasi militer yang
 telah lama
diimpikannya. Maka, dimulailah ldquo;Kobayashi Missionrdquo; baik
dengan
 jalan damai maupun perang, untuk menguasai
lapangan-lapangan minyak itu,
 menguasainya secepat mungkin
melalui ldquo;Blietzkriegrdquo; (perang kilat) sebelum
 ia
berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat.
 

 Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis
bahwa Jepang
 sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia
berupa minyak, karet,
 bauksit, timah dan bahan-bahan strategis
lainnya. Minyak dibutuhkan untuk
 bahan bakar angkatan perang
Jepang yang bersama Jerman dan Italia
 membentuk persekutuan
sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa
 mengalahkan
Prancis, Belgia dan Belanda; Jepang meminta agar ia diizinkan

masuk ke Indonesia, sebagaimana ia juga diizinkan masuk ke IndoChina
yang
 semula di bawah kekuasaan Prancis.
  

Maka, datanglah utusan-utusan Kekaisaran dan Pemerintah Jepang ke
Batavia
 menemui Gubernur Jenderal van Mook. Jepang ingin membeli
sebanyak
 3.750.000 ton minyak, sebuah jumlah yang sangat besar
sebab melebihi 6x
 lipat kapasitas kuota penjualan total yang
bisa disediakan BPM dan NKPM
 (Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij) yaitu 600.000 ton minyak.
 Yang segera diperlukan
Jepang adalah 1.100.000 ton minyak ringan untuk
 bahan bakar
pesawat yang hanya 1/10-nya bisa dipenuhi Pemerintah Belanda.

Perundingan-perundingan menemui jalan buntu dan Kobayashi kembali ke
 Jepang dengan farewell notes bahwa perundingan tak ada gunanya
sebab
 terjadi perbedaan besar antara yang diminta dan yang bisa
disediakan.
  
 Gagal membeli minyak, Jepang meminta
lahan untuk eksplorasi dan
 eksploitasi. Sebuah nota bertanggal
29 Oktober 1940 dikirimnya ke Batavia,
 mendaftarkan area-area
mana yang diminta : 1,3 

RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-22 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
 
Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang Jepang 
sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan 
angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika 
Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia.
 
Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 
Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, 
pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan 
bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju 
pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida 
menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila 
pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke 
pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya.
 
Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah 
lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge 
: lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih 
bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze
 
salam,
awang 
 
 Awang
 
Sangat penting temuan Anda , untuk melihat
sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap.
Ada sedikit
komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze .
Seingat
saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi
dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II .
Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak
sangsi.
 
 
Si Abah


  

RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-21 Terurut Topik Sugeng Hartono
Pak Awang,
 
Trimakasih ulasannya yang sangat menarik, seperti kuliah sejarah saja.
Saya pernah membaca buku sejarah tua, bagaimana kilang-2 minyak di Balikpapan, 
Bunyu-Tarakan dibumi-hanguskan sebelum tentara Nipon datang. Teknik bumi hangus 
ini masih berlanjut ketika perang kemerdekaan melawan Belanda. Di daerah saya 
(sebelah timur Klaten) pabrik gula Manishardjo Pedan juga diledakkan oleh para 
pejuang. Anehnya tiga kali diledakkan, bom tetap saja tidak mau meledak (konon 
PG ini milik Kasunanan Surakarta) sehingga hanya disiram bensin dan dibakar, 
lalu semua isinya untuk rebutan masa. Beberapa jembatan yang nantinya akan 
dilalui tentara Belanda juga sempat diledakkan.
 
Tentang kedatangan Jepang di Tanah Jawa, ini pernah diceritakan dengan detail 
dalam buku Komat-kamit Selo Sumardjan (biografi Prof. Selosumardjan). Di 
Yogyakarta terjadi kesibukan yang luar biasa. Belanda mengungsikan semua aset 
dan warganya ke Australia lewat Cilacap. Setelah itu, tentara Jepang mulai 
menguasai Jawa. Katanya tentara Jepang ini berbadan kecil sepatu dan pakaiannya 
jauh lebih sederhana dibanding tentara KNIL, tetapi daya tempur dan daya 
tahannya sungguh sangat luar biasa.
 
Ketika kerja di Salawati saya berkenalan dengan Bapak asal Maluku yang bekerja 
sebagai radio operator di rig. Dia bercerita, ketika masih kecil di kotanya ada 
toko kelontong milik seorang bapak warga Jepan. Dia ini berbaur dengan warga 
biasa. Begitu Perang Pasifik meletus, dan bala tentara Jepang masuk Nusantara, 
bapak pemilik toko ini langsung berpakaian militer lengkap dengan pangkat-2 dan 
pedan Samurainya.
Sejak itu (Maret 1942?) mulailah penderitaan rakyat Indonesia dibawah 
pemerintahan Jepang.
 
Salam hangat dari Lubuklinggau.
sugeng
 
 



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sun 9/21/2008 10:28 PM
To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan 
Minyak !



East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 
1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia 
Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan 
Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. 
Ada apa ini ?
 
Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan 
sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan 
buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku.
 
Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan 
datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 
serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur 
transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan 
dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) 
sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia.
 
Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita 
bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan 
sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan 
pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, 
mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh 
waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan 
lebih.
 
Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan 
pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan 
Papua.
 
Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan 
laporan-laporan perusakan lapangan yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. 
Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. 
Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., 
dicetak oleh Bosch  Zoon di Utrecht.
 
Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas 
minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. 
Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama 
yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria 
(wilayah Brunei sekarang).
 
Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus 
melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands 
East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan hidup dan matinya, terutama 
lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak 
baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. 
Maka, dimulailah Kobayashi Mission baik dengan jalan damai maupun perang, 
untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin 
melalui Blietzkrieg (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu 
Inggris dan Amerika Serikat.
 
Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah 

Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-21 Terurut Topik johnny . aruan

ceritanya seru sekali !!!
terimakasih banyak pak Awang

saya cuma menghayal : kapan ya buku nya pak Awang terbit?

salam hormat
JDA





  
Awang Satyana   
  
awangsatyana@   To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, 
Geo Unpad [EMAIL PROTECTED], Forum HAGI
yahoo.com[EMAIL PROTECTED], Eksplorasi 
BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] 
 cc:
  
09/21/2008   Subject: [iagi-net-l] East Indies 
Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
10:28 PM
  
Please respond  
  
to iagi-net 
  

  

  




East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius
tahun 1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi Pemerintah
Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra,
Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya
Perang Pasifik. Ada apa ini ?

Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin
akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya
mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama
penggemar buku.

Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang
akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun
1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak,
kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan
Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche
Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia.

Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah
kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita
hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh.
Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan
minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita
tahu butuh waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh
tahun, bahkan lebih.

Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan
pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa,
dan Papua.

Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM,
berdasarkan laporan-laporan perusakan lapangan yang ditulis pimpinan dan
karyawan BPM. Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur
pelaksana BPM tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell
Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch  Zoon di Utrecht.

Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas
minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang.
Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling
pertama yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri
dan Seria (wilayah Brunei sekarang).

Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai
sekaligus melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam
Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan hidup dan
matinya, terutama lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua,
dan Jawa. Minyak baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang
telah lama diimpikannya. Maka, dimulailah Kobayashi Mission baik dengan
jalan damai maupun perang, untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu,
menguasainya secepat mungkin melalui Blietzkrieg (perang kilat) sebelum
ia berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat.

Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis bahwa Jepang
sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia berupa minyak, karet,
bauksit, timah dan bahan-bahan strategis lainnya. Minyak dibutuhkan untuk
bahan bakar angkatan perang Jepang yang bersama Jerman dan Italia membentuk
persekutuan sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa mengalahkan
Prancis, Belgia 

Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-21 Terurut Topik noor syarifuddin
Jangan-jangan Saddam (alm) dulu terinspirasi buku ini waktu membumi hanguskan 
ladang minyak di kuwait...:-).
 
Pak Awang,
saya lagi baca buku lama Prize...cape juga ya, udah tebel bukunya, tulisannya 
kecil-kecil lagitapi menarik sekali, jadi walau mata pegel ya susah 
lepasnya..


salam,

- Original Message 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI 
[EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, September 21, 2008 11:28:26 PM
Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan 
Minyak !

“East Indies Episode” adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 
1948. “Bumi Hanguskan Minyak !” adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia 
Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan 
Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. 
Ada apa ini ?
 
Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan 
sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan 
buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku.
 
Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan 
datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 
serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur 
transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan 
dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) 
sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia.
 
Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita 
bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan 
sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan 
pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, 
mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh 
waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan 
lebih.
 
Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan 
pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan 
Papua. 
 
Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan 
laporan-laporan “perusakan lapangan” yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. 
Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. 
Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., 
dicetak oleh Bosch  Zoon di Utrecht.
 
Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas 
minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. 
Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama 
yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria 
(wilayah Brunei sekarang). 
 
Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus 
melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands 
East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan “hidup dan matinya”, terutama 
lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak 
baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. 
Maka, dimulailah “Kobayashi Mission” baik dengan jalan damai maupun perang, 
untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin 
melalui “Blietzkrieg” (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu 
Inggris dan Amerika Serikat. 
 
Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis bahwa Jepang 
sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia berupa minyak, karet, 
bauksit, timah dan bahan-bahan strategis lainnya. Minyak dibutuhkan untuk bahan 
bakar angkatan perang Jepang yang bersama Jerman dan Italia membentuk 
persekutuan sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa mengalahkan Prancis, 
Belgia dan Belanda; Jepang meminta agar ia diizinkan masuk ke Indonesia, 
sebagaimana ia juga diizinkan masuk ke IndoChina yang semula di bawah kekuasaan 
Prancis.
 
Maka, datanglah utusan-utusan Kekaisaran dan Pemerintah Jepang ke Batavia 
menemui Gubernur Jenderal van Mook. Jepang ingin membeli sebanyak 3.750.000 ton 
minyak, sebuah jumlah yang sangat besar sebab melebihi 6x lipat kapasitas kuota 
penjualan total yang bisa disediakan BPM dan NKPM (Nederlandsche Koloniale 
Petroleum Maatschappij) yaitu 600.000 ton minyak. Yang segera diperlukan Jepang 
adalah 1.100.000 ton minyak ringan untuk bahan bakar pesawat yang hanya 
1/10-nya bisa dipenuhi Pemerintah Belanda. Perundingan-perundingan menemui 
jalan buntu dan Kobayashi kembali ke Jepang dengan farewell notes bahwa 
perundingan tak ada gunanya sebab terjadi perbedaan besar antara yang diminta 
dan yang bisa disediakan.
 
Gagal membeli minyak, Jepang meminta lahan untuk eksplorasi dan eksploitasi. 
Sebuah nota bertanggal 29 Oktober 1940 dikirimnya ke 

RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !

2008-09-21 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Sugeng,
 
Terima kasih atas tambahan ceritanya. Rusak-merusak aset memang selalu terjadi 
dalam peperangan, dirusak sendiri agar tidak dikuasai musuh, atau punya musuh 
dirusakkan seperti Pak Sugeng ceritakan. Di Bandung pun terjadi seperti itu 
saat Belanda mau berkuasa kembali seperti pembakaran gedung-gedung pemerintahan 
Belanda oleh warga Bandung (peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946), atau 
peledakan gudang senjata Belanda di Bandung Selatan oleh Mohammad Toha.
 
Jepang memang benar2 melaksanakan blietzkrieg tetapi mereka juga easy come 
easy go. Saat Tentara Sekutu pimpinan Amerika Serikat membalas Jepang tahun 
1945, banyak tentara2 Jepang yang melarikan diri, termasuk jauh ke dalam hutan. 
Salah satunya adalah Teuro Nakamura yang pernah jadi berita heboh tahun 1980-an 
sebab ia tetap bersembunyi di dalam hutan Morotai di utara Ternate saat tahun 
1945 Tentara Sekutu melibas Jepang. Hampir 40 tahun bersembunyi di hutan 
Morotai, dan baru keluar tahun 1980an karena ditemukan penduduk setempat.
 
Buku Perang Pasifik tulisan Ong Peng Koen (Petrus Kanisius Ojong - pendiri 
Harian Kompas) (Star Weekly, 1958), diterbitkan ulang beberapa kali, edisi 
terakhir Februari 2008 oleh Kompas Gramedia Group sangat asyik diikuti 
bagaimana peristiwa-peristiwa 1941-1945 ini. 
 
salam,
awang

--- On Mon, 9/22/08, Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi 
Hanguskan Minyak !
To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad [EMAIL 
PROTECTED], Forum HAGI [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL 
PROTECTED]
Date: Monday, September 22, 2008, 4:51 AM

Pak Awang,
 
Trimakasih ulasannya yang sangat menarik, seperti kuliah sejarah saja.
Saya pernah membaca buku sejarah tua, bagaimana kilang-2 minyak di Balikpapan,
Bunyu-Tarakan dibumi-hanguskan sebelum tentara Nipon datang. Teknik bumi hangus
ini masih berlanjut ketika perang kemerdekaan melawan Belanda. Di daerah saya
(sebelah timur Klaten) pabrik gula Manishardjo Pedan juga diledakkan oleh para
pejuang. Anehnya tiga kali diledakkan, bom tetap saja tidak mau meledak (konon
PG ini milik Kasunanan Surakarta) sehingga hanya disiram bensin dan dibakar,
lalu semua isinya untuk rebutan masa. Beberapa jembatan yang nantinya akan
dilalui tentara Belanda juga sempat diledakkan.
 
Tentang kedatangan Jepang di Tanah Jawa, ini pernah diceritakan dengan detail
dalam buku Komat-kamit Selo Sumardjan (biografi Prof. Selosumardjan). Di
Yogyakarta terjadi kesibukan yang luar biasa. Belanda mengungsikan semua aset
dan warganya ke Australia lewat Cilacap. Setelah itu, tentara Jepang mulai
menguasai Jawa. Katanya tentara Jepang ini berbadan kecil sepatu dan pakaiannya
jauh lebih sederhana dibanding tentara KNIL, tetapi daya tempur dan daya
tahannya sungguh sangat luar biasa.
 
Ketika kerja di Salawati saya berkenalan dengan Bapak asal Maluku yang bekerja
sebagai radio operator di rig. Dia bercerita, ketika masih kecil di kotanya ada
toko kelontong milik seorang bapak warga Jepan. Dia ini berbaur dengan warga
biasa. Begitu Perang Pasifik meletus, dan bala tentara Jepang masuk Nusantara,
bapak pemilik toko ini langsung berpakaian militer lengkap dengan pangkat-2 dan
pedan Samurainya.
Sejak itu (Maret 1942?) mulailah penderitaan rakyat Indonesia dibawah
pemerintahan Jepang.
 
Salam hangat dari Lubuklinggau.
sugeng
 
 



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sun 9/21/2008 10:28 PM
To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan
Minyak !



East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan
Fabricius tahun 1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi
Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo,
Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya
Perang Pasifik. Ada apa ini ?
 
Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan
sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan
buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku.
 
Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan
datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945
serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur
transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan
dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri
atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia.
 
Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita
bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan
sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan
pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya,
membangun fasilitasnya, dan