RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Abah, Buku Saburo Sakai (pilot Jepang selama PD II) Samurai (terbit pertama tahun 1957) (ditulis oleh Martin Caidin dan jurnalis Fred Saito berdasarkan memoar dan wawancara dengan Saburo Sakai) bisa dilihat iklannya di www.amazon.com. Di situ banyak pilihannya dari berbagai edisi dan cetak ulang. Dulu yang Abah baca di koran/majalah barangkali terjemahannya (?) Pilot Jepang keturunan bangsa Samurai ini mengaku telah menjatuhkan 64 pesawat tentara Sekutu di atas Samudra Pasifik. Ia sendiri tertembak sebelah matanya dan menjadi lumpuh sebelah badan saat peperangan tersebut. Terbang dalam keadaan fisik begitu sepanjang 600 mil dari Guadalacanal ke Rabaul merupakan memoarnya yang menarik. Tahun 80-an ia ternyata bertemu dalam suasana persahabatan dengan penembaknya itu. Saat itu Saburo Sakai telah menjadi penganut Buddha yang baik yang membunuh nyamuk pun ia tak mau. Saburo banyak berkunjung ke Amerika mengunjungi kesatuan-kesatuan tentara yang dulu musuhnya. 22 September 2000 saat hendak bersalaman dengan pejabat militer yang tengah mengunjunginya di Jepang, Saburai jatuh oleh serangan jantung dan nyawanya tak bisa diselamatkan dalam usia 84 tahun. Bangsa Jepang mengenal Saburo Sakai sebagai satu dari sedikit pilot Jepang yang kembali dengan selamat dari pertempuran udara di atas Pasifik. Buku Perang Pasifik (PK Ojong, cetakan pertama 1957, cetakan kesepuluh tahun 2008) asyik juga diikuti, ditulis pengarangnya untuk menginspirasi putra-putri Indonesia agar mencintai laut dan udara di atasnya yang harus dipertahankan dari gangguan musuh. Di situ ada cerita tentang Iwojima, benteng pertahanan Jepang, yang dibangun di atas pulau volkanik seperti Krakatau tetapi yang di dalamnya banyak lorong-lorong persembunyian sepanjang 5000 meter. I swore I would not go out like a coward, merely diving the plane into the the ocean for one bright flash of pain, and then nothing. If I must die, at least I could go out as a Samurai. My death would take several of the enemy with me. A ship. I needed a ship. (memoar Saburo Sakai sesaat setelah ia tertembak di udara). salam, awang --- On Fri, 9/26/08, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] wrote: From: yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! To: iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, September 26, 2008, 12:59 PM Awang Terima kasih tas infomasi tambahan-nya. Saya jadi ingin baca lagi ceritera Saburo Sakai , apa Anda tahu buku-ya , karena kalau tidak salah dumu menjadi ceritera berambung dasalah satu majalah apa koran , saya lupa. Si Abah Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kògeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Awang Terima kasih tas infomasi tambahan-nya. Saya jadi ingin baca lagi ceritera Saburo Sakai , apa Anda tahu buku-ya , karena kalau tidak salah dumu menjadi ceritera berambung dasalah satu majalah apa koran , saya lupa. Si Abah Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kògeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Awang Terima kasih atas informasinya , oh jadi di Pearl Harbour ada juga yang sudah memperaktekan . Ngomong ngomong , Anda tahu buku mengenai Sabiro Sakai , penerbang pesawat tempur Jeang yang sangat hebat ? Dulu rasanya jadi CerBer di koran atau majalah , saya lupa.. Si Abah _ Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kògeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Vicky Itu sih bagian dari pelajaran Psyhologi sosial . Memang menark ya , apalagi ada satu tipe bunuh diri masal seperti yang baru baru ini terjdi di Sby .Seorang laki laki tega membunuh dua anaknya ( Atagfirrallaha adzim.. difoto begitu lucu nya itu anak 2) , lalu iterinya (kayanya cantik lagi ) , dan kemudia bunuh diri... Nah apa pula ini Tapi secara garis besar mungkin ada dua macam bunuh diri yaitu 1. Yang Positip (??) 2. Yang Negatip ( ???) Apa itu ? Maksudnya kalau yang positip dilandasi oleh suatu ethos pengorbanan yaitu dengan melalkkan bunuh diri dia berbuat sesuatu yang positip berdasarkan pemikiran atau ideologi-nya. Contohnya : bom bunuh diri , kimikaze, Yang negatip adalah bunuh diri karena melarikan diri dari sesuatu , contohnya yang diSurabaya itu , karean malu punya g=hutang banyak , Tapi saya belum menndengar di Indonesia ada Koruptor bunuh diri ya . Akh mungkin mereka tidak merasa malu kali. Si Abah _ Si Abah . Apakah ide harakiri Kamikaze ini yang akhirnya mendasari Bom bunuh diri itu ya ? Cukup aneh sebenernya perilaku harakiri atau kamikaze, hingga tiji tibeh (mati siji mati kabeh) atau bumi hangus ini. Bahkan untuk perilaku bumi hanguspun sudah merupakan sebuah loncatan pemikiran yang tidak sederhana. Darimana asal bunuhdiri itu ? Setahuku binatang tidak mengenal bunuh diri, memang ada sih binatang yang diduga bunuh diri. Tetapi seringkali (my personal opinion) itu bukan bunuh diri, hanya menyendiri sebelum mati. Seperti beberapa gajah yang menyendiri ketika tua dan akan mati. Bahkan kucing sering menghilang dari rumah ketika akan mati. Tetapi bunuh diri ? Yang saya tahu perilaku aneh itu bukan hal sederhana dalam proses evolusi. Selanjutnya, perilaku yang agak ganjil juga ketika manusia memutuskan mendingan mati bareng ketimbang sengsara. Membakar gedung daripada dipakai manusia lain (musuhnya). Perilaku ini juga rada absurd kalau diamati dengan kacamata ini. Saya belum pernah melihat binatang yang merusak sarangnya sendiri karena alasan daripada dipakai oleh kawannya (masih satu satu species). Tetapi memang ada beberapa binatang yang merusak sarangnya untuk mengelabuhi musuhnya supaya tidak dikenali jejaknya. Tentunya ini berbeda kaan ? Merusak disini sebagai mempertahankan diri. Nah apakah Manusia membakar itu juga untuk mempertahankan diri. Bisa jadi iya, karena (berdalih) akan memperlambat laju musuh dalam menyerang. Bagaimana dengan suicide bomb ? Ini bukan hanya dilakukan untuk menghindari serangan tetapi justru dipakai untuk menyerang Nah yang lebih mengagetkan itu temuan pada beberapa runtuhan bom bunuh diri ini. Beberapa kali diketemukan adanya pemantik (pemicu) lain selain trigger yang dibawa oleh si pelaku bom bunuh diri. Artinya bisa jadi yang terjadi adalah bom pembunuhan bukan bom bunuh diri Haddduh ! Hmmmkalau kembali ke evolusi ... darimana (sejak kapan) mental bunuh diri ini muncul pada manusia (homo sapiens) ? RDP 2008/9/23 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]: Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kôgeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah -- http://tempe.wordpress.com/ Telling the truth is important Telling the positive is better !!! -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama ,
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Apakah ide harakiri Kamikaze ini yang akhirnya mendasari Bom bunuh diri itu ya ? Cukup aneh sebenernya perilaku harakiri atau kamikaze, hingga tiji tibeh (mati siji mati kabeh) atau bumi hangus ini. Bahkan untuk perilaku bumi hanguspun sudah merupakan sebuah loncatan pemikiran yang tidak sederhana. Darimana asal bunuhdiri itu ? Setahuku binatang tidak mengenal bunuh diri, memang ada sih binatang yang diduga bunuh diri. Tetapi seringkali (my personal opinion) itu bukan bunuh diri, hanya menyendiri sebelum mati. Seperti beberapa gajah yang menyendiri ketika tua dan akan mati. Bahkan kucing sering menghilang dari rumah ketika akan mati. Tetapi bunuh diri ? Yang saya tahu perilaku aneh itu bukan hal sederhana dalam proses evolusi. Selanjutnya, perilaku yang agak ganjil juga ketika manusia memutuskan mendingan mati bareng ketimbang sengsara. Membakar gedung daripada dipakai manusia lain (musuhnya). Perilaku ini juga rada absurd kalau diamati dengan kacamata ini. Saya belum pernah melihat binatang yang merusak sarangnya sendiri karena alasan daripada dipakai oleh kawannya (masih satu satu species). Tetapi memang ada beberapa binatang yang merusak sarangnya untuk mengelabuhi musuhnya supaya tidak dikenali jejaknya. Tentunya ini berbeda kaan ? Merusak disini sebagai mempertahankan diri. Nah apakah Manusia membakar itu juga untuk mempertahankan diri. Bisa jadi iya, karena (berdalih) akan memperlambat laju musuh dalam menyerang. Bagaimana dengan suicide bomb ? Ini bukan hanya dilakukan untuk menghindari serangan tetapi justru dipakai untuk menyerang Nah yang lebih mengagetkan itu temuan pada beberapa runtuhan bom bunuh diri ini. Beberapa kali diketemukan adanya pemantik (pemicu) lain selain trigger yang dibawa oleh si pelaku bom bunuh diri. Artinya bisa jadi yang terjadi adalah bom pembunuhan bukan bom bunuh diri Haddduh ! Hmmmkalau kembali ke evolusi ... darimana (sejak kapan) mental bunuh diri ini muncul pada manusia (homo sapiens) ? RDP 2008/9/23 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]: Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah -- http://tempe.wordpress.com/ Telling the truth is important Telling the positive is better !!!
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Seingat saya masih SD (Sekolah Rakyat di zaman Jepang) istilah kepahlawanan yang dipropagandakan Jepang di sekolah-sekolah untuk serangan bunuh diri itu adalah Jibaku Tai (Tai artinya pasukan). Maka pernah muncul dalam bahasa Indonesia istilah berjibaku (mengorban diri), entah istilah ini masih dipakai atau tidak. Jauh sebelum Jepang kepepet, film2 propaganda memperlihatkan ritual untuk jibaku itu. Istilah kamikaze baru saya kenah dari film2 Amerika di tahun 50-an, sedangkan istilah tokubetsu kōgeki tai, baru tahu sekarang. RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 23, 2008 12:36 PM Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah __ NOD32 3244 (20080705) Information __ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah ___ ldquo;Edaast Indies Episoderdquo; adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 1948. ldquo;Bumi Hanguskan Minyak !rdquo; adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. Ada apa ini ? Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku. Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia. Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan lebih. Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan laporan-laporan ldquo;perusakan lapanganrdquo; yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch Zoon di Utrecht. Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria (wilayah Brunei sekarang). Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan ldquo;hidup dan matinyardquo;, terutama lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. Maka, dimulailah ldquo;Kobayashi Missionrdquo; baik dengan jalan damai maupun perang, untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin melalui ldquo;Blietzkriegrdquo; (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat. Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis bahwa Jepang sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia berupa minyak, karet, bauksit, timah dan bahan-bahan strategis lainnya. Minyak dibutuhkan untuk bahan bakar angkatan perang Jepang yang bersama Jerman dan Italia membentuk persekutuan sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa mengalahkan Prancis, Belgia dan Belanda; Jepang meminta agar ia diizinkan masuk ke Indonesia, sebagaimana ia juga diizinkan masuk ke IndoChina yang semula di bawah kekuasaan Prancis. Maka, datanglah utusan-utusan Kekaisaran dan Pemerintah Jepang ke Batavia menemui Gubernur Jenderal van Mook. Jepang ingin membeli sebanyak 3.750.000 ton minyak, sebuah jumlah yang sangat besar sebab melebihi 6x lipat kapasitas kuota penjualan total yang bisa disediakan BPM dan NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) yaitu 600.000 ton minyak. Yang segera diperlukan Jepang adalah 1.100.000 ton minyak ringan untuk bahan bakar pesawat yang hanya 1/10-nya bisa dipenuhi Pemerintah Belanda. Perundingan-perundingan menemui jalan buntu dan Kobayashi kembali ke Jepang dengan farewell notes bahwa perundingan tak ada gunanya sebab terjadi perbedaan besar antara yang diminta dan yang bisa disediakan. Gagal membeli minyak, Jepang meminta lahan untuk eksplorasi dan eksploitasi. Sebuah nota bertanggal 29 Oktober 1940 dikirimnya ke Batavia, mendaftarkan area-area mana yang diminta : 1,3
RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Abah, Kamikaze (kata orang luar Jepang, atau tokubetsu kōgeki tai kata orang Jepang sendiri yang artinya Satuan Serangan Khusus) memang banyak dipraktekkan angkatan udara Jepang menutup PD II atau tepatnya sejak Oktober 1944 ketika Jepang mulai terdesak Sekutu Amerika-Inggris-Australia. Tetapi praktek pertama Kamikaze dilakukan sejak penyerangan Pearl Harbour 7 Desember 1941 (waktu Hawaii, atau 8 Desember 1941 waktu Jakarta). Saat itu, pesawat bomber yang dikemudikan Lettu Fusata Iida tertembak dan tangki bahan bakarnya bocor. Daripada mencari tempat mendarat, Iida mempercepat laju pesawatnya dan menabrakkan diri ke Kaneohe Naval Air Station. Sebelum Iida menerbangkan pesawatnya, ia telah mengatakan kepada teman-temannya bahwa bila pesawatnya tertembak ia akan harakiri dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat musuh atau fasilitas musuh lainnya. Tidak mengherankan mengapa tentara Jepang berbuat begitu, sebab akarnya sudah lama sejak zaman Samurai, yang dikenal dengan kode Bushido, atau banzai charge : lebih baik mati daripada menyerah kepada lawan, dalam mati pun mereka masih bisa mematikan lawan dengan cara kamikaze salam, awang Awang Sangat penting temuan Anda , untuk melihat sejarah perminyakan kita dengan lebih lengkap. Ada sedikit komentar dari saya , yaitu mengenai kimkikaze . Seingat saya , serangan kimikaze ilakukan pada saat Jepang sudah terdesak , jadi dilakukan oleh penerbang penerbang Jepang pada era akhir PD - II . Apakah hal itu sudah dilakukan pada awal PD - II , saya kok agak sangsi. Si Abah
RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Pak Awang, Trimakasih ulasannya yang sangat menarik, seperti kuliah sejarah saja. Saya pernah membaca buku sejarah tua, bagaimana kilang-2 minyak di Balikpapan, Bunyu-Tarakan dibumi-hanguskan sebelum tentara Nipon datang. Teknik bumi hangus ini masih berlanjut ketika perang kemerdekaan melawan Belanda. Di daerah saya (sebelah timur Klaten) pabrik gula Manishardjo Pedan juga diledakkan oleh para pejuang. Anehnya tiga kali diledakkan, bom tetap saja tidak mau meledak (konon PG ini milik Kasunanan Surakarta) sehingga hanya disiram bensin dan dibakar, lalu semua isinya untuk rebutan masa. Beberapa jembatan yang nantinya akan dilalui tentara Belanda juga sempat diledakkan. Tentang kedatangan Jepang di Tanah Jawa, ini pernah diceritakan dengan detail dalam buku Komat-kamit Selo Sumardjan (biografi Prof. Selosumardjan). Di Yogyakarta terjadi kesibukan yang luar biasa. Belanda mengungsikan semua aset dan warganya ke Australia lewat Cilacap. Setelah itu, tentara Jepang mulai menguasai Jawa. Katanya tentara Jepang ini berbadan kecil sepatu dan pakaiannya jauh lebih sederhana dibanding tentara KNIL, tetapi daya tempur dan daya tahannya sungguh sangat luar biasa. Ketika kerja di Salawati saya berkenalan dengan Bapak asal Maluku yang bekerja sebagai radio operator di rig. Dia bercerita, ketika masih kecil di kotanya ada toko kelontong milik seorang bapak warga Jepan. Dia ini berbaur dengan warga biasa. Begitu Perang Pasifik meletus, dan bala tentara Jepang masuk Nusantara, bapak pemilik toko ini langsung berpakaian militer lengkap dengan pangkat-2 dan pedan Samurainya. Sejak itu (Maret 1942?) mulailah penderitaan rakyat Indonesia dibawah pemerintahan Jepang. Salam hangat dari Lubuklinggau. sugeng From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sun 9/21/2008 10:28 PM To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. Ada apa ini ? Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku. Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia. Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan lebih. Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan laporan-laporan perusakan lapangan yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch Zoon di Utrecht. Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria (wilayah Brunei sekarang). Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan hidup dan matinya, terutama lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. Maka, dimulailah Kobayashi Mission baik dengan jalan damai maupun perang, untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin melalui Blietzkrieg (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat. Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
ceritanya seru sekali !!! terimakasih banyak pak Awang saya cuma menghayal : kapan ya buku nya pak Awang terbit? salam hormat JDA Awang Satyana awangsatyana@ To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad [EMAIL PROTECTED], Forum HAGI yahoo.com[EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] cc: 09/21/2008 Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! 10:28 PM Please respond to iagi-net East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. Ada apa ini ? Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku. Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia. Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan lebih. Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan laporan-laporan perusakan lapangan yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch Zoon di Utrecht. Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria (wilayah Brunei sekarang). Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan hidup dan matinya, terutama lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. Maka, dimulailah Kobayashi Mission baik dengan jalan damai maupun perang, untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin melalui Blietzkrieg (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat. Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis bahwa Jepang sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia berupa minyak, karet, bauksit, timah dan bahan-bahan strategis lainnya. Minyak dibutuhkan untuk bahan bakar angkatan perang Jepang yang bersama Jerman dan Italia membentuk persekutuan sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa mengalahkan Prancis, Belgia
Re: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Jangan-jangan Saddam (alm) dulu terinspirasi buku ini waktu membumi hanguskan ladang minyak di kuwait...:-). Pak Awang, saya lagi baca buku lama Prize...cape juga ya, udah tebel bukunya, tulisannya kecil-kecil lagitapi menarik sekali, jadi walau mata pegel ya susah lepasnya.. salam, - Original Message From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, September 21, 2008 11:28:26 PM Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! “East Indies Episode” adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 1948. “Bumi Hanguskan Minyak !” adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. Ada apa ini ? Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku. Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia. Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan memproduksinya kita tahu butuh waktu bukan setahun atau dua tahun, tetapi lima atau sepuluh tahun, bahkan lebih. Asap hitam minyak, kebakaran dari lapangan minyak, jalur pipa, kilang, dan pelabuhan membubung di seluruh Nusantara, dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Buku ini ditulis oleh Johan Fabricius, seorang penulis untuk BPM, berdasarkan laporan-laporan “perusakan lapangan” yang ditulis pimpinan dan karyawan BPM. Buku diberi kata pengantar oleh van Hasselt, direktur pelaksana BPM tahun 1949. Buku diterbitkan pada Januari 1949 oleh The Shell Petroleum Company Ltd., dicetak oleh Bosch Zoon di Utrecht. Saya tak akan menceritakan seluruh episode perusakan lapangan dan fasilitas minyak di Hindia Timur ini dalam sekali tulisan sebab akan terlalu panjang. Saya akan memulai dengan mengapa perusakan terjadi dan perusakan paling pertama yang terjadi : lapangan-lapangan minyak di Northwest Borneo : Miri dan Seria (wilayah Brunei sekarang). Sejak Jepang merasa bahwa bangsanya telah terpilih untuk menguasai sekaligus melindungi Asia Timur, Jepang telah melihat bahwa kekayaan alam Netherlands East Indies (Indonesia sekarang) akan merupakan “hidup dan matinya”, terutama lapangan-lapangan minyak di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan Jawa. Minyak baginya akan merupakan kunci ke supremasi militer yang telah lama diimpikannya. Maka, dimulailah “Kobayashi Mission” baik dengan jalan damai maupun perang, untuk menguasai lapangan-lapangan minyak itu, menguasainya secepat mungkin melalui “Blietzkrieg” (perang kilat) sebelum ia berperang dengan Tentara Sekutu Inggris dan Amerika Serikat. Dari buku Ricklefs (2004 : Sejarah Indonesia Moderen) ditulis bahwa Jepang sudah lama mengingini sumber-sumber alam Indonesia berupa minyak, karet, bauksit, timah dan bahan-bahan strategis lainnya. Minyak dibutuhkan untuk bahan bakar angkatan perang Jepang yang bersama Jerman dan Italia membentuk persekutuan sejak September 1940. Ketika Jerman di Eropa mengalahkan Prancis, Belgia dan Belanda; Jepang meminta agar ia diizinkan masuk ke Indonesia, sebagaimana ia juga diizinkan masuk ke IndoChina yang semula di bawah kekuasaan Prancis. Maka, datanglah utusan-utusan Kekaisaran dan Pemerintah Jepang ke Batavia menemui Gubernur Jenderal van Mook. Jepang ingin membeli sebanyak 3.750.000 ton minyak, sebuah jumlah yang sangat besar sebab melebihi 6x lipat kapasitas kuota penjualan total yang bisa disediakan BPM dan NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) yaitu 600.000 ton minyak. Yang segera diperlukan Jepang adalah 1.100.000 ton minyak ringan untuk bahan bakar pesawat yang hanya 1/10-nya bisa dipenuhi Pemerintah Belanda. Perundingan-perundingan menemui jalan buntu dan Kobayashi kembali ke Jepang dengan farewell notes bahwa perundingan tak ada gunanya sebab terjadi perbedaan besar antara yang diminta dan yang bisa disediakan. Gagal membeli minyak, Jepang meminta lahan untuk eksplorasi dan eksploitasi. Sebuah nota bertanggal 29 Oktober 1940 dikirimnya ke
RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak !
Pak Sugeng, Terima kasih atas tambahan ceritanya. Rusak-merusak aset memang selalu terjadi dalam peperangan, dirusak sendiri agar tidak dikuasai musuh, atau punya musuh dirusakkan seperti Pak Sugeng ceritakan. Di Bandung pun terjadi seperti itu saat Belanda mau berkuasa kembali seperti pembakaran gedung-gedung pemerintahan Belanda oleh warga Bandung (peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946), atau peledakan gudang senjata Belanda di Bandung Selatan oleh Mohammad Toha. Jepang memang benar2 melaksanakan blietzkrieg tetapi mereka juga easy come easy go. Saat Tentara Sekutu pimpinan Amerika Serikat membalas Jepang tahun 1945, banyak tentara2 Jepang yang melarikan diri, termasuk jauh ke dalam hutan. Salah satunya adalah Teuro Nakamura yang pernah jadi berita heboh tahun 1980-an sebab ia tetap bersembunyi di dalam hutan Morotai di utara Ternate saat tahun 1945 Tentara Sekutu melibas Jepang. Hampir 40 tahun bersembunyi di hutan Morotai, dan baru keluar tahun 1980an karena ditemukan penduduk setempat. Buku Perang Pasifik tulisan Ong Peng Koen (Petrus Kanisius Ojong - pendiri Harian Kompas) (Star Weekly, 1958), diterbitkan ulang beberapa kali, edisi terakhir Februari 2008 oleh Kompas Gramedia Group sangat asyik diikuti bagaimana peristiwa-peristiwa 1941-1945 ini. salam, awang --- On Mon, 9/22/08, Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad [EMAIL PROTECTED], Forum HAGI [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, September 22, 2008, 4:51 AM Pak Awang, Trimakasih ulasannya yang sangat menarik, seperti kuliah sejarah saja. Saya pernah membaca buku sejarah tua, bagaimana kilang-2 minyak di Balikpapan, Bunyu-Tarakan dibumi-hanguskan sebelum tentara Nipon datang. Teknik bumi hangus ini masih berlanjut ketika perang kemerdekaan melawan Belanda. Di daerah saya (sebelah timur Klaten) pabrik gula Manishardjo Pedan juga diledakkan oleh para pejuang. Anehnya tiga kali diledakkan, bom tetap saja tidak mau meledak (konon PG ini milik Kasunanan Surakarta) sehingga hanya disiram bensin dan dibakar, lalu semua isinya untuk rebutan masa. Beberapa jembatan yang nantinya akan dilalui tentara Belanda juga sempat diledakkan. Tentang kedatangan Jepang di Tanah Jawa, ini pernah diceritakan dengan detail dalam buku Komat-kamit Selo Sumardjan (biografi Prof. Selosumardjan). Di Yogyakarta terjadi kesibukan yang luar biasa. Belanda mengungsikan semua aset dan warganya ke Australia lewat Cilacap. Setelah itu, tentara Jepang mulai menguasai Jawa. Katanya tentara Jepang ini berbadan kecil sepatu dan pakaiannya jauh lebih sederhana dibanding tentara KNIL, tetapi daya tempur dan daya tahannya sungguh sangat luar biasa. Ketika kerja di Salawati saya berkenalan dengan Bapak asal Maluku yang bekerja sebagai radio operator di rig. Dia bercerita, ketika masih kecil di kotanya ada toko kelontong milik seorang bapak warga Jepan. Dia ini berbaur dengan warga biasa. Begitu Perang Pasifik meletus, dan bala tentara Jepang masuk Nusantara, bapak pemilik toko ini langsung berpakaian militer lengkap dengan pangkat-2 dan pedan Samurainya. Sejak itu (Maret 1942?) mulailah penderitaan rakyat Indonesia dibawah pemerintahan Jepang. Salam hangat dari Lubuklinggau. sugeng From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sun 9/21/2008 10:28 PM To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] East Indies Episode (Fabricius, 1949) : Bumi Hanguskan Minyak ! East Indies Episode adalah judul sebuah buku tulisan Johan Fabricius tahun 1948. Bumi Hanguskan Minyak ! adalah instruksi resmi Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia ke seluruh lapangan minyak di Borneo, Sumatra, Papua dan Jawa pada 8 Desember tahun 1941 beberapa jam setelah pecahnya Perang Pasifik. Ada apa ini ? Buku berumur hampir 60 tahun ini tidak dijual untuk umum, sehingga mungkin akan sulit dicari saat ini, kecuali di Shell Belanda barangkali. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kenalan berbangsa Belanda, sesama penggemar buku. Buku sangat menarik ini bercerita tentang bagaimana situasi saat Jepang akan datang ke Indonesia dan selama pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1941-1945 serta hubungannya dengan perusakan banyak lapangan minyak, kilang, jalur transportasi minyak, dan pelabuhan agar tak jatuh ke tangan Jepang. Perusakan dilakukan oleh karyawan-karyawan BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) sendiri atas perintah Pemerintah Pusat di Batavia. Tentu kita bisa merasakan bagaimana sakit hatinya bila rumah yang telah kita bangun bertahun-tahun, belasan, bahkan puluhan tahun lalu mesti kita hancurkan sendiri dalam beberapa hari saja karena mau diduduki musuh. Begitulah perasaan pimpinan dan karyawan BPM saat itu. Menemukan lapangan minyak, mengembangkannya, membangun fasilitasnya, dan