[iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do you Yahoo!? Plan great trips with Yahoo! Travel: Now over 17,000 guides! http://travel.yahoo.com/p-travelguide - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Arse, dicariin tuch... Taufik Manan , "Himpunan Ahli Geofisika yahoo.com>Indonesia (HAGI)" <[EMAIL PROTECTED]>, Yanto Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> 04/20/2005 cc: 02:07 PM Subject: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku Please respond to iagi-net Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do you Yahoo!? Plan great trips with Yahoo! Travel: Now over 17,000 guides! http://travel.yahoo.com/p-travelguide - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Drowned Carbonate Platform
yup..umurnya early miocene... disitu hampir semua interval dicoring dari bawah sampai atas dengan total 49 well, bagus buat study secara detail..kalo dipanjangkan kira-kira corenya panjangnya 1,1 km lebih..:) ads -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 20, 2005 1:13 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Drowned Carbonate Platform Mas Agus, Terima kasih atas sharing informasinya. Tulisan anda sangat jelas dan mudah dipahami. Mungkin karena basin kita cukup berdekatan sehingga proses2 yang terjadi secara regional juga mirip2 ya. Di sini saya juga menginterpretasikan hal yang sama mengenai nyaris berimpitnya SB dan MFS pada bagian top buildup. Hanya saja tidak ada data core pada interval tersebut, namun porositas pada bagian tersebut umumnya bagus, sehingga muncul dugaan akan adanya leaching oleh meteoric water. Btw, umur carbonat anda Early Miocene juga kan ? salam, -sw- "Agus Dwi S" <[EMAIL PROTECTED]To: co.id> cc: 04/19/2005 04:21 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Drowned Carbonate Platform Please respond to iagi-net Saya punya contoh kasus, dulu bersama-sama mas usman dan pak budianto thoha pernah mengerjakan karbonat, tempatnya di south sumatra basin, mungkin contoh kasus ini bisa membantu: Dalam satu tubuh batuan karbonat, mulai dari awal pembentukan sampai true reef buildup terdapat kurang lebih beberapa shallowing upward cycle: - siklus pertama dimulai dengan pengendapan mudstone facies di atas shale yang bergradasi ke atas menjadi framestone facies menghasilkan satu siklus parasikuen. Dalam 1 parasikuen ini kita bisa melihat adanya ecological succession dari reef yang sangat komplit mulai dari stabilization, colonization, diversification and reef domination( See Walker, 1992). Siklus ini terus berulang dengan intensitas parasikuen yang terbentuk semakin cepat. - Pada bagian atas dominan tersusun atas variasi antara rudstone, bafflestone, framestone and bindstone. Dari sini bisa melihat adanya fluktuasi perubahan muka air laut (RSL) yang relatif cepat dan intensif. Akhir dari pengendapan satu siklus parasikuen bisa berupa kartsifikasi (represent subaerial exposure surface) atau cuma berupa flooding surface. - Karstification surface disini mememgang peranan penting sebagai tempat akumulasi HC, dengan type porositas up to cavernous porosity (dalam salah satu sample core ada porositas yang diameternya lebih dari 3 CM). Kartsifikasi ini berlangsung efektif pada fasies framestone dan bafflestone meninggalkan kenampakan sperti sarang tawon (honey comb) dan pada beberapa tempat telah diisi oleh paleosol. Pada beberapa tempat terdapat proses karstifikasi yang sangat intensif dan hanya meninggalkan " paleosol ". Asal paleosol ini masih jadi bahan tanda tanya: apakah ini benar dari hasil pelapukan limestone atau berasal dari tempat lain dan kemudian mengisi pori2 hasil karstifikasi. - Pada bagian akhir dari karbonat buildup ini terdapat sequence boundary yang coincide with MFS. a. Akhir dari siklus karbonat buildup ini umunya terdapat karstification surface, kemudian di atasnya ditutupi oleh "regional dark green mineral" up to 5 cmm thick dan pada beberapa tempat ditemukan fragmen2 karbonat up to 3 cm pada dark green mineral tersebut ("rip-up clasts"). Kemudian di atas dark green mineral ini terendapkan shale of Telisa. Telisa shale ini berasal dari regional trangresi even yang meliputi south sumatra to central sumatra basin (probably north sumatra basin). b. 1 hal yang menarik didiskusikan adalah adanya fakta berimpitnya sequence boundary dengan mfs, kalo boleh diceritakan mungkin sebagai berikut. Reef buildup terexpose akibat Relative Sea Level Fall dan menyebabkan reef terexpose untuk waktu yang lama dan memungkinkan proses karstifikasi. Suddenly RSL drop dan terendapkan " dark green mineral " (condensed sect
Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Taufik, Yang dimaksud barangkali Wolfgang Schlager ya...? awang Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do you Yahoo!? Plan great trips with Yahoo! Travel: Now over 17,000 guides! http://travel.yahoo.com/p-travelguide - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - Do you Yahoo!? Yahoo! Mail - You care about security. So do we.
RE: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Pak Taufik, Kalo berminat saya ada versi pdf-nya Schlager. Total size-nya sekitar 4.5MB Salam, Remy -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 20, 2005 2:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku Taufik, Yang dimaksud barangkali Wolfgang Schlager ya...? awang Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do you Yahoo!? Plan great trips with Yahoo! Travel: Now over 17,000 guides! http://travel.yahoo.com/p-travelguide - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - Do you Yahoo!? Yahoo! Mail - You care about security. So do we. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
[iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
Cowboy Bojonegoro Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di daerah. Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? Tidak! Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus disetorkan ke pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus Bojonegoro itu sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus membukukan biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). Bagi hasil untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan Bojonegoro juga akan berkurang. Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. Atau tukang kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, dan terakhir kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah sudah berapa banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama kemudian, muncul namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali ini jadi. Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal sebagai Ladang Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi beroperasi. Tidak cukup ada minyak di situ. Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon Mobil dari AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini (sekitar USD 44 per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 triliunan. Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia yang sekaligus tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal untuk menggali minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak tersebut segera diambil. Kalau tidak, pada 2009, kekurangan minyak Indonesia semakin kritis. Di tengah-tengah dua gajah itu ada semut yang dapat angin: Pemda Bojonegoro. Lewat UU Migas yang baru, juga UU Otonomi Daerah, bupati merasa pemda juga punya hak 10 persen. Selain cadangan minyak yang besar itu, di Bojonegoro juga ditemukan beberapa cadangan minyak kecil-kecil. Inilah yang diusahakan oleh Petro China dengan Medco-nya Arifin Panigoro. Dan, ladang inilah yang distop oleh bupati. Bupati sungguh kurang teliti dan hati-hati. Hak 10 persen tersebut baru berlaku untuk kontrak baru setelah UU itu lahir. Yang dia persoalkan itu kontrak lama. Mungkin secara hukum memang masih bisa dipersoalkan, lepas akhirnya kalah atau menang. Tapi, cacat citra Jatim di mata investor asing sudah terjadi. Dulu ketika terjadi masalah pengelolaan minyak di Kabupaten Siak, Riau, hebohnya bukan main. Yang terjadi di Bojonegoro ini lebih berat daripada itu. Tidak berlebihan kalau lantas ada yang menyebutnya sebagai cowboy Bojonegoro. Kita bisa bayangkan, apa yang dibicarakan di forum-forum investor internasional mengenai kasus Bojonegoro itu. Bupati atau wali kota di era transisi demokrasi seperti ini memang rawan. Banyak kasus bupati atau wali kota ditu
Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Betul Pak Awang, Maaf, saya salah membaca tulisan tangan Pak Yanto Sumantri (Si Abah). Bisa membantu memberikan informasinya ? Terima kasih dan salam Taufik Manan --- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Taufik, > > Yang dimaksud barangkali Wolfgang Schlager ya...? > > awang > > Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Sahabat, > > Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : > > Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence > Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG > : > Continuing Education Course, Notes Series # 34 > > Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and > Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates > Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG > Bulletin > V.86 No. 2, p. 213-232 > > Bila mengetahui informasi dan bagaimana > mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya > via > japri saja, atau ke alamat email : > [EMAIL PROTECTED] > [EMAIL PROTECTED] > > Terima kasih dan salam > > Taufik Manan > > > > __ > Do you Yahoo!? > Plan great trips with Yahoo! Travel: Now over 17,000 > guides! > http://travel.yahoo.com/p-travelguide > > - > To unsubscribe, send email to: > [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: > [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: > http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: > http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy > Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy > Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] > atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi > Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. > Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > - > > > > - > Do you Yahoo!? > Yahoo! Mail - You care about security. So do we. __ Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new resources site! http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku
Mas Taufik, Paper ke-2 yang dicari sudah saya kirim via japri (Pdf file). Semoga diterima dengan baik, kalo belum, agar sarankan saya bagaimana mengirimnya, kapasitas filenya ~1.5 MB. Wassalam, Arif Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
RE: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku<--rapidshare.de
Kalo filenya besar di upload saja ke www.rapidshare.de Jadi semua orang yang perlu bisa tinggal download mau upload hingga ratusan mega juga bisa -Original Message- From: arif idrus [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 20, 2005 5:53 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku Mas Taufik, Paper ke-2 yang dicari sudah saya kirim via japri (Pdf file). Semoga diterima dengan baik, kalo belum, agar sarankan saya bagaimana mengirimnya, kapasitas filenya ~1.5 MB. Wassalam, Arif Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sahabat, Saya sedang mencari 2 (dua) buku, yaitu : Shlagek W (1992), Sedimentology and Sequence Stratigraphy of Reefs and Carbonate Platforms, AAPG : Continuing Education Course, Notes Series # 34 Kusumastuti (2002), Seismic Sequence Analysis and Reservoir Potential of Drowned Miocene Carbonates Platforms in Madura Straits, East Java, AAPG Bulletin V.86 No. 2, p. 213-232 Bila mengetahui informasi dan bagaimana mendapatkannya, mohon menginformasikan kepada saya via japri saja, atau ke alamat email : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Terima kasih dan salam Taufik Manan __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku<--rapidshare.de
rapidshare sekali upload maksimal 30 MB, sekali download maksimal 30 MB juga, kalau lebih dari itu kita harus menunggu 1 jam lagi sebelum bisa mendownload lagi, setiap kali mau mendownload harus menunggu 60 detik dan tak bisa melakukan multiple download (satu alamat Internet Protocol (IP) hanya boleh satu download dalam waktu yang sama, ini akan menyulitkan jika mendownload memakai PC kantor yang biasanya ada di belakang firewall, karena biasanya semua PC nya akan mempunyai alamat IP yang sama). Alternatif lainnya mungkin bisa juga meng-upload ke : http://mytempdir.com/ , walaupun maksimu 25 MB sekali upload tapi tidak harus menunggu 60 detik kalau mau mendownload. Terima kasih, Yosef KA On 4/20/05, Agus Dwi S <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalo filenya besar di upload saja ke www.rapidshare.de > Jadi semua orang yang perlu bisa tinggal download > mau upload hingga ratusan mega juga bisa > -Original Message- > From: arif idrus [mailto:[EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku<--rapidshare.de
Ups salah liat mas.. Kalo rapidshare memamng maksimum 30 mb, tapi cuman nunggu 30 detik kok.. Kalo mau upload hingga 1 giga kirim aja ke www.yousendit.com namun jumlah yang download dibatasi, dan nunggu 30 detik juga makasih ads -Original Message- From: Yosef Khairil Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 21, 2005 7:15 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Bantuan Mencari Buku<--rapidshare.de rapidshare sekali upload maksimal 30 MB, sekali download maksimal 30 MB juga, kalau lebih dari itu kita harus menunggu 1 jam lagi sebelum bisa mendownload lagi, setiap kali mau mendownload harus menunggu 60 detik dan tak bisa melakukan multiple download (satu alamat Internet Protocol (IP) hanya boleh satu download dalam waktu yang sama, ini akan menyulitkan jika mendownload memakai PC kantor yang biasanya ada di belakang firewall, karena biasanya semua PC nya akan mempunyai alamat IP yang sama). Alternatif lainnya mungkin bisa juga meng-upload ke : http://mytempdir.com/ , walaupun maksimu 25 MB sekali upload tapi tidak harus menunggu 60 detik kalau mau mendownload. Terima kasih, Yosef KA On 4/20/05, Agus Dwi S <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalo filenya besar di upload saja ke www.rapidshare.de > Jadi semua orang yang perlu bisa tinggal download > mau upload hingga ratusan mega juga bisa > -Original Message- > From: arif idrus [mailto:[EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> Rekan rekan Baru sajaa kemarin saya berbincang - bincang dengan salah seorang rekan PTM yang ditugasi untuk menyelesaikan hal ini. Saya perisi menamakan Bupati yang satu ini Koboy koboyan , dan sangat tidak pantas sebagai seorang aparat pemerintah melakukan tuntutan secara anarkis seperti ini. Kalau hal ini diikuti oleh Bupati/Walikota lainnya di Indonesia dan dilakukan dalam semua sektor bisnis , wah bener bener kita jadi "wild west" dijaman moderen. Saya tidak habis fikri , apa yang ada dibenak Bapa Bupati ini. Si Abah. Cowboy Bojonegoro > > Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos > CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan > Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya > menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga > mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig > (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, > daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di > daerah. > > Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 > Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 > (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada > pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir > Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? > > Tidak! > Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan > pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus > ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya > berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara > penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus disetorkan ke > pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih > ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. > > Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si > investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus Bojonegoro itu > sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus membukukan > biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah > Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). Bagi hasil > untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan > Bojonegoro juga akan berkurang. > > Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. Atau tukang > kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang > temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat > mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, dan terakhir > kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan > diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah sudah berapa > banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama kemudian, muncul > namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali ini jadi. > > Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah > ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal sebagai Ladang > Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk > Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi > setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan > minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek > pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi beroperasi. > Tidak cukup ada minyak di situ. > > Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon Mobil dari > AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. > Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa > besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini (sekitar USD 44 > per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). > Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 > triliunan. > > Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan > Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun > dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah > tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa > membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia yang sekaligus > tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal untuk menggali > minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak > tersebut segera diambil. Kalau tidak, pada 2009, kekurangan minyak > Indonesia semakin kritis. > > Di tengah-tengah dua gajah itu ada semut yang dapat angin: Pemda > Bojonegoro. Lewat UU Migas yang baru, juga UU Otonomi Daerah, bupati > merasa pemda juga punya hak 10 persen. > > Selain cadangan minyak yang besar itu, di Bojonegoro juga ditemukan > beberapa cadangan minyak kecil-kecil. Inilah yang diusahakan oleh Petro > China dengan Medco-nya Arifin Panigoro. Dan, ladang inilah yang distop > oleh bupati. > > Bupati sungguh kurang teliti dan hati-hati. Hak 10 pers
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran tetap berjalan, tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian yang semestinya tidak perlu. Sugeng - Original Message - From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore Cowboy Bojonegoro Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di daerah. Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? Tidak! Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus disetorkan ke pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus Bojonegoro itu sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus membukukan biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). Bagi hasil untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan Bojonegoro juga akan berkurang. Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. Atau tukang kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, dan terakhir kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah sudah berapa banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama kemudian, muncul namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali ini jadi. Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal sebagai Ladang Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi beroperasi. Tidak cukup ada minyak di situ. Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon Mobil dari AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini (sekitar USD 44 per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 triliunan. Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia yang sekaligus tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal untuk menggali minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak tersebut segera diambil. Kalau tidak, pada 2009, kekurangan minyak Indonesia semakin kritis. Di tengah-tengah dua gajah itu ada semut yang dapat angin: Pemda Bojonegoro. Lewat UU Migas yang baru, juga UU Otonomi Daerah, bupati merasa pemda juga punya hak 10 persen. Selain cadangan minyak yang besar itu, di Bojonegoro juga ditemukan beberapa cadangan minyak kecil-kecil. Inilah yang diusahakan oleh Petro China dengan Medco-nya Arifin Panigoro. Dan, ladang inilah yang distop oleh bupati. Bupati sungguh kurang teliti dan hati-hati. Hak 10 persen tersebut baru berlaku untuk kontrak baru setelah UU itu lahir. Yang dia persoalkan itu kontrak lama. Mungkin secara hukum memang masih bisa dipersoalkan, lepas akhirnya kalah atau menang. Tapi, cacat citra Jatim di mata investor asing sudah terjadi. Dulu ketika terjadi masalah pengelolaan minyak di Kabupaten Siak
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. > -Original Message- > From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore > > > Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. > Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran > tetap berjalan, > tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian > yang semestinya > tidak perlu. > > Sugeng > > - Original Message - > From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> > To: > Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM > Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore > > > Cowboy Bojonegoro > > Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos > CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan > Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya > menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga > mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig > (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, > daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di > daerah. > > Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 > Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 > (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada > pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja > sudah hampir > Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? > > Tidak! > Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan > pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus > ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya > berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara > penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus > disetorkan ke > pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih > ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. > > Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si > investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus > Bojonegoro itu > sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus > membukukan > biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah > Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). > Bagi hasil > untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan > Bojonegoro juga akan berkurang. > > Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. > Atau tukang > kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang > temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat > mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, > dan terakhir > kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan > diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah > sudah berapa > banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama > kemudian, muncul > namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali > ini jadi. > > Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah > ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal > sebagai Ladang > Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk > Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi > setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan > minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek > pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi > beroperasi. > Tidak cukup ada minyak di situ. > > Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon > Mobil dari > AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. > Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa > besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini > (sekitar USD 44 > per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). > Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 > triliunan. > > Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan > Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun > dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah > tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa > membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia > yang sekaligus > tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal > untuk menggali > minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak > tersebut segera diambil. Kalau tidak, pada 2009, kekurangan minyak > Indonesia semakin kritis. > > Di tengah-tengah dua gajah itu ada semut
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
Lagi-lagi kalau aku lebih mementingkan penjelasan serta pendidikan ke "cowboy-cowboy" ini. Mereka perlu diberitahukan bagaimana proses eksplorasi itu berjalan di Indonesia, termasuk didalamnya 'cost recovery'. Mereka mana tau adanya kerugian disemua pihak kalau sebuah project terbengkalai. Apakah hanya pendidikan ke rakyat ? ... tentunya tidak ... semua pihak (explorer, pemerintah pusat dan juga daerah) juga harus saling mengerti kepentingannya. Rakyat lokal sering "merasa" tidak mendapatkan "hak"nya. Walopun akau jg ga tau mana yg lebih ber"hak" atas kekayaan alam, karena mana yg disebut proporsional itu ya harus dirundingkan dan ada tata caranya. Entah dengan otonomi, perserikatan, ataupun terpusat semuanya mesti dengan perundingan. Temen-temen yg operasinya di darat tentunya lebih banyak tahu ttg konflik ini, terutama setelah ada otoda. Nah lagi2 saya yakin proses perundingan yg merugikan semua pihak ini perlu penengah yg bener2 netral siapa ? LSM ? IAGI lagi ? Berat juga rek ... Salah-salah 'gajah bertarung hebat, kucing ke-injek2 dibawahnya'. RDP 'emang iagi kucing ?" On 4/21/05, sugeng.hartono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. > Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran tetap berjalan, > tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian yang > semestinya > tidak perlu. > > Sugeng > > - Original Message - > From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> > > Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 > Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 > (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada > pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir > Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? > > Tidak! -- Education can't stop natural disasters from occurring, but it can help people prepare for the possibilities ---
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. > Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran tetap berjalan, > tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian yang > semestinya > tidak perlu. > > Sugeng Mas Namanya juga koboy , jadi yang dikenal cuma pestol dan kepalan tangan. Si Abah > > - Original Message - > From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> > To: > Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM > Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore > > > Cowboy Bojonegoro > > Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos > CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan > Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya > menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga > mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig > (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, > daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di > daerah. > > Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 > Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 > (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada > pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir > Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? > > Tidak! > Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan > pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus > ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya > berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara > penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus disetorkan ke > pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih > ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. > > Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si > investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus Bojonegoro itu > sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus membukukan > biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah > Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). Bagi hasil > untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan > Bojonegoro juga akan berkurang. > > Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. Atau tukang > kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang > temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat > mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, dan terakhir > kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan > diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah sudah berapa > banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama kemudian, muncul > namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali ini jadi. > > Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah > ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal sebagai Ladang > Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk > Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi > setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan > minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek > pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi beroperasi. > Tidak cukup ada minyak di situ. > > Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon Mobil dari > AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. > Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa > besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini (sekitar USD 44 > per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). > Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 > triliunan. > > Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan > Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun > dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah > tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa > membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia yang sekaligus > tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal untuk menggali > minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak > tersebut segera diambil. Kalau tidak, pada 2009, kekurangan minyak > Indonesia semakin kritis. > > Di tengah-tengah dua gajah itu ada semut yang dapat angin: Pemda > Bojonegoro. Lewat UU Migas yang baru, juga UU Otonomi Daerah, bupati > merasa pemda juga punya hak 10 persen. > > Selain cadangan minyak yang besar itu, di Bojonegoro juga ditemukan > beberapa cadangan minyak kecil-kecil. Inilah yang diusahakan oleh Petro > China dengan Medco-nya Arifin Panigoro. Dan, ladang inilah yang distop > oleh bupati. > > Bupati sungguh kurang teliti dan hati-hati. Hak 10 persen tersebut baru > berlaku untuk kontrak baru set
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan > mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi > keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti > Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" > > Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. Ekh , sok negative thinking akh Si Abah > >> -Original Message- >> From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran >> tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian >> yang semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: >> Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM >> Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Cowboy Bojonegoro >> >> Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos >> CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan >> Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya >> menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga >> mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig >> (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, >> daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di >> daerah. >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja >> sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! >> Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan >> pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus >> ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya >> berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara >> penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus >> disetorkan ke >> pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih >> ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. >> >> Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si >> investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus >> Bojonegoro itu >> sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus >> membukukan >> biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah >> Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). >> Bagi hasil >> untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan >> Bojonegoro juga akan berkurang. >> >> Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. >> Atau tukang >> kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang >> temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat >> mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, >> dan terakhir >> kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan >> diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah >> sudah berapa >> banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama >> kemudian, muncul >> namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali >> ini jadi. >> >> Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah >> ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal >> sebagai Ladang >> Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk >> Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi >> setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan >> minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek >> pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi >> beroperasi. >> Tidak cukup ada minyak di situ. >> >> Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon >> Mobil dari >> AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. >> Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa >> besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini >> (sekitar USD 44 >> per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). >> Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 >> triliunan. >> >> Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan >> Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun >> dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah >> tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa >> membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia >> yang sekaligus >> tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal >> untuk menggali >> minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak >> tersebut s
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> Lagi-lagi kalau aku lebih mementingkan penjelasan serta pendidikan ke > "cowboy-cowboy" ini. > Mereka perlu diberitahukan bagaimana proses eksplorasi itu berjalan di > Indonesia, termasuk didalamnya 'cost recovery'. Mereka mana tau adanya > kerugian disemua pihak kalau sebuah project terbengkalai. > > Apakah hanya pendidikan ke rakyat ? ... tentunya tidak ... semua pihak > (explorer, pemerintah pusat dan juga daerah) juga harus saling mengerti > kepentingannya. Rakyat lokal sering "merasa" tidak mendapatkan "hak"nya. > Walopun akau jg ga tau mana yg lebih ber"hak" atas kekayaan alam, karena > mana yg disebut proporsional itu ya harus dirundingkan dan ada tata > caranya. > Entah dengan otonomi, perserikatan, ataupun terpusat semuanya mesti dengan > perundingan. > > Temen-temen yg operasinya di darat tentunya lebih banyak tahu ttg konflik > ini, terutama setelah ada otoda. > > Nah lagi2 saya yakin proses perundingan yg merugikan semua pihak ini perlu > penengah yg bener2 netral siapa ? > LSM ? IAGI lagi ? > Berat juga rek ... > Salah-salah 'gajah bertarung hebat, kucing ke-injek2 dibawahnya'. > > RDP > 'emang iagi kucing ?" Emang ..bukan ! Si Abah > > On 4/21/05, sugeng.hartono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian yang >> semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! > > > > -- > Education can't stop natural disasters from occurring, > but it can help people prepare for the possibilities --- > - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan > mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi > keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti > Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" > > Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. Ekh , sok negative thinking akh Si Abah > >> -Original Message- >> From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran >> tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian >> yang semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: >> Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM >> Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Cowboy Bojonegoro >> >> Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos >> CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan >> Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya >> menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga >> mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig >> (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, >> daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di >> daerah. >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja >> sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! >> Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan >> pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus >> ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya >> berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara >> penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus >> disetorkan ke >> pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih >> ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. >> >> Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si >> investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus >> Bojonegoro itu >> sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus >> membukukan >> biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah >> Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). >> Bagi hasil >> untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan >> Bojonegoro juga akan berkurang. >> >> Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. >> Atau tukang >> kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang >> temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat >> mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, >> dan terakhir >> kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan >> diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah >> sudah berapa >> banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama >> kemudian, muncul >> namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali >> ini jadi. >> >> Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah >> ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal >> sebagai Ladang >> Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk >> Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi >> setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan >> minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek >> pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi >> beroperasi. >> Tidak cukup ada minyak di situ. >> >> Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon >> Mobil dari >> AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. >> Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa >> besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini >> (sekitar USD 44 >> per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). >> Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 >> triliunan. >> >> Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan >> Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun >> dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah >> tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa >> membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia >> yang sekaligus >> tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal >> untuk menggali >> minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak >> tersebut s
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan > mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi > keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti > Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" > > Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. Ekh , sok negative thinking akh Si Abah > >> -Original Message- >> From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran >> tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian >> yang semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: >> Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM >> Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Cowboy Bojonegoro >> >> Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos >> CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan >> Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya >> menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga >> mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig >> (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, >> daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di >> daerah. >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja >> sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! >> Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan >> pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus >> ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya >> berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara >> penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus >> disetorkan ke >> pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih >> ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. >> >> Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si >> investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus >> Bojonegoro itu >> sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus >> membukukan >> biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah >> Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). >> Bagi hasil >> untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan >> Bojonegoro juga akan berkurang. >> >> Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. >> Atau tukang >> kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang >> temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat >> mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, >> dan terakhir >> kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan >> diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah >> sudah berapa >> banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama >> kemudian, muncul >> namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali >> ini jadi. >> >> Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah >> ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal >> sebagai Ladang >> Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk >> Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi >> setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan >> minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek >> pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi >> beroperasi. >> Tidak cukup ada minyak di situ. >> >> Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon >> Mobil dari >> AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. >> Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa >> besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini >> (sekitar USD 44 >> per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). >> Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 >> triliunan. >> >> Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan >> Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun >> dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah >> tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa >> membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia >> yang sekaligus >> tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal >> untuk menggali >> minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak >> tersebut s
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
> saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan > mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi > keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti > Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" > > Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. Ekh , sok negative thinking akh Si Abah > >> -Original Message- >> From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran >> tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian >> yang semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: >> Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM >> Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Cowboy Bojonegoro >> >> Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos >> CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan >> Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya >> menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga >> mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig >> (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, >> daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di >> daerah. >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja >> sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! >> Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan >> pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus >> ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya >> berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara >> penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus >> disetorkan ke >> pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih >> ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. >> >> Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si >> investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus >> Bojonegoro itu >> sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus >> membukukan >> biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah >> Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). >> Bagi hasil >> untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan >> Bojonegoro juga akan berkurang. >> >> Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. >> Atau tukang >> kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang >> temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat >> mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, >> dan terakhir >> kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan >> diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah >> sudah berapa >> banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama >> kemudian, muncul >> namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali >> ini jadi. >> >> Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah >> ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal >> sebagai Ladang >> Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk >> Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi >> setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan >> minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek >> pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi >> beroperasi. >> Tidak cukup ada minyak di situ. >> >> Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon >> Mobil dari >> AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. >> Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa >> besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini >> (sekitar USD 44 >> per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). >> Tapi, untuk mengambil kekayaan tersebut, harus ada modal Rp 40 >> triliunan. >> >> Gambaran yang serba triliunan itulah, yang kini membuat Pertamina dan >> Exxon bersitegang. Pertamina minta pembayaran di depan Rp 4 triliun >> dulu, tapi Exxon masih menawar separonya. Sudah lima tahun dan sudah >> tiga presiden naik singgasana di Indonesia, tapi belum ada yang bisa >> membuat keputusan. Exxon, rupanya, tahu tiga kekuatan dia >> yang sekaligus >> tiga kelemahan Indonesia: kontrak harus dihormati, modal >> untuk menggali >> minyak tersebut sangat besar, dan Indonesia sangat memerlukan minyak >> tersebut s
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
all, Mungkin agak tidak adil kalau Bupatinya saja yang di-ekspose. Karena sepajang JOB Beroperasi disana, pak Santoso ini sangat kooperatif. Pak Bupati ini berubah total karena mendapat masukan dari kawan-kawan eks PSC yang "memberi angin surga" dengan mencontohkan BOB-nya Caltex tanpa(mungkin) menjelaskan bagaimana penerapan UU migas (no 35 kalau tdk salah) ttg hak BUMD mendapatkan 10 % dari share yang ada untuk daerah yang baru beroperasi. Sedangkan untuk kasus diatas, busines to business yang harus dipakai. Artinya sharing yang 10 % ini sangat tergantung dari mau tidaknya operator menjual sharenya dan tentu ada past cost yang harus dibayar. Ini juga bukti bahwa pemerintah sangat tidak effisien menangani hal-hal sederhana seperti diatas. Alangkah gampangnya kalau Menteri ESDM ngomong sama Mendagri kalau anak buahnya keluar jalur. Dan alangkah gampangnya Mendagri menjelaskan dan memerintahkan Pak Bupati untuk tidak keluar jalur. end of story.. dd - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, April 21, 2005 9:37 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore Lagi-lagi kalau aku lebih mementingkan penjelasan serta pendidikan ke "cowboy-cowboy" ini. Mereka perlu diberitahukan bagaimana proses eksplorasi itu berjalan di Indonesia, termasuk didalamnya 'cost recovery'. Mereka mana tau adanya kerugian disemua pihak kalau sebuah project terbengkalai. Apakah hanya pendidikan ke rakyat ? ... tentunya tidak ... semua pihak (explorer, pemerintah pusat dan juga daerah) juga harus saling mengerti kepentingannya. Rakyat lokal sering "merasa" tidak mendapatkan "hak"nya. Walopun akau jg ga tau mana yg lebih ber"hak" atas kekayaan alam, karena mana yg disebut proporsional itu ya harus dirundingkan dan ada tata caranya. Entah dengan otonomi, perserikatan, ataupun terpusat semuanya mesti dengan perundingan. Temen-temen yg operasinya di darat tentunya lebih banyak tahu ttg konflik ini, terutama setelah ada otoda. Nah lagi2 saya yakin proses perundingan yg merugikan semua pihak ini perlu penengah yg bener2 netral siapa ? LSM ? IAGI lagi ? Berat juga rek ... Salah-salah 'gajah bertarung hebat, kucing ke-injek2 dibawahnya'. RDP 'emang iagi kucing ?" On 4/21/05, sugeng.hartono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran tetap berjalan, tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian yang semestinya tidak perlu. Sugeng - Original Message - From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja sudah hampir Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? Tidak! -- Education can't stop natural disasters from occurring, but it can help people prepare for the possibilities --- - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
Yth.Abah. Kalau tidak salah,sekarang inikan di masing2 Propinsi udah adalah aparat pemerintahan seperti BP MIGAS dan Dinas Pertambangan daerah,mungkin dengan kasus "coboy Bojonegoro" ini aparat2 pemerintahan tsb juga perlu dilibatkan untuk setiap kasus yang sama.Rasanya makin ruwet aja urusan yang berhubungan dengan UUD (ujung ujungnya duit,atau memang sudah semakin parahkah kehidupan dinegara kita ini..? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 21, 2005 9:46 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore > saya kira kalo BP Migas arif mencermati masalah ini, mereka akan > mengajukan kepada pemerintah pusat untuk menendang sang bupati koboi > keluar dari pemerintahan atas dasar "Melakukan Tindakan Yang Telah Pasti > Akan Menyebabkan Kerugian Bagi Negara" > > Entah Kalo BP MIGAS dapat bagian dari sang kontraktor rig. Ekh , sok negative thinking akh Si Abah > >> -Original Message- >> From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Thursday, April 21, 2005 9:27 AM >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi edisi kemarin. >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya pemboran >> tetap berjalan, >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak ada kerugian >> yang semestinya >> tidak perlu. >> >> Sugeng >> >> - Original Message - >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: >> Sent: Wednesday, April 20, 2005 4:38 PM >> Subject: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore >> >> >> Cowboy Bojonegoro >> >> Oleh: Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos >> CITRA Jatim di mata investor asing baru saja tercemar oleh tindakan >> Bupati Bojonegoro Santoso. Bupati mengeluarkan surat yang isinya >> menghentikan kegiatan pengeboran minyak di wilayahnya. Bupati juga >> mengerahkan pasukannya untuk memblokade lahan yang sudah dipasangi rig >> (alat pengeboran minyak) tersebut. Alasannya: sesuai dengan UU Migas, >> daerah boleh mendapatkan saham 10 persen dari setiap usaha minyak di >> daerah. >> >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut terhitung sejak 23 >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut sekitar USD 20.000 >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau sebulan ini tidak ada >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian langsungnya saja >> sudah hampir >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas munculnya kerugian itu? >> >> Tidak! >> Semua biaya itu akan dicatat oleh si investor. Sesuai dengan peraturan >> pemerintah Indonesia, semua biaya pengeboran minyak memang harus >> ditanggung dulu oleh investor. Namun, kalau usaha pencarian minyaknya >> berhasil, biaya tersebut akan diganti oleh pemerintah. Cara >> penggantiannya adalah: dipotongkan dari bagian yang harus >> disetorkan ke >> pemerintah. Bukan hanya biaya itu yang diganti pemerintah, tapi masih >> ditambah 30 persennya lagi, sebagai semacam cost of fund. >> >> Maka, investor asingnya tenang-tenang saja. Dilarang setahun pun si >> investor tidak akan terlalu gelisah. Apalagi dalam kasus >> Bojonegoro itu >> sudah jelas minyaknya sudah ditemukan. Investor tinggal terus >> membukukan >> biaya selama dihentikan tersebut. Kelak, yang gigit jari pemerintah >> Indonesia sendiri (termasuk pemerintah Jatim dan Bojonegoro). >> Bagi hasil >> untuk pemerintah berkurang. Ini juga berarti jatah untuk Jatim dan >> Bojonegoro juga akan berkurang. >> >> Bupati Bojonegoro, rupanya, kurang teliti membaca UU Migas. >> Atau tukang >> kipasnya begitu hebat sehingga bisa ngompori bupati yang memang >> temperamental itu. Dia saya kenal dengan baik. Sejak masih berpangkat >> mayor, sampai menjadi kepala Dolog Jatim, ketua PSSI Jatim, >> dan terakhir >> kepala Dolog Papua. Setelah agak lama tanpa jabatan, lalu mencalonkan >> diri jadi bupati Sidoarjo lewat pintu PDI Perjuangan. Entah >> sudah berapa >> banyak dananya habis untuk proses itu. Gagal. Tak lama >> kemudian, muncul >> namanya sebagai calon bupati Bojonegoro lewat pintu PKB. Kali >> ini jadi. >> >> Jadi bupati Bojonegoro memang menggiurkan, kelihatannya. Di situlah >> ditemukan cadangan minyak terbesar di Jatim yang dikenal >> sebagai Ladang >> Cepu. Meski namanya "Ladang Cepu", sebenarnya wilayah itu masuk >> Bojonegoro. Ladang tersebut dulu diberikan kepada Tommy Soeharto. Tapi >> setelah dilakukan pengeboran dan memakan biaya besar, tidak ditemukan >> minyak yang memadai. Tommy rugi besar sekali di sini. Termasuk proyek >> pengilangan minyaknya yang sudah telanjur dibeli tidak jadi >> beroperasi. >> Tidak cukup ada minyak di situ. >> >> Lalu, Pertamina mengerjasamakan ladang tersebut dengan Exxon >> Mobil dari >> AS. Dicobalah oleh perusahaan AS tersebut untuk dibor lebih dalam. >> Ternyata ditemukan cadangan minyak sekitar 700 juta barel. Luar biasa >> besarnya. Dengan harga minyak mentah Indonesia saat ini >> (sekitar USD 44 >> per barel), nilai kekayaan di bawah Bojonegoro itu Rp 280 triliun). >> Tapi, u
[iagi-net-l] The Year Without Summer
Saat ini 10-11 WIB di Discovery channel sedang menyetel kisah letusan TAMBORA Ada yg tertarik ? Aku bisa stream lewat yahoo chat kalau mau ? RDP === *The Year Without Summer* *Premieres April 17 at 9:00 pm SIN/HK* After viewing countless scenes of devastation caused by one underwater eruption in Asia, the world has become all-too familiar with the sometimes-violent whims of Mother Nature. These events occur suddenly and without warning, and can cause heartache and misery for hundreds of thousands. Almost 200 years ago, on April 10, 1815, the world became a victim of another kind of eruption. In Eastern Indonesia, Mount Tambora became a merciless killer. It unleashed the most deadly volcanic eruption in human history, wiping out at least 117,000 people. By the end of its convulsions, the peak had lost 4,200 feet of its 13,000-foot height. A one-foot-thick layer of volcanic ash covered the surface of the sea, and over the next year, the heavy ash-fall blocked out the sun's rays and changed weather patterns in most of the Northern Hemisphere. Now considered the most violent volcanic eruption in 10,000 years, it is believed that this blast could have triggered an extraordinary and little known cataclysmic event: worldwide climate change. The story of Mount Tambora's killing power has remained virtually unknown. Far away on the other side of the world, Tambora blasted an entire ethnic group from the face of the planet, in seconds. How could an eruption in Indonesia have caused the deaths of so many on the other side of the planet? Infamously known as the "year without a summer," frosts killed crops in New England and Canada, causing serious food shortages. In Europe, it was much worse. Cold weather and heavy rains caused widespread famine. Food riots broke out in France and Switzerland. In Ireland, a cold rain fell for 142 out of 153 days during the summer of 1816, and 65,000 people died of hunger and from an ensuing typhus epidemic. After spreading to other parts of Europe, the epidemic ultimately killed 200,000 peopleā¦ And it all started with a volcanic eruption. Horrific details of this sinister human disaster are coming to light for the first time and are revealed in the one-hour special *The Year Without Summer **, premiering April 17 at 9:00 pm SIN / HK. Encores April 18 at 1:00 pm; April 20 at 7:00 pm; April 21 at 3:00 am and 11:00 am; and April 24 at 9:00 am.* -- Education can't stop natural disasters from occurring, but it can help people prepare for the possibilities ---
[iagi-net-l] Selamat Hari Kartini 21 April
Selamat Hari Kartini kepada semua ibu-ibu dan mba-mba Geologist di milist ini. Semoga Hari Kartini bisa memberi banyak manfaat untuk negara ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Cowboy Bojonegore
Seandainya dulu Bupati "Cowboy" Bojonegoro ini diundang bersama IAGI mengisi acara Goin' Country di Metro TV beberapa tahun yang silam, mungkin pandangannya berbeda. Setelah diajak dansa dengan petinggi IAGI, Kang Andang Bachtiar, Pak Yanto "Si Abah" Sumantri, Bambang "Sheriff" Istadi, Parvita "Cowgirl" Siregar, dll, juga mendengar keterangan bukti partisipasi IAGI terhadap Tsunami di Aceh, pasti Beliau akan tergugah juga jiwa sosialnya. Beliau tetap manusia yang mungkin tidak tahu dan khilaf. Tugas kita memberikan sosialisasi kegiatan kita, sehingga Beliau mengerti dan mau bersinergi menjadi mitra kerja yang baik dengan industri migas. Salam buat semua. TAM anggota HAGI yang aktif di milis IAGI juga serta ikut juga dalam acara Goin' Country IAGI di Metro TV (yang sempat berphoto berdua dengan Tantowi "Cowboy beneran" Yahya) --- [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Lagi-lagi kalau aku lebih mementingkan penjelasan > serta pendidikan ke > > "cowboy-cowboy" ini. > > Mereka perlu diberitahukan bagaimana proses > eksplorasi itu berjalan di > > Indonesia, termasuk didalamnya 'cost recovery'. > Mereka mana tau adanya > > kerugian disemua pihak kalau sebuah project > terbengkalai. > > > > Apakah hanya pendidikan ke rakyat ? ... tentunya > tidak ... semua pihak > > (explorer, pemerintah pusat dan juga daerah) juga > harus saling mengerti > > kepentingannya. Rakyat lokal sering "merasa" tidak > mendapatkan "hak"nya. > > Walopun akau jg ga tau mana yg lebih ber"hak" atas > kekayaan alam, karena > > mana yg disebut proporsional itu ya harus > dirundingkan dan ada tata > > caranya. > > Entah dengan otonomi, perserikatan, ataupun > terpusat semuanya mesti dengan > > perundingan. > > > > Temen-temen yg operasinya di darat tentunya lebih > banyak tahu ttg konflik > > ini, terutama setelah ada otoda. > > > > Nah lagi2 saya yakin proses perundingan yg > merugikan semua pihak ini perlu > > penengah yg bener2 netral siapa ? > > LSM ? IAGI lagi ? > > Berat juga rek ... > > Salah-salah 'gajah bertarung hebat, kucing > ke-injek2 dibawahnya'. > > > > RDP > > 'emang iagi kucing ?" > > Emang ..bukan ! > > Si Abah > > > > On 4/21/05, sugeng.hartono > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> Artikel ini juga dimuat di koran lokal Jambi > edisi kemarin. > >> Apakah tidak ada cara yang lebih arif, misalnya > pemboran tetap berjalan, > >> tetapi perundingan juga berjalan sehingga tidak > ada kerugian yang > >> semestinya > >> tidak perlu. > >> > >> Sugeng > >> > >> - Original Message - > >> From: "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED]> > >> > >> Maka, sudah hampir sebulan ini (larangan tersebut > terhitung sejak 23 > >> Maret 2005), rig itu nganggur. Sewa rig tersebut > sekitar USD 20.000 > >> (sekitar Rp 180 juta) per hari. Maka, kalau > sebulan ini tidak ada > >> pencabutan surat bupati tersebut, kerugian > langsungnya saja sudah hampir > >> Rp 3 miliar. Gelisahkah investor asing atas > munculnya kerugian itu? > >> > >> Tidak! > > > > > > > > -- > > Education can't stop natural disasters from > occurring, > > but it can help people prepare for the > possibilities --- > > > > > > - > To unsubscribe, send email to: > [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: > [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: > http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: > http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy > Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy > Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] > atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi > Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. > Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > - > > __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Selamat Hari Kartini 21 April
selamat hari kartini juga untuk semua wanita indonesia... Nataniel Mangiwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selamat Hari Kartini kepada semua ibu-ibu dan mba-mba Geologist di milist ini. Semoga Hari Kartini bisa memberi banyak manfaat untuk negara ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com