Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik Andreas Butar Butar
Mbah saya cuma mau komentar aja, menurut saya wajarlah orang yang beli 
dollar diatas 100.000 dollar masa gak punya NPWP (terlalu naif jika mbah 
membandingkannya dengan perumpamaan membeli sayur). Liat aja tax ratio kita 
hanya sekitar 16% saja sangat jauh dibanding negara lain selevel indonesia 
dimana dikisaran 20% an (terlepas dari intrik2 birokrat Indonesia). Trus apa 
yang salah dengan
NPWP ini kan sama saja kayak Mbah harus punya KTP atau SIM atau paspor. Takut 
klo
disuruh bayar pajak, takut ribet atau apa???
  
cepat atau lambat Indonesia seharusnya melakukan kontrol devisa, cuma 
masalahnya pemerintah selama ini mungkin merasa ini timing yang tepat (klo 
hancur hancur aja sekarang sekalian, jangan balik lagi dikemudian hari klo 
hanya untuk ngerecokin dasar hedge fund sialan), tapi jika pemerintah 
menetapkan kontrol devisa saat indeks bullish maka masyarakat pasti akan 
mencaci maki pemerintah karena akibat kebijakannya indeks kemungkinan besar 
turun drastis (bisa jadi ini alasan BD untuk PT).
 
Dari dulu saya pribadi memang tidak setuju dengan adanya hot money itu ibarat 
bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk meletus. mereka bebas bergerak 
tanpa batas di indonesia bergerak sesuai kemauan/kehendaknya saja. Tanpa 
memperhatikan masyarakat, apalagi bangsa di negara tersebut.

Maaf mbah ini sekedar pandangan dari seorang NewBie (Masih mahasiswa jadi mohon 
maaf jika pendapatnya agak ngelantur).
hehehe



NewBie


AB
 


--- On Sun, 11/16/08, jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED]
Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
Nyata
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Date: Sunday, November 16, 2008, 12:48 AM











Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas

pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.



Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan

mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 

kesadaran bayar pajak masih rendah. 



Coba anda bayangkan kalo:

- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya

  NPWP engga boleh beli sayur.



Apa akibatnya ?



Pilihan jawaban:

1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 

2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce

   peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.



Note:

- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan

  diberlakukan secara REAKTIF.



--- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Tommy Jayamudita 

jayamudita@ ... wrote:



 Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 

mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 

atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 

transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 

(katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 

 

 Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 

sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 

pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 

tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 

sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 

menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 

babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 

yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 

seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 

menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-

potong dalam bagian kepentingan makro).

 

 Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 

bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 

0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 

karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 

pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!

 

 Salam,

 TJ

 

 

   - Original Message - 

   From: jsx_consultant 

   To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com 

   Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM

   Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -

 Ajaib Tapi Nyata

 

 

   Pak Sirait,

 

   Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya

   cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 

   ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel

   kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi

   sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar

   pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah

   dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga

   mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung

   keliatan ama pajak.

 

   Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif

   tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah

   mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.

 

   Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin

   curiga mereka, tentu ada apa

Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik Lindt
Ya. Npwp sekarang pasti dimiliki semua orang usia pekerja yang byr pajak. 
Apalgi ada pemberlakuan tax lbh besar dr 20 persen klu ga punya npwp. Dan di 
control pula lewat perusahaan. Pasti orang2 akan punya npwp suka atau tidak 
suka.

Jd npwp memang udah spt ktp saja.

Yang aneh itu setelah kebijakan itu bank2 ga ada yang mau jual valas. Cuma 
money changer aja. Itu aneh. Kok bukan nanya npwp malah ga mau jual dolar.




Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Andreas Butar Butar [EMAIL PROTECTED]

Date: Sun, 16 Nov 2008 05:14:35 
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib 
Tapi Nyata


Mbah saya cuma mau komentar aja, menurut saya wajarlah orang yang beli 
dollar diatas 100.000 dollar masa gak punya NPWP (terlalu naif jika mbah 
membandingkannya dengan perumpamaan membeli sayur). Liat aja tax ratio kita 
hanya sekitar 16% saja sangat jauh dibanding negara lain selevel indonesia 
dimana dikisaran 20% an (terlepas dari intrik2 birokrat Indonesia). Trus apa 
yang salah dengan
NPWP ini kan sama saja kayak Mbah harus punya KTP atau SIM atau paspor. Takut 
klo
disuruh bayar pajak, takut ribet atau apa???
� 
cepat atau lambat Indonesia seharusnya melakukan kontrol devisa, cuma 
masalahnya pemerintah selama ini mungkin merasa ini timing yang tepat (klo 
hancur hancur aja sekarang sekalian, jangan balik lagi dikemudian hari klo 
hanya untuk ngerecokin dasar hedge fund sialan), tapi jika pemerintah 
menetapkan kontrol devisa saat indeks bullish maka masyarakat pasti akan 
mencaci maki pemerintah karena akibat kebijakannya indeks kemungkinan besar 
turun drastis (bisa jadi ini alasan BD untuk PT).
�
Dari dulu saya pribadi memang tidak setuju dengan adanya hot money itu ibarat 
bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk meletus. mereka bebas bergerak 
tanpa batas di indonesia bergerak sesuai kemauan/kehendaknya saja. Tanpa 
memperhatikan masyarakat, apalagi bangsa di negara tersebut.

Maaf mbah ini sekedar pandangan dari seorang NewBie (Masih mahasiswa jadi mohon 
maaf jika pendapatnya agak ngelantur).
hehehe



NewBie


AB
�


--- On Sun, 11/16/08, jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED]
Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
Nyata
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Date: Sunday, November 16, 2008, 12:48 AM











Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas

pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.



Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan

mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 

kesadaran bayar pajak masih rendah. 



Coba anda bayangkan kalo:

- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya

  NPWP engga boleh beli sayur.



Apa akibatnya ?



Pilihan jawaban:

1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 

2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce

   peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.



Note:

- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan

  diberlakukan secara REAKTIF.



--- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Tommy Jayamudita 

jayamudita@ ... wrote:



 Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 

mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 

atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 

transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 

(katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 

 

 Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 

sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 

pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 

tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 

sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 

menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 

babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 

yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 

seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 

menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-

potong dalam bagian kepentingan makro).

 

 Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 

bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 

0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 

karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 

pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!

 

 Salam,

 TJ

 

 

   - Original Message - 

   From: jsx_consultant 

   To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com 

   Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM

   Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -

 Ajaib Tapi Nyata

 

 

   Pak Sirait,

 

   Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya

Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik riil_investor
Kl kita memiliki niat baik bangun negara kita ngga perlu ribut2 masalah npwp 
segala! Khan dah dijelasin sama ober sebelumnya bhw kita negara yg bebas 
sebebasnya unt hal ini! Kwik dah lama teriak hal ini! Yakinlah pemerintah punya 
niat baik dalam hal ini! Susah kl tiap kebijakan pem selalu dikritik dan 
ditentang! Hanya orang2 yg punya kepentingan tertentu yg menentang! Baiknya 
kita semua mulai dg diri kita unt tdk spekulasi dollar, menyampaikan hal yg 
sejuk agar negara tercinta kita lbh maju dan berkembang! Akur?

Powered by Telkomsel BlackBerry�

-Original Message-
From: Andreas Butar Butar [EMAIL PROTECTED]

Date: Sun, 16 Nov 2008 05:14:35 
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib 
Tapi Nyata


Mbah saya cuma mau komentar aja, menurut saya wajarlah orang yang beli 
dollar diatas 100.000 dollar masa gak punya NPWP (terlalu naif jika mbah 
membandingkannya dengan perumpamaan membeli sayur). Liat aja tax ratio kita 
hanya sekitar 16% saja sangat jauh dibanding negara lain selevel indonesia 
dimana dikisaran 20% an (terlepas dari intrik2 birokrat Indonesia). Trus apa 
yang salah dengan
NPWP ini kan sama saja kayak Mbah harus punya KTP atau SIM atau paspor. Takut 
klo
disuruh bayar pajak, takut ribet atau apa???
� 
cepat atau lambat Indonesia seharusnya melakukan kontrol devisa, cuma 
masalahnya pemerintah selama ini mungkin merasa ini timing yang tepat (klo 
hancur hancur aja sekarang sekalian, jangan balik lagi dikemudian hari klo 
hanya untuk ngerecokin dasar hedge fund sialan), tapi jika pemerintah 
menetapkan kontrol devisa saat indeks bullish maka masyarakat pasti akan 
mencaci maki pemerintah karena akibat kebijakannya indeks kemungkinan besar 
turun drastis (bisa jadi ini alasan BD untuk PT).
�
Dari dulu saya pribadi memang tidak setuju dengan adanya hot money itu ibarat 
bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk meletus. mereka bebas bergerak 
tanpa batas di indonesia bergerak sesuai kemauan/kehendaknya saja. Tanpa 
memperhatikan masyarakat, apalagi bangsa di negara tersebut.

Maaf mbah ini sekedar pandangan dari seorang NewBie (Masih mahasiswa jadi mohon 
maaf jika pendapatnya agak ngelantur).
hehehe



NewBie


AB
�


--- On Sun, 11/16/08, jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED]
Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
Nyata
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Date: Sunday, November 16, 2008, 12:48 AM











Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas

pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.



Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan

mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 

kesadaran bayar pajak masih rendah. 



Coba anda bayangkan kalo:

- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya

  NPWP engga boleh beli sayur.



Apa akibatnya ?



Pilihan jawaban:

1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 

2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce

   peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.



Note:

- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan

  diberlakukan secara REAKTIF.



--- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Tommy Jayamudita 

jayamudita@ ... wrote:



 Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 

mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 

atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 

transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 

(katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 

 

 Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 

sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 

pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 

tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 

sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 

menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 

babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 

yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 

seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 

menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-

potong dalam bagian kepentingan makro).

 

 Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 

bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 

0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 

karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 

pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!

 

 Salam,

 TJ

 

 

   - Original Message - 

   From: jsx_consultant 

   To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com 

   Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM

   Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -

 Ajaib Tapi Nyata

 

 

   Pak

RE: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik Andy
Betul pak!
Ini masalah NPWP buat pembeli USD sebenarnya sudah lama mau
diberlakukan, cuma sekarang bener2 saatnya tidak tepat.
Sama seperti banyak hal yg lainnya. Seperti orang yang bingung ngak tahu
musti ngapain buat meredam pembelian USD.
 
Kelihatan hari pertama diberlakukan, langsung nyungsep itu RP. Dan dari
yang sy denger banyak pengusaha yg sama sekali ngak comfortable dgn
aturan baru tsb, bukan karena NPWPnya, karena mereka semua punya, tapi
masalah kontrolnya.
What next kata mereka!
 
Dan ttg pencantuman NPWP itu sebenarnya lebih untuk kontrol pajak.
Seperti kata Dirjen Pajak bilang, Bisa beli USD 10.000 duit dari mana.
Coba deh, bagi yg sekarang usianya sekitar 65thn keatas dan sudah
retired, rata2 punya aset cukup lumayan.
Sepanjang hidupnya sudah dipalakin berkali2 sama berbagai pihak,
sekarang udah tua begitu masih disuruh ambil NPWP lagi?
Masih ditanya lagi sama Dirjen Pajak, punya duit dari mana. Memangnya
orang2 tsb yg berpuluh2 tahun bekerja ngak punya simpanan???
 
Biasalah di Indonesia, kalau bisa dibikin susah kenapa musti
digampangin.
Orang punya NPWP saja masih dipersulit dalam pembuatan laporan! Apalagi
kalo ada yg musti dikembaliin, mendingan kita kasih aja biarin hitung2
buang sial, daripada diminta balik, pasti diobok2 dan pasti ada aja yang
salah, sampe akhirnya musti bayar tambah.
Orang yg mau bayar pajak saja dipersulit. Ngakunya di suratkabar sih,
sudah dipermudah bla bla bla, memang ada benarnya, tapi tetep saja sama
buntutnya. Indonesia gitu lho!
Selama, sekali lagi selama, yg dikorupsi masih jauh diatas daripada yg
dibuat untuk membangun negara ini, selama itu juga orang ngak mau bayar
pajak!
Buat apa? Orang susah payah kerja buat buang duit ke binatang. Kok enak
yah!
 
 

-Original Message-
From: obrolan-bandar@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of jsx_consultant
Sent: Sunday, November 16, 2008 12:49 PM
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib
Tapi Nyata



Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas
pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.

Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan
mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 
kesadaran bayar pajak masih rendah. 

Coba anda bayangkan kalo:
- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya
NPWP engga boleh beli sayur.

Apa akibatnya ?

Pilihan jawaban:
1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 
2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce
peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.

Note:
- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan
diberlakukan secara REAKTIF.

--- In obrolan-bandar@ mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, Tommy Jayamudita 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 
mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 
atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 
transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 
(katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 
 
 Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 
sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 
pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 
tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 
sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 
menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 
babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 
yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 
seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 
menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-
potong dalam bagian kepentingan makro).
 
 Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 
bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 
0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 
karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 
pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!
 
 Salam,
 TJ
 
 
 - Original Message - 
 From: jsx_consultant 
 To: obrolan-bandar@ mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com
yahoogroups.com 
 Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
 Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -
Ajaib Tapi Nyata
 
 
 Pak Sirait,
 
 Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
 cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
 ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
 kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
 sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
 pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
 dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
 mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
 keliatan ama pajak.
 
 Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik jsx_consultant
--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Andreas Butar Butar 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbah saya cuma mau komentar aja, menurut saya wajarlah orang yang 
beli 
 dollar diatas 100.000 dollar masa gak punya NPWP (terlalu naif jika 
mbah membandingkannya dengan perumpamaan membeli sayur). Liat aja tax 
ratio kita hanya sekitar 16% saja sangat jauh dibanding negara lain 
selevel indonesia dimana dikisaran 20% an (terlepas dari intrik2 
birokrat Indonesia). Trus apa yang salah dengan
 NPWP ini kan sama saja kayak Mbah harus punya KTP atau SIM atau 
paspor. Takut klo
 disuruh bayar pajak, takut ribet atau apa???
   

- ASSUME anda yang bikin peraturan: Beli valas pake NPWP.
- Anda menganggap NPWP sama dengan KTP, jadi semua orang udah
  punya NPWP, apalagi yg sanggup beli dollar banyak. Lalu 
  kenapa tiba tiba anda memutuskan harus pake NPWP ?. Engga
  make sense kan ?.

Coba pikir kenapa ?.


 cepat atau lambat Indonesia seharusnya melakukan kontrol devisa, 
cuma masalahnya pemerintah selama ini mungkin merasa ini timing yang 
tepat (klo hancur hancur aja sekarang sekalian, jangan balik lagi 
dikemudian hari klo hanya untuk ngerecokin dasar hedge fund sialan), 
tapi jika pemerintah menetapkan kontrol devisa saat indeks bullish 
maka masyarakat pasti akan mencaci maki pemerintah karena akibat 
kebijakannya indeks kemungkinan besar turun drastis (bisa jadi ini 
alasan BD untuk PT).
  
 Dari dulu saya pribadi memang tidak setuju dengan adanya hot 
money itu ibarat bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk 
meletus. mereka bebas bergerak tanpa batas di indonesia bergerak 
sesuai kemauan/kehendaknya saja. Tanpa memperhatikan masyarakat, 
apalagi bangsa di negara tersebut.
 
 Maaf mbah ini sekedar pandangan dari seorang NewBie (Masih 
mahasiswa jadi mohon maaf jika pendapatnya agak ngelantur).
 hehehe


Kemungkinan besar sih ngelantur karena kalo pendapat anda bener
sih, mungkin dari dulu Pak Budiono dan Sri Mulyani udah ngikutin
pendapat anda...hehehe... becanda pak... 


 
 
 
 NewBie
 
 
 AB
  
 
 
 --- On Sun, 11/16/08, jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote:
 From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - 
Ajaib Tapi Nyata
 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
 Date: Sunday, November 16, 2008, 12:48 AM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli 
Valas
 
 pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.
 
 
 
 Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan
 
 mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 
 
 kesadaran bayar pajak masih rendah. 
 
 
 
 Coba anda bayangkan kalo:
 
 - Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya
 
   NPWP engga boleh beli sayur.
 
 
 
 Apa akibatnya ?
 
 
 
 Pilihan jawaban:
 
 1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 
 
 2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce
 
peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.
 
 
 
 Note:
 
 - Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan
 
   diberlakukan secara REAKTIF.
 
 
 
 --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Tommy Jayamudita 
 
 jayamudita@ ... wrote:
 
 
 
  Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 
 
 mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 
 
 atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. 
Memang 
 
 transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 
 
 (katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 
 
  
 
  Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 
 
 sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 
 
 pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara 
mereka 
 
 tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat 
Indonesia 
 
 sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur 
(untuk 
 
 menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau 
negaranya 
 
 babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 
 
 yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 
 
 seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 
 
 menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-
 
 potong dalam bagian kepentingan makro).
 
  
 
  Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 
 
 bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank 
bunganya 
 
 0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 
 
 karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di 
bank), 
 
 pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!
 
  
 
  Salam,
 
  TJ
 
  
 
  
 
- Original Message - 
 
From: jsx_consultant 
 
To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com 
 
Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
 
Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital 
Control -
 
  Ajaib Tapi Nyata
 
  
 
  
 
Pak Sirait,
 
  
 
Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik Hanif Mantiq
*ga papa kagak bisa jual yang penting harganya naik
terus :) btw pribadi masih percaya banget ama figur
boediono sebagai sopir BI, kalo bulan november dan
desember inflasi turun yakin banget BI bakal
menurunkan suku bunga sbi*

Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi
Nyata
Posted by: Lindt [EMAIL PROTECTED]  
linda_syarif
Sun Nov 16, 2008 5:19 am (PST)
Hihihi pak. Ketahan bukan krn sahamnya pada nyangkut
bakrie dan ga bs jual ya?


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Hanif Mantiq hanif_mantiq@ yahoo.com

Date: Sat, 15 Nov 2008 10:02:03
To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com
Subject: [obrolan-bandar] Re:Hari Begini Mainan
Capital Control - Ajaib Tapi Nyata


*setuju berat ama pa socrates, kembalikan bi sebagai
badan yang memiliki fungsi inflation targetting, kalo
inflasi sudah jelas bakalan turun segera saja turunkan
sbi, lagian sbi yang turun punya korelasi negatif
dengan ihsg he..he..he.. ...*

Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata
Posted by: yokorusi [EMAIL PROTECTED] com yokorusi
Sat Nov 15, 2008 7:54 am (PST)
http://unpublishedd ream.blogspot. com/

Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah
email berisi pujian
terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang
masih bertahan di
daerah positif dalam hitungan total 25 minggu
terakhir. Setidaknya
saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut)
membuktikan pendapat
tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat
hutang di
Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus
hadir dan
bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga
semakin banyak yang
mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP
Morgan terhadap
Indonesia.

Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan
riset kembali
mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari
data yang saya
dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6
(Indonesia, India,
Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal
tahun telah
mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode
yang sama telah
kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh
negara tersebut,
Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki
aliran bersih dana
asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion.
Terburuk dialami
oleh Taiwan dan Korea.

Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia
secara overall
dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila
ditilik lebih dalam
maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi
riskan terhadap
terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada
beberapa faktor yang
memberikan indikasi tersebut.

Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari
sebuah riset
dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan
mencapai 3.5% di 2009
atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa
aktifitas ekonomi akan
segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila
pertumbuhan rendah
maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga
akan terjadi
penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal
yang sama terlihat
dari posisi net foreign trade yang telah semakin
menurun dibanding
posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis
global.

Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus
dipertahankan oleh Bank
Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan
jatuhnya
Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin
terlihat bahwa
keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi
Rupiah. Ironisnya
nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke
hari. Depresiasi
sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi
lain, suku bunga
tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan
membuat putaran
ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa
yang terjadi bila
nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup.
Sudah
seharusnya titik tolak dari tingkat suku bunga adalah
memperbaiki
dinamika perekonomian domestik sehingga akan
memberikan impact
terhadap daya tahan perekonomian di sektor riil. Untuk
itu diperlukan
suku bunga yang cukup rendah.

Ketiga, keputusan Bank Indonesia untuk menerapkan
kontrol terhadap
pembelian mata uang asing adalah kurang tepat. Ini
justru membuat
pasar bergejolak dan membuat tekanan lebih besar
terhadap posisi
Rupiah. Lagipula Indonesia tidak memiliki pengalaman
didalam capital
control sehingga gejolak yang terjadi dapat melebihi
antisipasi yang
telah diperhitungkan. Dengan posisi one-month NDF pada
12,650 beberapa
hari yang lalu, sudah seharusnya BI segera meninjau
ulang keputusan
tersebut. Tidak ada variable lain yang berubah secara
signifikan dalam
seminggu terakhir kecuali keputusan tersebut dan
response pasar adalah
sangat negatif.

Dari ketiga hal diatas, dua terakhir terkait dengan BI
sebagai bank
sentral Indonesia. Apa yang saya lihat adalah kesan
bahwa beberapa
kebijakan BI di dalam penetapan suku bunga dan
stabilisasi Rupiah
tidak matang dan seadanya. Saya khawatir bila BI tidak
mampu koreksi
diri untuk mengambil kebijakan yang memihak ekonomi
riil maka kondisi
mata uang kita akan sampai pada kondisi yang
mengenaskan. Capital
control seharusnya 

RE: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-16 Terurut Topik 2nd Liner

maaf pak
perasaan lapor pajak ngak dipersulit deh
lewat pos juga bisa kan

To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Sun, 16 Nov 2008 20:21:17 +0700
Subject: RE: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib 
Tapi Nyata























Betul 
pak!
Ini 
masalah NPWP buat pembeli USD sebenarnya sudah lama mau diberlakukan, cuma 
sekarang bener2 saatnya tidak tepat.
Sama 
seperti banyak hal yg lainnya. Seperti orang yang bingung ngak tahu musti 
ngapain buat meredam pembelian USD.
 
Kelihatan hari pertama diberlakukan, langsung nyungsep 
itu RP. Dan dari yang sy denger banyak pengusaha yg sama sekali ngak 
comfortable 
dgn aturan baru tsb, bukan karena NPWPnya, karena mereka semua punya, tapi 
masalah kontrolnya.
What 
next kata mereka!
 
Dan 
ttg pencantuman NPWP itu sebenarnya lebih untuk kontrol pajak. Seperti kata 
Dirjen Pajak bilang, Bisa beli USD 10.000 duit dari mana. Coba deh, bagi yg 
sekarang usianya sekitar 65thn keatas dan sudah retired, rata2 punya aset cukup 
lumayan.
Sepanjang hidupnya sudah dipalakin berkali2 sama 
berbagai pihak, sekarang udah tua begitu masih disuruh ambil NPWP 
lagi?
Masih 
ditanya lagi sama Dirjen Pajak, punya duit dari mana. Memangnya orang2 tsb yg 
berpuluh2 tahun bekerja ngak punya simpanan???
 
Biasalah di Indonesia, kalau bisa dibikin susah kenapa 
musti digampangin.
Orang 
punya NPWP saja masih dipersulit dalam pembuatan laporan! Apalagi kalo ada yg 
musti dikembaliin, mendingan kita kasih aja biarin hitung2 buang sial, daripada 
diminta balik, pasti diobok2 dan pasti ada aja yang salah, sampe akhirnya musti 
bayar tambah.
Orang 
yg mau bayar pajak saja dipersulit. Ngakunya di suratkabar sih, sudah 
dipermudah 
bla bla bla, memang ada benarnya, tapi tetep saja sama buntutnya. Indonesia 
gitu 
lho!
Selama, sekali lagi selama, yg dikorupsi masih jauh 
diatas daripada yg dibuat untuk membangun negara ini, selama itu juga orang 
ngak 
mau bayar pajak!
Buat 
apa? Orang susah payah kerja buat buang duit ke binatang. Kok enak 
yah!
 
 

  
  -Original Message-
From: 
  obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On 
  Behalf Of jsx_consultant
Sent: Sunday, November 16, 2008 12:49 
  PM
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: 
  [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
  Nyata


  
  Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas
pake NPWP 
  terhadap gejolak kurs kemarin.

Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan 
  tidak normal akan
mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi 
  saat ini 
kesadaran bayar pajak masih rendah. 

Coba anda bayangkan 
  kalo:
- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya
NPWP 
  engga boleh beli sayur.

Apa akibatnya ?

Pilihan jawaban:
1. 
  Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 
2. Harga sayur akan naik 
  RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce
peraturan ini dengan mengawasi 
  tukang sayur jualan.

Note:
- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP 
  wajar2 aja, tapi jangan
diberlakukan secara REAKTIF.

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, 
  Tommy Jayamudita 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
  Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 
  
mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 
atau 
  negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 
transaksi 
  valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 
(katanya) menjadi 
  negara yang paling bebas di dunia. 
 
 Inggris, Perancis juga 
  pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 
sangat ketat dalam perdagangan 
  valuta asing. Dengan cara ini 
pemerintah melindungan ekonomi negaranya, 
  dan terbukti negara mereka 
tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok 
  justru rakyat Indonesia 
sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta 
  asing diatur (untuk 
menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir 
  kalau negaranya 
babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). 
  Siapapun 
yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 
  
seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 
menyerang 
  tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-
potong dalam 
  bagian kepentingan makro).
 
 Situasi seperti saat ini 
  seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 
bersatu (contohnya rakyat Jepang, 
  walaupun tabungan di bank bunganya 
0%, bahkan masih nombok biaya 
  administrasi di tahun 80-an akhir 
karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, 
  mereka tetap menabung di bank), 
pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN 
  BARISAN!
 
 Salam,
 TJ
 
 
 - 
  Original Message - 
 From: jsx_consultant 
 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
  
 Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
 Subject: 
  [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -
Ajaib Tapi 
  Nyata
 
 
 Pak Sirait,
 
 Di Indonesia 
  banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
 cuman lulusan SD. 
  Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
 ribuan kali

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik jsx_consultant
Pak Sirait,

Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
keliatan ama pajak.

Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.

Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
beli dollar.

Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.

MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.

Note:
Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?



--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 http://unpublisheddream.blogspot.com/
 
 Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
pujian
 terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan 
di
 daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
 saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
pendapat
 tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
 Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
 bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak 
yang
 mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
 Indonesia.
 
 Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
 mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
 dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
 Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
 mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama 
telah
 kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
 Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
 asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
 oleh Taiwan dan Korea.
 
 Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall
 dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih 
dalam
 maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap
 terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor 
yang
 memberikan indikasi tersebut.
 
 Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset
 dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 
2009
 atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi 
akan
 segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan 
rendah
 maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi
 penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama 
terlihat
 dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding
 posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global.
 
 Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank
 Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan jatuhnya
 Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin terlihat bahwa
 keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi Rupiah. Ironisnya
 nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke hari. Depresiasi
 sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi lain, suku bunga
 tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan membuat putaran
 ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa yang terjadi bila
 nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup. Sudah
 seharusnya titik tolak dari tingkat suku bunga adalah memperbaiki
 dinamika perekonomian domestik sehingga akan memberikan impact
 terhadap daya tahan perekonomian di sektor riil. Untuk itu 
diperlukan
 suku bunga yang cukup rendah.
 
 Ketiga, keputusan Bank Indonesia untuk menerapkan kontrol terhadap
 pembelian mata uang asing adalah kurang tepat. Ini justru membuat
 pasar bergejolak dan membuat tekanan lebih besar terhadap posisi
 Rupiah. Lagipula Indonesia tidak memiliki pengalaman didalam capital
 control sehingga gejolak yang terjadi dapat melebihi antisipasi yang
 telah diperhitungkan. Dengan posisi one-month NDF pada 12,650 
beberapa
 hari yang lalu, sudah seharusnya BI segera meninjau ulang keputusan
 tersebut. Tidak ada variable lain yang berubah secara signifikan 
dalam
 seminggu terakhir kecuali keputusan tersebut dan response pasar 
adalah
 sangat negatif.
 
 Dari ketiga hal diatas, dua terakhir terkait dengan BI sebagai bank
 sentral Indonesia. Apa yang saya lihat adalah kesan bahwa beberapa
 kebijakan BI di dalam 

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik yokorusi
Pak DE, 

Thanks atas pandangannya.

Jika suku bunga turun, tidak serta merta Rupiah terdepresiasi. Dari
kejadian pemotongan suku bunga selama 2004-2007, hasilnya nilai tukar
Rupiah tetap stabil. Jadi asumsi tersebut rasanya kurang tepat.

Mengenai consumer dan producer inflation Indonesia dan beberapa data
lainnya bisa dilihat di Economics Intelligence Unit (lihat di views
wire asia) http://www.eiu.com/

SRS, PhD
http://unpublisheddream.blogspot.com/



--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Dean Earwicker
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Suku bunga turun, rupiah bisa tambah turun. BI itu tugasnya menjaga
kurs dan
 inflasi. Pemerintah tugasnya meningkatkan growth ekonomi. Memang
dilematis
 yah, tapi mereka kompak kok.
 
 Indonesia hidup dari ekspor, dan karakter kredit masyarakat masih
konsumtif.
 Kredit mobil, kredit rumah, kredit HP, kredit panci. Bank-bank
begitu gencar
 promosi kredit tanpa agunan (banyak yang ngasih brosur di halte busway
 hehe), padahal kredit konsumtif memacu inflasi. Kita lihat harga gak
 bergerak turun dengan bunga segini, apalagi diturunin. Mall dan bioskop
 tetap ramai kan. Padahal inflasi (baca: harga sembako) sangat
sensitif di
 mata masyarakat. Bunga yang tinggi juga diharapkan dapat memaksa
bank-bank
 menitipkan dananya ke BI, dalam bentuk Surat Utang.
 
 Jadi kesimpulannya terlalu risky kalau nurunin bunga. Inflasi bisa
naik dan
 buntutnya daya beli turun. Dilain sisi, pemerintah sebagai yang
punya gawe
 soal growth, bisa memberikan insentif pajak kemudahan birokrasi pada
 pengusaha (korporasi). Jadi lebih kena sasaran. Atau dengan subsidi di
 sektor pendidikan, misalnya.
 
 Ini saya ambil dari
 http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Indikator+Perbankan/#
 
  *Pic1: Penyaluran Kredit*
 Kita lihat dengan bunga segini aja penyaluran kredit tetap
meningkat. Beda
 dengan US dengan credit crisisnya, kita engga mengalami hal tsb. Inflasi
 lebih jadi fokus kita.
 
 *Pic2: Surat berharga yang diterbitkan.*
 Dengan bunga segini aja bank masih blm terlalu minat megang surat
utang
 BI, mendingan di salurin ke kredit konsumtif karena bunganya lebih
gede, dan
 demandnya masih tinggi (!)
 
 
 Saya lihat tujuan utama pemerintah dan BI adalah gimana caranya
memindahkan
 perputaran uang dari sektor konsumtif ke sektor yang lebih produktif. *
 
 *Beda kasusnya dengan US yang kredit konsumtifnya MACET akibat terlalu
 gampang dapetin kredit, jadi memang harus diturunin bunganya, plus
disana
 inflasinya gak setinggi Indonesia.
 
 Lagipula investor (asing) mana mau beli surat utang kita kalau bunganya
 lebih rendah dari inflasi.. masa spread negatif, ya bisa digundulin fund
 managernya..hehehehe...
 *
 (Btw, ini maap loh, saya bukan PhD tapi rada sotoy dikit gpp ya..
programmer
 kok ngedebat doktor..*)
 
 Regards,
 DE
 
 
 Pada 15 November 2008 22:54, yokorusi [EMAIL PROTECTED] menulis:
 
  http://unpublisheddream.blogspot.com/
 
  Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi pujian
  terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan di
  daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
  saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan pendapat
  tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
  Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
  bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak yang
  mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
  Indonesia.
 
  Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
  mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
  dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
  Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
  mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama telah
  kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
  Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
  asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
  oleh Taiwan dan Korea.
 
  Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall
  dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih dalam
  maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap
  terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor yang
  memberikan indikasi tersebut.
 
  Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset
  dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 2009
  atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi akan
  segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan rendah
  maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi
  penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama terlihat
  dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding
  posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global.
 
  Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank
  Indonesia merupakan 

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik yokorusi

Benar sekali... 
Pasar secara agregat telah bereaksi negatif terhadap kebijakan berbau
capital control tsb. Bukan sekedar reaksi satu dua pihak saja.

Semakin nilai tukar kita melemah, makin sulit pula indeks bursa kita
untuk bergerak naik.


http://unpublisheddream.blogspot.com/


--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, jsx_consultant
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Sirait,
 
 Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
 cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
 ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
 kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
 sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
 pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
 dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
 mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
 keliatan ama pajak.
 
 Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
 tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
 mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.
 
 Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
 curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
 beli dollar.
 
 Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
 membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
 di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
 sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.
 
 MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
 pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.
 
 Note:
 Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
 rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?
 
 
 
 --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi yokorusi@ 
 wrote:
 
  http://unpublisheddream.blogspot.com/
  
  Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
 pujian
  terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan 
 di
  daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
  saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
 pendapat
  tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
  Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
  bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak 
 yang
  mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
  Indonesia.
  
  Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
  mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
  dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
  Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
  mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama 
 telah
  kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
  Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
  asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
  oleh Taiwan dan Korea.
  
  Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall
  dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih 
 dalam
  maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap
  terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor 
 yang
  memberikan indikasi tersebut.
  
  Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset
  dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 
 2009
  atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi 
 akan
  segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan 
 rendah
  maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi
  penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama 
 terlihat
  dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding
  posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global.
  
  Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank
  Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan jatuhnya
  Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin terlihat bahwa
  keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi Rupiah. Ironisnya
  nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke hari. Depresiasi
  sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi lain, suku bunga
  tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan membuat putaran
  ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa yang terjadi bila
  nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup. Sudah
  seharusnya titik tolak dari tingkat suku bunga adalah memperbaiki
  dinamika perekonomian domestik sehingga akan memberikan impact
  terhadap daya tahan perekonomian di sektor riil. Untuk itu 
 diperlukan
  suku bunga yang cukup rendah.
  
  Ketiga, keputusan Bank Indonesia untuk menerapkan kontrol terhadap
  pembelian mata uang asing adalah kurang tepat. Ini justru membuat
  pasar bergejolak dan membuat tekanan lebih besar terhadap posisi
  Rupiah. Lagipula Indonesia tidak memiliki pengalaman didalam capital
  control sehingga gejolak yang terjadi dapat melebihi antisipasi yang
  telah 

Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik Tommy Jayamudita
Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti mencantumkan 
NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju atau negara berkembang. 
Saya pikir ini bukan capital control. Memang transaksi valuta asing di 
Indonesia terlalu bebas selama ini, dan (katanya) menjadi negara yang paling 
bebas di dunia. 

Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China sangat ketat 
dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini pemerintah melindungan ekonomi 
negaranya, dan terbukti negara mereka tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, 
kok justru rakyat Indonesia sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta 
asing diatur (untuk menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau 
negaranya babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 
yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi seperti saat 
ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan menyerang tanpa solusi yang 
baik secara keseluruhan (bukan sepotong-potong dalam bagian kepentingan makro).

Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa bersatu 
(contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 0%, bahkan masih 
nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir karena tidak ada pertumbuhan 
ekonomi, mereka tetap menabung di bank), pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN 
BARISAN!

Salam,
TJ


  - Original Message - 
  From: jsx_consultant 
  To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
  Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
Nyata


  Pak Sirait,

  Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
  cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
  ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
  kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
  sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
  pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
  dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
  mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
  keliatan ama pajak.

  Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
  tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
  mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.

  Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
  curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
  beli dollar.

  Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
  membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
  di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
  sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.

  MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
  pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.

  Note:
  Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
  rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?

  --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi [EMAIL PROTECTED] 
  wrote:
  
   http://unpublisheddream.blogspot.com/
   
   Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
  pujian
   terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan 
  di
   daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
   saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
  pendapat
   tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
   Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
   bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak 
  yang
   mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
   Indonesia.
   
   Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
   mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
   dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
   Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
   mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama 
  telah
   kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
   Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
   asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
   oleh Taiwan dan Korea.
   
   Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall
   dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih 
  dalam
   maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap
   terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor 
  yang
   memberikan indikasi tersebut.
   
   Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset
   dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 
  2009
   atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi 
  akan
   segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan 
  rendah
   maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi
   penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama 
  terlihat
   dari posisi net foreign trade yang telah

[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik jsx_consultant
Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas
pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.

Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan
mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 
kesadaran bayar pajak masih rendah. 

Coba anda bayangkan kalo:
- Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya
  NPWP engga boleh beli sayur.

Apa akibatnya ?

Pilihan jawaban:
1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 
2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce
   peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.

Note:
- Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan
  diberlakukan secara REAKTIF.


--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Tommy Jayamudita 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 
mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 
atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 
transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 
(katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 
 
 Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 
sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 
pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 
tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 
sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 
menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 
babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 
yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 
seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 
menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-
potong dalam bagian kepentingan makro).
 
 Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 
bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 
0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 
karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 
pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!
 
 Salam,
 TJ
 
 
   - Original Message - 
   From: jsx_consultant 
   To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
   Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
   Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -
 Ajaib Tapi Nyata
 
 
   Pak Sirait,
 
   Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
   cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
   ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
   kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
   sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
   pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
   dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
   mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
   keliatan ama pajak.
 
   Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
   tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
   mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.
 
   Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
   curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
   beli dollar.
 
   Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
   membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
   di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
   sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.
 
   MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
   pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.
 
   Note:
   Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
   rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?
 
   --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi yokorusi@ 
   wrote:
   
http://unpublisheddream.blogspot.com/

Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
   pujian
terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih 
bertahan 
   di
daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. 
Setidaknya
saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
   pendapat
tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin 
banyak 
   yang
mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
Indonesia.

Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset 
kembali
mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang 
saya
dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang 
sama 
   telah
kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara 
tersebut,
Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih 
dana
asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk 
dialami

Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik Tommy Jayamudita
Kalau masalah waktu pelaksanaan yang bersifat reaktif, saya setuju 100% dengan 
Embah.


  - Original Message - 
  From: jsx_consultant 
  To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, November 16, 2008 12:48 PM
  Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi 
Nyata


  Yang embah lagi bicarakan ialah: Efek pemberlakuan beli Valas
  pake NPWP terhadap gejolak kurs kemarin.

  Policy moneter yg REAKTIF pada keadaan tidak normal akan
  mengakibatkan TAMBAHAN gejolak yg tidak perlu apalagi saat ini 
  kesadaran bayar pajak masih rendah. 

  Coba anda bayangkan kalo:
  - Ibu ibu kepasar beli sayur harus pake NPWP, yg engga punya
  NPWP engga boleh beli sayur.

  Apa akibatnya ?

  Pilihan jawaban:
  1. Ibu ibu antri minta NPWP ke kantor pajak atau 
  2. Harga sayur akan naik RATUSAN PERSEN jika polisi mengenforce
  peraturan ini dengan mengawasi tukang sayur jualan.

  Note:
  - Kebijaksanaan beli valas pake NPWP wajar2 aja, tapi jangan
  diberlakukan secara REAKTIF.

  --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Tommy Jayamudita 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Embah, kalau membeli valuta asing harus memilik syarat (seperti 
  mencantumkan NPWP) seperti bukan hal baru di berbagai negara maju 
  atau negara berkembang. Saya pikir ini bukan capital control. Memang 
  transaksi valuta asing di Indonesia terlalu bebas selama ini, dan 
  (katanya) menjadi negara yang paling bebas di dunia. 
   
   Inggris, Perancis juga pernah menerapkan hal serupa, bahkan China 
  sangat ketat dalam perdagangan valuta asing. Dengan cara ini 
  pemerintah melindungan ekonomi negaranya, dan terbukti negara mereka 
  tetap maju berkembang. Saya merasa aneh, kok justru rakyat Indonesia 
  sendiri yang menggerutu ketika perdagangan valuta asing diatur (untuk 
  menangkis spekulasi valas), apa mereka tidak berpikir kalau negaranya 
  babak belur mereka juga akan hidup susah (seperti 1998). Siapapun 
  yang duduk di pemeritahan, seharusnya kita dukung dalam kondisi 
  seperti saat ini, bukan selalu mengeritik, mengungkit bahkan 
  menyerang tanpa solusi yang baik secara keseluruhan (bukan sepotong-
  potong dalam bagian kepentingan makro).
   
   Situasi seperti saat ini seharusnya semua lapisan masyarakat bisa 
  bersatu (contohnya rakyat Jepang, walaupun tabungan di bank bunganya 
  0%, bahkan masih nombok biaya administrasi di tahun 80-an akhir 
  karena tidak ada pertumbuhan ekonomi, mereka tetap menabung di bank), 
  pinjam istilah Pak DE, RAPATKAN BARISAN!
   
   Salam,
   TJ
   
   
   - Original Message - 
   From: jsx_consultant 
   To: obrolan-bandar@yahoogroups.com 
   Sent: Saturday, November 15, 2008 11:44 PM
   Subject: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control -
  Ajaib Tapi Nyata
   
   
   Pak Sirait,
   
   Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
   cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
   ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
   kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
   sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
   pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
   dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
   mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
   keliatan ama pajak.
   
   Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
   tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
   mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.
   
   Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
   curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
   beli dollar.
   
   Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
   membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
   di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
   sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.
   
   MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
   pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.
   
   Note:
   Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
   rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?
   
   --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi yokorusi@ 
   wrote:
   
http://unpublisheddream.blogspot.com/

Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
   pujian
terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih 
  bertahan 
   di
daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. 
  Setidaknya
saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
   pendapat
tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin 
  banyak 
   yang
mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
Indonesia.

Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset 
  kembali
mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang 
  saya

Re: [obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata

2008-11-15 Terurut Topik Dean Earwicker
Pak, maaf maksud bapak pasar disini apakah artinya masyarakat umum, atau
pelaku pasar modal?

Kalau maksudnya pelaku pasar modal, jika memang mereka bereaksi negatif maka
sektor finansial harusnya jatuh. Tapi beberapa bulan terakhir -bisa dilihat
dari chart- sektor komoditi yang dihajar habis-habisan, ditambah lagi beberapa
importir dari india
mangkirhttp://www.antara.co.id/arc/2008/11/10/batalkan-kontrak-cpo-30-perusahaan-india-diblack-list/kontrak
CPOnya.

Sedangkan finansial, infra dan cons. goods cukup defensif. Defensif dalam
artian, kalaupun turun, reboundnya juga cepet.

Padahal, dengan lemahnya rupiah, bukankah eksportir diuntungkan? Ternyata
tidak. Harga komoditinya jatuh lebih dalam dibanding penguatan USD.

Jadi saya tidak sependapat kalau penurunan IHSG kemarin karena pelemahan
rupiah. Mungkin terbalik, justru pelemahan rupiah adalah akibat adanya
capital outflow dari pasar saham/obligasi, yang salah satu pemicunya adalah
kasus reponya anu (mesti pake kode inisial nih, takut diciduk..heheh, kaya
jaman orba jadinya).

Satu lagi..

Dengan rupiah yang lemah, maka harga saham kita LEBIH MURAH (undervalued) di
mata asing. Obligasi pun -dengan bunga tinggi- udah super diskon.

*Irresistible Indonesia.*

Ibaratnya air (baca=dana), mengalir dari tempat yang tinggi (mahal) ke
tempat yang rendah (murah).

Dari sisi politik dan keamanan, tingginya inflasi *ditakutkan* meningkatkan
*social unrest*/keresahan yang berbuntut ketidakpercayaan pada pemerintah.
Ini berbahaya, dan asing sangat memperhatikan hal ini sebagai komponen *country
risk *dalam investasi. Kalau asing melihat tidak kondusif, mereka ogah balik
lagi.

Orang lebih seneng bisnis di tempat yang kondusif, tenang, stabil, dan
pelanggan jujur walaupun sewanya mahal. Daripada tempat yang macet, becek,
banyak preman, pelanggannya ngemplang walopun sewanya murah.

*Wah ribet deh, jadi menjalar kemana-mana nih. Pokonya all the best for us
all sajalah*

Regards,
DE

Pada 16 November 2008 08:06, yokorusi [EMAIL PROTECTED] menulis:


 Benar sekali...
 Pasar secara agregat telah bereaksi negatif terhadap kebijakan berbau
 capital control tsb. Bukan sekedar reaksi satu dua pihak saja.

 Semakin nilai tukar kita melemah, makin sulit pula indeks bursa kita
 untuk bergerak naik.


 http://unpublisheddream.blogspot.com/


 --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, jsx_consultant
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Sirait,
 
  Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
  cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya
  ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
  kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
  sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
  pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
  dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
  mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
  keliatan ama pajak.
 
  Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
  tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
  mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.
 
  Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
  curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
  beli dollar.
 
  Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka
  membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
  di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
  sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.
 
  MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
  pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.
 
  Note:
  Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
  rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?
 
 
 
  --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, yokorusi yokorusi@
  wrote:
  
   http://unpublisheddream.blogspot.com/
  
   Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi
  pujian
   terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan
  di
   daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
   saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan
  pendapat
   tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
   Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
   bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak
  yang
   mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
   Indonesia.
  
   Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
   mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
   dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
   Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
   mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama
  telah
   kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
   Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
   asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
   oleh Taiwan dan Korea.
  
   Tetapi fakta di atas bukan