Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]

1999-12-02 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Come on, sekarang sibuk ikut bersuara tentang federalisme. Tentu saja
sebagai kelompok yg tidak dapat mengklaim suatu wilayah akan lebih senang
bentuk federal. Soalnya bisa memainkan kartu uang. Saya sudah mengendus hal
ini jauh-jauh hari waktu si Christianto Wibisono sibuk banget gembar-gembor.

Dengan memainkan kartu uang, maka dengan mudah dapat mempengaruhi negara
bagian tertentu untuk melonggarkan segala macam aturan. Asalkan modal masuk
kan? Asalkan aliran barang dari LN bisa lancar kan? Jadilah kelompok ini
menjadi kelompok eksklusif dengan aturan serba istimewa. Makanya itu saya
selalu menentang penguasaan distribusi barang oleh kelompok-kelompok
tertentu karena hal ini. Saya juga selalu menentang liberalisasi ekonomi
tanpa batas karena hanya kelompok yang siap yang mampu mempergunakannya.
Siapa lagi kalau bukan kelompok pemilik modal. Modal yang dikasih oleh rejim
Suharto? Yang disuruh dibagikan sedikit ke koperasi tidak mau karena konon
hasil keringat sendiri. Kalau keringat hasil kolusi sih iya.

Okay sekarang terbuka saja deh. Kalau saluran distribusi tidak dikendalikan,
siapa yang punya saluran ke Singapura sang negara rasis itu. Atau ke Taiwan?
Hong Kong? Siapa lagi kalau bukan kelompok HUAREN? Kelompok melayu sih bakal
dicingcai. Kalau datang juga akan diberi harga lebih mahal. Persis dengan
praktek di Indonesia saat ini.
Mau buka-bukaan? Mari kita buka:) Kalau mau tidak ada diskriminasi, maka
justru praktek-praktek ini yang harus dibumi-hanguskan. Ingat bung, kelompok
anda yang menikmati 80% uang kolusi, 20% dikuasai oleh pejabat yg kolusi
itu. Sementara 0% untuk pembangunan. Jadi orang seperti anda harus juga ikut
bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Indonesia. Saya terus terang
curiga jangan-jangan anda malah kegirangan dengan apa yang menimpa Indonesia
saat ini. Soalnya masyarakat luas menjadi lebih miskin, dan kelompok kecil
tetap kaya. Jadinya tindak kesewenangan ekonomi dapat makin menjadi seperti
jaman 1960-an dimana sistem ijon terhadap para petani merajalela. Ini
situasi dimana petani masih punya sawah tapi tidak punya modal. Sekarang
petani tidak punya sawah dan tidak punya modal. Nah, apa yg bakal terjadi?


Jeffrey Anjasmara

'-
From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN
 Singapore]
Date: Wed, 1 Dec 1999 22:17:08 EST

Jeff, biarkanlah anggota-anggota milis yang menilai:: Anda bukan Tuhan kan,
Nabi pun bukan. Tulisan seperti ini yang dapat dikirim ke milis-milis aceh
dan
papua, supaya dapat terlihat kalau orang-orang Indonesia masih didominasi
oleh
anda-anda ini.

Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang
dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya???

Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh

Mardhika Wisesa

Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote:
Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia
termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi
Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil
keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta
yang
kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa?
Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng?

See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu
sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta
ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina
bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran
ekonomi
buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada
usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi.
Siapa yang diskriminasi sih?

Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang
selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg
melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah
dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern
dan anasionalis kayak Mardika ini.

Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau
saya yang rasis. Dasar rasis!



Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]

1999-12-02 Terurut Topik priadi

Sabar..
menurut saya nggak ada gunanya saling tuduh seperti ini.
Atau kita semua memang sudah "kemakan" benci dan prasangka (semoga kita
hanya
"korban" dan bukan "sang peniup" api kebencian di sini).
Kalau saya lihat di sini ada (minimal) dua permasalahan yang harus
diselesaikan dengan (minimal) dua solusi juga.

Pertama adalah soal prasangka. Ini adalah masalah klasik dan kurangnya
dialog.
Untuk diskusi yang "minimal" aja tentang tema ini, tentu akan meluberi ruang
forum. Maka dengan sengaja saya skip dulu tema ini.

Kedua adalah pengaturan "persamaan kesempatan". Implementasi dari kata ini
adalah sangat
luas. Di sini pelaku ekonomi, pemerintah dan UU sendiri harus mencapai titik
temu seadil-adilnya.
Jelas bahwa konflik kepentingan akan selalu muncul. Antara kapital kuat
melawan kapital lemah,
antara buruh dan pemilik modal, antara (kemungkinan) pusat dan daerah dsb.
Untuk saat ini jelas bahwa yang harus diutamakan ialah meminimalisasi
distorsi-distorsi ekonomi
yang banyak berupa KKN. Kemudian perlu suatu rumusan peran state dalam
menciptakan  harmoni antara
ekonomi pasar dan intervensi pemerintah (dalam berbagai bentuk subsidi dan
bantuan) yang dapat
seluas mungkin melindungi berbagai kelompok kepentingan.
Redefinisi dari visi dan pelaksanaan "pembangunan" juga harus sesegera
mungkin
disosialisasikan, setelah langkah-langkah awal berupa undangan kembali modal
yang lari atau pemulihan kepercayaan para investor.
Yang harus dicatat adalah bahwa "sistem"pun harus dibuat sedemikianrupa
hingga mampu menjadi dinamis dan tanggap terhadap adanya berbagai
perkembangan.
Misalnya sistem perpajakan yang progresif akan
memihak kaum lemah, inipun dengan catatan bahwa pelaksanaan pajak harus
bebas dari tikus-tikus
pengemplang yang bila perlu dihukum seberat-beratnya. Sayang selama ini
"Ekonomi Kerakyatan" cuma dijadikan retorika murahan dengan tujuan politis.

Disadari bahwa kondisi saat ini adalah warisan Orde Baru dengan segala
aspeknya. Untuk itulah justru dibutuhkan "kepala yang lebih dingin" dalam
menyikapi berbagai
masukan. Ini demi kita semua. Saya pribadi menaruh harapan yang
besar pada rejim saat ini.


salam hangat dari Hannover

deddy priadi


- Original Message -
From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, December 02, 1999 2:15 PM
Subject: Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN
Singapore]


 Come on, sekarang sibuk ikut bersuara tentang federalisme. Tentu saja
 sebagai kelompok yg tidak dapat mengklaim suatu wilayah akan lebih senang
 bentuk federal. Soalnya bisa memainkan kartu uang. Saya sudah mengendus
hal
 ini jauh-jauh hari waktu si Christianto Wibisono sibuk banget
gembar-gembor.

 Dengan memainkan kartu uang, maka dengan mudah dapat mempengaruhi negara
 bagian tertentu untuk melonggarkan segala macam aturan. Asalkan modal
masuk
 kan? Asalkan aliran barang dari LN bisa lancar kan? Jadilah kelompok ini
 menjadi kelompok eksklusif dengan aturan serba istimewa. Makanya itu saya
 selalu menentang penguasaan distribusi barang oleh kelompok-kelompok
 tertentu karena hal ini. Saya juga selalu menentang liberalisasi ekonomi
 tanpa batas karena hanya kelompok yang siap yang mampu mempergunakannya.
 Siapa lagi kalau bukan kelompok pemilik modal. Modal yang dikasih oleh
rejim
 Suharto? Yang disuruh dibagikan sedikit ke koperasi tidak mau karena konon
 hasil keringat sendiri. Kalau keringat hasil kolusi sih iya.

 Okay sekarang terbuka saja deh. Kalau saluran distribusi tidak
dikendalikan,
 siapa yang punya saluran ke Singapura sang negara rasis itu. Atau ke
Taiwan?
 Hong Kong? Siapa lagi kalau bukan kelompok HUAREN? Kelompok melayu sih
bakal
 dicingcai. Kalau datang juga akan diberi harga lebih mahal. Persis dengan
 praktek di Indonesia saat ini.
 Mau buka-bukaan? Mari kita buka:) Kalau mau tidak ada diskriminasi,
maka
 justru praktek-praktek ini yang harus dibumi-hanguskan. Ingat bung,
kelompok
 anda yang menikmati 80% uang kolusi, 20% dikuasai oleh pejabat yg kolusi
 itu. Sementara 0% untuk pembangunan. Jadi orang seperti anda harus juga
ikut
 bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Indonesia. Saya terus terang
 curiga jangan-jangan anda malah kegirangan dengan apa yang menimpa
Indonesia
 saat ini. Soalnya masyarakat luas menjadi lebih miskin, dan kelompok kecil
 tetap kaya. Jadinya tindak kesewenangan ekonomi dapat makin menjadi
seperti
 jaman 1960-an dimana sistem ijon terhadap para petani merajalela. Ini
 situasi dimana petani masih punya sawah tapi tidak punya modal. Sekarang
 petani tidak punya sawah dan tidak punya modal. Nah, apa yg bakal terjadi?


 Jeffrey Anjasmara

 '-
 From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN
  Singapore]
 Date: Wed, 1 Dec 1

Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore

1999-12-01 Terurut Topik Eko Budiharto

 Koment:  Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini,
 rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari
 kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia rusak
 di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga
 peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata dunia,
 sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri.

 (Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak)
Thanks for the comment. Tapi setahu saya nggak semua pejabat yang begitu,
memang benar most of them like that. Aku bukannya mau belain pejabat.
Dan satu lagi,
please forget about what everything has been happened in the past.
Indonesia nggak bakalan punah dari bumi, meskipun kehilangan Timor Timut
plus telah rusak dari mata dunia.
Dan malah sebaliknya kita yang belajar di US harus cepet-cepet kelarin
studynya dan pulang balik ke Indonesia and restore Indonesia. Dan nggak
itu juga, kalau kita nggak pulang ke Indonesia segera, gimana
generasi-generasi di bawah kita yang nggak bisa sekolah. Mereka itu
tanggung jawab mereka.




Eko Budiharto
613 Woodbridge Drive
Bloomington, IN 47408
http://php.indiana.edu/~ebudihar (personal)
email:[EMAIL PROTECTED]
Phone #. 812-330-9740
Phone #./Fax #. 812-330-9174
HP #. 812-327-7330



Mardhika-Eko(1)[Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]

1999-12-01 Terurut Topik Mardhika Wisesa

Eko Budiharto wrote: 
Thanks for the comment. Tapi setahu saya nggak semua pejabat yang begitu,
memang benar most of them like that. Aku bukannya mau belain pejabat.
Dan satu lagi,
please forget about what everything has been happened in the past.
Indonesia nggak bakalan punah dari bumi, meskipun kehilangan Timor Timut
plus telah rusak dari mata dunia.
Dan malah sebaliknya kita yang belajar di US harus cepet-cepet kelarin
studynya dan pulang balik ke Indonesia and restore Indonesia. Dan nggak
itu juga, kalau kita nggak pulang ke Indonesia segera, gimana
generasi-generasi di bawah kita yang nggak bisa sekolah. Mereka itu
tanggung jawab mereka.

Mardhika Wisesa membalas:  
Saya tidak merasa menuliskan komentar saya hanya untuk diterima kasihkan.
Namun bukannya saya menolak. Memang tidak semuanya pejabat seperti itu, namun
mayoritas pejabat-pejabat memang seperti itu kan? Nah...mental-mental bejat
seperti inilah yang saya tidak setuju untuk memimpin badan-badan pemerintah,
wong semua warga negara baik yang pri dan non-pri pada membayar pajak untuk
menggaji ini orang kok. 

Indonesia tidak bakalan punah? Tergantung kebinatangan Indonesia sendiri
menurut saya secara pribadi. Kalau terus-terusan liar seperti sekarang ini,
mungkin akan ditembak. Penembak itu bisa dari disintegrasi yang sekarang ini
sedang mengancam didepan mata kita. 

Menurut saya, Indonesia saat ini sedang dihukum oleh yang diatas. Dan memang
hukuman ini sangat setimpal sekali menurut saya, dan semoga bertambah lagi.

Nah...sekarang anda tinggal berterima kasihlah kepada para biang kerok yang
membuat anda-anda semua merana (atau kalau anda-anda yang ternyata biang
keroknya, RASAIIN dan SUKURIN, terima balasannya)

Bagi yang pulang, Indonesia bukanlah ladangnya para Koruptor, para Nepotitor,
dan sang kolusi lagi. Mungkin Bapak-bapak anda adalah koruptor, Nepotitor, dan
Kolutor, namun jaman mereka sudah berakhir, generasi kita-kita yang akhirnya
kan menumbangkan senior-senior ini.
Bagi anak-anak menteri, jenderal, duta besar, etc...tobatkan ayah-ayah anda
ituingatkan mereka akan kemalangan dahsyat yang sekarang sedang menimpa
para miskin.

Mardhika Wisesa 


Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1



Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore

1999-12-01 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia
termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi
Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil
keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang
kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa?
Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng?

See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu
sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta
ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina
bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi
buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada
usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi.
Siapa yang diskriminasi sih?

Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang
selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg
melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah
dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern
dan anasionalis kayak Mardika ini.

Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau
saya yang rasis. Dasar rasis!

'
From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore
Date: Wed, 1 Dec 1999 09:33:12 EST

Puluhan pengusaha Indonesia yang pindah ke Singapura kedapatan menjadi
warganegara Singapura, sejak terjadinya kerusuhan pada Mei 1998, kata
Kepala
bidang Konsuler KBRI Singapura, Ghazali.
"Setiap bulan puluhan pengusaha kita yang umumnya WNI keturunan pindah
kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura," katanya di Singapura,
Rabu.
Dikatakan, WNI keturunan tersebut mulanya datang ke negara jiran itu untuk
mengungsi akibat kerusuhan di dalam negeri, namun setelah bekerja, mereka
menjadi WN Singapura.
Menurut dia, para pengusaha itu umumnya berasal dari Jawa dan Kepulauan
Riau.
Alasan menjadi WN Singapura umumnya karena ikatan perkawinan.
Ia mengungkapkan, 40 sampai 50 orang WN Indonesia yang tinggal di negara
pulau
itu mengakui telah menjadi warga Singapura.
Katanya, pihaknya tidak bisa melarang karena itu hak masyarakat, tetapi
menyayangkan warga keturunan yang beralih kewarganegaraan kemudian membuka
usaha di Singapura.
"Yang kita takutkan, bukan orang, tetapi kapitalnya sebab orang Singapura
yang
untung," katanya.
Dalam penilaiannya, modal yang dilarikan pengusaha ke Singapura itu dinilai
merugikan Indonesia, ditambah para warga keturunan itu tidak kembali lagi
ke
Indonesia.

Koment:  Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini,
rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari
kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia
rusak
di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga
peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata
dunia,
sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri.

(Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak)


Mardhika Wisesa


Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: [Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]

1999-12-01 Terurut Topik Rizal Az

H racism... hot, favorite topic of all time...:)).
   Kalau menurut saya, baguslah pengusaha2 WNI-keturunan itu pada pergi, bukan
karena rasis atau gimana, tapi karena orang2 seperti mereka itu engga' banyak
gunanya. Mereka2 itu adalah parasit yang akan merugikan  Indonesia dimasa
datang. Mereka tidak punya rasa nasionalisme, cinta terhadap bangsa.
Sebenarnya ini yang saya harapkan... bangsat2 seperti inilah yang merusak
citra orang cina di Indonesia. Biarlah mereka pergi, biar bangsa Indonesia
bisa melihat mana warganya yang setia, mana yang tidak, regardless of color or
any other physical difference. 
   Uang bisa dicari, sekarang kita tinggal catat saja nama2 mereka supaya
mereka tidak bisa lagi mendapatkan WNI-nya kembali, thus usaha2 mereka di
Indonesia bisa kita "beslah" karena sekarang statusnya bukan PMA. Seandainya
sudah, pajak dan segala peraturan2 PMA, bisa kita impose ke perusahaan2 mereka
sehingga mereka tidak "berkutik"...:).
   
   "Tidak semua cina jahat, tidak semua melayu baik.
Tidak semua kristen jahat, tidak semua Islam baik."

Buat saya itu saja yang harus kita pegang, supaya kita bisa hidup
berdampingan, bahu-membahu membangun negara kita tercinta.
 
Kalau semua sudah pulang ke tanah air, jangan cuma ilmu akademis saja yang
dibawa, tapi juga ilmu tentang kehidupan dan bersocial, sehingga kita tidak
terjerumus ke lembah SARA yang nista dan hina itu. 
   Kalau anda merasa mulai rada2 racist, ingat2 bagaimana cara2 kita hidup  di
Luar Negri, dimana SARA itu tidak ada, cina melayu, islam, kristen, budha,
semua hidup berdampingan secara damai.

ichal.

Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote:
Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia
termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi
Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil
keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang
kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa?
Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng?

See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu
sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta
ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina
bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi
buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada
usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi.
Siapa yang diskriminasi sih?

Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang
selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg
melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah
dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern
dan anasionalis kayak Mardika ini.

Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau
saya yang rasis. Dasar rasis!

'
From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore
Date: Wed, 1 Dec 1999 09:33:12 EST

Puluhan pengusaha Indonesia yang pindah ke Singapura kedapatan menjadi
warganegara Singapura, sejak terjadinya kerusuhan pada Mei 1998, kata
Kepala
bidang Konsuler KBRI Singapura, Ghazali.
"Setiap bulan puluhan pengusaha kita yang umumnya WNI keturunan pindah
kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura," katanya di Singapura,
Rabu.
Dikatakan, WNI keturunan tersebut mulanya datang ke negara jiran itu untuk
mengungsi akibat kerusuhan di dalam negeri, namun setelah bekerja, mereka
menjadi WN Singapura.
Menurut dia, para pengusaha itu umumnya berasal dari Jawa dan Kepulauan
Riau.
Alasan menjadi WN Singapura umumnya karena ikatan perkawinan.
Ia mengungkapkan, 40 sampai 50 orang WN Indonesia yang tinggal di negara
pulau
itu mengakui telah menjadi warga Singapura.
Katanya, pihaknya tidak bisa melarang karena itu hak masyarakat, tetapi
menyayangkan warga keturunan yang beralih kewarganegaraan kemudian membuka
usaha di Singapura.
"Yang kita takutkan, bukan orang, tetapi kapitalnya sebab orang Singapura
yang
untung," katanya.
Dalam penilaiannya, modal yang dilarikan pengusaha ke Singapura itu dinilai
merugikan Indonesia, ditambah para warga keturunan itu tidak kembali lagi
ke
Indonesia.

Koment:  Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini,
rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari
kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia
rusak
di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga
peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata
dunia,
sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri.

(Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak)


Mardhika Wisesa


(Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]

1999-12-01 Terurut Topik Mardhika Wisesa

Jeff, biarkanlah anggota-anggota milis yang menilai:: Anda bukan Tuhan kan,
Nabi pun bukan. Tulisan seperti ini yang dapat dikirim ke milis-milis aceh dan
papua, supaya dapat terlihat kalau orang-orang Indonesia masih didominasi oleh
anda-anda ini. 

Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang
dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya??? 

Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh 

Mardhika Wisesa 

Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote:
Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia
termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi
Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil
keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang
kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa?
Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng?

See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu
sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta
ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina
bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi
buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada
usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi.
Siapa yang diskriminasi sih?

Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang
selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg
melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah
dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern
dan anasionalis kayak Mardika ini.

Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau
saya yang rasis. Dasar rasis!



Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1