Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]
Come on, sekarang sibuk ikut bersuara tentang federalisme. Tentu saja sebagai kelompok yg tidak dapat mengklaim suatu wilayah akan lebih senang bentuk federal. Soalnya bisa memainkan kartu uang. Saya sudah mengendus hal ini jauh-jauh hari waktu si Christianto Wibisono sibuk banget gembar-gembor. Dengan memainkan kartu uang, maka dengan mudah dapat mempengaruhi negara bagian tertentu untuk melonggarkan segala macam aturan. Asalkan modal masuk kan? Asalkan aliran barang dari LN bisa lancar kan? Jadilah kelompok ini menjadi kelompok eksklusif dengan aturan serba istimewa. Makanya itu saya selalu menentang penguasaan distribusi barang oleh kelompok-kelompok tertentu karena hal ini. Saya juga selalu menentang liberalisasi ekonomi tanpa batas karena hanya kelompok yang siap yang mampu mempergunakannya. Siapa lagi kalau bukan kelompok pemilik modal. Modal yang dikasih oleh rejim Suharto? Yang disuruh dibagikan sedikit ke koperasi tidak mau karena konon hasil keringat sendiri. Kalau keringat hasil kolusi sih iya. Okay sekarang terbuka saja deh. Kalau saluran distribusi tidak dikendalikan, siapa yang punya saluran ke Singapura sang negara rasis itu. Atau ke Taiwan? Hong Kong? Siapa lagi kalau bukan kelompok HUAREN? Kelompok melayu sih bakal dicingcai. Kalau datang juga akan diberi harga lebih mahal. Persis dengan praktek di Indonesia saat ini. Mau buka-bukaan? Mari kita buka:) Kalau mau tidak ada diskriminasi, maka justru praktek-praktek ini yang harus dibumi-hanguskan. Ingat bung, kelompok anda yang menikmati 80% uang kolusi, 20% dikuasai oleh pejabat yg kolusi itu. Sementara 0% untuk pembangunan. Jadi orang seperti anda harus juga ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Indonesia. Saya terus terang curiga jangan-jangan anda malah kegirangan dengan apa yang menimpa Indonesia saat ini. Soalnya masyarakat luas menjadi lebih miskin, dan kelompok kecil tetap kaya. Jadinya tindak kesewenangan ekonomi dapat makin menjadi seperti jaman 1960-an dimana sistem ijon terhadap para petani merajalela. Ini situasi dimana petani masih punya sawah tapi tidak punya modal. Sekarang petani tidak punya sawah dan tidak punya modal. Nah, apa yg bakal terjadi? Jeffrey Anjasmara '- From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore] Date: Wed, 1 Dec 1999 22:17:08 EST Jeff, biarkanlah anggota-anggota milis yang menilai:: Anda bukan Tuhan kan, Nabi pun bukan. Tulisan seperti ini yang dapat dikirim ke milis-milis aceh dan papua, supaya dapat terlihat kalau orang-orang Indonesia masih didominasi oleh anda-anda ini. Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya??? Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh Mardhika Wisesa Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa? Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng? See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi. Siapa yang diskriminasi sih? Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern dan anasionalis kayak Mardika ini. Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau saya yang rasis. Dasar rasis! Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1 __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]
Sabar.. menurut saya nggak ada gunanya saling tuduh seperti ini. Atau kita semua memang sudah "kemakan" benci dan prasangka (semoga kita hanya "korban" dan bukan "sang peniup" api kebencian di sini). Kalau saya lihat di sini ada (minimal) dua permasalahan yang harus diselesaikan dengan (minimal) dua solusi juga. Pertama adalah soal prasangka. Ini adalah masalah klasik dan kurangnya dialog. Untuk diskusi yang "minimal" aja tentang tema ini, tentu akan meluberi ruang forum. Maka dengan sengaja saya skip dulu tema ini. Kedua adalah pengaturan "persamaan kesempatan". Implementasi dari kata ini adalah sangat luas. Di sini pelaku ekonomi, pemerintah dan UU sendiri harus mencapai titik temu seadil-adilnya. Jelas bahwa konflik kepentingan akan selalu muncul. Antara kapital kuat melawan kapital lemah, antara buruh dan pemilik modal, antara (kemungkinan) pusat dan daerah dsb. Untuk saat ini jelas bahwa yang harus diutamakan ialah meminimalisasi distorsi-distorsi ekonomi yang banyak berupa KKN. Kemudian perlu suatu rumusan peran state dalam menciptakan harmoni antara ekonomi pasar dan intervensi pemerintah (dalam berbagai bentuk subsidi dan bantuan) yang dapat seluas mungkin melindungi berbagai kelompok kepentingan. Redefinisi dari visi dan pelaksanaan "pembangunan" juga harus sesegera mungkin disosialisasikan, setelah langkah-langkah awal berupa undangan kembali modal yang lari atau pemulihan kepercayaan para investor. Yang harus dicatat adalah bahwa "sistem"pun harus dibuat sedemikianrupa hingga mampu menjadi dinamis dan tanggap terhadap adanya berbagai perkembangan. Misalnya sistem perpajakan yang progresif akan memihak kaum lemah, inipun dengan catatan bahwa pelaksanaan pajak harus bebas dari tikus-tikus pengemplang yang bila perlu dihukum seberat-beratnya. Sayang selama ini "Ekonomi Kerakyatan" cuma dijadikan retorika murahan dengan tujuan politis. Disadari bahwa kondisi saat ini adalah warisan Orde Baru dengan segala aspeknya. Untuk itulah justru dibutuhkan "kepala yang lebih dingin" dalam menyikapi berbagai masukan. Ini demi kita semua. Saya pribadi menaruh harapan yang besar pada rejim saat ini. salam hangat dari Hannover deddy priadi - Original Message - From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, December 02, 1999 2:15 PM Subject: Re: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore] Come on, sekarang sibuk ikut bersuara tentang federalisme. Tentu saja sebagai kelompok yg tidak dapat mengklaim suatu wilayah akan lebih senang bentuk federal. Soalnya bisa memainkan kartu uang. Saya sudah mengendus hal ini jauh-jauh hari waktu si Christianto Wibisono sibuk banget gembar-gembor. Dengan memainkan kartu uang, maka dengan mudah dapat mempengaruhi negara bagian tertentu untuk melonggarkan segala macam aturan. Asalkan modal masuk kan? Asalkan aliran barang dari LN bisa lancar kan? Jadilah kelompok ini menjadi kelompok eksklusif dengan aturan serba istimewa. Makanya itu saya selalu menentang penguasaan distribusi barang oleh kelompok-kelompok tertentu karena hal ini. Saya juga selalu menentang liberalisasi ekonomi tanpa batas karena hanya kelompok yang siap yang mampu mempergunakannya. Siapa lagi kalau bukan kelompok pemilik modal. Modal yang dikasih oleh rejim Suharto? Yang disuruh dibagikan sedikit ke koperasi tidak mau karena konon hasil keringat sendiri. Kalau keringat hasil kolusi sih iya. Okay sekarang terbuka saja deh. Kalau saluran distribusi tidak dikendalikan, siapa yang punya saluran ke Singapura sang negara rasis itu. Atau ke Taiwan? Hong Kong? Siapa lagi kalau bukan kelompok HUAREN? Kelompok melayu sih bakal dicingcai. Kalau datang juga akan diberi harga lebih mahal. Persis dengan praktek di Indonesia saat ini. Mau buka-bukaan? Mari kita buka:) Kalau mau tidak ada diskriminasi, maka justru praktek-praktek ini yang harus dibumi-hanguskan. Ingat bung, kelompok anda yang menikmati 80% uang kolusi, 20% dikuasai oleh pejabat yg kolusi itu. Sementara 0% untuk pembangunan. Jadi orang seperti anda harus juga ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Indonesia. Saya terus terang curiga jangan-jangan anda malah kegirangan dengan apa yang menimpa Indonesia saat ini. Soalnya masyarakat luas menjadi lebih miskin, dan kelompok kecil tetap kaya. Jadinya tindak kesewenangan ekonomi dapat makin menjadi seperti jaman 1960-an dimana sistem ijon terhadap para petani merajalela. Ini situasi dimana petani masih punya sawah tapi tidak punya modal. Sekarang petani tidak punya sawah dan tidak punya modal. Nah, apa yg bakal terjadi? Jeffrey Anjasmara '- From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: (Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore] Date: Wed, 1 Dec 1
Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore
Koment: Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini, rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia rusak di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata dunia, sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri. (Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak) Thanks for the comment. Tapi setahu saya nggak semua pejabat yang begitu, memang benar most of them like that. Aku bukannya mau belain pejabat. Dan satu lagi, please forget about what everything has been happened in the past. Indonesia nggak bakalan punah dari bumi, meskipun kehilangan Timor Timut plus telah rusak dari mata dunia. Dan malah sebaliknya kita yang belajar di US harus cepet-cepet kelarin studynya dan pulang balik ke Indonesia and restore Indonesia. Dan nggak itu juga, kalau kita nggak pulang ke Indonesia segera, gimana generasi-generasi di bawah kita yang nggak bisa sekolah. Mereka itu tanggung jawab mereka. Eko Budiharto 613 Woodbridge Drive Bloomington, IN 47408 http://php.indiana.edu/~ebudihar (personal) email:[EMAIL PROTECTED] Phone #. 812-330-9740 Phone #./Fax #. 812-330-9174 HP #. 812-327-7330
Mardhika-Eko(1)[Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]
Eko Budiharto wrote: Thanks for the comment. Tapi setahu saya nggak semua pejabat yang begitu, memang benar most of them like that. Aku bukannya mau belain pejabat. Dan satu lagi, please forget about what everything has been happened in the past. Indonesia nggak bakalan punah dari bumi, meskipun kehilangan Timor Timut plus telah rusak dari mata dunia. Dan malah sebaliknya kita yang belajar di US harus cepet-cepet kelarin studynya dan pulang balik ke Indonesia and restore Indonesia. Dan nggak itu juga, kalau kita nggak pulang ke Indonesia segera, gimana generasi-generasi di bawah kita yang nggak bisa sekolah. Mereka itu tanggung jawab mereka. Mardhika Wisesa membalas: Saya tidak merasa menuliskan komentar saya hanya untuk diterima kasihkan. Namun bukannya saya menolak. Memang tidak semuanya pejabat seperti itu, namun mayoritas pejabat-pejabat memang seperti itu kan? Nah...mental-mental bejat seperti inilah yang saya tidak setuju untuk memimpin badan-badan pemerintah, wong semua warga negara baik yang pri dan non-pri pada membayar pajak untuk menggaji ini orang kok. Indonesia tidak bakalan punah? Tergantung kebinatangan Indonesia sendiri menurut saya secara pribadi. Kalau terus-terusan liar seperti sekarang ini, mungkin akan ditembak. Penembak itu bisa dari disintegrasi yang sekarang ini sedang mengancam didepan mata kita. Menurut saya, Indonesia saat ini sedang dihukum oleh yang diatas. Dan memang hukuman ini sangat setimpal sekali menurut saya, dan semoga bertambah lagi. Nah...sekarang anda tinggal berterima kasihlah kepada para biang kerok yang membuat anda-anda semua merana (atau kalau anda-anda yang ternyata biang keroknya, RASAIIN dan SUKURIN, terima balasannya) Bagi yang pulang, Indonesia bukanlah ladangnya para Koruptor, para Nepotitor, dan sang kolusi lagi. Mungkin Bapak-bapak anda adalah koruptor, Nepotitor, dan Kolutor, namun jaman mereka sudah berakhir, generasi kita-kita yang akhirnya kan menumbangkan senior-senior ini. Bagi anak-anak menteri, jenderal, duta besar, etc...tobatkan ayah-ayah anda ituingatkan mereka akan kemalangan dahsyat yang sekarang sedang menimpa para miskin. Mardhika Wisesa Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1
Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore
Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa? Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng? See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi. Siapa yang diskriminasi sih? Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern dan anasionalis kayak Mardika ini. Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau saya yang rasis. Dasar rasis! ' From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore Date: Wed, 1 Dec 1999 09:33:12 EST Puluhan pengusaha Indonesia yang pindah ke Singapura kedapatan menjadi warganegara Singapura, sejak terjadinya kerusuhan pada Mei 1998, kata Kepala bidang Konsuler KBRI Singapura, Ghazali. "Setiap bulan puluhan pengusaha kita yang umumnya WNI keturunan pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura," katanya di Singapura, Rabu. Dikatakan, WNI keturunan tersebut mulanya datang ke negara jiran itu untuk mengungsi akibat kerusuhan di dalam negeri, namun setelah bekerja, mereka menjadi WN Singapura. Menurut dia, para pengusaha itu umumnya berasal dari Jawa dan Kepulauan Riau. Alasan menjadi WN Singapura umumnya karena ikatan perkawinan. Ia mengungkapkan, 40 sampai 50 orang WN Indonesia yang tinggal di negara pulau itu mengakui telah menjadi warga Singapura. Katanya, pihaknya tidak bisa melarang karena itu hak masyarakat, tetapi menyayangkan warga keturunan yang beralih kewarganegaraan kemudian membuka usaha di Singapura. "Yang kita takutkan, bukan orang, tetapi kapitalnya sebab orang Singapura yang untung," katanya. Dalam penilaiannya, modal yang dilarikan pengusaha ke Singapura itu dinilai merugikan Indonesia, ditambah para warga keturunan itu tidak kembali lagi ke Indonesia. Koment: Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini, rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia rusak di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata dunia, sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri. (Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak) Mardhika Wisesa Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1 __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: [Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]
H racism... hot, favorite topic of all time...:)). Kalau menurut saya, baguslah pengusaha2 WNI-keturunan itu pada pergi, bukan karena rasis atau gimana, tapi karena orang2 seperti mereka itu engga' banyak gunanya. Mereka2 itu adalah parasit yang akan merugikan Indonesia dimasa datang. Mereka tidak punya rasa nasionalisme, cinta terhadap bangsa. Sebenarnya ini yang saya harapkan... bangsat2 seperti inilah yang merusak citra orang cina di Indonesia. Biarlah mereka pergi, biar bangsa Indonesia bisa melihat mana warganya yang setia, mana yang tidak, regardless of color or any other physical difference. Uang bisa dicari, sekarang kita tinggal catat saja nama2 mereka supaya mereka tidak bisa lagi mendapatkan WNI-nya kembali, thus usaha2 mereka di Indonesia bisa kita "beslah" karena sekarang statusnya bukan PMA. Seandainya sudah, pajak dan segala peraturan2 PMA, bisa kita impose ke perusahaan2 mereka sehingga mereka tidak "berkutik"...:). "Tidak semua cina jahat, tidak semua melayu baik. Tidak semua kristen jahat, tidak semua Islam baik." Buat saya itu saja yang harus kita pegang, supaya kita bisa hidup berdampingan, bahu-membahu membangun negara kita tercinta. Kalau semua sudah pulang ke tanah air, jangan cuma ilmu akademis saja yang dibawa, tapi juga ilmu tentang kehidupan dan bersocial, sehingga kita tidak terjerumus ke lembah SARA yang nista dan hina itu. Kalau anda merasa mulai rada2 racist, ingat2 bagaimana cara2 kita hidup di Luar Negri, dimana SARA itu tidak ada, cina melayu, islam, kristen, budha, semua hidup berdampingan secara damai. ichal. Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa? Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng? See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi. Siapa yang diskriminasi sih? Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern dan anasionalis kayak Mardika ini. Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau saya yang rasis. Dasar rasis! ' From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore Date: Wed, 1 Dec 1999 09:33:12 EST Puluhan pengusaha Indonesia yang pindah ke Singapura kedapatan menjadi warganegara Singapura, sejak terjadinya kerusuhan pada Mei 1998, kata Kepala bidang Konsuler KBRI Singapura, Ghazali. "Setiap bulan puluhan pengusaha kita yang umumnya WNI keturunan pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura," katanya di Singapura, Rabu. Dikatakan, WNI keturunan tersebut mulanya datang ke negara jiran itu untuk mengungsi akibat kerusuhan di dalam negeri, namun setelah bekerja, mereka menjadi WN Singapura. Menurut dia, para pengusaha itu umumnya berasal dari Jawa dan Kepulauan Riau. Alasan menjadi WN Singapura umumnya karena ikatan perkawinan. Ia mengungkapkan, 40 sampai 50 orang WN Indonesia yang tinggal di negara pulau itu mengakui telah menjadi warga Singapura. Katanya, pihaknya tidak bisa melarang karena itu hak masyarakat, tetapi menyayangkan warga keturunan yang beralih kewarganegaraan kemudian membuka usaha di Singapura. "Yang kita takutkan, bukan orang, tetapi kapitalnya sebab orang Singapura yang untung," katanya. Dalam penilaiannya, modal yang dilarikan pengusaha ke Singapura itu dinilai merugikan Indonesia, ditambah para warga keturunan itu tidak kembali lagi ke Indonesia. Koment: Kasihan saya melihat sikap pejabat yang memberikan komentar ini, rupanya orang-orang cina ini hanya dinilai dari duitnya, bukan dari kemanusiannya. Rasaiin Indonesia Bangkrut total, sukurin nama Indonesia rusak di mata dunia karena semua kerusuhan dan kehilangan Timor-timur, semoga peristiwa di Aceh dan West Papua menambah tinta merah Indonesia di mata dunia, sehingga mereka tahu kalau Indonesia memang bangsa yang tidak tahu diri. (Mentalmentalkasihan , mental kampung semuamental norak) Mardhika Wisesa
(Mardhika-Jeffrey)Re: Puluhan Pengusaha Indonesia Jadi WN Singapore]
Jeff, biarkanlah anggota-anggota milis yang menilai:: Anda bukan Tuhan kan, Nabi pun bukan. Tulisan seperti ini yang dapat dikirim ke milis-milis aceh dan papua, supaya dapat terlihat kalau orang-orang Indonesia masih didominasi oleh anda-anda ini. Bang Amien, bagaimana janji Federalisme nya, Gus mana referendum yang dijanjikan sebelum menjadi presiden, Irian kapan merdekanya??? Bersatu bukan berarti teguh, bercerai berai bukan berarti runtuh Mardhika Wisesa Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Makanya kalau begitu mending orang cina diusirin saja dari Indonesia termasuk anda. Terlalu banyak ambil keuntungan dari policy eknonomi Indonesia di masa lalu. Terlalu banyak komplain. Paling pintar mengambil keuntungan dari kolusi. Paling banyak membuat hutang luar negeri swasta yang kemudian harus ditanggung pemerintah. Nah, yang tidak tahu diri itu siapa? Jelas orang Cina dong! Emang dulu modalnya dari mana? Dari eyang Li Peng? See, memang sebutan binatang ekonomi oleh bekas PM Sinagpura geblek itu sudah tepat. Giliran satu orang saja yg mati terbunuh saja gegernya minta ampun. Sudah deh tuduhan rasis kemana-mana. Tapi giliran bikin pan-cina bersatu tidak merasa sedang melakukan praktek rasisme. Semua saluran ekonomi buat pengusaha non-cina ditutup sehingga tidak bisa berkembang. Giliran ada usaha koperasi untuk memberdayakan rakyat lalu ribut protes diskriminasi. Siapa yang diskriminasi sih? Hahaha..:) Memang melayu itu mental kampung. Persis ucapan anda yang selalu muncul di dalam percakapan orang-orang Cina di Indonesia. Oranbg melayu kan yg suka ngrusak telpon umum ya? Memang melayu goblok, sudah dikampung-kampungin masih saja mau berbaik-baik dengan cina-cina sok modern dan anasionalis kayak Mardika ini. Huh, ada-ada saja.:) Coba aja tunggu, entar kan Mardika bilang kalau saya yang rasis. Dasar rasis! Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1