[teknologia] Re: CD Ubuntu Linux Gratis

2006-01-22 Terurut Topik Herry Susanto

Pada tanggal 1/20/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] menulis:
On 1/20/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ron4ld wrote:  FYI buat yg belom tau, bisa pesen CD Ubuntu Linux gratis dari internet:  https://shipit.ubuntu.com  (ini beneran gratis, karena saya udah terima CDnya)
   Ronald Oh iya, terimakasih Ronald. Saya sudah pernah juga dikirimin Ubuntu. Kalau tidak salah masih yang versi 5.10. Tidak bener-bener gratis sih. Saya dulu bayar 6 ribu rupiah untuk ongkos re-packaging. Delay waktu
 nya dari pemesanan hingga saya terima, kalau tidak salah 2 bulan. Soalnya saya gak ngitungin dengan pasti.Loh kok cuma 6 ribu? Saya di charge 7 ribu loh (hehe, dasar kopet).Kayaknya ini untuk biaya pembongkaran paket saya karena ternyata pas
diterima juga sudah keliatan diubek - ubek sama pegawai pos-nya.Untung aja nyampe.

Lha saya dapet gratis kok. kayaknya yang sampai bayar itu minta CD-nya segudang yah? (defaultnya 10x4 kan?)

Saya cuma minta seperlunya, 2 intel, 2 AMD. dan udah nyampe beberapa bulan yang lalu. Gratis tis.
--Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/
http://www.pojokbisnis.com/-- I am nobody, nobody is perfecthttp://hericz.net 


[teknologia] Re: Ipod ... analisa komponen di dalamnya

2006-01-22 Terurut Topik Herry Susanto
Kebetulan nih, saya lagi berusaha menggunakan hardisk (laptop) sebagai storage untuk mikrokontroller. 

Teorinya kayaknya sih gampang, tapi kok dari kemarin status READY aja gak kebaca. hahaha

Ada yang sudah pernah berhasil?
2006/1/21, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]:
coba pakai hard disk standar aja :)screen shot:
http://uncyclopedia.org/wiki/Ipod_Nano_200gb_Instructions/Page_3-aks-- I am nobody, nobody is perfecthttp://hericz.net
 


[teknologia] Re: BHTV: Terencana dengan Baik versus Inisiatif?

2006-01-22 Terurut Topik Estananto

Menurut saya, ya dua2nya.
Bottom-up: masalah yang harus diatasi di Indonesia
bukannya soal kreativitas (a true entrepreneur won't
complain why others complains him), tapi bagaimana
agar monopoli bisa dipecahkan. Ada monopoli resmi
seperti yang dimiliki Telkom dan Indosat, ada yang tak
resmi misalnya asosiasi anu yang membidangi bidang
tertentu, atau perusahaan multinasional yang bisa
memberikan service lebih baik. Ini untuk pasar dalam
negeri. Untuk pasar luar negeri yang bermasalah adalah
citra/image dan konsistensi. Orang India tak lebih
pintar dari kita tapi karena citranya bagus dan mereka
belajar untuk konsisten, mengalirlah outsourcing ke
Bangalore.
Top-down: Tentu saja BHTV butuh dukungan government,
minimal local government, walaupun bukan sistem
perencanaan terpusat yang menghambat kreativitas.
Kalau walikota Cimahi menurut pak Budi sudah tanya apa
yang diinginkan BHTV, itu sinyal bagus. Pemerintah
pusat bisa membantu untuk koneksi industri software
dan hardware dunia. Bukankah Bill Gates bicara dengan
SBY bukan dengan walikota Cimahi? Pemerintah juga
dibutuhkan untuk membuat universitas2 Indonesia
menjadi kelas dunia - mengizinkan cabang universitas
top dunia di Indonesia dengan partner lokal?

Salam,
Nano

--- Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] schrieb:

 
 Darimana ya sebaiknya saya mulai?
 
 Dari buku Amir Sambodo deh, Menjemput Gelombang
 Teknologi, Penerbit
 Kompas. Di buku Amir Sambodo menjelaskan beberapa
 trend teknologi ke
 depan. Seperti sama-sama kita tahu: teknologi
 informasi,
 mikroelektronika (atau akan berubah menjadi
 nanoelektronika?), dan
 terakhir bioteknologi. Menurut saya, buku ini
 ditulis cukup baik oleh
 Amir Sambodo. Data-data yang disajikan cukup lengkap
 dan mendalam. Nama
 Therman (dekan/rektor Stanford?) pun disebut disini.
 Bagi yang
 berdomisili di Bandung, bisa main ke perpustakaan
 Elektro ITB di lantai
 4 gedung perpustakaan pusat. Buku ini tersedia
 banyak kok disini. Saya
 juga cuma numpang baca aja, alias gak punya dan gak
 beli. Titik dua D.
 
 
 Sayang saya belum punya akses ke buku-buku seputar
 perjalanan Silicon
 Valley. Eh sekarang lagi baca The Nudist from the
 Late Shift-nya sama
 Rules for Revolutionaries-nya Gay Kawasaki deing
 (boleh pinjem kok).
 Terus paling cerita-cerita yang saya dengar seputar
 Silicon Valley baru
 dari orang-kedua atau dari internet. Paling banyak
 dari tulisan-tulisan
 dan cerita-cerita Pak Budi. Film seputar Silicon
 Valley yang saya
 tonton baru satu: Pirates of Silicon Valley.
 
 Kembali ke judul. BHTV itu sebaiknya terencana
 dengan baik atau cukup
 dari inisiatif-inisiatif orangnya saja? Alasan
 bagusnya perencanaan
 yang baik dan bagusnya inisiatif tinggi akan saya
 terangkan di bawah.
 
 #1. Yang pertama: Mengapa harus terencana dengan
 baik?
 Studi kasus paling enak kita lihat perjalanannya
 IPTN. Sayang saya
 belum menemukan buku utuh yang mengulas hitam-putih
 perjalanan IPTN
 (ada yang bisa mereferensikan?). Industri
 penerbangan Nusantara ini
 dibangun benar-benar dari perencanaan yang baik yang
 dipimpin oleh
 pemerintah. Bagusnya oke: birokrasi lancar,
 kebijakan tidak saling
 tumpang tindih. Buruknya: sekali leadershipnya lemah
 bisa hancur
 berantakan karena terlalu bergantung pada satu
 orang/institusi/ke
 pemerintah.
 
 Saya punya analogi yang bagus untungnya punya
 perencanaan yang baik.
 Ilmu ini saya dapatkan di mata kuliah Pemodelan dan
 Simulasi (Modelling
 and Simulation). Sebuah kota yang baik adalah kota
 yang terencana
 dengan baik. Berapakah jumlah penduduknya? Ingin
 dijadikan apakah
 lokasi yang bersangkutan:perumahan, pertokoan,
 sekolah, perkantoran,
 dsb? Lalu bagaimana menyusun moda transportasi yang
 tepat? Apakah
 dengan mobil, motor, atau MRT? Lalu berapakah jumlah
 mobil/motor yang
 optimal supaya tidak terjadi kemacetan. Contoh kota
 yang tidak
 terencana dengan baik adalah Jakarta. Atau
 sebenarnya terencana dengan
 baik namun karena arus urbanisasi yang sudah
 sedemikian tinggi jadinya
 pemerintah DKI Jakarta pun kewalahan. Hiii serem
 tinggal di Jakarta,
 pasti bakalan macet.
 
 #2. Yang kedua: Mengandalkan inisiatif-inisiatif
 individu/komunitas.
 Hemat saya, yang selama ini terjadi BHTV
 direalisasikan dengan model
 ini. Pendekatan ini dibangun dengan model bottom-up.
 Dari buku-buku
 yang saya baca, bahkan pembangunan Silicon Valley
 pun tidak
 direncanakan oleh pemerintahnya(?) Menurut saya di
 Amerika bisa
 berhasil dengan inisiatif karena memang
 masyarakatnya tidak manja, mau
 bekerja keras, dan memang tidak dibudayakan untuk
 disuapin. Orang-orang
 Amerika juga memang terbiasa dengan beda pendapat.
 Lalu bagaimana
 dengan Indonesia? Halah baru beda pendapat sedikit
 saja langsung emosi.
 Ada teman yang bersinar sedikit langsung disirikin.
 Duh kalau gini
 terus gimana Indonesia mau maju?
 
 Bagusnya pendekatan ini adalah tidak bergantung pada
 satu
 orang/institusi/ke pemerintah. Jadi dilihat dari
 akar pendekatan ini
 lebih kuat. Pendekatan ini bisa dianalogikan juga
 gak 

[teknologia] Re: Digital Divide

2006-01-22 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 1/22/06, Andre Kusuma [EMAIL PROTECTED] wrote:

 jadi perusahaan TKI IT dong hehehe, Tenaga Kerja IT Indonesia (TKITI)
 menarik juga nih

Pengalaman saya, ternyata tidak mudah.
Dulu kami pernah membuat perusahaan TKI IT dengan nama
WorkITout :-)

Kesulitannya ternyata: susah mencari SDM yang bagus di Indonesia.
Yang bagus biasanya sudah punya pekerjaan :(
Yang baru-baru: cengeng. baru 1 bulan di LN udah minta pulang :)
SDM kita juga kurang pengalaman :(

-- budi


[teknologia] Re: Digital Divide

2006-01-22 Terurut Topik Andre Kusuma

 Kesulitannya ternyata: susah mencari SDM yang bagus di Indonesia.
 Yang bagus biasanya sudah punya pekerjaan :(
 Yang baru-baru: cengeng. baru 1 bulan di LN udah minta pulang :)

namanya juga SDM, nggak kyk barang dari seng, kalo bengkok tinggal
diketok heuhe.
aduh 1 bulan di LN minta pulang, komitmennya mana yah. ndak di sundut
rokok ato di sirem air panas kan.

 SDM kita juga kurang pengalaman :(
mungkin bisa niru cara TKW, di training dulu di sini ? ya untuk
sementara kita masukin ke bedeng, trus di godok beberapa minggu.
karbitan hehe
trus sebelum berangkat dikasi cheatsheets :p


andre



[teknologia] Re: CD Ubuntu Linux Gratis

2006-01-22 Terurut Topik Made Wiryana
On 1/22/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote:
dari Amazon. Titik dua tutup kurung tutup kurung. Berani beli bukumasih yang dengan harga dibawah 100 ribu. Kalau sudah diatas 100 ribubakal mikir dengan fungsi kuadratik menuju tak hingga.Hmm... ada yang mau beliin buku Beautiful Mind yang terjemahan
Indonesia buat saya gak? Saya heran. Kok buku ini dijual mahal bangetya. 150 ribu.
Waktu saya kuliah di akhir 80-an, harga buku juga segitu, dan kadang harus saya cari ke Bandung (saya tinggal di Jakarta).

Tapi koq juga diniatin ya, duit ngeband lebih sering hanya habis buat
beli buku. Untuk akibat beli buku itu sekarang bisa beli alat band. 

IMW



[teknologia] Re: OOT (was: Re: [teknologia] Re: Math Will Rock Your World)

2006-01-22 Terurut Topik ron4ld

Affan Basalamah wrote:
 Lha itu hebatnya di Indon.
 Matematika kok dihapal.
 Otak ciptaan Tuhan bagus-bagus kok didowngrade jadi number cruncher
 dan Matlab. Ini perasaan saya waktu mengerjakan UTS dan UAS digital
 signal prosessing dulu. Mbok ya leave it to the pro, yaitu prosesor
 yang sudah capek2 dibikinkan oleh insinyur Intel dan AMD yang jenius.

Yeah man, setuju banget. Pelajaran fisika, matematika, biologi, kimia
pas di sekolahan itu emang garing banget. Baru sekarang pas baca-baca
tentang biografi ilmuwan terkenal dan tahu kenapa sampai mereka cinta
dengan
science, baru sekarang ngeh kenapa dulu itu pas belajar kerasa
garing.
Imho, karena gurunya itu nggak bisa impart the beauty of science. Itu
saya
bilang yang penting. Baru pas sekarang-sekarang ini, saya baru bisa
merasakan
betapa asyiknya belajar science. (jadi pengen balik kampus lagi deh)

 Kita kuliah itu gak pernah diberitahu alasannya apa gunanya belajar
 ini itu, akhirnya orang (maksudnya saya) gak tahu apa gunanya belajar
 ini itu, kecuali buat teman2 saya yang suka tantangan untuk
 membuktikan bahwa saya bisa! :P

Yeah, spot on! Belajar pas dulu itu buat ngejer ranking dan nyenengin
guru  ortu. Emang seneng kalo dapet ranking di kelas, tapi boleh
diakui
seringkali kerasa pelajarannya emang garing.

 Akhirnya keluar kampus gak tahu musti ngapain, paling banter kerja di
 MNC. Gak ada visi untuk membuat produk dan layanan yang berguna dan
 terjangkau bagi orang Indon sesuia dengan ilmu yang dipelajari. Ilmu
 kita sangat jarang diamalkan. Pantas lah Indon gak maju-maju.

Yap bener banget lagi. Saya rasa banyak orang pinter di Indo, yang
kurang
adalah orang yg punya visi dan bisa memotivasi. 

Ronald



[teknologia] Re: mengapa harus steve jobs ?

2006-01-22 Terurut Topik ron4ld

Harry Sufehmi wrote:
 Sepertinya tergantung penggunaannya deh, teman saya cerita, kalau untuk 
 pekerjaan intensif di Photoshop, katanya PowerPC masih JAUH lebih cepat 
 daripada Intel. CMIIW.

Wah saya kurang jelas juga deh ttg itu, tapi yang jelas alasan Apple
pindah ke Intel itu karena supplier chipnya dia yg skr itu nggak bisa
nyaingin speednya Intel chips.
http://www.smh.com.au/news/macs/apple-on-the-double/2006/01/18/1137553642763.html

Ronald



[teknologia] Re: CD Ubuntu Linux Gratis

2006-01-22 Terurut Topik ron4ld

Made Wiryana wrote:
 Tapi koq juga diniatin ya, duit ngeband lebih sering hanya habis buat beli
 buku. Untuk akibat beli buku itu sekarang bisa beli alat band.
Ini kalo nggak salah istilah psikologinya delay of gratification :-)



[teknologia] Re: CD Ubuntu Linux Gratis

2006-01-22 Terurut Topik g . ramadhani


At 09:04 22/01/2006, you wrote:

Hmm... ada yang mau beliin buku Beautiful Mind yang terjemahan
Indonesia buat saya gak? Saya heran. Kok buku ini dijual mahal banget
ya. 150 ribu.



Edisi Inggris harganya cuma Rp 75 ribuan di Gramedia :)

--dhani




[teknologia] Re: mengapa harus steve jobs ?

2006-01-22 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 1/23/06, ron4ld [EMAIL PROTECTED] wrote:
Harry Sufehmi wrote: Sepertinya tergantung penggunaannya deh, teman saya cerita, kalau untuk pekerjaan intensif di Photoshop, katanya PowerPC masih JAUH lebih cepat daripada Intel. CMIIW.Wah saya kurang jelas juga deh ttg itu, tapi yang jelas alasan Apple
pindah ke Intel itu karena supplier chipnya dia yg skr itu nggak bisanyaingin speednya Intel chips.http://www.smh.com.au/news/macs/apple-on-the-double/2006/01/18/1137553642763.html
Mungkin photoshop itu masih jauh lebih cepat di PowerPC karena binary yang sekarang juga masih merupakan binary buat powerPC dan bukan universal binary. Jadi ada delay time untuk rosetta menerjemahkan binary tersebut ke binary yang dimengerti oleh mesin Intel. 
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://www.pojokbisnis.com/


[teknologia] Re: no competitor = bad idea

2006-01-22 Terurut Topik Harry Sufehmi

On Saturday 21 January 2006 15:19, adi wrote:
 On Sat, Jan 21, 2006 at 10:18:21AM +0700, Harry Sufehmi wrote:
  Ini cara berpikir yang menarik sekali.
  Saya tadinya berprinsip sebaliknya.
 lho .. bukannya mudah ditangkap pesannya? maksudnya: jangan pernah jadi
 pionir :-)

Ya, saya pikir tadinya, wanna-be's pasti bakalan gagal. Pionir cenderung punya 
kans sukses lebih besar, early birds get the worms, etc. Jadi, saya agak 
hati-hati dengan ide-ide yang hanya menjiplak.

Ternyata, kelihatannya wanna-be's pun punya kans untuk sukses. Malah, faktanya, 
ini cenderung yang lebih disukai para VC.
Ini informasi yang cukup menarik, karena berdasarkan data.


Salam,
Harry




[teknologia] Re: no competitor = bad idea

2006-01-22 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 1/23/06, Harry Sufehmi [EMAIL PROTECTED] wrote:
On Saturday 21 January 2006 15:19, adi wrote: On Sat, Jan 21, 2006 at 10:18:21AM +0700, Harry Sufehmi wrote:  Ini cara berpikir yang menarik sekali.  Saya tadinya berprinsip sebaliknya.
 lho .. bukannya mudah ditangkap pesannya? maksudnya: jangan pernah jadi pionir :-)Ya, saya pikir tadinya, wanna-be's pasti bakalan gagal. Pionir cenderung punya kans sukses lebih besar, early birds get the worms, etc. Jadi, saya agak hati-hati dengan ide-ide yang hanya menjiplak.
Ternyata, kelihatannya wanna-be's pun punya kans untuk sukses. Malah, faktanya, ini cenderung yang lebih disukai para VC.Ini informasi yang cukup menarik, karena berdasarkan data.Contoh wanna-be's yang sukses: Google (yahoo wannabe), Microsoft (apple wannabe), perusahaan2 mobil korea (japan wannabe), Juniper (Oracle wannabe?). Dan masih banyak deh kayaknya wannabe yang justru lebih sukses daripada perusahaan yang awalnya mereka tiru.
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://www.pojokbisnis.com/


[teknologia] Re: Linux di larang masuk ke Indonesia

2006-01-22 Terurut Topik adi

On Sat, Jan 21, 2006 at 02:38:21PM +0700, Ananda Putra wrote:

 Bagi teman2 yg ngerti hukum dan politik, apakah hal spt di bawah ini
 pernah terjadi??

 -- Forwarded message --
 From: brokenfly [EMAIL PROTECTED]
 Date: Jan 20, 2006 2:53 PM
 Subject: [id-ubuntu] [ada kabar burung] ubuntu tdk bisa masuk ke
 Indonesia
 To: id-ubuntu [EMAIL PROTECTED]

 Alo temen-2 mo nanya, aku dpt kiriman linux live cd ubuntu 90 bh, tp
 setelah masuk sini ndak boleh diambil di kantor pos dengan alasan ada
 aturan dr deperindag soal linux yg dilarang masuk indo krn kesepakatan
 dgn microsoft kata petugas pos di smg mengacu pd Peraturan Menteri
 Perdagangan RI no. 05/M-DAG/PER/4/2005 TANGGAL 18 JUNI 2005,
 yang mo ditanyakan apakah bener hal ini, tolong yg tau isi peraturan
 tsb dpt di posting please,
 thank u banget sebelumnya.

saya walaupun bukan orang jahat, bukan orang begitu ngerti politik dan
hukum. tapi mestinya penahanan barang terjadi sewaktu masih di tangan
kantor bea cukai, atau lebih tepatnya, sewaktu diperiksa oleh 'surveyor'
yang ditunjuk oleh mentri. kalau barang di-tahan di kantor pos semarang
(apalagi kantor pos tujuan akhir), berarti dapat diasumsikan sudah lolos
'survey'.

jadi, kasus penahanan barang di kantor pos definitif ini (barangkali)
sudah masuk kasus pidana (terkait penyalahgunaan kekuasaan).

laporin aja KPK :-)

Salam,

P.Y. Adi Prasaja



[teknologia] Re: Linux di larang masuk ke Indonesia

2006-01-22 Terurut Topik Ananda Putra

On 1/22/06, Ronny Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
[snip]
  Mengapa ubuntu tidak menunjuk representatif saja di Indonesia untuk
  membakar dan mendistribusikan distribusi ubuntu?
  Lebih hemat biaya daripada negosiasi yang belum tentu berhasil.

 BTW, saya posting juga di halaman depan linux.or.id issue ini.
 http://linux.or.id/node/774

 Setelah dipikir2 kembali, saran dr rekan Baskara hanya menyelesaikan masalah
 CD Ubuntu saja, tapi mungkin kalau bisa diurus ijinnya maka dampaknya lebih
 luas ke semua piranti lunak bebas dan open source. Ini menurut saya solusi yg
 lebih jangka panjang, walaupun mungkin lebih sulit dilakukan.

Di milis Ubuntu sendiri pernah bahas
(https://lists.ubuntu.com/archives/loco-contacts/2005-November/000196.html),
dan sepertinya bisa diwujudkan. Sekarang siapa di Indonesia yg
mau/berani/rela mengurus ini? Saya mengusulkan diri sebagai relawan,
hayo siapa lagi nih? Dan kalau bisa sih tidak hanya untuk Ubuntu, tapi
juga CD2 FLOS lainnya. Namun jangan sampai kegiatan ini didomplengi
oleh perusahaan business oriented yg mencari keuntungan materi. YPLI
apa kabarnya ya? Barangkali YPLI bisa mewadahi??

Kemudian, apakah ada yg bisa menerjemahkan poin2 Kepmen tsb yg
berkaitan dgn isu ini ke dalam bahasa Inggris? Biar kita bisa kirim ke
tim Ubuntu yg mau datang. Kebetulan saya kenal salah satu PIC-nya.

Thanks.. :D

--
-Ananda Putra-


[teknologia] Re: Linux di larang masuk ke Indonesia

2006-01-22 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Monday 23 January 2006 14:38, Ananda Putra wrote:
 Di milis Ubuntu sendiri pernah bahas
 (https://lists.ubuntu.com/archives/loco-contacts/2005-November/000196.html)
, dan sepertinya bisa diwujudkan. Sekarang siapa di Indonesia yg
 mau/berani/rela mengurus ini? Saya mengusulkan diri sebagai relawan,
 hayo siapa lagi nih? Dan kalau bisa sih tidak hanya untuk Ubuntu, tapi
 juga CD2 FLOS lainnya. Namun jangan sampai kegiatan ini didomplengi
 oleh perusahaan business oriented yg mencari keuntungan materi.

Ini yg saya agak sedikit kurang setuju.

Saya rasa tidak apa2 kalo bisnis mencari keuntungan, yg saya tidak suka itu yg 
mencari keuntungan tapi tidak menyumbang kembali ke community (habis manis 
sepah dibuang, mau enaknya aja, ndompleng kayak lintah), terlebih lagi yg 
mengatasnamakan open source tapi justru kenyataannya tidak mendukung malah 
merugikan. Justru local businesses ini harusnya digandeng dan ikut didukung, 
dan mereka juga diencourage utk bisa mendukung kita. Jangan malah dikucilkan. 
Toh kita bisa saling sama2 menguntungkan.

Ronny


pgpVhR5ju7IFY.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: Linux di larang masuk ke Indonesia

2006-01-22 Terurut Topik Ananda Putra

On 1/23/06, Ronny Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 On Monday 23 January 2006 14:38, Ananda Putra wrote:
  Di milis Ubuntu sendiri pernah bahas
  (https://lists.ubuntu.com/archives/loco-contacts/2005-November/000196.html)
 , dan sepertinya bisa diwujudkan. Sekarang siapa di Indonesia yg
  mau/berani/rela mengurus ini? Saya mengusulkan diri sebagai relawan,
  hayo siapa lagi nih? Dan kalau bisa sih tidak hanya untuk Ubuntu, tapi
  juga CD2 FLOS lainnya. Namun jangan sampai kegiatan ini didomplengi
  oleh perusahaan business oriented yg mencari keuntungan materi.

 Ini yg saya agak sedikit kurang setuju.

 Saya rasa tidak apa2 kalo bisnis mencari keuntungan, yg saya tidak suka itu yg
 mencari keuntungan tapi tidak menyumbang kembali ke community (habis manis
 sepah dibuang, mau enaknya aja, ndompleng kayak lintah), terlebih lagi yg
 mengatasnamakan open source tapi justru kenyataannya tidak mendukung malah
 merugikan. Justru local businesses ini harusnya digandeng dan ikut didukung,
 dan mereka juga diencourage utk bisa mendukung kita. Jangan malah dikucilkan.
 Toh kita bisa saling sama2 menguntungkan.

Setuju dengan Ko Ronny.. Namun saya pernah menemukan sebuah perusahaan
yg berusaha memanfaatkan brand image produk Linux demi keuntungan
usahanya tanpa mau menyumbang kembali ke komunitas. Kelihatannya sih
mrk bantu komunitas Linux, saat itu Ubuntu, tapi di belakang bosnya
pernah nyeletuk Gue sih sebenarnya gak serius di Ubuntu Nah, aku
khawatirnya usaha2 komunitas gini jatuh ke perusahaan spt itu.

--
-Ananda Putra-


[teknologia] Re: Linux di larang masuk ke Indonesia

2006-01-22 Terurut Topik Andre Kusuma

 Namun jangan sampai kegiatan ini didomplengi
 oleh perusahaan business oriented yg mencari keuntungan materi.
kalau KPLI kira2 gimana ya ?
btw YPLI ? apa yah ?

 Saya rasa tidak apa2 kalo bisnis mencari keuntungan, yg saya tidak suka itu
 yg mencari keuntungan tapi tidak menyumbang kembali ke community (habis  
 manis sepah dibuang, mau enaknya aja, ndompleng kayak lintah),

agak OOT dari pembahasan ubuntu sendiri. namun tentang sumbang balik ke
komunitas. terkadang perusahaan bingung , apa bentuk konkretnya
menyumbang kembali, memang banyak pilihan menyumbang kembali, tapi
karena banyaknya itu, bikin bingung.

mungkin selain custom kontribusi, bisa ditetapkan paket-paket
kontribusi hehe

-
Andre Kusuma



[teknologia] Re: CD Ubuntu Linux Gratis

2006-01-22 Terurut Topik Andre Kusuma

 Saya cuma minta seperlunya, 2 intel, 2 AMD. dan udah nyampe beberapa
 bulan yang lalu. Gratis tis.

sepertinya mending ambil banyakan, Mas Herry. mungkin bisa
didistribusikan lagi disini, ongkos kirim 4 CD dan 10 CD sepertinya
ndak beda jauh soalnya :)

-
Andre Kusuma



[teknologia] Re: no competitor = bad idea

2006-01-22 Terurut Topik didik achmadi
On 1/23/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote:
Contoh
wanna-be's yang sukses: Google (yahoo wannabe), Microsoft (apple
wannabe), perusahaan2 mobil korea (japan wannabe), Juniper (Oracle
wannabe?). Dan masih banyak deh kayaknya wannabe yang justru lebih
sukses daripada perusahaan yang awalnya mereka tiru.
juniper - oracle wannabe ?

IMHO mungkin lebih cocok juniper - cisco wannabe ??
CMIIW-- Best RegardsDidik Achmadihttp://achmadi.net


[teknologia] Re: Digital Divide

2006-01-22 Terurut Topik muhamad carlos patriawan



  SDM kita juga kurang pengalaman :(
 mungkin bisa niru cara TKW, di training dulu di sini ? ya untuk
 sementara kita masukin ke bedeng, trus di godok beberapa minggu.
 karbitan hehe
 trus sebelum berangkat dikasi cheatsheets :p


caranya india ya yang diatas itu sebenarnya.

TKW= Tenaka Kerja Windia ? alias expatriate India :-)

Jadi SDM Windia ini dibekali ilmu2 what people wants dari
pembeli,simpel sebenarnya.


Carlos