Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-11 Terurut Topik Achmad Chodjim
Ya, sudah kalau sudah cukup paham, meski dari Mas Ary. Ndak usah saya tambahi 
penjelsan, Teh; nanti malah bingung. :)

Wassalam,

chodjim

  - Original Message - 
  From: Lina 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, February 11, 2010 3:00 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Waddduh! Sbetulnya dengan penjelasan Mas Aset, saya sudah cukup paham.

  Gini aja deh. Maksudnya Pak Chodjim dgn tulisan Bapak dibawah ini apa? 
Soalnya saya juga gak menangkap kalo penjelasan Mas Muiz suatu klaim kebenaran? 
Mas Muiz juga mencoba menjelaskan berdasarkan kaidah bahasa. Dari awal 
sebetulnya pertanyaan saya cuma ini, gak masuk ke inti masalahnya memang.

  wassalam,

  Qot:
  
  Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.
   
Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? ADAKAH RUJUKANNYA DARI 
RASULULLAH SENDIRI?
   
Terima kasih.
   
Wassalam,
chodjim

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chod...@... wrote:
  
   Lho, saya kan tidak mengabsolutkan pendapat saya. Saya hanya menyampaikan 
penjelasan kata Allah itu berdasarkan kaidah bahasa Arab. Gimana Teh, saya 
koq harus ditanya rujukan kepada Rasulullah. Makanya, baca penjelasan saya 
dengan pikiran terang dan hati yang tenang, sehingga bisa memahami apa yang 
saya tuliskan. Dari awal, saya sudah menguraikan berdasarkan bahasa asal-usul 
kata Allah, berdasarkan kaidah. Jadi, menurut kaidahnya, isim makrifat dari 
ilaah itu al-ilaah, dan bunyi i lenyap tinggallah bunyi allaah. Sekali 
lagi, ini kaidah. Masih mau maksa saya cari rujukan ke Rasul, Teh?
   
   Wassalam,
   
   chodjim 
   
   
   
   - Original Message - 
   From: Lina 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, February 08, 2010 11:34 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
   
   
   
   Terimakasih Pak Chodjim,
   Saya membaca disini tidak ada yang mengklaim kebenaran dan menyalahkan 
orang lain. Sekedar ada beda pendapat ttg kaidah bahasa tp bukan pada perbedaan 
akidah...:-). 
   
   Apakah dalam 'mempelajari kaidah bahasa arab (ilmu ttg bahasa)' harus ada 
rujukan dari Rasulullah SAW (sunnah or hadist)? Kok buat saya aneh ya 
kdengarannya.
   
   Soalnya kalau memang harus pake rujukan2 sunah or hadist Nabi, sebetulnya 
Mas MUiz bisa juga bertanya 'apa rujukan hadist Nabi buat pendapat Pak 
Chodjim'. Saya yakin gak ada juga, kan? Jadi yaa..soal kaidah bahasa, gak usah 
pake rujukan Hadist Nabi segala. Yaa pake ilmu bahasa aja.
   
   Ini masalahnya asal kata bahasa arab, kan?
   
   wassalam.
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:
   
Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, 
mengapa kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain 
yang mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?

Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang 
menciptakan alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan 
memahami demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai 
produk pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut 
apa saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.

Wassalam,

chodjim



- Original Message - 
From: Lina 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). 
Saya mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.

Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa 
Arab), apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.

wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:

 Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.
 
 Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya 
dari Rasulullah sendiri?
 
 Terima kasih.
 
 Wassalam,
 chodjim 
 
 - Original Message - 
 From: Abdul Muiz 
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
 Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
 
 
 
 apa kabar pak Chodjim,
 
 memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) 
dalam bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk 
dua) maupun jamak (plural). Maka khusus untuk 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-10 Terurut Topik Achmad Chodjim
Lho, saya kan tidak mengabsolutkan pendapat saya. Saya hanya menyampaikan 
penjelasan kata Allah itu berdasarkan kaidah bahasa Arab. Gimana Teh, saya 
koq harus ditanya rujukan kepada Rasulullah. Makanya, baca penjelasan saya 
dengan pikiran terang dan hati yang tenang, sehingga bisa memahami apa yang 
saya tuliskan. Dari awal, saya sudah menguraikan berdasarkan bahasa asal-usul 
kata Allah, berdasarkan kaidah. Jadi, menurut kaidahnya, isim makrifat dari 
ilaah itu al-ilaah, dan bunyi i lenyap tinggallah bunyi allaah. Sekali 
lagi, ini kaidah. Masih mau maksa saya cari rujukan ke Rasul, Teh?

Wassalam,

chodjim 



  - Original Message - 
  From: Lina 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 08, 2010 11:34 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Terimakasih Pak Chodjim,
  Saya membaca disini tidak ada yang mengklaim kebenaran dan menyalahkan orang 
lain. Sekedar ada beda pendapat ttg kaidah bahasa tp bukan pada perbedaan 
akidah...:-). 

  Apakah dalam 'mempelajari kaidah bahasa arab (ilmu ttg bahasa)' harus ada 
rujukan dari Rasulullah SAW (sunnah or hadist)? Kok buat saya aneh ya 
kdengarannya.

  Soalnya kalau memang harus pake rujukan2 sunah or hadist Nabi, sebetulnya Mas 
MUiz bisa juga bertanya 'apa rujukan hadist Nabi buat pendapat Pak Chodjim'. 
Saya yakin gak ada juga, kan? Jadi yaa..soal kaidah bahasa, gak usah pake 
rujukan Hadist Nabi segala. Yaa pake ilmu bahasa aja.

  Ini masalahnya asal kata bahasa arab, kan?

  wassalam.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chod...@... wrote:
  
   Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, mengapa 
kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain yang 
mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?
   
   Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang 
menciptakan alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan 
memahami demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai 
produk pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut 
apa saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.
   
   Wassalam,
   
   chodjim
   
   
   
   - Original Message - 
   From: Lina 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
   
   
   
   Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). Saya 
mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.
   
   Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa Arab), 
apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.
   
   wassalam,
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:
   
Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.

Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya dari 
Rasulullah sendiri?

Terima kasih.

Wassalam,
chodjim 

- Original Message - 
From: Abdul Muiz 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



apa kabar pak Chodjim,

memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) dalam 
bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk dua) 
maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata Allah ya tidak dikenal adanya 
fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN).

Wassalam
Abdul Mu'iz

   
   
   
   
   
   
   [Non-text portions of this message have been removed]
  



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-10 Terurut Topik Achmad Chodjim
Mas Mu'iz, ini sebagai tambahan saja dari saya.

Yang pertama, saya tidak mengatakan ada kesalahan dari Wiki, tetapi wiki kurang 
banyak belajar bahasa Arab sehingga tidaklah lengkap dalam menjelaskannya.

Yang kedua, fungsi kata al dalam bahasa Arab itu ada beberapa:
1) Pembentuk isim makrifat, artinya sebagai penunjuk kepastian pada benda yang 
dimaksud.  Dalam hal ini, sama dengan fungsi the dalam bahasa Inggris. Kalau 
dibawa ke ranah ini, maka tuhan yang disebut oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW, 
adalah Tuhan yang kebenarannya telah diterima oleh seluruh nabi dan rasul.  
Jadi, Tuhan para nabi dan rasul itu bukanlah tuhan yang dipersepsikan oleh 
masyarakat pagan Arab pada waktu itu.

2) Pernyataan sebagai satu-satunya yang dimaksud, artinya tidak berlaku bagi 
yang selainnya. Kalau dalam bahasa Inggris hal ini dinyatakan dalam bentuk the 
only. Semu kata dalam al-asmaa al-husnaa yang bersifat mufrad seperti 
alhayyu, al-qayyuum, dan yang lainnya memiliki arti the only hayyu, the only 
qayyuum. Sengaja saya tidak menerjemahkan hayyu dan qayyuum, untuk tidak 
menambah pembahasan baru tentang kata-kata tersebut.
Dan dalam bahasa Indonesia, kata al yang bersifat demikian diartikan yang 
maha.

3) Pernyataan yang bersifat majmuu'ah alias total, alias keseluruhan.  Dalam 
Alquran, contohnya adalah al-hamdu lillaah, yang diartikan SEMUA pujian milik 
Allah.

Terima kasih.

Wassalam,

chodjim
   

  - Original Message - 
  From: Abdul Muiz 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 09, 2010 6:29 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  sebenarnya yang unik itu bukan al (Bahasa Arab) atau the (bahasa Inggris) 
karena memang fungsinya sebagai definit article kata sandang tertentu (isim 
makrifat), unik itu karena satu-satunya isim dalam qamus arab yang tidak 
mengenal bentuk dua dan jamak ya Allah saja, gak ada yang lain. Kalau kata al 
kitab vs al kitabaan dan al kutub, al madrasah al madrasataan dan al madrasaat, 
al ustadz vs al ustadzaan dan al asaatidz ya tidak unik, karena memang definit 
article itu fungsinya memang menunjuk obyek tertentu bukan yang lain.

  Saya juga pernah menyimak ada orang berkata, tidak ada itu Allah-Allah 
an bla bla bla. kalau ini jelas rancu (paling tidak menurut saya 
pribadi, mungkin bagi yang berucap merasa tidak rancu).

  --- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

  Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 8:53 AM

   

  Ustadz Mu'iz yss.,

  IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 

  Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 

  The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 

  The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.

  Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 

  Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.

  Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 

  Sedangkan jika terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga

  Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 

  tapi tetep saja kurang pas sebetulnya.. . karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...

  Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.

  Wallahua'lam bishowab

  Ary

  - Original Message - 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Yang saya tangkap, BUKAN harus ada rujukan dari Rasul mbak.
Tapi, jika TIDAK ADA rujukan, lalu mengapa di-PASTI-kan kebenarannya?
Jadi tinggal berargumen gitu lho... toh kekuatannya sama...




  - Original Message - 
  From: Lina 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 09, 2010 2:34 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Terimakasih Pak Chodjim,
  Saya membaca disini tidak ada yang mengklaim kebenaran dan menyalahkan orang 
lain. Sekedar ada beda pendapat ttg kaidah bahasa tp bukan pada perbedaan 
akidah...:-). 

  Apakah dalam 'mempelajari kaidah bahasa arab (ilmu ttg bahasa)' harus ada 
rujukan dari Rasulullah SAW (sunnah or hadist)? Kok buat saya aneh ya 
kdengarannya.

  Soalnya kalau memang harus pake rujukan2 sunah or hadist Nabi, sebetulnya Mas 
MUiz bisa juga bertanya 'apa rujukan hadist Nabi buat pendapat Pak Chodjim'. 
Saya yakin gak ada juga, kan? Jadi yaa..soal kaidah bahasa, gak usah pake 
rujukan Hadist Nabi segala. Yaa pake ilmu bahasa aja.

  Ini masalahnya asal kata bahasa arab, kan?

  wassalam.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chod...@... wrote:
  
   Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, mengapa 
kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain yang 
mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?
   
   Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang 
menciptakan alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan 
memahami demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai 
produk pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut 
apa saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.
   
   Wassalam,
   
   chodjim
   
   
   
   - Original Message - 
   From: Lina 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
   
   
   
   Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). Saya 
mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.
   
   Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa Arab), 
apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.
   
   wassalam,
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:
   
Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.

Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya dari 
Rasulullah sendiri?

Terima kasih.

Wassalam,
chodjim 

- Original Message - 
From: Abdul Muiz 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



apa kabar pak Chodjim,

memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) dalam 
bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk dua) 
maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata Allah ya tidak dikenal adanya 
fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN).

Wassalam
Abdul Mu'iz

   
   
   
   
   
   
   [Non-text portions of this message have been removed]
  



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Gak papa mbak, silahkan milih.. bebas... 
Asal jangan bilang yang milih pilihan berbeda itu mungkar... hahahahahahahaha

Saya kira itu yang ustadz Chodjim ingin tekankan...
karena gak ada rujukan absolutnya, ya silahkan dilihat isi argumennya...


  - Original Message - 
  From: Lina 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 09, 2010 3:56 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Terimakasih mas Aset,
  Kalo memang begitu yg dimaksud pak Chodjim saya bisa mengerti. Karena Ilmu 
Bahasa, sama seperti ilmu2 lainnya Ilmu Sosial, Ilmu Ekonomi, Ilmu Biologi..gak 
ada yg bisa tanyakan rujukannya selain penguasaan akan ilmu itu sendiri atau 
disiplin ilmu itu sendiri.

  Tapi jelas2 disitu pak Chodjim menuliskan berkali kali 'rujukan dari 
Rasulullah'.

  Kalau untuk penguasaan materi yg sedang didiskusikan, saya juga sepakat bahwa 
sama kuatnya. Tapi kalau saya harus memilih, saya akan memilih...:-)

  wassalam,

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
ary.setij...@... wrote:
  
   Yang saya tangkap, BUKAN harus ada rujukan dari Rasul mbak.
   Tapi, jika TIDAK ADA rujukan, lalu mengapa di-PASTI-kan kebenarannya?
   Jadi tinggal berargumen gitu lho... toh kekuatannya sama...
   
   
   
   
   - Original Message - 
   From: Lina 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Tuesday, February 09, 2010 2:34 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
   
   
   
   Terimakasih Pak Chodjim,
   Saya membaca disini tidak ada yang mengklaim kebenaran dan menyalahkan 
orang lain. Sekedar ada beda pendapat ttg kaidah bahasa tp bukan pada perbedaan 
akidah...:-). 
   
   Apakah dalam 'mempelajari kaidah bahasa arab (ilmu ttg bahasa)' harus ada 
rujukan dari Rasulullah SAW (sunnah or hadist)? Kok buat saya aneh ya 
kdengarannya.
   
   Soalnya kalau memang harus pake rujukan2 sunah or hadist Nabi, sebetulnya 
Mas MUiz bisa juga bertanya 'apa rujukan hadist Nabi buat pendapat Pak 
Chodjim'. Saya yakin gak ada juga, kan? Jadi yaa..soal kaidah bahasa, gak usah 
pake rujukan Hadist Nabi segala. Yaa pake ilmu bahasa aja.
   
   Ini masalahnya asal kata bahasa arab, kan?
   
   wassalam.
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:
   
Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, 
mengapa kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain 
yang mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?

Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang 
menciptakan alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan 
memahami demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai 
produk pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut 
apa saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.

Wassalam,

chodjim



- Original Message - 
From: Lina 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). 
Saya mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.

Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa 
Arab), apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.

wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:

 Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.
 
 Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya 
dari Rasulullah sendiri?
 
 Terima kasih.
 
 Wassalam,
 chodjim 
 
 - Original Message - 
 From: Abdul Muiz 
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
 Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
 
 
 
 apa kabar pak Chodjim,
 
 memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) 
dalam bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk 
dua) maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata Allah ya tidak dikenal 
adanya fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN).
 
 Wassalam
 Abdul Mu'iz
 






[Non-text portions of this message have been removed]
   
   
   
   
   
   
   [Non-text portions of this message have been removed]
  



  

[Non-text portions of this message have 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Abdul Muiz
Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :

al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,

Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar dan tidak salah, dan 
kalau saya menilai pak Chodjim benar bukan berarti saya mendapatkan mandat dari 
Sang Maha Benar, tetapi hanya sekedar menilai benar menurut pemahaman saya 
pribadi dan tentu saja kebenaran yang saya katakan itu bersifat relatif.

saya menemukan dua referensi menarik tentang Allah :

1) Wikipedia, telah memaparkan apa adanya tentang term Allah yakni adanya 
silang pendapat mengenai apakah Allah itu terdiri dari beberapa suku kata 
ataukah tidak ?. Hanya Wikipedia berani menghakimi salah satu pendapat yang 
ada, bahwa yang mengatakan Allah terdiri dari suku kata Al dan ilah 
adalah keliru, karena bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.

2) M Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Ilahi, Asmaaul husna dalam 
Perspektif Al Qur'an juga memaparkan silang pendapat mengenai apakah Allah 
itu terdiri dari beberapa suku kata ataukah tidak ? bedanya dengan Wikipedia, 
Quraish Shihab menilai perbedaan kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah 
alias benar.

Jadi baik yang mengatakan Allah itu tidak memiliki akar kata maupun yang 
mengatakan Allah memiliki akar kata Al dan Ilah sama-sama mengakui term 
Allah tidak memiliki bentuk mutsanna (duo) maupun jamak (plural), inilah yang 
saya katakan unik, di qamus arab, isim yang tidak mengenal mutsanna maupun 
jamak ya cuma Allah, selain ini tidak ada. Karena itu firman Allah laa ilaah 
illallah amat tepat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan tidak ada 
tuhan kecuali Allah justru rancu apabila diterjemahkan tidak ada tuhan 
kecuali TUHAN.

Maka mau setuju dengan pendapat yang mana ya terserah saja (wallahu 'alam).

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sel, 9/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com menulis:

Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 4:07 PM







 



  



  
  
  Gak papa mbak, silahkan milih.. bebas... 

Asal jangan bilang yang milih pilihan berbeda itu mungkar... hahahahahahahaha



Saya kira itu yang ustadz Chodjim ingin tekankan...

karena gak ada rujukan absolutnya, ya silahkan dilihat isi argumennya.. .



- Original Message - 

  From: Lina 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Tuesday, February 09, 2010 3:56 PM

  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Terimakasih mas Aset,

  Kalo memang begitu yg dimaksud pak Chodjim saya bisa mengerti. Karena Ilmu 
Bahasa, sama seperti ilmu2 lainnya Ilmu Sosial, Ilmu Ekonomi, Ilmu Biologi..gak 
ada yg bisa tanyakan rujukannya selain penguasaan akan ilmu itu sendiri atau 
disiplin ilmu itu sendiri.



Tapi jelas2 disitu pak Chodjim menuliskan berkali kali 'rujukan dari 
Rasulullah'.



Kalau untuk penguasaan materi yg sedang didiskusikan, saya juga sepakat bahwa 
sama kuatnya. Tapi kalau saya harus memilih, saya akan memilih...:- )



wassalam,



--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Ary Setijadi Prihatmanto 
ary.setijadi@ ... wrote:

  

   Yang saya tangkap, BUKAN harus ada rujukan dari Rasul mbak.

   Tapi, jika TIDAK ADA rujukan, lalu mengapa di-PASTI-kan kebenarannya?

   Jadi tinggal berargumen gitu lho... toh kekuatannya sama...

   

   

   

   

   - Original Message - 

   From: Lina 

   To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

   Sent: Tuesday, February 09, 2010 2:34 PM

   Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

   

   

   

   Terimakasih Pak Chodjim,

   Saya membaca disini tidak ada yang mengklaim kebenaran dan menyalahkan 
orang lain. Sekedar ada beda pendapat ttg kaidah bahasa tp bukan pada perbedaan 
akidah...:-) . 

   

   Apakah dalam 'mempelajari kaidah bahasa arab (ilmu ttg bahasa)' harus ada 
rujukan dari Rasulullah SAW (sunnah or hadist)? Kok buat saya aneh ya 
kdengarannya.

   

   Soalnya kalau memang harus pake rujukan2 sunah or hadist Nabi, sebetulnya 
Mas MUiz bisa juga bertanya 'apa rujukan hadist Nabi buat pendapat Pak 
Chodjim'. Saya yakin gak ada juga, kan? Jadi yaa..soal kaidah bahasa, gak usah 
pake rujukan Hadist Nabi segala. Yaa pake ilmu bahasa aja.

   

   Ini masalahnya asal kata bahasa arab, kan?

   

   wassalam.

   

   --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote:

   

Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, 
mengapa kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain 
yang mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?



Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang 
menciptakan alam semesta. Dia-lah al

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Ustadz Mu'iz yss.,

IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 

Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 
The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 
The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.

Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 

Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.
Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 

Sedangkan jika  terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga

Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 
tapi tetep saja kurang pas sebetulnya... karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...

Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.

Wallahua'lam bishowab
Ary



  - Original Message - 
  From: Abdul Muiz 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 10, 2010 8:09 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :

  al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,

  Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar dan tidak salah, dan 
kalau saya menilai pak Chodjim benar bukan berarti saya mendapatkan mandat dari 
Sang Maha Benar, tetapi hanya sekedar menilai benar menurut pemahaman saya 
pribadi dan tentu saja kebenaran yang saya katakan itu bersifat relatif.

  saya menemukan dua referensi menarik tentang Allah :

  1) Wikipedia, telah memaparkan apa adanya tentang term Allah yakni adanya 
silang pendapat mengenai apakah Allah itu terdiri dari beberapa suku kata 
ataukah tidak ?. Hanya Wikipedia berani menghakimi salah satu pendapat yang 
ada, bahwa yang mengatakan Allah terdiri dari suku kata Al dan ilah 
adalah keliru, karena bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.

  2) M Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Ilahi, Asmaaul husna 
dalam Perspektif Al Qur'an juga memaparkan silang pendapat mengenai apakah 
Allah itu terdiri dari beberapa suku kata ataukah tidak ? bedanya dengan 
Wikipedia, Quraish Shihab menilai perbedaan kedua pendapat tersebut tidak ada 
yang salah alias benar.

  Jadi baik yang mengatakan Allah itu tidak memiliki akar kata maupun yang 
mengatakan Allah memiliki akar kata Al dan Ilah sama-sama mengakui term 
Allah tidak memiliki bentuk mutsanna (duo) maupun jamak (plural), inilah yang 
saya katakan unik, di qamus arab, isim yang tidak mengenal mutsanna maupun 
jamak ya cuma Allah, selain ini tidak ada. Karena itu firman Allah laa ilaah 
illallah amat tepat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan tidak ada 
tuhan kecuali Allah justru rancu apabila diterjemahkan tidak ada tuhan 
kecuali TUHAN.

  Maka mau setuju dengan pendapat yang mana ya terserah saja (wallahu 'alam).

  Wassalam
  Abdul Mu'iz

  --- Pada Sel, 9/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

  Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 4:07 PM

   

  Gak papa mbak, silahkan milih.. bebas... 

  Asal jangan bilang yang milih pilihan berbeda itu mungkar... hahahahahahahaha

  Saya kira itu yang ustadz Chodjim ingin tekankan...

  karena gak ada rujukan absolutnya, ya silahkan dilihat isi argumennya.. .

  - Original Message - 

  From: Lina 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Tuesday, February 09, 2010 3:56 PM

  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Abdul Muiz
sebenarnya yang unik itu bukan al (Bahasa Arab) atau the (bahasa Inggris) 
karena memang fungsinya sebagai definit article kata sandang tertentu (isim 
makrifat), unik itu karena satu-satunya isim dalam qamus arab yang tidak 
mengenal bentuk dua dan jamak ya Allah saja, gak ada yang lain. Kalau kata al 
kitab vs al kitabaan dan al kutub, al madrasah al madrasataan dan al madrasaat, 
al ustadz vs al ustadzaan dan al asaatidz ya tidak unik, karena memang definit 
article itu fungsinya memang menunjuk obyek tertentu bukan yang lain.

Saya juga pernah menyimak ada orang berkata, tidak ada itu Allah-Allah an 
bla bla bla. kalau ini jelas rancu (paling tidak menurut saya pribadi, 
mungkin bagi yang berucap merasa tidak rancu).

--- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 8:53 AM







 



  



  
  
  Ustadz Mu'iz yss.,



IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 



Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 

The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 

The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.



Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 



Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.

Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 



Sedangkan jika  terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga



Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 

tapi tetep saja kurang pas sebetulnya.. . karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...



Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.



Wallahua'lam bishowab

Ary



- Original Message - 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Wednesday, February 10, 2010 8:09 AM

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :



al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,



Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar dan tidak salah, dan 
kalau saya menilai pak Chodjim benar bukan berarti saya mendapatkan mandat dari 
Sang Maha Benar, tetapi hanya sekedar menilai benar menurut pemahaman saya 
pribadi dan tentu saja kebenaran yang saya katakan itu bersifat relatif.



saya menemukan dua referensi menarik tentang Allah :



1) Wikipedia, telah memaparkan apa adanya tentang term Allah yakni adanya 
silang pendapat mengenai apakah Allah itu terdiri dari beberapa suku kata 
ataukah tidak ?. Hanya Wikipedia berani menghakimi salah satu pendapat yang 
ada, bahwa yang mengatakan Allah terdiri dari suku kata Al dan ilah 
adalah keliru, karena bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.



2) M Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Ilahi, Asmaaul husna dalam 
Perspektif Al Qur'an juga memaparkan silang pendapat mengenai apakah Allah 
itu terdiri dari beberapa suku kata ataukah tidak ? bedanya dengan Wikipedia, 
Quraish Shihab menilai perbedaan kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah 
alias benar.



Jadi baik yang mengatakan Allah itu tidak memiliki akar kata maupun yang 
mengatakan Allah memiliki akar kata Al dan Ilah sama-sama mengakui term 
Allah tidak memiliki bentuk mutsanna (duo) maupun jamak (plural), inilah yang 
saya katakan unik, di qamus arab, isim yang tidak mengenal mutsanna maupun 
jamak ya cuma Allah, selain ini tidak ada. Karena itu

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Hal itu terjadi karena secara konsep kan laa ilaha illa... sudah di mutlak 
di-unik kan secara sistem nilai.
Jadi TIDAK ADA KASUS untuk menyebut hal itu kecuali dengan sebutan thagut 
bukan? 

Bagaimana dari sisi bahasanya, 
jika kita ingin bercerita perilaku yang mengacu pada dua sembahan tertentu, 
mis. Lat dan Uzza, bukankah al-ilaahan?



  - Original Message - 
  From: Abdul Muiz 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 10, 2010 9:29 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  sebenarnya yang unik itu bukan al (Bahasa Arab) atau the (bahasa Inggris) 
karena memang fungsinya sebagai definit article kata sandang tertentu (isim 
makrifat), unik itu karena satu-satunya isim dalam qamus arab yang tidak 
mengenal bentuk dua dan jamak ya Allah saja, gak ada yang lain. Kalau kata al 
kitab vs al kitabaan dan al kutub, al madrasah al madrasataan dan al madrasaat, 
al ustadz vs al ustadzaan dan al asaatidz ya tidak unik, karena memang definit 
article itu fungsinya memang menunjuk obyek tertentu bukan yang lain.

  Saya juga pernah menyimak ada orang berkata, tidak ada itu Allah-Allah 
an bla bla bla. kalau ini jelas rancu (paling tidak menurut saya 
pribadi, mungkin bagi yang berucap merasa tidak rancu).

  --- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

  Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 8:53 AM

   

  Ustadz Mu'iz yss.,

  IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 

  Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 

  The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 

  The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.

  Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 

  Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.

  Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 

  Sedangkan jika terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga

  Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 

  tapi tetep saja kurang pas sebetulnya.. . karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...

  Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.

  Wallahua'lam bishowab

  Ary

  - Original Message - 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Wednesday, February 10, 2010 8:09 AM

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

  Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :

  al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,

  Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar dan tidak salah, dan 
kalau saya menilai pak Chodjim benar bukan berarti saya mendapatkan mandat dari 
Sang Maha Benar, tetapi hanya sekedar menilai benar menurut pemahaman saya 
pribadi dan tentu saja kebenaran yang saya katakan itu bersifat relatif.

  saya menemukan dua referensi menarik tentang Allah :

  1) Wikipedia, telah memaparkan apa adanya tentang term Allah yakni adanya 
silang pendapat mengenai apakah Allah itu terdiri dari beberapa suku kata 
ataukah tidak ?. Hanya Wikipedia berani menghakimi salah satu pendapat yang 
ada, bahwa yang mengatakan Allah terdiri dari suku kata Al dan ilah 
adalah keliru, karena bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.

  2) M Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Ilahi, Asmaaul

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Maaf ada yang tertinggal:

Hal itu terjadi karena secara konsep kan laa ilaha illa... dan qul 
huwaallahu ahad sudah dimutlakkan, diunikkan secara sistem nilai. Jadi 
TIDAK ADA KASUS untuk menyebut hal itu kecuali dengan sebutan thagut bukan? 

Bagaimana dari sisi bahasanya, 
jika kita ingin bercerita perilaku yang mengacu pada dua sembahan tertentu, 
mis. Lat dan Uzza, bukankah al-ilaahan?

  - Original Message - 
  From: Abdul Muiz 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 10, 2010 9:29 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  sebenarnya yang unik itu bukan al (Bahasa Arab) atau the (bahasa Inggris) 
karena memang fungsinya sebagai definit article kata sandang tertentu (isim 
makrifat), unik itu karena satu-satunya isim dalam qamus arab yang tidak 
mengenal bentuk dua dan jamak ya Allah saja, gak ada yang lain. Kalau kata al 
kitab vs al kitabaan dan al kutub, al madrasah al madrasataan dan al madrasaat, 
al ustadz vs al ustadzaan dan al asaatidz ya tidak unik, karena memang definit 
article itu fungsinya memang menunjuk obyek tertentu bukan yang lain.

  Saya juga pernah menyimak ada orang berkata, tidak ada itu Allah-Allah 
an bla bla bla. kalau ini jelas rancu (paling tidak menurut saya 
pribadi, mungkin bagi yang berucap merasa tidak rancu).

  --- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

  Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 8:53 AM

   

  Ustadz Mu'iz yss.,

  IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 

  Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 

  The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 

  The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.

  Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 

  Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.

  Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 

  Sedangkan jika terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga

  Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 

  tapi tetep saja kurang pas sebetulnya.. . karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...

  Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.

  Wallahua'lam bishowab

  Ary

  - Original Message - 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Wednesday, February 10, 2010 8:09 AM

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

  Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :

  al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,

  Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar dan tidak salah, dan 
kalau saya menilai pak Chodjim benar bukan berarti saya mendapatkan mandat dari 
Sang Maha Benar, tetapi hanya sekedar menilai benar menurut pemahaman saya 
pribadi dan tentu saja kebenaran yang saya katakan itu bersifat relatif.

  saya menemukan dua referensi menarik tentang Allah :

  1) Wikipedia, telah memaparkan apa adanya tentang term Allah yakni adanya 
silang pendapat mengenai apakah Allah itu terdiri dari beberapa suku kata 
ataukah tidak ?. Hanya Wikipedia berani menghakimi salah satu pendapat yang 
ada, bahwa yang mengatakan Allah terdiri dari suku kata Al dan ilah 
adalah keliru, karena bertentangan dengan kaidah bahasa Arab.

  2) M Quraish Shihab

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-09 Terurut Topik Abdul Muiz
nah Allah vs Thaghut, itulah makanya istilah kafir itu menjadi generik. Orang 
islam itu beriman kepada Allah, sekaligus kafir kepada thaghut. Orang Kafir itu 
beriman kepada thaghuut, sekaligus kafir kepada Allah.

Tetapi orang kafir yang beriman kepada Thaghuut tidak bisa disebut mukmin lho. 
Karena Allah tidak pernah menyebut demikian.

--- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com 
menulis:

Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 9:46 AM







 



  



  
  
  Hal itu terjadi karena secara konsep kan laa ilaha illa... sudah di 
mutlak di-unik kan secara sistem nilai.

Jadi TIDAK ADA KASUS untuk menyebut hal itu kecuali dengan sebutan thagut 
bukan? 



Bagaimana dari sisi bahasanya, 

jika kita ingin bercerita perilaku yang mengacu pada dua sembahan tertentu, 
mis. Lat dan Uzza, bukankah al-ilaahan ?



- Original Message - 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Wednesday, February 10, 2010 9:29 AM

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT 
MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



sebenarnya yang unik itu bukan al (Bahasa Arab) atau the (bahasa Inggris) 
karena memang fungsinya sebagai definit article kata sandang tertentu (isim 
makrifat), unik itu karena satu-satunya isim dalam qamus arab yang tidak 
mengenal bentuk dua dan jamak ya Allah saja, gak ada yang lain. Kalau kata al 
kitab vs al kitabaan dan al kutub, al madrasah al madrasataan dan al madrasaat, 
al ustadz vs al ustadzaan dan al asaatidz ya tidak unik, karena memang definit 
article itu fungsinya memang menunjuk obyek tertentu bukan yang lain.



Saya juga pernah menyimak ada orang berkata, tidak ada itu Allah-Allah an 
bla bla bla. kalau ini jelas rancu (paling tidak menurut saya pribadi, 
mungkin bagi yang berucap merasa tidak rancu).



--- Pada Rab, 10/2/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ gmail.com 
menulis:



Dari: Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ gmail.com

  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

  Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

  Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 8:53 AM



Ustadz Mu'iz yss.,



IMHO, bagi yang berangkat dari dua suku kata, keunikan yang hanya ada kata 
tunggal, gak ada bentuk dua-nya atau jamak-nya berangkat dari suku al 
itu sendiri yang definitif. Jadi keunikannya, malah berangkat dari kaidah 
bahasa Arab, seperti yang ustadz Chodjim bilang. 



Sebagai ilustrasi, misalkan dalam bahasa Inggris, 



The God itu ya hanya ada bentuk tunggalnya tuhan tertentu/definitif. The 
Gods punya makna berbeda sekali yang tetap tunggal ( satu kumpulan tuhan 
tertentu/definitif, bukan kumpulan The God). 



The Chair, satu kursi yang itu; The two Chairs, satu kumpulan (dua) 
kursi yang itu.



Saya melihat, bahwa awalnya, sesuai dengan konsep Tuhan yang abstrak, orang 
mengacu Tuhan tertentu, spesifik, The God, dari al-ilah ~ Allah. Namun 
sejalan dengan waktu dan kebiasaan, kata Allah dengan sendirinya menjadi 
isim/noun yang memiliki arti spesifik yang 'coined' dalam Al-Quran sebagai 
nama The God. 



Ustadz Chodjim, IMHO, berusaha mengembalikan kepengertian awal.



Jika terjemahan laa ilaah illallah diberikan sebagai tiada tuhan selain 
Allah, dan Allah di sini sebagai nama, bagi setiap orang nama ini akan 
bermakna macam-macam sesuai yang ada dikepalanya dan itu membawa kemudaratannya 
sendiri-sendiri. 



Sedangkan jika terjemahan laa ilaah illallah adalah tiada tuhan selain 
Tuhan (bukan tiada tuhan selain tuhan) hal itu bisa dilihat tidak rancu. 
Kata tuhan yang pertama bermakna tidak definitif, artinya segala sesuatu yang 
dianggap tuhan dan yang dipertuhankan. Sedangkan kata Tuhan yang kedua 
bermakna NAMA definitif dari yang pantas dianggap tuhan. Dan Tuhan (sejati) 
itu bagi orang Indonesia, bermakna sama dengan Allah juga



Mungkin lebih enak ditafsirkan saja, tiada tuhan selain Tuhan sejati, yang 
Maha Tunggal, Maha Pengasih, dst..., 



tapi tetep saja kurang pas sebetulnya.. . karena bicara Allah swt itu kan 
panjang...



Bahwa secara praktis, mmg lebih mudah mengenalkan tiada tuhan selain Allah, 
tapi secara hakikat, saya pribadi melihat yang kedua lebih baik.



Wallahua'lam bishowab



Ary



- Original Message - 



From: Abdul Muiz 



To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 



Sent: Wednesday, February 10, 2010 8:09 AM



Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Mbak Lina, Mas Ary dkk sekalian :



al haqqu min rabbik = kebenaran itu dari Tuhanmu,



Sebenarnya apa yang disampaikan pak Chodjim itu benar

Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-08 Terurut Topik Achmad Chodjim
Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, mengapa 
kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain yang 
mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?

Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang menciptakan 
alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan memahami 
demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai produk 
pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut apa 
saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.

Wassalam,

chodjim



  - Original Message - 
  From: Lina 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



  Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). Saya 
mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.

  Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa Arab), 
apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.

  wassalam,

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chod...@... wrote:
  
   Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.
   
   Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya dari 
Rasulullah sendiri?
   
   Terima kasih.
   
   Wassalam,
   chodjim 
   
   - Original Message - 
   From: Abdul Muiz 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
   
   
   
   apa kabar pak Chodjim,
   
   memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) dalam 
bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk dua) 
maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata Allah ya tidak dikenal adanya 
fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN).
   
   Wassalam
   Abdul Mu'iz
   
  



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

2010-02-08 Terurut Topik Abdul Muiz
ya jangan begitu pak Chodjim,

Insya Allah saya tidak memastikan kebenaran dirisi sendiri dan saya tidak 
menyalahkan orang lain yang mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu 
sendiri, semoga tanya jawab kita ada manfaatnya.

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sel, 9/2/10, Achmad Chodjim chod...@gmail.com menulis:

Dari: Achmad Chodjim chod...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 1:41 PM







 



  



  
  
  Begini Teh Lina, kalau memang tidak ada rujukannya dari Rasulullah, 
mengapa kita memastikan diri kebenarannya? Mengapa kita menyalahkan orang lain 
yang mengurai berdasarkan kaidah bahasa Arab itu sendiri?



Bagi saya, kata Allah itu hanyalah sebutan agung bagi Dia yang menciptakan 
alam semesta. Dia-lah al-ilaah itu, satu-satunya ilaah. Dengan memahami 
demikian, kita tidak terjerumus pada pengucapan kata allaah sebagai produk 
pikiran manusia. Kita tarik benang merahnya, yaitu Dia yang bisa disebut apa 
saja sebagai al-asmaa al-husnaa. Dari al-asmaa al-husnaa itulah kita akan 
menghayati kebenaran al-ahaad dan al-waahid. Dan, itulah al-ilaah alias allaah.



Wassalam,



chodjim



- Original Message - 

  From: Lina 

  To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

  Sent: Sunday, February 07, 2010 9:07 PM

  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI



Saya senang mengaji disini tentang ini bersama sama orang2 ini...:-). Saya 
mencoba menelusuri dari awal smp akhir. Ada pertanyaan saya disini.



Dalam kontkes ini, mempelajar kata per kata bahasa arab (Tata bahasa Arab), 
apakah perlu rujukan dari Rasulullah SAW (=sunnah dan hadist Rasul)?.



wassalam,



--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Achmad Chodjim chod...@...  wrote:

  

   Lebih dari sekadar baik, Mas Muiz.

   

   Mas, siapa yang menetapkan kebenaran demikian itu? Adakah rujukannya dari 
Rasulullah sendiri?

   

   Terima kasih.

   

   Wassalam,

   chodjim 

   

   - Original Message - 

   From: Abdul Muiz 

   To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 

   Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM

   Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI 
MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI

   

   

   

   apa kabar pak Chodjim,

   

   memang betul kata Allah itu unik karena satu-satunya isim (noun) dalam 
bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk dua) 
maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata Allah ya tidak dikenal adanya 
fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN).

   

   Wassalam

   Abdul Mu'iz

   

  



[Non-text portions of this message have been removed]






 





 



  






  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]