Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
FNU Brawijaya wrote: (sambungan dari yg tadi) Bagaimana implikasi dari dari pemikiran saya itu? Buat indigenous people mempunyai status sosial yang sama. Untuk kasus di Sambas, disusun rumusan-rumusan agar para penduduk asli mampu bersaing secara ekonomi dan sosial dengan kaum pendatang, misal dari Madura. Yang di Ambon mampu bersaing dengan pendatang dari Makasar dan Bugis. Secara nasional, juga perlu diperhatikan bagaimana caranya yang bumiputra mampu bersaing dengan yang keturunan. Inilah satu- satunya obat agar kecemburuan sosial tidak terjadi. Sejak kemarin saya mencoba bermain-main dengan istilah DISKRIMINASI barangkali ada yang mampu memberi pandangan yang pas. Sayangnya belum kesampean. Alih-alih malah nuduh sukuis dan rasialis. Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. FNU Brawijaya: Merujuk ke posting saya bahwa harus terdapat fasilitas khusus untuk orang bumiputra (secara nasional) thd WNI keturunan, ini juga mesti lihat ke belakang. Di jaman ORBA, para saudara kita ini sudah mendapat fasilitas khusus dari ORBA (terlepas dari tujuan kroniisme dan kolusiisme). Bahkan waktu itu kan Suharto secara terbuka meminta Sudono Salim dan para konglomerat yang lain untuk gantian memberikan fasilitas yang pernah mereka nikmati untuk pengusaha kecil (samaran untuk kalangan bumiputra). Ketidaktahudirian Oom Liem gemblung itu terucap dengan menyatakan bahwa apa yg diraihnya adalah berkat usaha kerasnya sendiri. Nah, saya nggak akan bilang apa-apa kalo anda masih ngotot berujar yang sama dengan Oom Liem gemblung itu, toh pembaca yg menilai lah. BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima besar oom-oom yang dekat dengan Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat partai termasuk Golkar. Proses saling perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu dan kue kepada Cendana dan pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima oom ini, Cendana serta pejabat tinggi lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang bergerak dengan kerja kerasnya, namun tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat daerah untuk mengamankan bisnisnya. Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia, karena tidak ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. Enggak tahu jika diantara pembaca, ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta yang sangat jelas terjadi di negeri ini. FNU Brawijaya: Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah para pengusaha keturunan yg tahu
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
Blucer Rajagukguk wrote: Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. Lho kepriben tho, wong yg nglakoni yang cerita. Yang dapat jatah sekolah juga hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. Finally you got my point tho Bung Blucer. Jadi semuanya berdasarkan persentase. Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN sampe 15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida). Nah, selesai sudah main-main saya dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi. Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat. Nah, ngono lho.. BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima besar oom-oom yang dekat dengan Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat partai termasuk Golkar. Proses saling perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu dan kue kepada Cendana dan pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima oom ini, Cendana serta pejabat tinggi lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang bergerak dengan kerja kerasnya, namun tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat daerah untuk mengamankan bisnisnya. Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia, karena tidak ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. Enggak tahu jika diantara pembaca, ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta yang sangat jelas terjadi di negeri ini. Bung Blucer my dear (hehehedear, a doe a female dear. Hmmm kebalik!!!). Malah nyanyi Keempat orang selain Oom Liem ini masih berkiprah di RI ini. Bahkan beberapa dari mereka menjadi donatur partai reformis. Silakan di-check datanya Bukan suku cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia ya? Hehehe Iya deh, mata saya belekan. Hahaha.. bung blucer...bung blucer my doe, eh, my dear FNU Brawijaya: Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah para pengusaha keturunan yg tahu terima kasih itu. Yang nggak tahu terima kasih macam Liem gemblung itu ada nggak? Ada! Buanyak sekaleee! BW: Apa sich yang bung tahu antara hubungan Suharto dengan Oom Liem (belajar menyebut nama orang dengan sopan). Kok sepertinya bung melihat bahwa antara Soeharto
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
FNU Brawijaya wrote: Blucer Rajagukguk wrote: Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. FNU Brawijaya:hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check. BW: Kalo temannya yang item dapat pinjeman bukan berarti yang laen enggak dapet mas. Temen saya, adeknya Markus (mudah-mudahan enggak kenal :) khan Asia, dia juga dapet pinjeman sekitar $40,000. Saya enggak bilang anda bohong, tetapi point saya bukan hanya black people yang dapat, tetapi semuanya dapetsekali lagi semua warga negara Amerika yang dianggap eligible untuk mendapatkan loan. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. FNU Brawijaya:Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN sampe 15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida). bw: pernah nyita-nyita jadi hansip mas. Kok mau jadi hansip, pake ngajak-ngajak ida sich. Amerika membagi ras dalam 5 besar: white, black, latin dan asia, native american. Ini memang sangat mudah dibedakan, kelemahannya juga banyak dan vital, antara kelompok yang satu dengan yang lain terjadi kecemburuan sosial, tidak merasa bersatu, dan saling merendahkan.Di Indonesia, satu ngebedainnya susah. Dua, lho, banyak yang berasal dari Yunan selatan yang notabene Cina juga, apa ada yang mau ngaku dari afrika apa indian? Oh yach, Esensi dari persentase yang terjadi di US timbul karena superioritas white terhadap kulit lainnya, yang kemudian diikuti oleh superioritas black atas latino, dll. Jadi jiwa pemakaian persentase itu untuk menghilangkan diskriminasi, bukan untuk menciptakan diskriminasi. Sistem persentase juga hanya salah satu cara untuk mengurangi superioritas pihak majority terhadap minority, bukan sebaliknya. Tujuannya untuk membuat individu sadar bahwa setiap warganegara punya hak dan kewajiban yang sama. FNU Brawijaya:Nah, selesai sudah main-main saya dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi. Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat. Nah, ngono lho.. bw: Lho malah selesai main-main lagi? lucu banget sih ente. Diskriminasi ini mau diberantas di US, sayangnya masih banyak yang fanatik sama kulit putih, dan lucunya yang lain ikut-ikutan fanatik sama kelompok sendiri.Karena itu buat WNI, biarkan saja test secara murni, saya sangat percaya bahwa kompetisi akan lebih cepat meningkatkan kemampuan bangsa. Siapapun yang punya prestasi, perlu dihargai. Wong sama-sama warga negara kok milih-milih. Kalau pakai batasan-batasan, ujung-ujungnya akan menimbulkan KKN lagi. Anak ABRI
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
(sambungan dari yg tadi) Bagaimana implikasi dari dari pemikiran saya itu? Buat indigenous people mempunyai status sosial yang sama. Untuk kasus di Sambas, disusun rumusan-rumusan agar para penduduk asli mampu bersaing secara ekonomi dan sosial dengan kaum pendatang, misal dari Madura. Yang di Ambon mampu bersaing dengan pendatang dari Makasar dan Bugis. Secara nasional, juga perlu diperhatikan bagaimana caranya yang bumiputra mampu bersaing dengan yang keturunan. Inilah satu- satunya obat agar kecemburuan sosial tidak terjadi. Sejak kemarin saya mencoba bermain-main dengan istilah DISKRIMINASI barangkali ada yang mampu memberi pandangan yang pas. Sayangnya belum kesampean. Alih-alih malah nuduh sukuis dan rasialis. Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. Merujuk ke posting saya bahwa harus terdapat fasilitas khusus untuk orang bumiputra (secara nasional) thd WNI keturunan, ini juga mesti lihat ke belakang. Di jaman ORBA, para saudara kita ini sudah mendapat fasilitas khusus dari ORBA (terlepas dari tujuan kroniisme dan kolusiisme). Bahkan waktu itu kan Suharto secara terbuka meminta Sudono Salim dan para konglomerat yang lain untuk gantian memberikan fasilitas yang pernah mereka nikmati untuk pengusaha kecil (samaran untuk kalangan bumiputra). Ketidaktahudirian Oom Liem gemblung itu terucap dengan menyatakan bahwa apa yg diraihnya adalah berkat usaha kerasnya sendiri. Nah, saya nggak akan bilang apa-apa kalo anda masih ngotot berujar yang sama dengan Oom Liem gemblung itu, toh pembaca yg menilai lah. Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah para pengusaha keturunan yg tahu terima kasih itu. Yang nggak tahu terima kasih macam Liem gemblung itu ada nggak? Ada! Buanyak sekaleee! Nah, inilah mestinya yg mesti dilakukan untuk membereskan perekonomian sekaligus tatanan sosial di Indonesia. Bukan seperti rekan-rekan yang memberi harga mati dengan anti-diskriminasi itu. Untuk mencapai tatanan anti-diskriminasi, langkah awal adalah menyamakan status sosial dari seluruh lapisan masyarakat. Menyuruh bersaing masyarakat yg berbeda kelasnya kan repot dong. Iya ndak? Sudah ah capek... ' Blucer Rajagukguk wrote: Inilah salah satu sebab kenapa kita banyak orang pinter, kebal dlsb, tetapi bisa dijajah Belanda 350 tahun dengan tambahan bonus 3 1/2 tahun dari Jepang. Karena masih banyak tokoh masyarakat kita yang lebih mendahulukan berpikir dengan emosi dan dendam, daripada ketenangan dan kehati-hatian. Saya sendiri sangat prihatin dengan nasib suku Madura, walaupun perihnya perasaan saudara-saudara di Madura bisa lebih dari yang saya bayangkan. Tetapi apakah benar, suku Dayak dan Melayu yang masih manusia, dan juga banyak terdapat di Malaysia, yang juga terkenal ramah dan beradab, benar-benar ingin membunuhi dan menganiaya masyarakat Madura tanpa sebab? Apakah benar mereka, suku Dayak dan Melayu tidak punya lagi hati dan perasaan sebagai manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menggugat hati saya dan mungkin kawan-kawan yang lain. Segala macam teori konspirasi atau cara bayar-membayar orang dan kelompok untuk menimbulkan kerusuhan dlsb bisa saja terjadi, dan kalau ini benar maka serangan yang jika memang akan dilakukan oleh pihak Madura ke suku Dayak atau Melayu, akan salah sasaran. Seperti digugat oleh Gus Dur, bahwa ada tokoh dari pusat yang sedang menghambur-hamburkan uangnya untuk mengacaukan negeri ini, termasuk kasus sambas, sangat perlu untuk dipertimbangkan. Seperti kartu domino, satu kerusuhan diikuti oleh kerusuhan lainnya, diikuti dengan masalah lainnya, menggambarkan kondisi yang sulit dan hampir tidak terkendali. Gambaran umum