[zamanku] Persaingan Mega-Yudhoyono Untungkan Prabowo
Refleksi: Megawati sudah diketahui hasil pemerintahannya, sama halnya juga dengan Yudhoyono, yang belum diketahui ialah Prabowo. Bagaimana pun mereka ini semua Pancasilais. Selain itu juga ketiga-tiganya pernah berbakti kepada rezim Pak Harto. Mungkin saja Pancasila Prabowo lebih baik dari mereka berdua, siapa tahu? Tidak banyak beda antara mereka. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/12/pol06.html Persaingan Mega-Yudhoyono Untungkan Prabowo Jakarta-Mantan Pangkostrad Prabowo Subianto berpeluang mengulang kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi presiden pada Pemilu 2009. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Yudhyono dan resistensi yang tinggi terhadap Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berpeluang memberikan keuntungan tersendiri bagi Prabowo. Mantan anggota FPDIP Permadi di Kantor DPP Partai Gerindra-Jakarta, Rabu (11/2), mengatakan, peluang Megawati bersaing dengan Yudhoyono tak lebih dari pengalaman yang terjadi pada tahun 2004. Namun, Yudhoyono akan kalah bersaing jika ada calon alternatif yang muncul. Saya lihat, peluang Pak Prabowo sangat besar. Prabowo itu Soekarno kecil, perpaduan dari kemampuan Soekarno dan Soeharto, kata Permadi. Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo pun memiliki peluang memeroleh suara yang signifikan pada pemilu legislatif mendatang. Pada Pemilu 2004, Partai Demokrat mampu meraih suara tujuh persen karena faktor figur Yudhoyono. Pak Prabowo bersama Partai Gerindra memiliki peluang mengulang sukses Partai Demokrat dengan Yudhoyono, kata Permadi. Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Revrisond Baswir dalam diskusi Kegagalan Sistem Ekonomi Indonesia di Gerindra Centre, Jakarta, mengatakan, tantangan Partai Gerindra ke depan adalah bagaimana menjalankan ekonomi kerakyatan yang saat ini masih sebatas wacana di tingkat elite politik menjelang kampanye. Partai tersebut harus menjadi pelopor untuk menghentikan liberalisasi pasar di Indonesia dan melakukan nasionalisasi atas sektor-sektor penting ekonomi yang saat ini dikuasai pihak asing. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo memang menolak adanya privatisasi. Namun, menurut Revrisond, hal itu masih menuntut pembuktian. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, modal asing tidak bisa dielakkan untuk mendorong tumbuhnya ekonomi dalam negeri. Tetapi harus ada batas-batas tertentu. Modal asing tidak bisa merambah sektor-sektor strategis seperti yang kita praktikkan selama ini, kata Ahmad Muzani. (inno jemabut)
[zamanku] e! Science News: Did increased gene duplication set the stage for human evolution?
Sekedar untuk diketahui: Did increased gene duplication set the stage for human evolution? Published: Wednesday, February 11, 2009 - 13:29 in Biology Nature Learn more about: ancestral species common ancestor dna sequences gene duplications howard hughes medical institute human evolution Roughly 10 million years ago, a major genetic change occurred in a common ancestor of gorillas, chimpanzees, and humans. Segments of DNA in its genome began to form duplicate copies at a greater rate than in the past, creating an instability that persists in the genome of modern humans and contributes to diseases like autism and schizophrenia. But that gene duplication also may be responsible for a genetic flexibility that has resulted in some uniquely human characteristics. Because of the architecture of the human genome, genetic material is constantly being added and deleted in certain regions, says Howard Hughes Medical Institute investigator and University of Washington geneticist Evan Eichler, who led the project that uncovered the new findings. These are really like volcanoes in the genome, blowing out pieces of DNA. The research was published in the February 12, 2009, issue of Nature. Eichler and his colleagues focused on the genomes of four different species: macaques, orangutans, chimpanzees, and humans. All are descended from a single ancestral species that lived about 25 million years ago. The line leading to macaques broke off first, so that macaques are the most distantly related to humans in evolutionary terms. Orangutans, chimpanzees, and humans share a common ancestor that lived 12-16 million years ago. Chimps and humans are descended from a common ancestral species that lived about 6 million years ago. By comparing the DNA sequences of the four species, Eichler and his colleagues identified gene duplications in the lineages leading to these species since they shared a common ancestor. They also were able to estimate when a duplication occurred from the number of species sharing that duplication. For example, a duplication observed in orangutan, chimpanzees, and humans but not in macaques must have occurred sometime after 25 million years ago but before the orangutan lineage branched off. Eichler's research team found an especially high rate of duplications in the ancestral species leading to chimps and humans, even though other mutational processes, such as changes in single DNA letters, were slowing down during this period. There's a big burst of activity that happens where genomes are suddenly rearranged and changed, he says. Surprisingly, the rate of duplications slowed down again after the lineages leading to humans and to chimpanzees diverged. You might like to think that humans are special because we have more duplications than did earlier species, he says, but that's not the case. These duplications have created regions of our genomes that are especially prone to large-scale reorganizations. That architecture predisposes to recurrent deletions and duplications that are associated with autism and schizophrenia and with a whole host of other diseases, says Eichler. Yet these regions also exhibit signs of being under positive selection, meaning that some of the rearrangements must have conferred advantages on the individuals who inherited them. Eichler thinks that uncharacterized genes or regulatory signals in the duplicated regions must have created some sort of reproductive edge. I believe that the negative selection of these duplications is being outweighed by the selective advantage of having these newly minted genes, but that's still unproven, he said. An important task for future studies is to identify the genes in these regions and analyze their functions, according to Eichler. Geneticists have to figure out the genes in these regions and how variation leads to different aspects of the human condition such as disease. Then, they can pass that information on to neuroscientists and physiologist and biochemists who can work out what these proteins are and what they do, he says. There is the possibility that these genes might be important for language or for aspects of cognition, though much more work has to be done before we'll be able to say that for sure. --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.
[zamanku] Gombal!
Lobi Gombal! Purwanto Wartawan Tempo SAYA teringat suatu hari ketika menonton salah satu acara di televisi mengenai tanya-jawab soal visi-misi sejumlah kandidat legislator. Saya tertarik menonton karena calon “kreatif” pasti memanfaatkan acara ini untuk memaparkan program terseksinya. Istilah “kreatif” saya comot dari pernyataan panitia pengawas yang kesulitan mengatur atribut kampanye. Meski saya menganggap pemasangan baliho dan atribut lain bukan suatu kreativitas. Hanya sebuah topeng. Dalam satu sesi, peserta panel menanyakan bagaimana cara kandidat mengurangi angka kemiskinan. Rahardjo, teman satu rumah saya, ikut nonton. Dia pedagang tak menetap di Bogor, Jawa Barat. Khusyuk menanti jawaban kandidat, ia menaikkan sedikit volume televisi. Sang kandidat pun menjawab. Ia akan membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan... pett. Televisi mati. Rahardjo memencet tombol remote sebelum calon selesai menjawab. Penasaran, saya tanya alasan Rahardjo. Semua janjinya sama, gombal! kata dia. Menurut Rahardjo, semua calon pejabat berjanji manis. Setelah calon terpilih, dia tak merasakan perubahan. Pendapatanku tetap, tapi harga melonjak. Hampir semua teman di pasar mengeluh sama. Saya memotong, Tunggu, Djo. Tapi ini baru pemilihan anggota DPR, bukan pejabat pemerintah. Rahardjo menyergah, Semakin ketahuan bohongnya. Saya makin penasaran, Maksudnya? Rahardjo, sambil merendahkan suara, menjawab, anggota DPR seharusnya mendengarkan keluhan rakyat. Misalnya, keluhan teman di pasar tentang harga barang mahal. Lalu, Dewan menanyakan penyebabnya ke pemerintah. Nah, di situ dibahas solusi dan dananya. DPR bisa meminta pemerintah memprioritaskan anggaran, misalnya pada penyelesaian masalah harga. Kalau membuka lapangan kerja, kata Rahardjo, Itu bagian dari pemerintah. Soal tugas DPR, Rahardjo memang benar. Saya tak tahu apakah dia habis membaca Undang-Undang Dasar. Yang jelas, sebelum ngeloyor pergi, dia berujar sinis. Barangkali, kalau terpilih, mereka akan mengusulkan banyak studi banding. Tak mau memperpanjang, saya hanya menjawab, Ah, kamu bisa saja, Djo. Wajar saja, Rahardjo mematikan televisi. Barangkali dia prihatin karena ada calon yang mengandalkan atribut kampanye, maju tanpa jelas misi-visinya. Jangankan visi-misi, tugas DPR saja mungkin ia lupa, atau lebih parah andai ia tak tahu. Tapi saya pribadi menyesalkan partai politik mau mengusung calon semacam itu. http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/12/Nasional/krn.20090212..156595.id.html http://media-klaten.blogspot.com/ salam Abdul Rohim
[zamanku] Golkar Jaring Calon Presiden Lewat Survei
Golkar Jaring Calon Presiden Lewat Survei Peluang Sultan kembali terbuka. JAKARTA – Partai Golkar akhirnya memutuskan untuk menentukan calon presiden dan wakilnya melalui survei dalam waktu satu atau dua bulan ini. “Jadi April sudah ada calonnya,” kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono di Jakarta kemarin. Cara ini berbeda dengan Pemilu 2004 ketika Golkar mencari calon presiden melalui konvensi. Bahkan, dalam rapat pimpinan nasional yang digelar Oktober lalu, Golkar menyatakan akan memutuskan calon presiden setelah pemilihan legislatif. Menurut Agung, dalam waktu dekat Dewan Pimpinan Pusat akan mengirim surat ke daerah, meminta mereka mengusulkan maksimal tujuh nama calon presiden dan wakilnya. Nama-nama yang masuk akan disusutkan menjadi beberapa nama, lalu dikirim ke lembaga survei untuk dilihat tingkat keterpilihannya. Pertengahan Maret sudah disurvei, katanya. Langkah Golkar ini bisa membuka peluang Sultan Hamengku Buwono X, yang disebut-sebut menjadi pesaing Kalla untuk merebut kursi calon presiden dari Golkar. Tapi Sultan enggan mengomentari peluangnya. Ada daerah yang menganggap saya pantas dan ada yang tidak. Kita lihat hasilnya nanti, katanya di Surabaya. Menurut dia, penjaringan dari bawah itu seharusnya sudah digelar pada Desember atau Januari lalu. Keputusan rapat pimpinan memang seharusnya ada konvensi, ujarnya. Tokoh Golkar, Marwah Daud Ibrahim, yang sempat ikut konvensi calon presiden versi Dewan Integritas Bangsa, berharap penjaringan itu dilakukan secara terbuka. Harus terperinci dan tertulis, katanya. Ia khawatir ketertutupan akan mengakibatkan kompetisi tidak sehat. Menurut Agung, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla adalah kandidat terkuat Golkar. Tapi keputusan Partai Demokrat, yang baru menentukan calon wakil presiden setelah pemilu legislatif, membuat sejumlah daerah mendorong Golkar mencalonkan presiden dari dalam partai. Sulawesi Selatan sudah menjatuhkan pilihan pada Kalla sebagai calon presiden. Pasti Sulsel sudah sangat jelas arahnya mau ke mana, kami tetap memberi dukungan ke JK karena di Sulsel dia masih menjadi kata kunci, kata Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin. Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ahmad Noer Supit mengatakan sudah saatnya partai beringin ini mengusung calon presiden sendiri. Menurut dia, munculnya usulan sederet nama dari daerah untuk dijadikan calon presiden menunjukkan keinginan yang kuat agar partai mencalonkan presiden. Hanya, kata Supit, ada elite di pusat yang berpikir pragmatis untuk tetap mencalonkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Menurut dia, hal itu hanya menguntungkan individu-individu kader partai tetapi merugikan partai secara keseluruhan. YUDONO | EKO ARI | DWI RIYANTO | DINI | IRMAWATI | AQIDA http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/12/headline/krn.20090212..156607.id.html http://media-klaten.blogspot.com/ salam Abdul Rohim
[zamanku] Bad Governance Salah Satu Ekses Pilkada
Bad Governance Salah Satu Ekses Pilkada Oleh Eko Prasojo * Pada Januari lalu presiden menyetujui pemeriksaan kasus hukum terhadap 128 kepala daerah dan anggota DPRD. Berita persetujuan itu tentu mengejutkan karena menunjukkan begitu banyak kepala daerah yang memiliki kasus pelanggaran hukum. Bagaimana menjelaskan fenomena maraknya kasus hukum yang dilakukan kepala daerah? Apa yang menjadi penyebab banyaknya kasus pelanggaran hukum oleh kepala daerah? Saya berhipotesis bahwa hal itu terkait dengan pemilihan langsung kepala daerah. Transaksi Ekonomi Politik Sepertinya menjadi jamak dalam berbagai diskusi dan polemik di tanah air bahwa biaya penyelenggaraan pemilihan langsung kepala daerah sangat mahal. Biaya tersebut tidak saja harus dibayar masyarakat melalui APBD, tetapi juga oleh calon kepala daerah dan partai politik pengusung. Meski sulit untuk dibuktikan secara resmi, berapa biaya yang dikeluarkan seorang calon dan partai politik untuk mengikuti proses pemilihan kepala daerah, itu dapat dirasakan berbiaya besar. Hal tersebut dibutuhkan sejak seorang calon melamar atau dilamar partai politik, biaya survei dan konsultan, biaya iklan politik, biaya resmi administratif, sampai biaya ''upaya paksa mengubah preferensi atau pilihan masyarakat. Besarnya biaya juga bervariasi, bergantung nama besar partai pengusung dan tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Untuk pemilihan gubernur, biayanya akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan pemilihan bupati/wali kota. Semakin populer sebuah partai, semakin mahal pula biaya yang dikeluarkan seorang calon kepala daerah. Bahkan, sering terdengar sayup-sayup bahwa kebutuhan biaya itu dipenuhi dengan cara pre-finance (prabayar) melalui proyek-proyek pengadaan barang dan jasa yang secara definitif telah diketahui pemenangnya. Besarnya biaya yang diperlukan untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah ditengarai merupakan penyebab utama buruknya kualitas pemerintahan daerah saat ini. Sebenarnya sangat mudah memahami gejala itu karena uang yang sudah dikeluarkan untuk membiayai ongkos pilkada sebenarnya tidak dibiayai sendiri oleh calon, melainkan harus dibayar rakyat melalui APBD. Modus yang paling lazim adalah keberpihakan kepala daerah kepada ''investor politik dalam pengadaan barang dan jasa serta pemberian izin-izin tertentu dalam pengelolaan sumber daya alam. Tentu saja tidak semua kepala daerah yang dipilih secara langsung memiliki perilaku buruk seperti itu, namun jumlahnya sangatlah sedikit. Perilaku buruk kepala daerah dalam pilkada merupakan fenomena umum, sekalipun bisa dijumpai perilaku menyimpang yang positif. Banyaknya kepala daerah yang terkait dengan kasus pelanggaran hukum korupsi, dalam pandangan penulis, sangat berhubungan dengan mahalnya biaya pilkada yang harus diupayakan gantinya dalam pemerintahan daerah. Ke Arah Bad Governance? Pertanyaan berikutnya, apakah praktik pemilihan langsung kepala daerah di Indonesia telah menyebabkan praktik pemerintahan yang buruk (bad governance), sebagaimana diindikasikan 128 kepala daerah yang tersangkut kasus pelanggaran hukum. Pada 2000 James Manor dan Richard Crook melakukan penelitian di Amerika Selatan dan Afrika Barat tentang kaitan antara pemilihan langsung kepala daerah dan bad governance. Hasilnya adalah ''Some of the worst cases of corruption and ineffectiveness are associated with the direct popular election mayors of chief executives and a separation of powers between the elected chief and representative councils. Jadi, kasus-kasus korupsi dan ketidakefektifan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah berhubungan dengan pemilihan langsung kepala daerah dan pemisahan kekuasaan antara kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah. Menurut Manor dan Crook, ada tiga penyebab pemilihan langsung kepala daerah berhubungan dengan praktik pemerintahan daerah yang buruk. Pertama, tidak berfungsinya secara efektif kontrol politik dari dewan perwakilan rakyat daerah (council) terhadap kepala daerah. Kedua lembaga itu sama-sama memiliki legitimasi yang kuat karena dipilih secara langsung oleh masyarakat. Di Indonesia, berdasar UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah tidak lagi bertanggung jawab kepada DPRD. Fungsi pengawasan DPRD jadi mandul, sedangkan pengawasan oleh pemerintah pusat tidak berjalan efektif karena keterbatasan kompetensi dan jumlah personel. Bisa dikatakan, saat ini kepala daerah tidak terawasi baik oleh DPRD maupun pemerintah pusat. Kedua, kecenderungan elite politik lokal di negara berkembang yang bersifat tertutup dan selalu mengooptasi kekuasaannya. Penguasaan terhadap aset, sumber daya, dan kemakmuran hanya terbatas pada lingkaran elite yang sangat kecil. Karena itu, calon kepala daerah incumbent selalu mengooptasi kekuasaan, termasuk birokrasi dan sumber keuangan daerah, untuk memenangi pilkada. Ketiga, kesadaran, pengetahuan, dan jaringan masyarakat dalam mengontrol pemerintahan
[zamanku] RI, Negara Pelayanan Terburuk di Asia
Teten Masduki: RI, Negara Pelayanan Terburuk di Asia JAKARTA--MI: Pelayanan publik oleh penyelenggara negara dinilai masih buruk dengan banyaknya praktik penyimpangan administrasi dalam pelaksanaanya karena belum adanya komitmen daripenyelenggara negara untuk menindaklanjuti atau menyelesaikan laporan keluhan dari masyarakat. Saat ini, lembaga survei internasional menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pelayanan publik terburuk khususnya di Asia, kata anggota Ombudsman Republik Indonesia (ORI), Teten Masduki, dalam diskusi publik Wajah Baru ORI, di Yogyakarta, Senin (9/2). Menurut dia, masyarakat sebenarnya tidak perlu ragu melapor ke ORI jika menemukan penyimpangan administrasi dalam pelayanan publik baik di tingkat pusat atau daerah. Hal tersebut didasarkan pada sumber dana penyelenggaraan negara yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2009 yang bersumber dari pajak yaitu sekitar 60 persen, minyak dan gas 30 persen, dan pinjaman luar negeri sekitar 10 persen. Selama ini, kata Teten, masyarakat kurang terbiasa melaporkan keluhan terkait dengan pelayanan publik kepada Ombudsman dan laporan pengaduan ke pengadilan memakan waktu lebih lama. Pelaporan lewat Ombudsman akan direspon lebih mudah, cepat dan murah karena lembaga ini merupakan jalur penyelesaian di luar pengadilan, paparnya. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 37 Tahun 2008 telah menetapkan ORI sebagai lembaga negara yang bertugas mengawasi penyelenggaraan negara, pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan badan swasta atau perorangan. Sementara itu, Ahli Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Enny Nurbaningsih, menegaskan bahwa praktik penyimpangan administrasi justru banyak terjadi di daerah terkait dengan otonomi daerah.Otonomi daerah dirasa belum berhasil mewujudkan salah satu tujuannya yaitu pelayanan publik yang prima sehingga keluhan berbelit-belit dan pungli tidak terhindarkan, katanya. (Ant/X-4) http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NjAwMzQ= http://media-klaten.blogspot.com/ salam Abdul Rohim
[zamanku] Moratorium Pemekaran Daerah,Mungkinkah?
Moratorium Pemekaran Daerah,Mungkinkah? DEMONSTRASI yang berubah menjadi anarki di Medan, 3 Februari lalu terkait desakan para pengunjuk rasa agar DPRD Sumatera Utara (Sumut) mendukung pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), telah memakan korban jiwa Ketua DPRD Sumut Abdul Azis Angkat. Ini membuka mata kita kembali, apakah pemerintah harus tegas melakukan moratorium total pemekaran daerah? Meski kriteria pemekaran dalam Undang-Undang (UU) No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Pemerintah No 78/2007 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah sudah sangat jelas mengatur tata cara pemekaran, aturan itu belum berjalan simetris dengan proses politik yang terjadi selama ini. Pemekaran dapat bersifat top-down, seperti pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat.Dapat pula bersifat bottomupseperti pemekaran di beberapa provinsi,kabupaten,dan kota dari Aceh, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku hingga Papua..Antara 1999 hingga 2008 telah terbentuk 45 daerah baru pada era Presiden BJ Habibie, 103 daerah baru pada era Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, serta 57 daerah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas,6 Februari 2008). Gagasan desentralisasi pemerintahan dan pemekaran wilayah awalnya dilakukan untuk memeratakan pembangunan daerah Jawa-Luar Jawa, serta mempermudah sistem administrasi pemerintahan dan pelayanan publik, khususnya di Papua, Kalimantan, dan Maluku. Ini perlu dilakukan karena selama periode Orde Baru tidak sedikit daerah pegunungan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia yang terbelakang pembangunannya. Kompleksitas etnik, agama, maupun bahasa menjadi kendala dalam pelayanan pemerintahan di era Orde Baru. Di Jawa,masyarakat tidak menuntut pemekaran karena alasan etnis.Penduduknya lebih homogen,kultur Jawa dan Sunda.Hanya masyarakat Banten yang sejak awal reformasi menggebu-gebu ingin memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat, antara lain karena faktor historis kerajaan yang berbeda dan lambannya pembangunan di daerah tersebut. Dalam perjalanannya, pemekaran menjadi tren bagi elite-elite politik daerah untuk memekarkan daerahnya, terpisah dari daerah induk,baik itu provinsi ataupun kabupaten/ kota.Cara yang dilakukan beragam,ada yang dengan elegan mengusulkan ke DPRD, Departemen Dalam Negeri (Depdagri),dan DPR. Ada yang menggunakan cara koruptif dengan memberikan sejumlah dana menggiurkan agar proses itu berjalan lancar di Depdagri dan DPR.Ada pula dengan kekerasan, yaitu mengerahkan massa sebanyak mungkin untuk berdemonstrasi ke DPRD,DPR atau Depdagri. Alasannya pun bermacam-macam, baik menonjolkan faktor historis, politis, maupun ekonomis.Kadang bukan untuk kepentingan rakyat di daerah, melainkan hanya terdorong oleh kepentingan koalisi politisi dan pengusaha daerah. Anehnya, DPR di era reformasi, yang banyak dikritik oleh rakyat karena sedikit sekali menghasilkan undangundang yang sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas), justru paling rajin membahas undangundang pemekaran dan pembentukan daerah baru. Angka pemekaran daerah di atas menunjukkan betapa rajinnya DPR dan pemerintah menyetujui serta mengesahkan pemekaran atau pembentukan daerah baru. Hak inisiatif dan peran utamaDPRdalamprosespembentukan UU, seperti diamanatkan konstitusi hasil empat amendemen, telah disalahgunakan oleh kalangan tertentu di DPR untuk mempercepat pemekaran daerah. Pemerintah, dalam hal ini Depdagri dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, hanya menjadi tukang stempel pemekaran daerah. Bahkan,konon, tidaksedikitanggotaDPR dan pemerintah yang menjadi calo pemekaran daerah.Ironis memang.Kita juga tidak tahu pasti peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD)—yang peran politiknya antaraadadantiada akibat posisinya yang tidak jelas diatur konstitusi. Apakah pemekaran sudah memperbaiki nasib rakyat di daerah? Pertanyaan ini perlu dijawab oleh kalangan DPR, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Dalam banyak kasus, tak sedikit masyarakat di daerah seperti Papua, Papua Barat, Aceh,Maluku Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, yang mengatakan kepada penulis bahwa yang lebih menikmati pemekaran hanyalah para elite yang menerapkan KKN, yang jauh lebih buruk daripada era Orde Baru. Semisal pengangkatan pejabat daerah tidak didasari oleh merit system melalui badan pertimbangan kepangkatan dan jabatan (baperjakat),melainkan atas keinginan gubernur, bupati, wali kota atau bahkan kepalakepala dinas. Pemekaran daerah juga sebagian besar didasari oleh faktor sejarah unit pemerintahan di daerah itu pada era kolonial Belanda, seperti keresidenan pada masa lalu, sampai ke soal etnis dan agama. Hal itu seperti dikatakan rekan penulis, peneliti di Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI), Dr Tri Ratnawati, yang ahli masalah politik lokal, khususnya Maluku. Katanya, ”Politik etnik dan politik identitas
[zamanku] PKS Tidak Ingin Beli Kucing Dalam Karung
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/13/032522/1084237/700/pks-tidak-ingin-beli-kucing-dalam-karung Jumat, 13/02/2009 03:25 WIB Jaring Pemimpin Nasional PKS Tidak Ingin Beli Kucing Dalam Karung Didit Tri Kertapati - detikPemilu Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mulai gencar mencari pasangan untuk diusung pada Pemilu Presiden (pilpres) 2009. Dalam memilih pasangan pemimpin, PKS tidak ingin seperti membeli kucing dalam karung. Kata ibu-ibu di Belawan, kalau beli ikan, pencet kepalanya dulu. Kalau kepalanya sudah empuk, sudah busuk ke bawahnya. Intinya kalau pilih pemimpin yang baik kepalanya, kata Presiden PKS, Tifatul Sembiring. Tifatul mengatakan itu dalam acara diskusi di kantor DPP PKS, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (12/2/2009) malam. Tifatul menegaskan, PKS tidak akan maju sendiri dalam menghadapi pemilu presiden (pilpers) nanti. Pihaknya pun mengambil ancang-anacang untuk berkoalisi dengan parpol yang berazaskan nasionalis. Koalisi dengan partai Islam itu prioirtas, tapi itu tidak cukup kuat nanti di parlemen. Kita harus (koalisi) dengan partai yang berazas nasionalis juga, tegas pria asal Sumatera Utara tersebut. Tifatul menambahkan, koalisi yang nanti dibangun partainya harus memiliki pondasi yang kuat di parlemen. Setidaknya PKS menargetkan 40 persen suara di parlemen untuk koalisi yang digalangnya. Alasannya agar koalisi yang terbentuk tidak mudah goyah. Kemarin koalisi hanya 18 persen suara di parlemen, gampang sekali digoyang, tandas Tifatul. Tifatul memastikan, pengumuman pasangan yang akan diusung PKS dalam pilpers nanti baru dilakukan setelah pemilu legislatif. Keputusan resmi kita nanti akan disampaikan pasaca pemilu legislatif, pungkasnya. ( ddt / mok )
[zamanku] Perusahan Haji Saudi Masuki Indonesia
Refleksi: Kalau sudah ada perusahan haji saudi, untuk apa dibutuhkan bisnis Departemen Agama (Depag)? http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_contentview=articleid=8621:perusahan-haji-saudi-masuki-indonesiacatid=1:nasionalItemid=54 Perusahan Haji Saudi Masuki Indonesia Thursday, 12 February 2009 07:35 Melihat potensi yang besar jamaah haji Indonesia, perusahaan haji Saudi mulai masuk dan membuka cabangnya di Indonesia Hidayatullah.com--Salah satu perusahaan pelaksana ibadah haji dan pemilik hotel-hotel berbintang di Arab Saudi, Dar Al-Eiman Co membuka cabang perusahaan di Indonesia dan cabang usaha perhotelan itu adalah untuk yang pertama dan satu-satunya di Asia. Menurut Chairman Dar Al Eiman Co untuk Indonesia, Abdel Razek pada launcing perusahaan tersebut di Jakarta, Rabu (11/2), Indonesia dipilih bukan tanpa alasan, karena Indonesia merupakan negara terbanyak mengirimkan jamaah pada saat musim haji. Selain itu, Indonesia juga negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sekaligus merupakan salah satu negara yang mengirimkan jamaah haji terbanyak pada musim haji, ujar dia. Perusahaan itu tidak menjual paket haji langsung kepada jamaah, tetapi lebih merupakan sebuah perusahaan whole saler, karena hanya akan menjual paket haji kepada penyelenggara-penyelenggara haji di Indonesia. Abdel Razek meyakini, dengan fasilitas hotel dan restaurant mewah di Mekah dan Madinah, perusahaannya akan mampu menarik minat penyelenggara haji di Indonesia. Kami memiliki jaringan hotel di Mekah, Madinah dan kota-kota lainnya di Arab Saudi, ujar dia. Selain itu lanjut dia lagi, pihaknya juga berpengalaman menyelenggarakan ibadah haji di Arab Saudi. Oleh karena itu dia yakin akan banyak perusahaan-perusahaan penyelenggara haji yang akan bergabung. Dengan bergabung dengan kami, maka penyelenggara haji di Indonesia tidak perlu lagi repot-repot bolak balik ke Arab Saudi untuk mengurus segala sesuatunya disana. Kami akan handle semuanya dari sana, ujar Razek. Saat ini perusahaannya telah berhasil mengirimkan jamaah-jamaah haji maupun umroh dengan sukses dari mancanegara seperti Amerika Serikat, Pakistan, Mesir, Siria, Lebanon dan sebagainya. Khusus buat umroh kami pun menyediakan pesawat-pewasat jet mewah yang dapat disewa untuk melaksanakan umroh sambil berekreaksi di jazirah Arab, kata Abdel. [plt
[zamanku] Re: [t-net] Kembali ke istilah Tionghoa China
Mas Choirul Mahfud... E-mail anda yang sederhana ini sangat menarik dan menggerakkkan saya untuk menulis di milis ini. Mungkin moderator tidak mengenal saya dan saya juga tak tau bagaimana ceritanya nama saya ada dimilis ini dan ternyata namaku juga ada dimilis Zamanku wah rame dan ternyata orang-orangnya itu-itu juga...terutama Hafsah Salim. Mungkin juga tulisan saya ini tidak diposting ...Toh tak jadi masalah. Kita ketahui dan juga kita sadari terkadang perkataan China itu agak kurang enak didengar. Hal ini tak lain juga tentu ada dasarnya, dan bila kita balik kebelakang betapa brutalnya kata-kata ini digunankan misalnya: GANYANG CHINA yang sangat terkenal itu di era '65. Duka ini menimbulaknluka yang sangat mendalam bagi sebagian besar saudara kita keturunan China dan terus menurun ke anak cucu dan kemudian disusl lagi dengan kebrutalan Mei 1998. Hal ini membuktikan siapapun pemimpin bangsa yang telah memimpin kita gagal membawa persatuan. Tapi bagaimanapun tidak enaknya kelihatannya harus bisa diterima. Tak ada kata lain selain China. Jangan bilangkan para keturunan bahkan rakyat RRC juga memasang dengan kebanggan I am Chinese atau saya China. Tak bisa disangkal kata yang paling tepat adalah China. Para keturunan China, dimanapun anda berada kalau anda memang masih ingin ingat leluhur maka anda akan mengatakan China, misalnya American Chinese, Indonesian Chinese. Will it feel better if you tell them I am Tionghoa? Where is Tionghoa? Is that a nation? Mungkin saya atau anda juga memilki keturunan China, sama seperti sebagian saudara kita dari Palembang, Jawa Barat, dan beberapa daerah lainnya di Pulau Jawa yang meiliki hubungan dengan kerajaan China dahulu kala.Misalnya Gus Dur. So what? What is the point. Does it matter? In fact we are all Indonesian. Berbagai peristiwa kejam dan latar belakang sejarah yang tidak mengenakkan itulah yang harus kita hapuskan dan mulai sekarang berusaha untuk saling menerima, dan tidak membuat segregasi lagi. Misalnya berbaur, kalau memang agak sulit berbaur dengan yang bergama Islam karean menekan anda harus masuk Islam yah masih banyak yang bergaman Catholic, Protestant, Hindu, Buddha, yang penting jangan membuat pembatas. Kalau mau merayakan Imlek, Cap Go Meh yah silahkan ...dan kita nikmati bersama.. Ambil saja contoh, katakanlah anda keturunan China yang dari 10 kilo meter sana juga kelihatan, dan anda memegang passport Indonesia, maka anda adalah bangsa Indonesia. Intinya semua adalah pendidikan yang mendatangkan intelektual...bukan titel ya. Anda akan merasakan betapa indahnya bergaul dan berbaur. Dan andapun bebas untuk jatuh cintalho nggak nyambung Valentine Day...jadi bila anda menyimpan rasa cinta mendalam bagi seseoragng keturunan China sekarang katakankanlah cinta ituhai adik manis.betapa hati ini mencintaimuha...kira-kira begitu..janganlah memakai kata amoi atau janganlah buka salam dengan assalam alaikum ww.berbahasa Indonesialah dan kalau ditolak jangan memabalas dengan kata mutiara dari daerah asalmu..yang tidak senonoh. Misalnya sewaktu saya di Padang sering saya mendengar kata pantek.itu kata mutiara katanya...tapi koq nggak enak yaeh.ternyata ucapan tidak senonoh.. Kita ini semua Indonesia, I am proud to be Indonesian. Saya jadi ingat sebuah lagu God Bless the USA...katanya I am proud to be an American..Dalam hal ini bukan berpihak tapi saya kira pandangan Yap Hong Gie ada benarnya. Contoh lagi misalnya Alvin Lie dan calon politisi lainnya yg menyebut diri Tionghoa...tapi dibelakangnya tetap disebut...China dianah sudah saatnya melupakan hal-hal tsb, kalau tak salah polemik yang tak ada gunanya dan membuang waktu berkepanjangan, toh yang nggak mau ngerti dan keras kepala tetap saja memakai istilah yg dia kehendaki,,yah terima saja dan kita yang punya prinsip mulailah menanamkan dan menggunakannya dengan baik. HH Saya cc kan ke milis favoritku mediacare karena Yap Hong Gie juga ada disana. - Original Message - From: LKAS Surabaya mahfudja...@yahoo.com To: tionghoa-...@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 12, 2009 3:42 AM Subject: [t-net] Banyak Sahabat2 Tionghoa ingin jadi politisi Sahabat-sahabat saya Tionghoa maupun non-Tionghoa, menarik membicarakan dan mendiskusikan tentang hal ihwal Tionghoa. Apalagi banyak sahabat2 Tionghoa kini mulai terjun dunia politik atau menjadi politisi. Bagaimana tanggapan anda. setuju atau tidak setuju. setuju dengan catatan atau bagaimana komentarnya... Saya baru saja dapat jawaban dari mas Alvin Lie saat saya interview di gedung DPR MPR Jakarta...ini fenomena wajar dan biasa. ibarat lama tidur, ini momen bangkit ungkapnya biasa. Komentar ini menarik sekali... bagaimana komentar anda? beda ato sama saja. salam, choirulmahfud Motto : Persahabatan, Perdamaian dan Harmoni # Mohon selalu berbahasa santun dan sopan, kunjungi
[zamanku] Many countries ignore human trafficking
http://www.iht.com/articles/reuters/2009/02/12/europe/OUKWD-UK-UN-TRAFFICKING.php Many countries ignore human trafficking ReutersPublished: February 12, 2009 By Mark Heinrich Human trafficking for the sex trade or forced labour market appears to be getting worse because many countries are ignoring the globalised problem, the United Nations Office on Drugs and Crime said on Thursday. It gave no figure for the number of people trafficked every year, but a U.S. State Department report has put it at 800,000 compared with the International Labour Organisation's estimate in 2005 that 2.5 million people were being trafficked annually. The UNODC study said 40 percent of affected countries had not registered a single conviction, crucial to deterrence. On his 200th birthday, Abraham Lincoln must be turning in his grave, UNODC chief Antonio Maria Costa told Reuters. The Great Emancipator did not end slavery. It is alive and well in the form of human trafficking -- a crime that shames us all. UNODC said although sexual abuse was suffered mainly by women and girls, women accounted for the majority of traffickers in almost a third of the 155 countries surveyed. Twenty percent of victims were children, but they were the majority in Southeast Asia's Mekong region and parts of Africa. Children's nimble fingers are exploited to untangle fishing nets, sew luxury goods or pick cocoa. Their innocence is abused for begging or exploited for sex as prostitutes, UNODC said. About 79 percent of human trafficking involved sex slavery while 18 percent covered forced or bonded labour, forced marriages and organ removal. Public opinion is waking up to the reality of modern slavery but many governments are still in denial. There is even neglect when it comes to reporting on or prosecuting cases of trafficking, Costa said in the report. We fear the problem is getting worse but we cannot prove it for lack of data, and many governments are obstructing. 'BLIND TO THE PROBLEM' UNODC said 63 percent of the countries covered by the report had enacted anti-trafficking laws since a special U.N. protocol against the crime took effect five years ago. The number of convictions was rising but most occurred in only a few states. Many others, especially in Africa, lacked legislation or the will to crack down on human trafficking. Conviction rates in most states rarely exceeded that for much rarer crimes such as kidnapping, and were far lower than the estimated number of victims, UNODC said. Either these countries are blind to the problem, or ill-equipped to deal with it, or both, Costa said. Some countries, including a few very large ones, do not even inform us about the problem in their midst. Either they are too disorganised to collect information or are unwilling to share it, perhaps out of embarrassment. The UNODC report included country-by-country snapshots but singled out none for criticism. Last year's U.S. report branded Algeria, Cuba, Iran, Moldova, Myanmar, North Korea, Oman, Saudi Arabia, Sudan and Syria as the worst offenders in trafficking. UNODC said China, Iran, Saudi Arabia, Yemen, Libya, Tunisia, Madagascar and some Central African states either declined UNODC's request for information or had no data to contribute. Costa said it was urgent for social scientists and governments to step up information-sharing and legal crackdowns. If we do not overcome this knowledge crisis, we will be fighting the problem blindfolded, he added. In a ceremony on Thursday at the United Nations in New York, Costa appointed American film actress Mira Sorvino as UNODC ambassador to fight human trafficking, a cause in which she has been active. Sorvino, who won a supporting actress Oscar for her role in Woody Allen's Mighty Aphrodite, said she would join a vital battle against one of the worst sins our age is shamed with. (Additional reporting by Patrick Worsnip at the United Nations; editing by Todd Eastham) dot_h.gif
[zamanku] More than 40 per cent of Turkish women abused by husbands
http://www.smh.com.au/world/more-than-40-per-cent-of-turkish-women-abused-by-husbands-20090213-86bc.html More than 40 per cent of Turkish women abused by husbands a.. February 13, 2009 - 7:45AM More than 40 per cent of women in Turkey have been physically or sexually abused by their husbands, according to a survey released on Thursday by the Prime Minister's Office. Only a fraction of victims slapped, pushed, punched, choked, burnt or threatened or attacked with a weapon such as a knife or gun ever report the abuse to authorities, the Department for the Status of Women said in a press release accompanying the survey. The survey showed a clear income divide with just under 50 per cent of women in low income households reporting to have been physically or sexually abused by their husbands, compared to 28.7 per cent of those in the higher income bracket. Regionally, women in central and eastern Turkey were also much more likely to suffer from abuse, with more than 50 per cent in south-eastern Turkey reporting abuse compared to less than 27 per cent in north-western Turkey. In total 12,795 women across the country took part in the survey in August and October 2008. DPA
[zamanku] Muslims forbidden from participating in Valentine's Day ce lebration
http://www.gulf-times.com/site/topics/article.asp?cu_no=2item_no=272719version=1template_id=47parent_id=27 Muslims forbidden from participating in Valentine's Day celebration Publish Date: Thursday,12 February, 2009, at 10:48 PM Doha Time SOME people celebrate Yawm al-Hubb - Valentine's Day - on February 14 [the second month of the Christian Gregorian calendar] every year by exchanging red roses as gifts. They also dress up in red clothing, and congratulate one another (on this occasion). Some sweet shops produce special sweets - red in colour - and draw hearts upon them. Some shops advertise their goods which are specially related to this day. What is the Islamic view [concerning the following]: 1. Celebrating this day? 2. Buying from these shops on this day? 3. Selling - by shop-owners who are not celebrating - the things which are used as gifts, to those who are celebrating? May Allah reward you with all good! The ruling The clear evidence from the Qur'an and Sunnah - and this is agreed upon by consensus (Ijmaa') of the early generations of the Muslim Ummah - indicates that there are only two Eids in Islam (days of celebration): Eid al-Fitr (after the fast of Ramadan) and Eid al-Adha (after the standing at Arafah for pilgrimage). Every other Eid - whether it is connected to a person, group, incident or any other occasion - is an innovated Eid. It is not permissible for the Muslim people to participate in it, approve of it, make any show of happiness on its occasion, or assist in it in any way - since this will be transgressing the bounds of Allah ... and whoever transgresses the bounds of Allah, he has wronged his own self. [at-Talaaq 65:1] If we add to this fabricated Eid the fact that it is one of the Eids of the disbelievers, it is sin upon sin. This is because it is Tashabbuh (imitation) of the disbelievers, and a type of Muwaalaat (loyalty) to them. And Allah has prohibited the believers from imitation of them and having love or loyalty for them in His Mighty Book (Al-Qur'an). It is also confirmed from the Prophet (sallallaahu alaihi wa sallam) that he said: Whoever imitates a people is one of them. Eid al-Hubb (Valentine's Day) comes under the category of what has been mentioned here, since it is one of the pagan Christian holidays. Hence it is not permissible for any Muslim, who believes in Allah and the Last Day, to participate in it, approve of it, or congratulate (anyone on that occasion). On the contrary, it is obligatory to abandon it and stay far away from it - in response to Allah and His Messenger, and to distance oneself from the anger of Allah and His punishment. Additionally, it is forbidden for a Muslim to assist or help in this Eid, or any other of the forbidden/illegal celebrations in any way whatsoever - whether by food or drink, selling or buying, production, gift-giving, correspondence, announcements, etc. All of these things are considered as co-operating in sin and transgression and disobedience of Allah and His Messenger. Allah, the Glorious and Most High, says: ... and co-operate with one another in righteousness and piety, and do not co-operate in sin and transgression. And fear Allah! Verily Allah is severe in punishment. [al-Maa'idah 5:2] Likewise, it is obligatory for every Muslim to adhere strictly to the Qur'an and Sunnah in every situation - especially in times of temptations and corruption. It is incumbent that he/she understand, be aware and be cautioned from falling into the deviations of those whom Allah is angry with (Jews) and those who are astray (Christians) and the immoral people who have no fear of punishment - nor hope of reward - from Allah, and who give no attention at all to Islam. It is necessary for the Muslim to flee to Allah, the Most High, seeking His Hidaayah (Guidance) and Thabaat (Firmness) upon the Path. Verily, there is no Guide except Allah, and no One Who can Grant Firmness except Him. And the success is from Allah! May the praise of Allah - among the assembly of angels - and security from all harm and evil be granted to our Prophet Muhammad and his family and companions
[zamanku] Citra Penguasa Berjuta Tangan
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009021302075116 Jum'at, 13 Februari 2009 BURAS Citra Penguasa Berjuta Tangan! H. Bambang Eka Wijaya KENAPA Batara Guru tangannya empat? tanya Budi melihat lukisan di rumah kakek. Karena dia dewa yang paling sibuk, banyak urusan harus ditangani, jadi harus banyak tangan! jawab kakek. Dia juga dewa pengasih, jadi butuh banyak tangan pula buat membagi-bagi pengasihannya! Rupanya itu yang ditiru pemerintah, ya? Memberi bantuan langsung kepada rakyat! tukas cucu. Juga politisi, menjelang pemilu, membagi-bagi langsung--by hand--sembako kepada rakyat, supaya dikenali wajahnya dan ingat nomornya saat menconteng di bilik suara pemilu! Beda! entak kakek. Banyaknya tangan Batara Guru itu cuma simbolis! Dia bukan membagi-bagi uang tunai dan kresek sembako secara langsung begitu, melainkan membagi kasihnya melalui hukum alam atau hukum sosial ekonomi masyarakat! Seharusnya pemimpin negara dan politisi juga begitu, rakyat memenuhi kebutuhannya melalui usaha sendiri dalam mekanisme sosial dan ekonomi masyarakat bernegara bangsa, bukan lewat pemberian langsung! Pemerintah dan politisi cukup menciptakan sistem dan mekanisme yang adil buat semua untuk mendapatkannya! Ternyata pemerintah dan politisi tak memaknai gambar wayang bertangan banyak yang simbolik itu, malah menirunya secara wadak--tanpa tafsiran yang bijak! tukas cucu. Maka itu, pemerintah pun bagi-bagi bantuan langsung hingga mencitrakan dirinya penguasa berjuta tangan--lebih 19 juta keluarga miskin menerima bantuan tunai langsung dari tangan pemerintah setiap bulan! Tapi itu cuma menjadikan negara sebagai 'republik wayang wadak' belaka! tegas kakek. Pemerintah yang benar, menciptakan sistem dan mekanisme kehidupan sosial dan ekonomi yang mampu secara adil memberi tempat dan kesempatan bagi setiap warga bangsanya meraih kehidupan sejahtera! Negara bisa disebut gagal ketika rakyatnya mau masak harus antre beras miskin, lalu antre minyak tanah harga subsidi, mampir lagi ke kantor pos mengambil uang belanja dengan antre BLT, lalu sambil pulang antre minyak goreng dan gula harga operasi pasar--semua atas bantuan langsung dan campur tangan negara! Maka itu kita butuh penguasa yang punya citra kesaktian dahsyat! Batara Guru punya tangan empat, Rahwana sakti punya kepala sepuluh, penguasa kita jauh lebih sakti lagi, punya berjuta tangan! timpal cucu. Kalau cuma sistem dan mekanisme sosial dan ekonomi yang diciptakan setiap warga negara bisa meraih kehidupan sejahtera, lalu merasa semua yang mereka capai itu atas usaha sendiri, saat menconteng di bilik suara pemilu dia tak punya bayangan dari tangan siapa semua itu dia peroleh! Jika citra penguasa berjuta tangan itu yang dijadikan cara untuk memenangi pemilu, akhirnya membuat rakyat makin bergantung pada bantuan negara, rakyat kian lemah tak mampu hidup mandiri lagi! tegas kakek. Tak perlu waktu terlalu lama, negara menjadi panti sosial terbesar di dunia! bening.gifburas.jpg
[zamanku] RI Satu2nya Didunia Tak Terpengaruh Krisis Ekonomi Global
RI Satu2nya Didunia Tak Terpengaruh Krisis Ekonomi Global Jusuf Kala Wapres RI baru2 ini menyatakan di Amerika dimuka para pengusaha negara ini bahwa Indonesia adalah satu2nya negara didunia ini yang tak terpengaruh krisis ekonomi Global. Padahal Malaysia saja habis2an digempur Krisis ekonomi Global sehingga terpaksa memulangkan jutaan tenaga kerja Indonesia, dan bulan February ini saja sebanyak 100 ribu TKI dipulangkan. Menurut Ahmad Badawi, PM Malaysia ini, pemulangan TKI ini tak bisa dicegah karena banyak perusahaan2 dan pabrik2 terpaksa ditutup akibat menurunnya order. Dubes RI di Kuala Lumpur berusaha meminta agar pemulangan itu tidak dilakukan sekaligus tapi secara bertahap. Kesimpulannya sangat jelas, meskipun kita tak terpengaruh krisis ekonomi Global, ternyata sanggup menolong menyerap krisis ekonomi di Malaysia dengan menampung TKI yang kehilangan mata pencahariannya di Malaysia. Atas dasar kenyataan inilah, Jusuf Kala menganjurkan agar para pengusaha Amerika ini untuk berinvestasi di Indonesia karena banyaknya tenaga kerja pengangguran yang berpengalaman yang tidak bisa dipengaruhi oleh krisis ekonomi Global. Akibatnya para pengusaha di Amerika ter-kagum2 sambil meng-angguk2.. bingung. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[zamanku] Al Jazeera: Hamas 'close to truce' with Israel
Langkah yang bagus... --- UPDATED ON: Friday, February 13, 2009 07:11 Mecca time, 04:11 GMT News Middle East Hamas 'close to truce' with Israel Hamas says the deal will see the opening of all crossings into Gaza [AFP] Officials from the Palestinian group Hamas have said that an 18-month ceasefire with Israel will be announced within three days. The officials, speaking in Egypt on Thursday, said the agreement would ensure the end of violence in Gaza and the opening of the territory's border crossings. Moussa Abu Marzouq, the Hamas deputy political leader, told Al Jazeera that in two, three days, Inshallah [God willing], we are going to announce the calm situation. Mahmoud al-Zahar, another senior Hamas official, said the parties were now just waiting for the technical points - the communication between the Egyptian side with the Israelis in order to address the time ... at what time and what date the ceasefire [will] start. Al Jazeera's Amr El-Kahky, reporting from Cairo, said the apparent breakthrough came after senior Hamas officials met Omar Suleiman, the Egyptian intelligence chief, on Thursday. Egyptian officials have been mediating between Israel and Hamas for weeks. Taher al-Nono, a member of the Hamas delegation in Cairo, said most of the obstacles that prevented us from reaching an agreement were resolved. 'Very embarrassing' But Khalil Jahshan, a Middle East consultant and lecturer in international studies at Pepperdine University in the US, cautioned that we've been here before, ad nauseam. IN DEPTH Analysis and features from Gaza after the war He told Al Jazeera that neither Hamas nor Israel would be interested in revealing the sequence or substance of their agreement because it would defy, basically, the logic of the fighting of the past couple of months. This type of agreement could have been reached without the killing and savagery that we have witnessed during the Gaza war, he said. Details of the deal could also be very embarrassing because Israel would have to admit that it was not just indirectly talking to Hamas but making a deal with a group it deems to be a terrorist organisation – things it said it would never do. Israel had also said it would never open the crossings with Gaza before the release of Gilad Shalit, the Israeli soldier captured by Palestinian fighters in a cross-border raid in June 2006, but it appeared it was going to do so before his release, Jahshan said. Abu Marzouq said the agreement was not linked to any possible prisoner exchange deal with Israel that would see the release of Shalit. Fragile ceasefires This is a separate issue that has no relation with the truce, he said. Gilad Shalit will be [released] in exchange for Palestinian captives. Hamas has previously demanded that Israel free 1,400 Palestinian prisoners in exchange for Shalit. Jahshan said that Hamas would not want it revealed that there will be some conditions placed on the crossings with Israel and the Rafah crossing with Egypt. The longer-term truce deal would take the place of fragile ceasefires declared separately by Israel and Hamas last month which ended Israel's 22-day military offensive on the Gaza Strip. About 1,300 Palestinians, at least a third of them women and children, were killed during the war. Fourteen Israelis died. Gaza war inquiry The UN secretary-general's office announced on Thursday that an inquiry had been opened into incidents in Gaza during the war. About 1,300 Palestinians were killed in Israel's 22-day offensive on Gaza [AFP] Comprising members from Britain, the US, Sri Lanka and Switzerland, the board is to review and investigate a number of specific incidents that occurred in the Gaza Strip in which death or injuries occurred at UN premises or damage was done to UN premises or operations. Hamas sources told Al Jazeera that once the ceasefire was in place all crossing points into the Palestinian territory would be opened. The group said it would accept Israel continuing to ban the import of so-called dual-use items which could be used for military purposes, such as some construction material, provided that alternatives could be found. Hamas has repeatedly sought guarantees that Israel will lift the blockade it has enforced on Gaza since Hamas seized the territory from forces loyal to Mahmoud Abbas, the Western-backed Palestinian president, in June 2007. Abu Marzouq said Egypt was the main guarantor of the deal. Egypt, a regional mediator and the only Arab state other than Jordan to have signed a peace deal with Israel, said earlier that it would announce positive results from the talks in the coming hours. A deal would help restore Cairo's regional image after it was criticised in the Arab world for not opening its Rafah border crossing with Gaza and for its limited humanitarian operation during Israel's offensive. Source: Al Jazeera and agencies --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah
[zamanku] Thailand Menolak Tuduhan Abuse Rohingya
Thailand Menolak Tuduhan Abuse Rohingya http://english.aljazeera.net/news/asia-pacific/2009/02/2009248393921170.html Rohingya ini sama sekali bukan orang Birma dan juga bukan orang Thailand, tetapi mereka adalah aseli orang2 Arab dari Yaman dan orang2 Arab campuran Bengali yang selama ratusan tahun berjuang menterror penduduk aseli di Birma maupun di Thailand untuk merebut tanah mereka untuk dijadikan negara Syariah. Mereka orang2 Rohingya selalu terlibat berbagai terror dan pemenggalan kepala para pendeta2 Buddha maupun Hindu diberbagai tempat di Birma maupun di Thailand. Akibatnya oleh pemerintah Birma mereka diusir sehingga banyak yang menjadi penduduk Bangladesh, Pakistant, dan Indonesia. Seperti yang bisa anda saksikan sendiri wajah2 mereka di website diatas ini bahwa mereka sama sekali tidak sama fisiknya seperti orang Thailand maupun orang Birma, mereka persis sama dengan orang Arab, Bangladesh, ataupun Pakistant. Dengan bantuan UNHCR, mereka telah mendapatkan relokasi baru di Aceh karena akhir2 inipun Bangladesh maupun Pakistant telah menolak mereka. Pemerintah RI secara resmi mengutuk Myanmar dan Thailand, dan menerima relokasi mereka sebagai saudara2 seiman dan seagama. Saya ucapkan selamat datang kepada orang2 Rohingya ini, semoga mereka mau menerima Pancasila dan menjauhkan terror2 Syariah dalam memaksakan negara ini menjadi negara Syariah, apalagi mengusir kita penduduk aseli Indonesia seperti halnya mengusir orang2 Yahudi dari tanah airnya Israel karena difitnah sebagai penjajah. Agama Islam yang dianut orang2 Rohingya jelas berbeda dari Islam yang diadopsi MUI karena mereka menggabungkan ajaran2 Islam dengan berbagai takhyul2 Bengali yang pasti diharamkan MUI. Orang2 Rohingya ini memfitnah Birma dan Thailand sebagai melakukan abuse terhadap diri mereka, padahal setelah dikonfirmasi ternyata pemerintah Thailand tidak pernah melakukan abuse kepada siapapun yang Rohingya ini. Sedangkan pemerintah Birma pun mengusir mereka akibat gerakan2 terror mereka di Birma makin meningkat sehingga masyarakat yang beragama Buddha di Birma merasa resah akibat banyaknya kepala2 gundul pendeta2 Buddha yang dipenggal mereka tanpa bisa menangkap pelakunya. Rohingya ini menolak beradaptasi untuk berassimilasi mengikuti budaya dan agama setempat. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[zamanku] livescience: Fossils Reveal Truth About Darwin's Theory
livescience Fossils Reveal Truth About Darwin's Theory By Robin Lloyd, LiveScience Senior Editor posted: 11 February 2009 09:42 am ET With the 200th anniversary of the birth of Charles Darwin this week, people around the world are celebrating his role as the father of evolutionary theory. Events and press releases are geared, in part, to combat false claims made by some who would discredit the theory. One frequently cited hole in the theory: Creationists claim there are no transitional fossils, aka missing links. Biologists and paleontologists, among others, know this claim is false. As key evidence for evolution and species' gradual change over time, transitional creatures should resemble intermediate species, having skeletal and other body features in common with two distinct groups of animals, such as reptiles and mammals, or fish and amphibians. These animals sound wild, but the fossil record — which is far from complete — is full of them nonetheless, as documented by Occidental College geologist Donald Prothero in his book Evolution: What the Fossils Say and Why It Matters (Columbia University Press, 2007). Prothero discussed those fossils last month at the American Museum of Natural History in New York, along with transitional fossils that were announced since the book was published, including the fishibian and the frogamander. At least hundreds, possibly thousands, of transitional fossils have been found so far by researchers. The exact count is unclear because some lineages of organisms are continuously evolving. Here is a short list of transitional fossils documented by Prothero and that add to the mountain of evidence for Charles Darwin's theory. A lot of us relate most to fossils of life closely related to humans, so the list focuses on mammals and other vertebrates, including dinosaurs. Mammals, including us * It is now clear that the evolutionary tree for early and modern humans looks more like a bush than the line represented in cartoons. All the hominid fossils found to date form a complex nexus of specimens, Prothero says, but Sahelanthropus tchadensis, found in 2001 and 2002, threw everyone for a loop because it walked upright 7 million years ago on two feet but is quite chimp-like in its skull size, teeth, brow ridges and face. It could be a common ancestor of humans and chimpanzees, but many paleoanthropologists will remain unsure until more fossils are found. Previously, the earliest ancestor of our Homo genus found in the fossil record dated back 6 million years. * -Most fossil giraffes have short necks and today's have long necks, but anatomist Nikos Solounias of the New York Institute of Technology's New York College of Osteopathic Medicine is preparing a description of a giraffe fossil, Bohlinia, with a neck that is intermediate in length. * Manatees, also called sea cows, are marine mammals that have flippers and a down-turned snout for grazing in warm shallow waters. In 2001, scientists discovered the fossil of a walking manatee, Pezosiren portelli, which had feet rather than flippers and walked on land during the Eocene epoch (54.8 million years ago to 33.7 million years ago) in what is now Jamaica. Along with skull features like manatees (such as horizontal tooth replacement, like a conveyor belt), it also had heavy ribs for ballast, showing that it also had an aquatic lifestyle, like hippos. * Scientists know that mastodons, mammoths and elephants all share a common ancestor, but it gets hard to tell apart some of the earliest members of this group, called proboscideans, going back to fossils from the Oligocene epoch (33.7 million years ago to 23.8 million years ago). The primitive members of this group can be traced back to what Prothero calls the ultimate transitional fossil, Moeritherium, from the late Eocene of Egypt. It looked more like a small hippo than an elephant and probably lacked a long trunk, but it had short upper and lower tusks, the teeth of a primitive mastodon and ear features found only in other proboscideans. * The Dimetrodon was a big predatory reptile with a tail and a large sail or fin-back. It is often mistaken for a dinosaur, but it's actually part of our mammalian lineage and more closely related to mammals than reptiles, which is seen in its specialized teeth for stabbing meat and skull features that only mammals and their ancestors had. It probably moved around like a lizard and had a jawbone made of multiple bones, like a reptile. Dinosaurs and birds * The classic fossil of Archaeopteryx, sometimes called the first bird, has a wishbone (fully fused clavicle) which is only found in modern birds and some dinosaurs. But it also shows impressions from feathers on its body, as seen on many of the theropod dinosaurs from which it evolved. Its body, capable of flight or gliding, also had many of dinosaur features — teeth (no birds alive today have teeth), a long
[zamanku] The Indepenent: Science unlocks Neanderthal secrets
Science unlocks Neanderthal secrets For the first time, the genetic blueprint of an extinct human species has been discovered. The implications, says Steve Connor, are extraordinary Friday, 13 February 2009 Their lives may have been nasty, brutish and short but their DNA has survived long enough to be almost fully decoded in a pioneering study that has revealed just how closely related were the Neanderthals to modern humans. For the first time, scientists have deciphered the genetic sequence of the Neanderthal genome. It is the first genetic blueprint of an extinct human species and a tour de force in terms of the scientific techniques used to recover tiny strands of ancient DNA from fragments of fossilised bones tens of thousand of years old. Although scientists are far from answering the many questions about the last of our relatives known to live alongside anatomically modern humans, they believe that the research is close to finding out what it is, genetically, that made us human. Related articles * Why penguins' arduous hunt for food is cutting their chance of breeding * Toddlers' gestures hold key to their future speech Professor Svante Paabo of the Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology in Leipzig will reveal at the American Association for the Advancement of Science in Chicago this weekend that he and his colleagues have deciphered 60 per cent of the Neanderthal genome and used it to calculate that the last common, ape-like ancestor of modern man and the Neanderthals lived about 830,000 years ago. The project took more than two and half years of research on dozens of Neanderthal bones between 40,000 and 70,000 years old and excavated from four archaeological sites in Europe, stretching from southern Russia and Croatia, to Germany and Spain. They extracted enough DNA from an analysis of 70 fossilised bones to build up a library of Neanderthal DNA covering 3.7 billion base pairs – the individual letters of the genetic code – and in the process discovered that the extinct humans were very closely related to modern people. The Neanderthals are so closely related to us that they fall into our [genetic] variation, Professor Paabo said yesterday. In other words, it would be difficult to distinguish Neanderthal DNA from the DNA of a modern European, Asian or African. The last Neanderthals died out about 30,000 years after sharing the same European landscape with modern humans for many thousands of years. It has been an enduring mystery as to why they disappeared and whether they ever interbred with their close human cousins – although the latest evidence from the DNA suggests they did not. What we have looked at from the point of view of variation today, is the contribution from Neanderthals into the human gene pool. That was very little, if anything. Our data shows that, if there was a contribution, it was very small, Professor Paabo said. But the cool thing is that interbreeding was a two-way street. For the first time we can look at whether there was a contribution from human ancestors into Neanderthals because, for the first time, we have a Neanderthal genome, he said. We can analyse the Neanderthal genome and look at the contribution from human ancestors into them and that question remains totally open, and the analysis is ongoing. Another question is whether Neanderthals could speak. Although they are known to have a hyoid bone in the throat, which is anatomically important for articulating words, the only other evidence comes from an analysis of a gene called FOXP2, which is known to be critical for speech development in modern humans. Professor Paabo said that the Neanderthal FOXP2 gene shares two changes to its DNA sequence that is also seen in modern humans, but not in chimpanzees. These two changes support the view that Neanderthals may have been able to communicate verbally. So, from the point of view of this one gene, there is no reason to assume that they couldn't articulate the same as we do although, of course, there are many other genes involved in language, Professor Paabo said. Other insights gained from a preliminary analysis of the Neanderthal genome are that the species could not drink milk as adults – they have the same lactose intolerance seen in the majority of modern humans – and they also have a mutation in the gene involved in brain development seen in modern-day Africans. --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.
[zamanku] Usir Ahmadiyah sbg Musuh Terima Rohingya sbg Saudara!!!
Usir Ahmadiyah sbg Musuh Terima Rohingya sbg Saudara!!! Politik RI memang amburadul, bangsanya sendiri diusir dan diterror tapi bangsa lainnya malah diundang masuk. Umat Islam Ahmadiah adalah bangsa Indonesia sendiri yang telah diusir melalui fatwa MUI. Lucunya, malah umat Islam aliran Rohingya ini justru diterima sebagai saudara sendiri. RI mengutuk pelanggaran HAM terhadap Rohingya oleh pemerintah Birma, yang pada hakekatnya bukan penduduk aseli Birma padahal RI sendiri lebih parah melakukan pelanggaran HAM terhadap orang2 TimTim, Papua, maupun Aceh sehingga mengalami embargo ekonomi yang parah. Namun RI sendiri menolak dituduh melanggar HAM. Semoga umat Ahmadiyah bisa mendapatkan relokasi juga di Israel? dan orang2 Papua bisa di relokasi ke Afrika? Orang2 Ahmadiah halal darahnya atau halal dibunuh meskipun sesama bangsa dan sesama agama. Semua ini ada landasannya yaitu Syariah Islam. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[zamanku] guardian.: Scientists unravel Neanderthal genome
Scientists unravel Neanderthal genome Extraordinary feat will shed light on what it means to be human * guardian.co.uk, Thursday 12 February 2009 15.01 GMT Scientists have unravelled the genetic make-up of the Neanderthal, the long-faced, barrel-chested relative of modern humans. Anthropologists analysed more than a billion fragments of ancient DNA plucked from three Croatian fossils to reconstruct a first draft of the Neanderthal genome. The extraordinary feat gives scientists an unprecedented opportunity to clarify the evolutionary relationship between humans and Neanderthals that may ultimately shed light on the great mystery of how we became the most formidable species on the planet. Neanderthals were the closest relatives of modern living humans. They lived in Europe and Asia until they became extinct around 30,000 years ago. The reason they died out is not clear, but likely factors are dramatic swings in the climate that affected the availability of food, and competition with early humans. By comparing the genomes of modern humans with Neanderthals and chimps, scientists hope to unravel the genetic differences that define what it is to be human. The Neanderthal genome was built up from strands of DNA, most of which came from a 38,000-year-old fossilised leg bone unearthed in a cave in Vindija, Croatia. Other material came from older remains dating back 70,000 years. Together, the fragments make up more than 60% of the Neanderthal genome. Svante Pääbo, who led the project at the Max Planck Institute for Evolutionary Biology in Leipzig, Germany, said the team would spend the rest of the year analysing the DNA. They will focus on genes linked to modern human evolution, such as FOXP2, which is involved in speech and language. The draft genome was announced at the American Association for the Advancement of Science meeting in Chicago. Two years ago, the same group used the ancient DNA to pinpoint the moment, about 500,000 years ago, when modern humans split from Neanderthals. The analysis should clear up once and for all the ongoing debate as to whether Neanderthals and modern humans continued to mate with each other after separating along the path of evolution. Remains of Neanderthals dating back to 400,000 years ago suggest they were proficient at crafting basic tools and weapons and buried their dead. The last Neanderthals died out shortly after Homo sapiens migrated to Europe and settled. Neanderthals were stocky and well-adapted to a cold climate, with brains that were on average larger than those of modern humans. Some fossil evidence suggests they were occasionally cannibalistic, though they more commonly hunted large animals including horses and mammoths. * guardian.co.uk © Guardian News and Media Limited 2009 Go to: --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.
[zamanku] e! Science News: Evolutionary link to modern-day obesity, other problems
Evolutionary link to modern-day obesity, other problems Published: Thursday, February 12, 2009 - 15:43 in Biology Nature Learn more about: brain and body energy imbalances evolutionary link hunting and gathering metabolic demands obesity That irresistible craving for a cheeseburger has its roots in the dramatic growth of the human brain and body that resulted from environmental changes some 2 million years ago. Higher quality, nutritionally dense diets became necessary to fuel the high-energy demands of humans' exceptionally large brains and for developing the first rudimentary hunting and gathering economy. But the transition from a subsistence to a modern, sedentary lifestyle has created energy imbalances that have increased rapidly -- evolutionarily speaking -- in recent years and now play a major role in obesity. Activity patterns must get every bit as much attention as consumption of unhealthy foods in any attempt to reverse the modern-day permeations of an evolutionary trend that now contributes to obesity worldwide, according to William Leonard. Leonard, chair and professor of anthropology at Northwestern University, will discuss his work during the 2009 American Association for the Advancement of Science (AAAS) meeting in Chicago at a press briefing that will take place at 2 p.m. Feb. 12 and during a symposium from 8:30 to 11:30 a.m. Feb. 13. Two million years ago shifts in foraging behavior and dietary quality helped to provide the energy and nutrition to support the rapid evolutionary increases in both the brain and body sizes of our ancestors. Today modern humans use nearly a quarter of their resting energy needs to feed our brains, considerably more than other primates (about 8 to 10 percent) or other mammals (3 to 5 percent). To support the high-energy costs of our large brains, humans consume diets that are much richer in calories and nutrients than those of other primates. While our large-bodied ape relatives -- chimps, gorillas and orangutans -- can subsist on leaves and fruit, we needed to consume meat and other energy-rich foods to support our metabolic demands, Leonard said. Staple foods for all human societies are much more nutritionally dense than those of other large-bodied primates. To obtain these higher-quality diets, our foraging ancestors would have had to have moved over larger areas than our ape relatives, requiring large activity budgets, he said. But substantial reductions of intense physical activities for adults living a modern lifestyle in the industrialized world have dramatically lowered the metabolic costs of survival. The differences between energy in and energy out widen as we increase the nutritional density of our diets while reducing the time and energy associated with obtaining food. Think about our ancestors, Leonard said. Human hunter-gatherers typically move 8 miles per day in the search for food. In contrast, we can simply pick up the phone to get a meal delivered to our door. That decline in daily energy expenditures contributes not only to obesity, but also to other chronic diseases of the modern world, such as diabetes and cardiovascular disease. In a sense, those modern diseases represent where we started early in our evolutionary history, Leonard said. The data clearly suggest the obesity epidemic cannot be understood solely by looking at consumption, he stressed. Throughout most of our evolutionary history, the acquisition of our high-quality diets required substantial expenditure of energy and movement over much larger areas than for other primates. The imbalance between energy intake and energy expenditure today, Leonard concludes, is the root cause of obesity in the industrialized world. --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.
[zamanku] Perpecahan Ulama Untuk Fatwa Merokok !!!
Perpecahan Ulama Untuk Fatwa Merokok !!! Untuk fatwa merokok ini terjadi perpecahan dikalangan ulama Indonesia, sebagian beranggapan merokok itu makruh dan sebagian lagi menganggapnya haram. Yang menganggap Makruh dasarnya adalah bahwa rokok itu tidak mengganggu orang lain tapi hanya menganggu kesehatannya sendiri. Yang menganggapnya Haram pada dasarnya menganggap bahwa asap rokok itu lebih banyak membunuh mereka yang bukan perokok seperti wanita isteri si perokok dan bayi2 yang dikandungnya. Syariah Islam tidak menganggap perokok itu pembunuh melainkan menganggapnya sebagai hak azasi umat, dan inilah yang sekarang dianut oleh penguasa MUI. Anggapan ini mungkin dimasa yang akan datang bisa berubah dengan berubahnya penguasa di MUI karena pabrik2 rokok yang sekarang banyak mem-bagi2kan rokok gratis kepada semua anggauta2 MUI. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[zamanku] Wikipedia: Human evolution
Bagi yang mau memperluas cakrawala: Human evolution http://en.wikipedia.org/wiki/Human_evolution --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.
[zamanku] Knowledgerush.com.: Creationism
Uraian ringkas tentanag kreationisme. Knowledgerush.com.: Creationism http://knowledgerush.com/kr/encyclopedia/Creationism/ --- Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo Allah yang disembah orang Islam tipikal dan yang digambarkan oleh al-Mushaf itu dungu, buas, kejam, keji, ganas, zalim lagi biadab hanyalah Allah fiktif.