Gasohol sendiri kalau engga salah pernah juga diulas di seputar indonesia lho...

Itu berarti sudah beberapa bulan yang lalu (kalau engga salah pas BBM naik deh). Nah ini gimana nih langkah pemerintah selanjutnya? Aneh emang pemerintah kita, kok malah meregulasi teknologinya.

Jadi inget nasib VOIP Merdeka...

On 7/6/05, Adjie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

BBM alternatif bukan satu pilihan buat banyak orang di indonesia,
entah karena ketidak tahuan atau sebab yang lain. paling ngga orang
indonesia emang cukup kaya untuk membakar bensin.

krn saya tinggal di pinggir jalan utama di komplek saya, kalau saya
amati banyak anak muda dengan motornya hilir mudik atau mondar-mandir
dengan sepeda motor, ini merupakan satu pemborosan dan orang indonesia
ngga merasa itu sebagai satu pemborosan, karena kalau bisa naik mobil
dan motor terus kemana-mana kesan nya wah gitu, belum lagi kalau di
jakarta macet sekali anda bisa liat di toll berapa banyak duit yang
kebakar dengan percuma hanya untuk macet setiap harinya.

jadi intinya orang indonesia ngga aware dan pemerintah juga ngga bisa
menyediakan good public transportation buat rakyatnya, maaf ngga spt
negara lain spt di Malaysia, spore, thailand atau di eropa kayak
german dan perancis, mereka sangat berhitung untuk membakar bensin
kalau ngga bener-2 perlu, mereka punya mobil di rumah tapi ke kantor
tetap naik metro ( sub way ) atau bus. terus terang disini cuku
terpadu, beli satu tiket mothly kita bisa kemana-mana naik subway dan
bus.

karen memang bahan bakar sangat mahal dan mereka cukup aware dengan
bahan bakar alternatif atau ngga make kendaraaan pribadi kalau emang
ngga perlu banget.

kalau orang indonesia baru ngeh-nya dengan pengobatan alternatif :-)

ini perlu di sosalisakan, kalau memang ada hal yang bagus, walaupun
harus ngelawan kartel minyak sekalipun, karena rakyat punya right
untuk memilih.. kan kita negara demokrasi ...

Regards

Adjie

On 7/5/05, alex <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
> Harry Sufehmi wrote:
>
> >
> > At 12:49 04/07/2005 +0700, Arie Reynaldi Z wrote:
> >
> >> Saya dapet email dari teman mengenai Gasohol, dia cerita pernah mampir
> >> ke PUSPITEK serpong untuk beli beberapa liter Biodiesel, terus
> >> diperkenalkan dengan produk Gasohol. Harga gasohol sekitar Rp 3.800 /
> >> liter dicampur ke 10 liter bensin, dan bisa naikin oktan bensin setara
> >> dengan pertamax-plus. Katanya gasohol itu punya oktan 115. (Super aja
> >> cuma 98). Tapi gasohol ini belum dipasarkan karena alasan politik dan
> >> gasohol sangat flammable.
> >> Apakah ada yang tau kenapa kok gak dipasarin ? Politik apa ya ?
> >
> >
> > Kalau di Amrik saya pernah baca usaha menyediakan sumber energi
> > alternatif selalu mentok karena lobi dari kartel minyak. Karena jelas
> > memang mereka yang akan rugi kalau ada alternatif yang lebih baik
> > daripada minyak.
> > Padahal, sebagai contoh, mobil berbahan bakar non-BBM itu sudah ada
> > yang bisa digunakan untuk sehari-hari. Tapi, sampai saat ini tetap
> > belum ada yang diproduksi secara massal.
> >
> > Apa mungkin di Indonesia juga begitu ya?
> >
> >
> > Salam,
> > Harry
> >
> >
> sepertinya tidak sesimpel itu saja penyebabnya. Beredarnya suatu produk
> itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya tentu saja
> permintaan pasar. Jika saja permintaan pasar terhadap, katakan saja
> mobil berbahan bakar non-BBM, cukup tinggi, maka produksi non-BBM juga
> akan mudah ditemui. Namun bagaimana masyarakat akan meminta kenderaan
> sejenis ini jika harganya saat ini belum begitu terjangkau, dan lagi
> yang konvesional juga sudah dianggap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Saya setuju jika dikatakan bahwa kartel minyak juga berpengaruh. Namun
> bikan mereka semua yang menentukan. Bagaimanapun harus diakui bahwa
> persediaan BBM saja sudah menipis, tentu saja suatu saat, meski
> dihalangi sekalipun, kebutuhan energi alternatif dari BBM akan mesti ada.
>
> Di Indonesia bisa jadi seperti yang bung katakan itu juga. Namun promosi
> utk bahan bakar alternatif sendiri tidak begitu banyak dilakukan,
> sepengetahuan saya ini loh, secara umum. Mungkin sekali banyak bagian
> rakyat Indonesia yang sudah pernah mendengar tentang alternatif semacam
> itu, tapi berapa banyak yang benar2 peduli atau setidaknya benar2 tahu
> dan butuh? Tidak terdata bukan?
>
> Memintarkan rakyat hingga mencapai tingkat negara jepang utk bisa
> memahami arti non-BBM itu saja dulu yang menjadi tugas kita, menurut saya :)
>
> --
> heart-shaped-box
> darussalam - banda aceh
> http://alexcobain.tk
>
>

Kirim email ke